Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PRA PROFESI

REMAJA DAN PRA KONSEPSI


MODUL 2

Dosen Pembimbing : Feni Andriani, Bd.,M.Keb

Kelompok :1

Anggota :Vellina Rizki Amalia (1710333009)

Vony Adreza (1710331002)

Miftahul Jannah (1710331004)

Monica Ria Pramesti (1710333007)

Radilla Syafitri (1710332007)

Jasnidar Ariva (1710331013)

Adinda Permata Sari (1710332002)

Afifa Humaira (1710332014)

Cindy Maharani Putri (1710333005)

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
SKENARIO MODUL 2

Rena siswa SMP berusia 13 tahun, membaca sebuah artikel tentang beberapa
gangguan pertumbuhan dan perkembangan remaja termasuk etiologi, gejala, dan
deteksi dini gangguan tersebut. Rena sangat beruntung mendapatkan kesempatan
membaca artikel tersebut karena sangat bermanfaat baginya dan akan dibagikan ke
teman-temannya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun. Menurut
Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah
individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada buku-buku
Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang anak
telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak
laki-laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun
yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa
peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan
pertumbuhan, perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis
atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social
Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam
berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah
proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan
psikis pada remaja. Sedangkan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran baik fisik
ataupun struktur tubuh pada diri seorang remaja. Dari sudut pandang kesehatan,
banyak hal yang dapat dikhawatirkan seperti tindakan menyimpang baik dari
pertumbuhan ataupun perkembangan yang akan mempengaruhi kesehatan remaja
tersebut.Untuk itu pada makalah ini kelompok akan membahas mengenai apa saja
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan yang mungkin bisa terjadi pada
masa remaja ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis Gangguan pertumbuhan pada Remaja


2. Apa saja jenis Gangguan perkembangan pada remaja

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Gangguan pertumbuhan pada Remaja


a. Gangguan pertumbuhan linier pada remaja
b. Pubertas terlambat
c. Pubertas prekok
d. Obesitas pada remaja
2. Gangguan perkembangan pada remaja
a. Remaja dan infeksi menular seksual
b. Merokok pada remaja
c. Gangguan tingkah laku, kenakalan dan tindakan kekerasan pada remaja
GANGGUAN PERTUMBUHAN PADA
REMAJA

A. GANGGUAN PERTUMBUHAN LINIER

Bentuk-bentuk gangguan pertumbuhan linier

1. Perawakan Pendek
Definisi
Short Stature atau perawakan pendek merupakan tinggi badan yang berada di
bawah persentil 3 atau -2SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi
tersebut.
Variasi Normal

Pertumbuhan yang normal akan menggambarkan keadaan kesehatan anak yang


baik. Disamping itu anak dengan gangguan kesehatan akan bertumbuh kurang baik.
Pertumbuhan tinggi badan merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Perawakan
pendek yang dikategorikan sebagai variasi normal adalah:
a) Normal Variant Short Stature (NVSS)

b) Normal Variant Constitutional Delay (NVCD)

Normal Variant Short Stature (NVSS)

Pada NVSS terdapat pola pertumbuhan yang menggambarkan potensi genetik


untuk individu tersebut dan tidak berhubungan dengan keadaan gangguan endokrin
maupun sistemik. Hampir selalu disertai riwayat keluarga dengan perawakan pendek
pada salah satu atau kedua orang tuanya.
Biasanya mempunyai berat badan normal dan dalam tahun-tahun pertama
kehidupan mempunyai pola pertumbuhan biasanya selalu pada atau sedikit di bawah
persentil ke-3 dan selanjutnya tetap pada persentil ini saat memasuki percepatan
pertumbuhan pada masa pubertas sesuai dengan umur normal. Pada saat dewasa
mempunyai ciri khas tinggi badannya di bawah persentil ke-3.

Normal Variant Constitutional Delay (NVCD)

Pada NVCD terdapat perlambatan pertumbuhan linier pada 3 tahun pertama


kehidupan, mempunyai pertumbuhan linier yang normal atau hampir normal pada saat
pre pubertas dan selalu berada di bawah persentil 3. Terdapat umur penulangan yang
terlambat disertai maturasi seksual yang terlambat. Pada saat dewasa mempunyai
tinggi badan yang normal
Varian Abnormal

Penyebab gangguan pertumbuhan lainnya selama masa remaja dapat diakibatkan


oleh :

a) kelainan kromosom

b) penyakit sistemik

c) gangguan endokrin

a) Kelainan kromosom

Penyakit kromosom, gangguan yang paling sering adalah Sindrom Turner.


Keadaan ini di klasifikasikan disebabkan oleh keadaan monosomic 45X, akan tetapi
keadaan gangguan kromosom X berupa delesi sebagian dan mosaik dapat mempunyai
klinis yang sama.
b) Penyakit sistemik

Gangguan pertumbuhan yang disertai penyakit sistemik dan malnutrisi pada


remaja biasanya ditandai dengan kadar hormon pertumbuhan yang normal atau
meningkat, akan tetapi dengan kadar somatomedin yang rendah.
Penyakit gastrointestinal juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan,
keadaan ini bisa berakibat malabsorpsi. Banyak penyakit sistemik yang di obati
dengan kortikostreroid mengalami gangguan pertumbuhan akibat pengaruh obat
tersebut terhadap pertumbuhan episfsis.

c) Gangguan endokrin

Gangguan endokrin merupakan 10% dari seluruh penyebab perawakan pendek.


Kekurangan hormon pertumbuhan kongenital biasanya sudah dikenal pada awal
kehidupan dengan ciri-ciri hipoglikemia, penis yang kecil, kriptorkismus, obesitas dan
perawakan pendek. Hipotiroidisme pada masa anak pada umunya disertai dengan
perawakan pendek, pertumbuhan yang lambat dan pubertas yang terlambat
Pengelolaan

1. Umum

Perawakan pendek menimbulkan beban psikologis yang berat terutama pada


masa remaja. Dalam hal ini dukungan psikologis sangat diperlukan untuk
meningkatkan rasa percaya diri.
2. Khusus

pengobatan tergantung dari penyebab yang mendasari. Pengobatan dengan


hormon pertumbuhan sintetik diindikasikan bukan hanya pada keadaan defisiensi
hormon pertumbuhan saja, akan tetapi meluas dengan berbagai indikasi lainnya
misalnya pada Sindrom Turner, Sindrom Prader Willi, gagal ginjal kroni.
2. Perawakan Tinggi

Di negara maju diperkirakan 2.5% dari populasi mempunyai tinggi badan lebih
besar dari 2 SD di atas rata-rata, hal ini disebut juga dengan perawakan tinggi. Akan
tetapi penerimaan masyarakat yang menganggap baik terhadap perawakan tinggi
membuat penderita kurang mengeluhkan keadaan tersebut.
Varian normal merupakan penyebab utama dari perawakan tinggi. Terdapat
riwayat keluarga dengan badan tinggi dan tidak terdapat proses patologik organik.
Gigantisme pituitari merupakan suatu penyebab tubuh tinggi yang sangat jarang, hal
ini disebabkan oleh hormon pituitari yang mensekresikan hormon pertumbuhan dan
terkait dengan peningkatan kadar hormon yang tida dapat disupresi. Gambaran khas
mencakup pembesaran rahang, tangan dan kaki yang tidak proposional
Pengelolaan

1. Umum

Menentramkan hati keluarga dan penderita merupakan kunci dalam pengelolaan


varian normal perawakan tinggi. Pemanfaatan pengukuran umur penulangan untuk
memperkirakan tinggi dewasa dapat memberikan rasa aman bagi mereka
2. Khusus

Untuk keluarga yang menginginkan pengobatan, dapat dicoba seks streroid.


Pengobatan tersebut untuk mempercepat penutupan epifisis akan tetapi manfaatnya
sedikit apabila diberikan pada pubertas lanjut, idealnya pengobatan diberikan pre-
pubertas atau awal pubertas. Estrogen oral dengan berbagai dosis telah berhasil untuk
mengurangi tinggi badan perempuan sebanyak 5-10 cm dari yang diperkirakan.
B. PUBERTAS TERLAMBAT
Pubertas dikatakan terlambat apabila perubahan fisik awal pubertas tidak
terlihat pada usia 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki.
Evaluasi terhadap kemungkinan adanya keterlambatan pubertas juga harus dilakukan
apabila lebih dari 5 tahun rentang antara tanda pertama pubertas dan menars atau
lengkapnya perkembangan genital
pada anak laki-laki. Berdasarkan status gonadotropin kelainan ini dibagi dalam
hypergonadotropin hypogonadism dan hypo-gonadotropin hypogonadism.\
Kecurigaan awal terhadap adanya keterlambatan pubertas apabila karakteristik
seks sekunder belum terlihat pada waktunya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, labo-ratorium dan radiologi. Pendekatan awal terhadap
kasus kerlambatan pubertas adalah penentuan status gonadotropin dan pemeriksaan
usia tulang. Keter-lambatan pubertas harus di terapi segera karena pasien akan
mengalami keterlambatan maturasi tulang dan pertumbuhan dan tanpa pengobatan
akan mem-perlihatkan adanya perawakan pendek, gambaran fisik seperti anak-anak
dan tidak terlihatnya gambaran karakteristik seks sekunder. Keadaan ini juga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan psikologi. Makalah ini membicarakan secara
umum mengenai keterlambatan pubertas dengan penekanan pada diagnosis dan
penatalaksanaan.
1. Etiologi
Penyebab keterlambatan pubertas dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan status
gonadotropin; yaitu hypergonadotropin dan hypogonadotropin. Pada
hypergonadropin kelainan terjadi didaerah perifer disebabkan kegagalan gonad
sedangkan pada hypo- gonadrotropin kelainan dapat terjadi pada susunan saraf pusat
(SSP), hipotalamus, atau hipofisis (Tabel 1).
Tabel 1. Etiologi keterlambatan pubertas1

1. Keadaan hipergonadotropin ( kegagalan gonad primer )


a. Kromosomal, kelainan genetik dan sindrom: defek sintesis enzim androgen,
sindrom insensitivitas androgen partial dan komplet, sindrom 46.XX, 47.XYY,
galaktosemia. Sindrom Klinefelter (47.XXY), campuran 45. X/46, disgenesis
XY, sindrom multipel X-Y, sindrom multipel Y, distropia miotonik, sindrom
Noonan, disgenesis gonadal 46 XY murni, defisiensi a reduktase, sindrom ovari
resisten, sindrom Turner.
b. Akuisita: autoimun, kemoterapi, infeksi (coxsackie, mumps), pembedahan,
torsi, traumatik.
2. Keadaan hipogonadotropin (hipothalamus-hipofise).
a. Defisiensi hipothalamus-
hipofise Defisiensi
gonadotropin
Hanya LH (sindrom eunuch
fertile) LH dan FSH
- Akuisita [autoimun, iradiasi kranial, penyakit granulamatosa, hemosiderosis
(talasemia), penyakit sikle cell].
- Kongenital, genetik, sindrom (sindrom Alstrom, sindrom Borjenson-
Forsman- Lehmann).
- Sindrom CHARGE, sindrom idiopatik Kallmann, sindrom Laurence- Moon-
Bardet- Beidl, sindrom multipel lentigines, sindrom Prader Willi, defek
prosencepalon (berhubungan dengan sindrom incisor sentral, cleft lip palate,
midfacial cleft, displasia septooptik).
b. Endokrinopati (meliputi: defisiensi gonadotropin): hipopituarism (idiopatik atau
sindrom sella sekunder, inflamasi, disgenesis hipofise, radiasi, kista rathke
pouch, pembedahan, trauma, tumor (kraniofaringioma, adenoma hipofise,
proklatinoma).
3. Keterlambatan atau penundaan fungsi
- Constitutional delay of growt and puberty
- Penyakit kronik [kardia, hematologik (penyakit sikle cell)] keganasan, pulmonal
(cystic fibrosis, ginjal)
- Penyalahgunaan obat
- Pengeluaran energi yang berlebihan pada latihan
- Obesitas eksogen
- Endokrinopati: diabetes melitus, defisiensi growth hormon, kelebihan
glukokortikoid, hiperproklatinemia, hipotirodisme
- Malnutrisi
- Kelainan psikiatri (anoreksia nervosa, psikososial)

2. Manifestasi Klinik

Gambaran klinis pertama yang terlihat pada keter-lambatan pubertas apabila


karakteristik seks sekunder belum terlihat pada waktunya. Pada umumnya
perkembangan seksual anak perempuan dimulai pada usia 8 tahun dan pada anak laki-
laki usia 9,5 tahun. Pada constituional delay, fisik tampak normal namun alat genital
tidak tampak berkembang. Pada anak perempuan harus dicurigai adanya
keterlambatan pubertas apabila payudara belum berkembang pada usia 13 tahun,
waktu antara perkembangan payudara dan menstruasi lebih dari 5 tahun atau tidak
berkembangnya rambut pubis pada usia 14 tahun dan menstruasi tidak datang pada
usia 16 tahun. Pada anak laki-laki harus dicurigai adanya keterlambatan pubertas
apabila pembesaran testis tidak terjadi pada usia 14 tahun, tidak berkembangnya
rambut pubis pada usia 15 tahun atau lebih dari 5 tahun baru terjadi pembesaran alat
genital.
Gambaran klinis lain ditandai dengan adanya perawakan pendek. Beberapa
kasus memperlihatkan imaturitas pada proporsi tubuh (rasio tinggi badan atas dan
bawah) lebih besar dibanding dengan normal, pada pertumbuhan normal tinggi badan
bawah lebih panjang. Gambaran lain sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
seperti adanya anosmia atau hiposmia pada sindrom Kallmann’s.
3. Diagnostik
Riwayat penyakit
Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis ialah riwayat kecepatan
peningkatan tinggi badan, berat badan dan penurunan testis, riwayat keluarga dengan
gangguan pubertas. Apakah ada dijumpai gejala-gejala gangguan SSP, riwayat
trauma, anomali atau infeksi SSP, riwayat mendapat kemoterapi, radioterapi atau
riwayat pembedahaan. Riwayat mendapat pengobatan dengan glukokortikoid.
Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan, per-bandingan tinggi badan atas dan
bawah. Rasio antara tinggi badan atas dan bawah. Rasio yang lebih tinggi
menunjukan adanya imaturitas atau keterlambatan. Pada orang kulit hitam rasio
yang normal adalah 0,88.
b. Pemeriksaan maturitas seksual atau pubertal stage; Tingkat maturitas seksual
dapat ditentukan dengan menggunakan skala Tanner. Berdasarkan perkembangan
payudara, rambut pubis dan perkembangan genital, Tanner membagi tingkat
maturitas seksual dalam 5 tingkatan. Tingkat I (prepubertas) sampai tingkat V
(dewasa). Di-katakan pubertas apabila berada pada tingkat II skala Tanner. Pada
anak perempuan di lakukan pemeriksaan perkembangan payudara dan rambut
pubis. Pada anak laki-laki dinilai per- kembangan alat genital, ukuran penis,
volume testis dan konsistensi testis. Pemeriksaan lokasi testis juga perlu dilakukan
(skrotal, inguinal atau tidak turun). Tanda pubertas yang lainnya juga perlu di lihat
seperti adanya akne dan pigmentasi kulit.2,7,15
c. Pemeriksaan lain yang diperlukan ialah pe-meriksaan funduskopi, pemeriksaan
fungsi tiroid dan pemeriksaan status neurologi.

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan kadar follicle stimulating hormone(FSH) dan luteinizing hormone


(LH). Pemeriksaan laboratorium awal adalah menentukan status hormon
gonadotropin. Pemeriksaan FSH, LH dan steroid seks merupakan pemeriksaan
minimal yang harus dilakukan. Kadar FSH dan LH berbeda pada usia, seks, dan
tingkat perkembangan.
Uji stimulasi gonadotropin realising hormone (GnRH). Uji stimulasi GnRH
dilakukan untuk mengevaluasi fungsi kelenjar hipofisis. Uji ini dapat
membedakan kelainan pada SSP atau perifer.
c. Pemeriksaan testoteron dan estradiol.
d. Uji stimulasi human chorio gonadotropin (HCG). Uji stimulasi HCG diperlukan
jika kedua testis tidak teraba, dicurigai adanya testikular defek, atau kadar
gonadotropin tidak meningkat.
e. Pemeriksaan sekresi growth hormone (GH) dan fungsi tiroid. Pemeriksaan ini
dilakukan jika kecepatan pertumbuhan subnormal.
Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi penting untuk menentukan umur tulang dengan pemeriksaan


pusat penulangan pada tangan dan pergelangan tangan. Tingkat osifikasi dinilai dan
dibandingkan dengan nilai rata-rata usia dan seks, kemudian usia tulang di
bandingkan dengan usia biologik. Pemeriksaan lain adalah CT-scan kepala dan MRI
untuk melihat daerah hipothalamus.
4. Penatalaksanaan

1. Indikasi
Keterlambatan pertumuhan pada remaja sangat mempengaruhi secara
psikososial. Pengaruh tersebut antara lain:
a. Gejala tekanan emosional seperti mudah marah dan depresi
b. Gangguan psikomotor seperti sakit perut
c. Perasaan rendah diri
d. Menjauhi teman sebaya
e. Penampilan sekolah yang kurang
f. Penurunan aktivitas olahraga
g. Perkataan dan pendidikan yang tidak adekuat (Soetjiningsih, 2004).
h. Peningkatan ketergantungan
2. Pengobatan alternatif
Androgen dan estrogen dari luar merupakan obat pilihan pada penderita
remaja yang memerlukan terapi hormonal. Pada pasien yang mengalami
keterlambatan pertumbuhan dapat diberikan GH
3. Percobaan pengobatan seks steroid jangka pendek
Untuk membedakan diagnosis terlambat yang normal atau karena defisiensi/
kelainan spesifik dari aksis hipotalamus hipofise gonad digunakan terapi
percobaan dengan menggunakan seks steroid.
4. Pengobatan substitusi seks steroid jangka panjang
Pada laki-laki digunakan testosteron enanthe. Sedangkan pada perempuan
disunakan estrogen oral dan medroxiprogesteron (Soetjiningsih, 2004).

C. PUBERTAS PREKOK

1. Definisi

Pubertas Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih
awal pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia
10-17 tahun pada anak laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan
atau dikarenakan pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini
dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak (kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai
munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan telah
berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini bisa merupakan bagian
dari variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula merupakan penyakit
atau paparan hormon pertumbuhan yang tidak normal.

Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua
manusia dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh
layaknya orang dewasa dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini
diinisiasi oleh sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes)
dan meresponnya dengan menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan, fungsi atau transformasi dari otak, tulang, otot,
kulit, payudara, menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ
genitalia (penis dan vagina) dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis).
Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia secara sosial
yang disebut telah menjadi seseorang remaja.

2. Epidemiologi

Dari berbagai sumber seluruhnya menyatakan bahwa insiden Pubertas Prekoks


dominan terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini
dimungkinkan karena Pubertas Prekoks membawa sifat genetik yang autosomal
dominan dan lebih sering akibat paparan hormon estrogen dini pada usia bayi. Untuk
anak perempuan sering diakibatkan etiologi yang idiopatik dan sebaliknya pada anak
laki-laki secara signifikan terbanyak diakibatkan adanya penyakit pada otak.

3. Etiologi
Hingga saat ini penyebab dari Pubertas Prekoks masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa hal internal yang dapat menyebabkan terjadinya Pubertas Prekoks
adalah gangguan organ endokrin, genetika keluarga (autosomal dominan),
abnormalitas genetalia (gangguan organ kelamin), penyakit pada otak, dan tumor
yang menghasilkan hormon reproduksi. Namun disamping itu, terdapat faktor
psikologis (emosi) dan stressor lingkungan ekternal yang cukup memegang peranan.

Pada dasarnya konsep paparan hormon yang paling sering digunakan untuk
menjelaskan penyebab kejadian Pubertas Prekoks pada anak-anak. Sebuah penelitian
pernah menyatakan bahwa seorang anak perempuan yang gemuk atau memiliki body
mass index (BMI) bernilai obesitas seringkali menunjukkan ciri-ciri fisik terjadinya
pubertas dini. Penelitian lain mengungkapkan zat Bisphenol-A (BPA) yang
merupakan bahan baku pembuatan barang- barang dari plastik dan sering digunakan
oleh bayi maupun anak kecil (dot atau botol plastik) dapat menstimulus peningkatan
kadar hormon estrogen yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya Pubertas
Prekoks.

4. Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian pubertas prekoks meliputi :

o Jenis kelamin perempuan.


o Umumnya pada ras Afrika-Amerika.

o Seseorang yang mengalami Obesitas (Kegemukan).

o Terpapar hormon seksual (kosmetik ataupun makanan).

o Sedang mengidap suatu penyakit genetik ataupun gangguan metabolik.


Pubertas prekoks banyak ditemui pada pasien dengan sindrom McCune-
Albright atau Hiperplasia Adrenal Kongenital, yaitu suatu kondisi
perkembangan abnormal dari produksi hormon androgen pada laki-laki.
Pada kasus yang jarang, Pubertas Prekoks memiliki hubungan dengan
kejadian hipotiroidism.

5. Patofisiologi

Secara sederhana, gambaran perjalanan kasus Pubertas Prekoks diawali


produksi berlebihan GnRH yang menyebabkan kelenjar pituitary
meningkatkan produksi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH). Peningkatan jumlah LH menstimulasi produksi hormon seks
steroid oleh sel Leydig pada testis atau sel granul pada ovarium. Peningkatan
kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik berubah dan
mengalami perkembangan dini meliputi pembesaran penis dan tumbuhnya
rambut pubis pada anak laki-laki dan pembesaran payudara pada anak
perempuan, serta mendorong pertumbuhan badan. Peningkatan kadar FSH
mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya membantu
pematangan folikel pada ovarium dan spermatogenesis pada testis.

Poros Hormon Pubertas

6. Klasifikasi

Perkembangan dini rambut pubis (bulu kemaluan), payudara atau alat-alat


kelamin bisa terjadi dari proses pematangan yang alamiah atau dari beberapa kondisi
patologis. Pubertas Prekoks bisa dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu :

a. Secara alamiah pubertas dini dapat terjadi dalam berbagai aspek fisik, kondisi
ini disebut idiopathic central precocious puberty atau GnRH-dependent
(Pubertas Prekoks Sentral). Hal ini bisa terjadi parsial ataupun transien.
Pubertas sentral bisa muncul secara dini bila terjadi gangguan pada sistem
penghambatan hormon yang diproduksi otak, atau adanya hamartoma
hipotalamus yang memproduksi sedikit gonadotropin-releasing hormone
(GnRH).
b. Perkembangan organ seksual sekunder dipengaruhi oleh hormon steroid yang
berasal dari keadaan abnormal lainnya (tumor gonad atau adrenal, hiperplasi
adrenal kongenital dan lainnya). Keadaan ini tidak dipengaruhi gonadotropin-
releasing hormone (GnRH-independent) disebut peripheral precocious
puberty atau precocious pseudopuberty (Pubertas Prekoks Perifer).
7. Gejala Klinis

Pada anak perempuan, maka tanda-tanda klinis yang memberikan petunjuk pasti
apabila dialami pada usia kurang dari 9 tahun, antara lain :

o Payudara membesar
o Tumbuhnya rambut pubis dan rambut tipis pada lengan bawah

o Bertambah tinggi dengan cepat

o Mulainya menstruasi

o Tumbuh jerawat

o Munculnya bau badan

Sedangkan pada anak laki-laki, tanda-tanda terjadinya Pubertas Prekoks akan


muncul saat umur kurang dari 10 tahun meliputi :

o Pembesaran testis dan penis


o Tumbuhnya rambut pubis, lengan bawah dan wajah

o Peningkatan tinggi dengan cepat

o Suara memberat

o Tumbuh jerawat

o Munculnya bau badan

Banyak anak yang menunjukkan gejala pubertas lebih awal yang dikenal sebagai
Pubertas Prekoks parsial. Beberapa anak perempuan umumnya mulai muncul keluhan
diantara umur 6 bulan dan 3 tahun dengan ditandai terjadinya pembesaran payudara
yang kemudian akan berhenti atau akan tetap bertahan tanpa perubahan fisik.

8. Diagnosis

Saat kita menemukan seorang pasien dengan kecurigaan mengalami Pubertas


Prekoks, maka kita harus melengkapi anamnesa dan riwayat pasien beserta
keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dan memastikan diagnosis
dengan melakukan tes laboratorium terutama fraksi hormonal maupun radiologis
yang dispesifikasi pada foto tulang.
Untuk pemeriksaan penunjang laboratorium, maka dilakukan tes kadar hormon
LH dan FSH basal, uji GnRH terstimulasi, esterogen dan progesterone serum, β-
HCG, 17-OH progesteron, estradiol dan beberapa pemeriksaan hormonal lainnya atas
indikasi. Diperlukan pula pemeriksaan radiologis diagnostik, maka yang difokuskan
adalah pencitraan umur tulang dan survey tulang (McCune-Albright), sedangkan
untuk etiologi dilakukan CT-Scan/MRI kepala dan USG pelvis/adrenal.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Pubertas Prekoks ditentukan tipenya sebagai berikut :

 Tata Laksana Pubertas Prekoks Sentral ; Kebanyakan anak dengan Pubertas


Prekoks sentral tidak disertai penyakit lainnya. Terapinya dinamakan GnRH
analogue yang biasanya terdiri dari suntikan bulanan berupa leuprolide yang
menghentikan aksis HPG dan menghambat perkembangan. Terapi tersebut
dilanjutkan hingga pasien mencapai umur pubertas normal yang sesuai.
Apabila mereka lupa atau menghentikan pengobatan, maka proses pubertas
akan dimulai lagi.
 Tata Laksana Pubertas Prekoks Perifer ; Tujuannya adalah melakukan
penanganan pada penyakit yang mendasari timbulnya Pubertas Prekoks ;
misalnya karena konsumsi obat, maka obat tersebut dihentikan ; contohnya
pada tumor, maka segera lakukan pembedahan reseksi tumor agar
menghentikan agresifitas pubertas.

10. Prognosis

Studi melaporkan tingginya efektifitas dan keberhasilan pengobatan Pubertas


Prekoks apabila diberikan sedini mungkin dan haruslah mencapai tujuan terapi, yaitu
tercapai umur pubertas normal yang sesuai.

D.OBESITAS PADA REMAJA

a. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk
menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
pria.Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar
25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita
dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%
dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah
kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

- Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%


- Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
- Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Kebanyakan komplikasi pada obesitas terjadi pada masa dewasa, remaja yang
kegemukan lebih mungkin dibandingkan dengan remaja lainnya memiliki tekanan
darah tinggi dan diabetes tipe 2. Meskipun lebih sedikit dibandingkan sepertiga orang
dewasa gemuk yang obesitas adalah remaja, kebanyakan remaja yang kegemukan
tetap kegemukan ketika dewasa.
b. Jenis – Jenis Obesitas Pada Remaja
a) Tipe Android (tipe buah apel)

Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan


dibagian tubuh sebelah atas yaitu disekitar dada, bahu, leher dan muka. Pada
muka ini lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe Genoid (tipe buah
pear) asal bersamaan dengan diet dan olah raga yang tepat.
b) Tipe Genoid (tipe buah pear)

Pada tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar
perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih
sukar untuk menurunkan berat badan.
c. Penyebab Obesitas Pada Remaja
1. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.
Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit
untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang.
2. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan
ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali
seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat
mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktivitasnya.
3. Faktor psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan.Misalnya orang yang stress cendrung memilih banyak makan , dengan
anggapan dengan makan tersebut stress nya sedikit berkurang .
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu
makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma
makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan
kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan
dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan
memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang
dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah
berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang
berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
4. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Hipotiroidisme
- Sindroma Cushing
- Sindroma Prader-Willi
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5. Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.
6. Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak
sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam
setiap sel.
7. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang
yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas
fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

8. Teknologi
Zaman sekarang teknologilah yang mengambil alih. Ketika orang harus
bersusah payah mencapai sebuah tempat kini hal itu sudah digantikan dengan
sebuah kendaraan bermesin seperti motor dan mobil. Sehingga orang-orang
menjadi bermalas-malas untuk berkeringat. Kendaraan bermotor hingga kini
menjadi sebuah kendala, bukan sehat yang ada, tapi sumpek yang ada. Orang-
orang zaman sekarang sudah susah untuk berolahraga jarang-jarang ada yang
olahraga karena disibukan oleh pekerjaan mereka tiap harinya. Padahal dengan
berjalan kaki ke tempat tujuan saja itu sudah membakar lemak, tentunya dengan
catatan seberapa jauh dia berjalan dan tanpa disadari dia sedang berolahraga
kecil.

Seperti yang kita ketahui, obesitas merupakan gudang penyebab timbulnya


banyak penyakit. Bahkan sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa obesitas
yang dialami remaja selama bertahun-tahun berisiko meninggal akibat kanker di
kemudian hari. Studi ini menemukan bahwa pria yang kelebihan berat badan atau
mengalami obesitas saat usia remaja, 35 persen lebih mungkin meninggal akibat
kanker karena berat badan yang tak sehat.

Apalagi makanan dan minuman siap antar, dan kurang aktivitas membuat para
remaja rentan terkena obesitas. Dibalik canggihnya teknologi yang semakin maju
ini makanan manusia pun menjadi serba instan yang mengakibatkan Obesitas.
Obesitasjuga dapat menyusutkan otak, dengan obesitas memiliki ukuran otak 4-8
persen lebih kecil. Karena, kelebihan berat badan dapat mengubah cara berpikir
manusia. Seperti zat adiktif, otak akan menginginkan makanan dengan kadar
kalori lebih tinggi dan semakin tinggi.

d. Dampak Obesitas Pada Remaja

Remaja yang mengalami obesitas ketika dewasa akan menghadapi


masalah kesehatan, antara lain :
1. Hipertensi
Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar
insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah.
Laju jantung
meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang.Semuanya
dapat menungkatkan tekanan darah.
2. Obesitas merupakan Diabetes
Penyebab utama DM t2.Lemak berlebih menyebabkan resistensi
insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan
3. Penyakit jantung koroner dan stroke
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.
4. Apnea tidur
Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang selanjutnya
menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat
5. Asthma
Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan
asma atau pembatasan keaktifan fisik.
6. Kanker
Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan
kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki
kanker kolon, rektum dan prostat.
7. Penyakit perlemakan hati
Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan
hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non alcoholic
steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis.
8. Penyakit kandung empedu
Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu
kandung empedu.

e. Patogenesis terjadinya obesitas


Obesitas merupakan penyakit kronis yang dipengaruhi beberapa faktor. Menurut
patogenesisnya, obesitas dapat digolongkan atas 2 :
a. Obesitas reguler
Pada obesitas ini terjadi gangguan primer pada pusat pengaturan makanan
yaitu kerusakan pada hipotalamus.
b. Obesitas metabolik
Obesitas ini karena kelainan metabolik lemak dan karbohidrat yang
merupakan kelainan genetik.
Obesitas juga terjadi karena teori sel lemak dimana :

a. Jumlah sel lemak yang normal, tetapi terjadi hipertrofi


b. Jumlah sel lemak meningkat atau hiperplasi dan terjadi juga
hipertrofi (Soetjiningsih, 2004)
f. Klasifikasi obesitas
Menurut tingakt keparahannya :
a. Moderate obesity : bila berat badan 120-170% dari berat badan
ideal
b. Severe obesity : berat badan lebih dari 170% berat
badan ideal Menurut tipenya :
 Inappropiate eating habits : karena kelebihan
masukan makanan yang seringpada bayi dan remaja
 High set point for fat stores :cendrung terjadi
peningkatan deposite lemak, biasanya dimulai pada
masa anak-anak dan selalu ada faktor keturunan.
(Soetjiningsih, 2004)
g. Gejala klinis obesitas
a. Anak obes lebih tinggi dari anak lain yang seusia dan sama jenis
kelaminnya
b. Berat badan yang lebih
c. Kematangan tulang lebih cepat
d. Muka tidak proporsinal hidung dan mulut relatif kecil, dagu
ganda
e. Paha dan lengan atas besar
f. Tangan relatif kecil dengan jari-jari runcing
g. Kematangan seksual lebih
cepat (Soetjiningsih, 2004)
h. Diagnosis obesitas
Obesitas dapat dilihat dengan menilai IMT (Indeks Masa Tubuh) yaitu
perbandingan berat badan dengan tinggi badan di kuadratkan.

Klasifikasi Rentang IMT

BB kurang < 18,5

Normal 18,5 – 24,9


BB lebih 25 – 29,9

Obesitas kelas 1 30 – 34,9

Obesitas kelas 2 35 – 39,9

Obesitas kelas 3 ≥ 40

i. Pencegahan obesitas
Pencegahan obesitas pada remaja diantisipasi sejak bayi.
Rekomendasi klinis adalah :
a. Diet sehat dengan kandungan lemak ≥ 30%
b. Cemilan dengan buah dan sayur
c. Aktifitas fisik di tingkatkan
d. Orang tua sebagai model sehat
e. Hindari fastfood
(Soetjiningsih, 2004)

GANGGUAN PERKEMBANGAN REMAJA

A. MEROKOK PADA REMAJA

Lebih dari 80 % perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta diperkirakan


sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari. Angka kejadian merokok di pedesaan
lebih tinggi daripada perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal merokok
mencermintkan interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga rokok, ketersediaan
rokok, budaya stres, keturunan, umur jenis kelamin dan reklame rokok.
Terdapat beberapa faktor resiko bagi remaja sehingga mereka menjadi
perokok.faktor tersebut terdiri dari faktor psikologik dan faktor biologik, faktor jenis
kelamin, faktor etnik, faktor genetik.
1. Faktor psikologik
 Faktor perkembangan sosial
Merokok bisa mjd sebuah cara bagi remaja agar terlihat bebas dan dewasa saat
mereka menyesuaikan diri dg teman sebayanya yg merokok.
Saat santai dan kesenangan, teman sebaya, penampilan, sifat ingin tahu, stres ,
kebosanan, ingin terlihat gagah mrp hal yg berkontribusi mulainya remaja
merokok .
 Faktor psikiatrik
Studi epidemiologi pada dewasa medapatkan asosiasi antara merokok degan
gagg. Psikiatrik seperti skizofreia, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat
tertentu.
Remaja yang memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko yang
lebih tinggi untuk memulai merokok drpd remaja yang asimtomatik.
Remaja dg gangg. Cemas bs menggunakan rokok utk menghilangkan
kecemasan yang mereka alami.
2. Faktor biologik
 Faktor kognitif
Faktor lain yang yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan
nikotin adalah merasakan adanya manfaat dari nikotin. Sbg contoh , beberapa
dewasa perokok melaporkan bahwa merokok memperbaiki konsentrasi.
 Faktor jenis kelamin
 Faktor etnik
Di amerika , angka kejadian merokok tertinggi pada orang kulit putih dan
penduduk asli amerika, serta terendah pada orang amerika keturunan afrika
dan asia.
 Faktor genetik
Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang
memetabolisme nikotin. Konsekuensinya adalah meningkatnya resiko
kecanduan nikotin pada beberapa individu.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain
orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar
iklan dll.
Penatalaksanaan remaja perokok :
• Riwayat remaja perokok
Pada remaja , sekali pengehntian merokok dimulai, sedikit diketahui
alasan untuk merokok kembali. Godaan untuk kembali merokok dihubungkan
dengan keadaan afektif dan gejala putus nikotin. Pada dewasa, berhenti tanpa
bantuan dan intervensi menolong diri sendiri menghasilkan angka kejadian
pengehentian merokok yang rendah
 Intervensi psikososial
Keberhasilan penghentian merokok dapat dihindari oleh faktor sosial
seperti adanya perokok lain di dalam rumah tangga.tingkah laku remaja
mengikuti pola yang kompleks dari teman sebaya , pemimpin
gang/kelompok, orangtua, dan model model lain yang berperan.
 Pendekatan farmakologi
Terapi pengganti nikotin seperti tempelan kulit dan permen (transdermal
patches and gum) telah menghasilkan penurunan kejadian dari 9-44 % pada
dewasa perokok
Bagi yang merokok 10 atau lebih perhari, terapi pengganti nikotin
sistemik yang disediakan dengan tempel , permen, semprot atau inhaler bisa
bermanfaat.
 Pendekatan kombinasi
Kombinasi intervensi biopsikososial dan farmakoterapi yang telah sukses
pada dewasa , bisa juga dilakukan pada remaja. Dukungan perilaku
mempunyai efikasi skitar 2 kali farmakoterapi pada dewasa.
Studi intervensi farmakologi pada remaja perokok sudah pernah
dilakukan sebelumnya
B. GANGGUAN TINGKAH LAKU, KENAKALAN, DAN
TINDAK KEKERASAN REMAJA
Masa remaja adalah periode kehidupan yang penuh dinamika. Pada
masa remaja sering dsering didapatkan adanya gangguan tingkah laku yang
melanggar norma-norma sosial yang berlaku. Semakin banyak pula remaja
yang ditahan karena melakukan tindak kekerasan yang digolongkan sbg
kenakalan remaja. Adanya gangguan tingkah laku, kenakalan remaja, dan
tindak kekerasan ini merupakan tanggungjawab dari berbagai pihak, karena
terdapat berbagai faktor penyebab yang mendasarinya. Pendekatan yang
optimal dari berbagai pihak diharapkan dapat meminmalkan dampak yang
terjadi. (Soetjiningsih,2010).
1. Gangguan Tingkah Laku Dan Remaja dan Kenakalan Remaja
a. Definisi
Gangguan tingkah laku adalah pola prilaku yang berulang dan menetap,
dimana prilaku tersebut melanggar norma sosial atau aturan-aturan yang
sesuai dengan umurnya atau menyimpang dari kebenaran. Kenakalan
remaja adalah tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja berumur
kurang dari 17 atau 18 tahun
(Soetjiningsih,2010).
b. Faktor risiko
- Faktor kerentanan terhadap psikiatrik
- Neurologi
- Kognitif, dan
- Keluarga
Psikopatologi masih belum jelas, namun sebagian besar penyebab
terjadinya kekerasan berulang yang dilakukan remaja adalah karena
adanya persepsi dimana mereka merasa dihina atau merasa dirinya
direndahkan (Soetjiningsih,2010).
Dan ada faktor lain berdasarkan epidemiologiya, yaitu :
- Jenis kelamin
- Ras
- Umur
- Medis
- Faktor lingkungan dan sosial.
c. Penyebab
1) Disregulasi neorologik ( penderita ADHD )
Sekitar 50% anggapan bahwa gangguan tingkah laku disebabkan oleh
diregulasi neorologik, termasuk pada penderita ADHD yang diberikan
neuroterapi berkurang gangguan tingkahlakunya. Namin, ini
membutuhkan penelitian lanjut.
2) Faktor biokemikal
Berkurangnya kadar serotonin pada sistem saraf pusat dihubungkan
dengan timbulnya prilaku agresif.
3) Faktor-faktor biologi anak
Salah satu faktor yang cenderung gangguan tangkah laku adalah
temperamen anak. Aspek kepribadian seperti aktivitas anak, respon
emosional, kualitas mood dan adaptasi sosial merupakan bagian dari
temperamen anak. Apabila orangtua tidak sabar dalam menghadapi
temperamen anak, dan selalu melarang anak dan tidak konsisten
cenderung kelak anak akan mengalami gangguan tingkah laku.
4) Faktor sekolah
Anak-anak yang mengalami gannguan tingkah laku sering mempunyai
intelektual yang rendah, dan prestasi akademik yang rendah. Tempat
sekolah, kemmapuan dan mepati guru berpengaruh terhadap kejadian
gangguan tingkah laku.
5) Psikologi orangtua dan peranan orangtua (ibu yang depresi, ayah
pecandu alkohol cenderung menyalahkan, mengkritik terhadap prilaku
anaknya), kemelaratan, kemiskinan, pengangguran. Hal ini bisa
menjadi penyebab gangguan tingkah laku yang dialami anak.
(Soetjiningsih,2010)
d. Diagnosis
Menurut DSM –IV American Psychiatric Association, diagnosis gangguan
tingkah laku dapat ditegakkan sesuai kriteria, sebagai berikut :
a) Pola perilaku berulang dan menetap
i. Pola agresif terhadap oang lain
Sering mengganggu, mengancam, atau mengintimidasi
oranglain. Sering memulai perkelahian fisik, menggunakan
senjata yangdapat menyatakan fisik orang lain. Mengancam
fisik oranglain atau binatang, mencuri yang sering
menimbulkan korban, dll.
ii. Merusak hak milik orang lain
iii. Berbohong atau mencuri
iv. Pelanggaran serius terhadap peraturan
b) Gangguan ini menyebabkan terjadinya gangguan sosial, akademik,
atau fungsi pekerjaan secara signifikan
c) Jika individu berumur 18 tahun lebih, tidak memenuhi kriteria
gangguan kepribadian anti sosial. (Soetjiningsih,2010)
e. Penatalaksanaan
- Pelatihan anak
- Intervensi keluarga
- Pendidikan sekolah
- Program komunitas (Soetjiningsih,2010)

2. Tindak kekerasan pada remaja


a. Definisi
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja.
b. Faktor Risiko
a) Faktor individu, riwayat agregasi dini, keyakinan yang tertanam
terhadap adanya kekerasan, defisit kognitif sosial.
b) Keluarga, berupa kurangnya monitoring atau pengawasan
orangtua, terpapar kekerasan, orangtua peminum alkohol atau
pemakai obat terlarang, kurangnya ikatan emosional orangtua atau
pengasuh.
c) Teman/sekolah, berhubungan dengan temannya yang berisiko
tinggi atau mempunyai masalah prilaku, rendahnya keinginan ke
sekolah, kegagalan akademik
d) Lingkungan, kemiskinan dan kurangnya kesempatan bekerja,
besarnya konflik keluarga dan paparan kekerasan
c. Pencegahan dan interensi
a) Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan/ deteksi dini bagi
remaja yang sudah memiliki riwayat tindakan kekerasan. Strategi
efektif yang
dapat dipakai sebagai pencegahan primer antara lan : indentifikasi
terhadap remaja, meningkatkan stabilitas pendapat kepadatan,
program prasekolah yang mampu memberikan pendidikan
intelektual, emosional, dan sosial, mengurangi paparan kekerasan
media pada anak, mengajak remaja untuk berkreasi, memperbaiki
lingkungan sekolah, serta menjamin keamanan dan mengawasi
secara rutin pada saat anak berangkat dan pulang sekolah.
b) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada remaja yang sudah
teridentifikasi sebagai remaja yang berisiko. Intervensi yang dapat
dilakukan yaitu : memperbaiki lingkungan sekolah dengan
membuat kelas yang lebih sedikit jumlahnya dan mengawasi
mereka setelah pulang sekolah, mendukung peranan orang dewasa
dalam mempersiapkan masa transisi yaitu mengadakan pelatihan
kerja, magang, dan tempat kerja, memberikan asuhan oleh orang
yang berisiko melakukan tindakan kekerasan, serta memberikan
psikoterapi pada remaja dan keluarganya.
c) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier diberikan kepada remaja yang sudah terlibat
dalam tindakan kekerasan dan sistem peradilan remaja.
C. REMAJA DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Pendahuluan
Perkembangan yang sehat bilaman anak tumbuh menjadi seorang remaja
yang sehat fisik maupun psikologis serta terhindar dari cacat sosial seperti
kecanduan narkoba, tindakan criminal dan lainnya (Soetjiningsih, 2010).
Secara seksual perkembangan yang dianggap berhasil meliputi membangun
hubungan antara mereka yang akrab dan kasih tanpa sampai terjadi kehamilan
yang tidak dikehendaki atau terjangkit penyakit menular seksual (Soetjiningsih,
2010).
Faktor-faktor yang berpengaruh meningkatkan resiko penularan IMS pada
remaja

Faktor psikologi dan perkembangan kognitif

1. Berbagai perkembangan terjadi mulai dari waktu baru meningkat remaja (11-
15 tahun) sampai remaja mendekati dewasa, termasuk perkembangan
psikologis dan kognitif.
2. Golongan umur yang lebih muda mempunyai kemampuan berpikir yang lebih
sederhana, cenderung lebih konkrit, lebuh perhatian pada hal-hal yang terjadi
di
sekitarnya dan pada saat sekarang tidak mampu bepikir konseptual, misalnya ttg
apa yang akan terjadi pada masa mendatang akibat perbuatan hari ini.

3. Oleh karena itu, beberapa jenis IMS, seperti HIV, infeksi klamidia
mempunyai dampak dalam waktu lam sesudah infeksi (1 dekade/lebih).

4. Orang yang lebih muda tidak dapat berpikir melakukan pencegahan atau
berhati-hati untuk menghindari akibat tersebut.

5. Orang tua, pendidik, petugas kesehatan pada umumnya tidak memberikan


penkes ttg cara menghindari IMS shg anak tidak memiliki pengetahuan dasar
ttg IMS.

(Soetjiningsih, 2010).

 Perilaku seksual

Dalam perilaku seksual, terutama pada para remaja perubahan-perubahan ini


terlihat secara jelas. Pengaruh sosial-budaya yang dengan perubahan-perubahan
psiko-biologis menyebabkan para remaja lebih beresiko terkena IMS.
 Pelayan kesehatan khusus remaja

Banyak para remaja yang jarang memeriksakan dirinya ke pelayanan


kesehatan atau pelayanan yang bercampur dengan orang dewasa karena malu.
Sehingga banyak remaja yang lebih memilih memeriksakan dirinya ke dukun.
Sehingga banyak penyakit yang menjadi komplikasi , keracunan obat dan
menambah resistensi obat.
Pencegahan IMS pada Remaja

 Program sekolah

Tempat yang cukup ideal untuk melakukan pendidikan kesehatan bagi


para remaja.
Penkes yang dapat diberikan dapat berupa kesehatan reproduksi dan
kesehatan lainnya.

 Luar sekolah
Penkes untuk remaja juga dapat dilakukan diluar sekolah yaitu
pada organisasi- organisasi diluar sekolah seperti Krang taruna dll.
 Media massa
Jaman sekarang media massa sudah sangat canggih untuk
digunakan, sudah sangat mudah untuk mendapatkan segala macam
informasi, sehingga media massa adalah suatu media yang sangat tepat
untuk mencari informasi yang akan memberikan penkes kepada para
remaja.
(Soetjiningsih, 2010)

Kesehatan Reproduksi Remaja

Departemen Kesehatan RI bersama dengan lembaga swasta tahun 1996, telah


merumuskan ttg 4 komponen pelayanan reproduksi esensial yaitu: KIA, KB,
pencegaha dan pemberantasan IMS dan HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi
remaja.
Tujuan Kesehatan Reproduksi Remaja adalah:

1) Menurunkan resiko kehamilan dan pengangguran yang tidak dikehendaki

2) Menurunkan penularan IMS dan HIV/AIDS

3) Memberikan informasi kontrasepsi

4) Konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi


DAFTAR PUSTAKA

Haslam RHA. Endokrine System. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi Internasional ke-17.
Philadelphia : Saunders Elsevier Science. 2004 ; p.1926-1935

Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :


Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai