PP Remaja Modul 2 Kelompok 1
PP Remaja Modul 2 Kelompok 1
Kelompok :1
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
SKENARIO MODUL 2
Rena siswa SMP berusia 13 tahun, membaca sebuah artikel tentang beberapa
gangguan pertumbuhan dan perkembangan remaja termasuk etiologi, gejala, dan
deteksi dini gangguan tersebut. Rena sangat beruntung mendapatkan kesempatan
membaca artikel tersebut karena sangat bermanfaat baginya dan akan dibagikan ke
teman-temannya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun. Menurut
Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah
individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada buku-buku
Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang anak
telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak
laki-laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun
yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa
peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan
pertumbuhan, perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis
atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social
Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam
berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah
proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan
psikis pada remaja. Sedangkan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran baik fisik
ataupun struktur tubuh pada diri seorang remaja. Dari sudut pandang kesehatan,
banyak hal yang dapat dikhawatirkan seperti tindakan menyimpang baik dari
pertumbuhan ataupun perkembangan yang akan mempengaruhi kesehatan remaja
tersebut.Untuk itu pada makalah ini kelompok akan membahas mengenai apa saja
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan yang mungkin bisa terjadi pada
masa remaja ini.
1. Perawakan Pendek
Definisi
Short Stature atau perawakan pendek merupakan tinggi badan yang berada di
bawah persentil 3 atau -2SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi
tersebut.
Variasi Normal
a) kelainan kromosom
b) penyakit sistemik
c) gangguan endokrin
a) Kelainan kromosom
c) Gangguan endokrin
1. Umum
Di negara maju diperkirakan 2.5% dari populasi mempunyai tinggi badan lebih
besar dari 2 SD di atas rata-rata, hal ini disebut juga dengan perawakan tinggi. Akan
tetapi penerimaan masyarakat yang menganggap baik terhadap perawakan tinggi
membuat penderita kurang mengeluhkan keadaan tersebut.
Varian normal merupakan penyebab utama dari perawakan tinggi. Terdapat
riwayat keluarga dengan badan tinggi dan tidak terdapat proses patologik organik.
Gigantisme pituitari merupakan suatu penyebab tubuh tinggi yang sangat jarang, hal
ini disebabkan oleh hormon pituitari yang mensekresikan hormon pertumbuhan dan
terkait dengan peningkatan kadar hormon yang tida dapat disupresi. Gambaran khas
mencakup pembesaran rahang, tangan dan kaki yang tidak proposional
Pengelolaan
1. Umum
2. Manifestasi Klinik
a. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan, per-bandingan tinggi badan atas dan
bawah. Rasio antara tinggi badan atas dan bawah. Rasio yang lebih tinggi
menunjukan adanya imaturitas atau keterlambatan. Pada orang kulit hitam rasio
yang normal adalah 0,88.
b. Pemeriksaan maturitas seksual atau pubertal stage; Tingkat maturitas seksual
dapat ditentukan dengan menggunakan skala Tanner. Berdasarkan perkembangan
payudara, rambut pubis dan perkembangan genital, Tanner membagi tingkat
maturitas seksual dalam 5 tingkatan. Tingkat I (prepubertas) sampai tingkat V
(dewasa). Di-katakan pubertas apabila berada pada tingkat II skala Tanner. Pada
anak perempuan di lakukan pemeriksaan perkembangan payudara dan rambut
pubis. Pada anak laki-laki dinilai per- kembangan alat genital, ukuran penis,
volume testis dan konsistensi testis. Pemeriksaan lokasi testis juga perlu dilakukan
(skrotal, inguinal atau tidak turun). Tanda pubertas yang lainnya juga perlu di lihat
seperti adanya akne dan pigmentasi kulit.2,7,15
c. Pemeriksaan lain yang diperlukan ialah pe-meriksaan funduskopi, pemeriksaan
fungsi tiroid dan pemeriksaan status neurologi.
Pemeriksaan laboratorium
1. Indikasi
Keterlambatan pertumuhan pada remaja sangat mempengaruhi secara
psikososial. Pengaruh tersebut antara lain:
a. Gejala tekanan emosional seperti mudah marah dan depresi
b. Gangguan psikomotor seperti sakit perut
c. Perasaan rendah diri
d. Menjauhi teman sebaya
e. Penampilan sekolah yang kurang
f. Penurunan aktivitas olahraga
g. Perkataan dan pendidikan yang tidak adekuat (Soetjiningsih, 2004).
h. Peningkatan ketergantungan
2. Pengobatan alternatif
Androgen dan estrogen dari luar merupakan obat pilihan pada penderita
remaja yang memerlukan terapi hormonal. Pada pasien yang mengalami
keterlambatan pertumbuhan dapat diberikan GH
3. Percobaan pengobatan seks steroid jangka pendek
Untuk membedakan diagnosis terlambat yang normal atau karena defisiensi/
kelainan spesifik dari aksis hipotalamus hipofise gonad digunakan terapi
percobaan dengan menggunakan seks steroid.
4. Pengobatan substitusi seks steroid jangka panjang
Pada laki-laki digunakan testosteron enanthe. Sedangkan pada perempuan
disunakan estrogen oral dan medroxiprogesteron (Soetjiningsih, 2004).
C. PUBERTAS PREKOK
1. Definisi
Pubertas Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih
awal pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia
10-17 tahun pada anak laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan
atau dikarenakan pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini
dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak (kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai
munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan telah
berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini bisa merupakan bagian
dari variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula merupakan penyakit
atau paparan hormon pertumbuhan yang tidak normal.
Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua
manusia dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh
layaknya orang dewasa dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini
diinisiasi oleh sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes)
dan meresponnya dengan menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan, fungsi atau transformasi dari otak, tulang, otot,
kulit, payudara, menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ
genitalia (penis dan vagina) dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis).
Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia secara sosial
yang disebut telah menjadi seseorang remaja.
2. Epidemiologi
3. Etiologi
Hingga saat ini penyebab dari Pubertas Prekoks masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa hal internal yang dapat menyebabkan terjadinya Pubertas Prekoks
adalah gangguan organ endokrin, genetika keluarga (autosomal dominan),
abnormalitas genetalia (gangguan organ kelamin), penyakit pada otak, dan tumor
yang menghasilkan hormon reproduksi. Namun disamping itu, terdapat faktor
psikologis (emosi) dan stressor lingkungan ekternal yang cukup memegang peranan.
Pada dasarnya konsep paparan hormon yang paling sering digunakan untuk
menjelaskan penyebab kejadian Pubertas Prekoks pada anak-anak. Sebuah penelitian
pernah menyatakan bahwa seorang anak perempuan yang gemuk atau memiliki body
mass index (BMI) bernilai obesitas seringkali menunjukkan ciri-ciri fisik terjadinya
pubertas dini. Penelitian lain mengungkapkan zat Bisphenol-A (BPA) yang
merupakan bahan baku pembuatan barang- barang dari plastik dan sering digunakan
oleh bayi maupun anak kecil (dot atau botol plastik) dapat menstimulus peningkatan
kadar hormon estrogen yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya Pubertas
Prekoks.
4. Faktor Risiko
5. Patofisiologi
6. Klasifikasi
a. Secara alamiah pubertas dini dapat terjadi dalam berbagai aspek fisik, kondisi
ini disebut idiopathic central precocious puberty atau GnRH-dependent
(Pubertas Prekoks Sentral). Hal ini bisa terjadi parsial ataupun transien.
Pubertas sentral bisa muncul secara dini bila terjadi gangguan pada sistem
penghambatan hormon yang diproduksi otak, atau adanya hamartoma
hipotalamus yang memproduksi sedikit gonadotropin-releasing hormone
(GnRH).
b. Perkembangan organ seksual sekunder dipengaruhi oleh hormon steroid yang
berasal dari keadaan abnormal lainnya (tumor gonad atau adrenal, hiperplasi
adrenal kongenital dan lainnya). Keadaan ini tidak dipengaruhi gonadotropin-
releasing hormone (GnRH-independent) disebut peripheral precocious
puberty atau precocious pseudopuberty (Pubertas Prekoks Perifer).
7. Gejala Klinis
Pada anak perempuan, maka tanda-tanda klinis yang memberikan petunjuk pasti
apabila dialami pada usia kurang dari 9 tahun, antara lain :
o Payudara membesar
o Tumbuhnya rambut pubis dan rambut tipis pada lengan bawah
o Mulainya menstruasi
o Tumbuh jerawat
o Suara memberat
o Tumbuh jerawat
Banyak anak yang menunjukkan gejala pubertas lebih awal yang dikenal sebagai
Pubertas Prekoks parsial. Beberapa anak perempuan umumnya mulai muncul keluhan
diantara umur 6 bulan dan 3 tahun dengan ditandai terjadinya pembesaran payudara
yang kemudian akan berhenti atau akan tetap bertahan tanpa perubahan fisik.
8. Diagnosis
9. Penatalaksanaan
10. Prognosis
a. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk
menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
pria.Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar
25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita
dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%
dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah
kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Pada tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar
perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih
sukar untuk menurunkan berat badan.
c. Penyebab Obesitas Pada Remaja
1. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit
untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang.
2. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan
ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali
seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat
mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktivitasnya.
3. Faktor psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan.Misalnya orang yang stress cendrung memilih banyak makan , dengan
anggapan dengan makan tersebut stress nya sedikit berkurang .
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu
makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma
makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan
kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan
dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan
memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang
dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah
berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang
berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
4. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Hipotiroidisme
- Sindroma Cushing
- Sindroma Prader-Willi
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5. Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.
6. Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak
sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam
setiap sel.
7. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang
yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas
fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
8. Teknologi
Zaman sekarang teknologilah yang mengambil alih. Ketika orang harus
bersusah payah mencapai sebuah tempat kini hal itu sudah digantikan dengan
sebuah kendaraan bermesin seperti motor dan mobil. Sehingga orang-orang
menjadi bermalas-malas untuk berkeringat. Kendaraan bermotor hingga kini
menjadi sebuah kendala, bukan sehat yang ada, tapi sumpek yang ada. Orang-
orang zaman sekarang sudah susah untuk berolahraga jarang-jarang ada yang
olahraga karena disibukan oleh pekerjaan mereka tiap harinya. Padahal dengan
berjalan kaki ke tempat tujuan saja itu sudah membakar lemak, tentunya dengan
catatan seberapa jauh dia berjalan dan tanpa disadari dia sedang berolahraga
kecil.
Apalagi makanan dan minuman siap antar, dan kurang aktivitas membuat para
remaja rentan terkena obesitas. Dibalik canggihnya teknologi yang semakin maju
ini makanan manusia pun menjadi serba instan yang mengakibatkan Obesitas.
Obesitasjuga dapat menyusutkan otak, dengan obesitas memiliki ukuran otak 4-8
persen lebih kecil. Karena, kelebihan berat badan dapat mengubah cara berpikir
manusia. Seperti zat adiktif, otak akan menginginkan makanan dengan kadar
kalori lebih tinggi dan semakin tinggi.
Obesitas kelas 3 ≥ 40
i. Pencegahan obesitas
Pencegahan obesitas pada remaja diantisipasi sejak bayi.
Rekomendasi klinis adalah :
a. Diet sehat dengan kandungan lemak ≥ 30%
b. Cemilan dengan buah dan sayur
c. Aktifitas fisik di tingkatkan
d. Orang tua sebagai model sehat
e. Hindari fastfood
(Soetjiningsih, 2004)
Pendahuluan
Perkembangan yang sehat bilaman anak tumbuh menjadi seorang remaja
yang sehat fisik maupun psikologis serta terhindar dari cacat sosial seperti
kecanduan narkoba, tindakan criminal dan lainnya (Soetjiningsih, 2010).
Secara seksual perkembangan yang dianggap berhasil meliputi membangun
hubungan antara mereka yang akrab dan kasih tanpa sampai terjadi kehamilan
yang tidak dikehendaki atau terjangkit penyakit menular seksual (Soetjiningsih,
2010).
Faktor-faktor yang berpengaruh meningkatkan resiko penularan IMS pada
remaja
1. Berbagai perkembangan terjadi mulai dari waktu baru meningkat remaja (11-
15 tahun) sampai remaja mendekati dewasa, termasuk perkembangan
psikologis dan kognitif.
2. Golongan umur yang lebih muda mempunyai kemampuan berpikir yang lebih
sederhana, cenderung lebih konkrit, lebuh perhatian pada hal-hal yang terjadi
di
sekitarnya dan pada saat sekarang tidak mampu bepikir konseptual, misalnya ttg
apa yang akan terjadi pada masa mendatang akibat perbuatan hari ini.
3. Oleh karena itu, beberapa jenis IMS, seperti HIV, infeksi klamidia
mempunyai dampak dalam waktu lam sesudah infeksi (1 dekade/lebih).
4. Orang yang lebih muda tidak dapat berpikir melakukan pencegahan atau
berhati-hati untuk menghindari akibat tersebut.
(Soetjiningsih, 2010).
Perilaku seksual
Program sekolah
Luar sekolah
Penkes untuk remaja juga dapat dilakukan diluar sekolah yaitu
pada organisasi- organisasi diluar sekolah seperti Krang taruna dll.
Media massa
Jaman sekarang media massa sudah sangat canggih untuk
digunakan, sudah sangat mudah untuk mendapatkan segala macam
informasi, sehingga media massa adalah suatu media yang sangat tepat
untuk mencari informasi yang akan memberikan penkes kepada para
remaja.
(Soetjiningsih, 2010)
Haslam RHA. Endokrine System. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi Internasional ke-17.
Philadelphia : Saunders Elsevier Science. 2004 ; p.1926-1935