Anda di halaman 1dari 23

PRA PROFESI PERSALINAN

MAKALAH MODUL X DAN XI

Dosen Pembimbing : Henny Fitria, SST., M.Keb

Kelompok : 5

Anggota : Fannysia Halim (1710333014)

Nadia Shabira Amima (1710332009)

Trifia Rahmawati (1710331014)

Malika Qohhareli Swanda (1710333008)

Fharyn Mayyurid (1710333003)

Dara Tri Prawangsa (1710333004)

Nadia Agustin (1710331007)

Ririn (1710331001)

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
SKENARIO : “CABI” NYA PIPI ANAKKU

Ny. Rina, usi 28 tahun, G5P3A1H4 usia kehamilan 37 minggu datang ke PMB
bersama suaminya dengan keluhan keluar lendir campur darah dari kemaluan sejak 2
jam. Hasil anamnesis bahwa ia merasakan nyeri dari pinggang menjalar ke ari-ari
sejak semalam, riwayat persalinan pertama dengan cara pervaginam spontan,
kehamilan kedua mengalami abortus, persalinan ketiga secara pervaginam dengan
Manuver McRobertskarena anak besar (BB lahir 4300 gram), persalinan anak
keempat pervaginam dengan anak gamelli (BB 2100 gram dan 1900 gram).

Hasil pemeriksaan diperoleh penambahan berat badan klien selama hamil ini
adalah 20 kg, TD 120/80 mmHg, Nadi 82x/menit, frekuensi napas 20x/menit, Suhu
36,8°C, TFU 40cm, palpasi : kepala berada di daerah fundus uteri, DJJ terdengar di
atas umbilikus kanan atas dengan frekuensi 142x/menit, VT : dinding vagina tidak
ada kelainan, ketuban (-),effacement 50%, pembukaan 5 cm, presentasi
bokongdenominator os sacrum kanan belakang. Pada ANC sebelumnya, Bidan
menganjurkan Ny. Rina untuk melakukan tindakan kneechestdi rumah. Bidan
menginterpretasikan bahwa TBJ lebih besar dibandingkan kehamilan pertama dan ke-
3.

Bidan menginformasikan bahwa apabila persalinan ini dilanjutkan secara


pervaginam maka kemungkinan akan terjadi penyulit persalinan, oleh karena itu
sebaiknya persalinan dilakukan di rumah sakit. Sementara bidan mempersiapkan
rujukan, klien disarankan untuk miring ke kiri dan adanya anggota keluarga yang
mendampingi.Bidan mendampingi kliensampai ke tempat rujukan danselalu
memantau kondisi ibu sertajanin.Bagaimanakah saudara menjelaskan kasus diatas?
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki
karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian
terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah indikasi
yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD (cephalopelvic
disproportion)adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala janin yang
besar,atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap penyempitan diameter
panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan distosia selama
persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas panggul, midpelvis, atau
pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa
terjadi pada tingkat pelvic inlet,outlet dan midlet,diagnosisnya bergantung pada
pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran
kepala janin.Panggul sempit disebut-sebut sebagai salah satu kendala dalam
melahirkan secara normal karena menyebabkan obstructed laboryang
insidensinya adalah 1-3% dari persalinan.
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri
tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin.
Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi
serta asidosis, dan infeksi intrapartum,ruptur uteri mengancam serta resiko
terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis,atau fistula
rektovaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang
panggul.Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian
perinatal,dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa
menimbulkan fraktur pada os parietalis.
Oleh sebab itu, penatalaksanaan kebidanan yang tepat akan sangat
membantu mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan
dengan resiko tinggi persalinan pada distosia.Dimana dengan perencanaan yang
tepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian Distosia
2. Menjelaskan klasifikasi distosia
3. Menjelaskan etiologi distosia
4. Menjelaskan distosia karena kelainan janin
5. Menjelaskan asuhan kebidanan distosia Karena kelainan janin

C. Manfaat
1. Untuk Mengetahui pengertian distosia
2. Untuk Mengetahui klasifikasi distosia
3. Untuk Mengetahui etiologi distosia
4. Untuk Mengetahui distosia karena kelainan janin
5. Untuk Mengetahui asuhan kebidanan distosia karena kelainan janin
BAB II

URAIAN MATERI

A. Pengertian Distosia
Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar
karena terjadi penyimpangan dari konsep eutosia 3P (power,passage,passenger).
(manuaba,1998).
Menurut rustam mochtar,1998 adalah kesulitan dalam jalannya persalinan.
Secara harfiah diartikan sebagai persalinan sulit yang ditandai dengan kemajuan
persalinan yang lambat (Al-fathdry,2002).

B. Klasifikasi Distosia
1. Distosia karena kelainan presentasi
malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara
malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput
sebagai titik referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan
malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama.
Kelainan letak, persentasi atau posisi
a) Posisi oksipitalis posterior persisten
Yaitu persalinan persentasi belakang kepala
b) Presentasi puncak kepala
Bila defleksinya ringan sehingga UUB merupakan bagian terendah
c) Presentasi Muka
Dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput
tertekan pada punggung.
d) Presentasi Dahi
Kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal
sehingga dahi merupakan bagian terendah
e) Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di
bagian bawah kavum uteri
f) Letak lintang
Sumbu memanjang janin menyilang, sumbu memanjang ibu tegak lurus
atau mendekati 90 derajat
g) Presentasi Ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul
dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di samping bokong janin
dijumpai tangan
2. Distosia Kelainan Tenaga dan / His
a) Inersia uteri atau Hypotonic uterine countraction.
Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada normal.
Keadaan umum biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.
b) His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania uteri)
His yang terlalu kuat dan sering menyebabkan persalinan berlangsung
singkat tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat membahayakan bagi ibu
karena terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir (dapat menyebabkan
ruptura uteri) sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena mendapat tekanan kuat dalam waktu singkat.
c) Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic uterine
contraction. Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi dan
sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin.
3. Distosia karena alat kandungan dan jalan lahir
Meliputi alat kelamin luardan dalam,adapun yang bisa mempengaruhi
kemajuan persalinan dapat dijabarkan sebagi berikut :
a) Pada vulva
 edema ditemukan pada persalinan lama yang disebabkan pasien
dibiarkan mengedan terus,jarang mempengaruhi kelangsungan
persalinan.
 Stenosis pada vulva yang diakibatkan oleh radang dapat sembuh
dan meninggalkan jaringan perut sehingga mengalami kesulitan
pada kala pengeluaran sehingga diperlukan episiotomy yang
cukup luas.
 Tumor dalam bentuk neoplasma.
b) Pada vagina
 Septum vagina yang tidak lengkap menyebabkan kadang-kadang
menahan turunnya kepala janin sehingga harus dipotong dahulu.
 Stenosis vagina yang tetap kaku menyebabkan halangan untuk
lahirnya janin perlu dipertimbangkan seksio sesaria
 Tumor vagina menyebabkan rintangan persalinan
pervaginam,beresiko kelancaran persalinan pervaginam.
c) Pada uterus
 Posisi anterversio uteri (posisi uterus ke depan)pada kala 1
pembukaan kurang lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan
ibu untuk tidur pada posisi terlentang.
 Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang
menyebabkan terjadinya letak lintang dan tidak bisa
dikoreksi.biasanya jalannya partus kurang lancar dan his kurang
lancar yang menyebabkan fungsi uterus kurang baik.
d) Kelainan pada ovarium
 Kista ovarium,jika tempatnya di daerah fundus maka persalinan
dapat berlangsung normal
 Jika kedudukan kista di pelvis minor,maka dapat menganggu
persalinan dan persalinan diakhiri dengan seksio saesaria.
4. Distosia karena kelainan janin
Klasifikasi :
 Distosia kepala : hydrosefalus (kepala besar,hygromonas koli / tumor
leher)
 Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong
 Distosia perut : hydro post fetalis,asites,akardiakus
 Distosia bokong : meningokel,spina bifida dan tumor pada bokong
janin
 Kembar siam (double monster)
 Monster lainnya.
a) Pertumbuhan janin yang berlebihan (janin besar )
Dikenal dengan makrosomia,atau giant baby adalah bayi dengan berat
badan diatas 4 kilogram.
b) hydrosefalus
adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun.cairan yang tertimbun dalam pentrikel
biasanya antara 500-1500 ml,akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai
5 liter.hydrosefalus seringkali disertai kelainan bawaan lain seperti
misalnya spinabifida.
c) Anencefalus
Suatu kelainan congenital dimana tulang tengkorak hanya terbentuk dari
bagian basal dari os frontalis,os parietalis,dan os oksipitali,os orbita
sempit hingga Nampak penonjolan bola mata.
d) Kembar siam
Terjadi pada janin kembar ,melekat dengan penyatuan janin secara
lateral.pada banyak kasus biasanya terjadi persalinan premature.apabila
terjadi kemacetan dapat dilakukan tindakan vaginal dengan merusak
janin atau melakukan section saesaria.
e) Gawat janin
Terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen,sehingga mengalami
hipoksia .
5. Distosia karena kelainan panggul
Jenis kelainan panggul (Caldwell moloy) :
- Panggul ginekoid
- Panggul anthropoid
- Panggul android
- Panggul platipeloid
Perubahan panggul menurut munro kerr
- Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intruretin
- Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan
atau sendi
- Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang
- Perubahan bentuk karena penyakit kaki
Perubahan bentuk Karena kelainan pertumbuhan intrauretin
- Panggul naegele
- Panggul Robert
- Split pelvis
- Panggul asimilasi
Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi :
- Rakitis
- Osteoplasma
- Neoplasma
- Fraktur
- Atrofi
- Penyakit sendi

C. Etiologi Distosia
Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Distosia karena kelainan presentasi
malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara
malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan
oksiput sebagai titik referens,masalah ;janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama
2. Distosia karena kelainan posisi janin
a) letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim
relative kurang lonjong,air ketuban masih banyak dan kepala relative
besar,hidramion anak mudah bergerak,plasenta previa Karena
mengahalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul,bentuk
rahim yang abnormal,kelainan bentuk kepala seperti amemsefalus dan
hidrosefalus (obsteri patologi;134)
b) letak lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi
CPD,hidrosefalus,ansefalus,plasenta previa,dan tumor pelvis ,janin
mudah bergerak karena hidramion,multiparitas,pertumbuhan janin
terhambat, atau janin mati,gemeli,kelainan uterus,lumbar
skoliosis,monster, pelvic kidney,dan kandung kemih serta rectum
penuh.
3. Distosia karena kelainan tenaga/ His
Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri
sering dijumpai pada multi gravid,factor herediter,emosi dan kekuatan
,salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian obat seperti
oksitosin dan obat penenang.
4. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir
Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau keabnormalan
saluran reproduksi yang dapat mengganggu dorongan atau pengeluaran
janin
5. Distosia karena kelainan janin
1) Bayi besar
2) Hydrosefalus
Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan tempat
absorpsi dalam ruang subaraknoid.
3) Anensefalus
Disebabkan factor mekanik,factor infeksi,factor obat,factor umur
ibu,factor hormonal.
4) Kembar siam
Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna.karena terjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah
anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam (UNPAD 1998).
5) Gawat janin
a. Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus
plasenta dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus,yang
berlebihan,dapat dihubungkan dengan pemberian
oksitosin,hipotensi ibu,kompresi venakava,posisi terlentang,
perdarahan ibu, solusio plasenta,plasenta previa.
b. Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus
plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi,
c. Diabetes melliltus
Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada bayi akan
mengalami hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes mengalami
toleransi glukosa terganggu,dan dan seringkali disertai hipoksia.
d. Isoimunisasi rh,postmaturnitas atau dismaturnitas,kompresi
(penekanan)tali pusat.
D. Distosia Karena Kelainan Janin
1. Janin besar
Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi
bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gr adalah 5,3% dan
yang lebih dari 4500 gr  adalah 0,4%. Pernah dilaporkan berat bayi lahir
pervaginam 10,8-11,3 kg (sinopsis obstetri edisi 2 : 375).
Yang dikatakan janin besar ialah janin yang lebih berat dari 4000 gram.
Menurut kepustakaan janin yang besar baru dapat menimbulkan distosia
kalau beratnya melebihi 4500 gram (obstetri patologi : 201).
1. Etiologi
1) Diabetes Militus.
DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar dengan berat lahir
mencapai 4000-5000 gram atau lebih.
2) Keturunan (orang tua yang besar).
Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan
bayi besar
3) Multiparitas (anak berikutnya selalu lebih besar dari anak
terdahulu).
Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia
sebelumnya,maka ia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali
melahirkan makrosomia dibandingkan wanita yang belum pernah
melahirkan bayi makrosomia karena umumnya berat seorang bayi
yang akan lahirv berikitnya bertambah sekitar 80-120 gr.
4) Kehamilan posterm.
5) Wanita-wanita dengan habitus indolen.
6) Eritroblastosis.
7) Hipertiroidisme.
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan ialah karena besarnya
kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh janin
yang sangat besar dapat timbul inersia dan kemungkinan perdarahan
postpartum lebih besar.
2. Diagnosis
Menentukan apakah janin besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini
dapat diperkirakan dengan cara:
1) Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit
melahirkannya dan adanya diabetes militus.
2) Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya
(oedem dan sebagainya).
3) Pemeriksaan teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik
dalam hal ini dianjurkan untuk mengukur kepala janin dengan
USG.
3. Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gr
umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan
diperoleh jika janin lebih besar dari 4500-5000 gr atau pada kepala
yang sudah keras (postmaturitas) dan pada bahu yang lebar (bayi
kingkong). Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvik ini dibiarkan
maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
4. Penanganan
1) Pada disproporsi sefalo atau feto-pelvik yang sudah diketahui
dianjurkan sc.
2) Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan
episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir, atau bahu
diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral.
Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik, dan untuk cedera
postkleidotominya konsulkan pada bagian bedah.
3) Apabila janin meninggal lakukan embriotomi.
2. Hydrocephalus
Hydrocephalus adalah pengumpulan liquor serebrospinalis dalam
ventrikel otak, jumlah cairan bervariasi antara 500-1.500 ml, kendatipun
jumlah yang lebih banyak lagi pernah dilaporkan (ilmu patologi dan
fisiologi persalinan : 676 ).
Penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala
menjadi besar serta ubun-ubun jadi lebar. Jumlah cairan besar bisa
mencapai 1,5 liter bahkan ada yang sampai 5 liter. Sering dijumpai
kelainan lain seperti spinabifida dan cacat bawaan lain pada janin.
a. Etiologi
Etiologi dari hydrocephalus belum jelas, tapi salah satu sebab ialah
toksoplasmosis, namun adapula yang menyebutkan bahwa
disebabkan karena penyebaran radang etitis media rongga kranial.
b. Diagnosis
Pada janin letak kepala adanya hydrocephalus dapat dikenali
dengan :
1) Palpasi abdomen teraba ukuran kepala yang besar di atas
simfisis dan kepala tidak memasuki pintu atas panggul.
2) Pemeriksaan dalam teraba kepala yang besar dengan sutura
yang dalam dan ubun-ubun yang luas, tulang kepala terasa tipis
sekali sehingga dapat ditekan seperti menekan bola pingpong
(tanda perkamen atau tanda bola pingpong).
3) Rontgen foto akan memberikan bayangan tengkorak kepala
yang besar sekali.
4) Ultrasonografi tampak kepala yang besar dengan ukuran
diameter biparietalis yang lebar.
Pada letak sungsang lebih jarang terjadi rupture uteri. Pada
kelahiran bokong akan dijumpai anomalia yang menyertai seperti
spina bifida dan talipes.
Spina bifida adalah keadaan tidak lengkapnya arkus vertebra,
Talipes adalah deformitas kongenital  dengan terjadinya
pertumbuhan kaki dengan sudut yang abnormal terhadap tungkai.
Kita harus ingat akan kemungkinan hydrocephalus jika:
1) Kepala tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat.
2) Kepala tetap dapat digoyangkan dan sangat lebar pada
perabaan.
3) Kalau Nampak adanya spina bifida pada tubuh yang sudah lahir
pada letak sungsang.
c. Prognosis
Partus akan berjalan sulit dan bila tidak segera ditolong dapat terjadi
ruptur uteri, disebabkan kepala yang besar meregang segmen bawah
rahim. Prognosa untuk janin jelek.
d. Penanganan
1) Kepala janin yang besar dikecilkan dengan jalan melakukan
pungsi sisterna pada pembukaan 3-4 cm.
Caranya adalah dengan menggunakan jarum pungsi spinal yang
besar dan panjang , cairan dikeluarkan sebanyak mungkin dari
dalam ventrikel. Jarum dimasukkan dengan tuntunan tangan
supaya tidak salah jalan atau melukai jalan lahir.
2) Kalau pembukaan lengkap, kerjakan perforasi atau kraniolaksi.
3) Pada letak sungsang akan terjadi after coming head, dilakukan
perforasi dari foramen ovale untuk mengeluarkan cairan.
Biasanya sesudah kepala jadi kecil janin akan mudah
dilahirkan.
4) Setelah anak lahir harus dilakukan eksplorasi cavum uteri.
3. Anencephalus
Anencephalus adalah tidak adanya rongga kranial secara kongenital,
dengan seluruh hemisfer serebrum tidak ada atau mengecil menjadi massa
kecil (kamus kedokteran Dorland)
Anencephalus adalah keadaan tanpa adanya kubah tengkorak dengan
otak yang sebagian atau seluruhnya tidak ada (ilmu kebidanan patologi &
fisiologi persalinan : 675).
Anencephalus adalah malformasi kongenital yang nyata karena kubah
cranium dan hamiser serebri tidak berhasil tumbuh. Penyebab utama
adalah presentasi wajah (kamus saku bidan : 22 ).
a. Etiologi
Anensefalus adalah suatu kelainan tabung saraf (suatu kelainan yang
terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan
pada jaringan pembentuk otak dan korda spinalis). Anensefalus terjadi
jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup, tetapi penyebabnya yang
pasti tidak diketahui. Penelitian menunjukkan kemungkinan
anensefalus berhubungan dengan racun di lingkungan juga kadar asam
folat yang rendah dalam darah.
b. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasound dan sinar-x,
namun kecurigaan dapat timbul kalau pemeriksa tidak mampu meraba
kepala janin dan dengan adanya gerak janin yang hiperaktif setelah
pemeriksaan rektal atau vaginal. Jari tangan pemeriksa yang
menyentuh jaringan otak yang ada disebelah bawah serta tidak tertutup
itu merangsang janin sehingga bergerak kuat. Anencephalus
merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan polihidramnion
dan harus dicurigai pada semua kasus yang cairan ketubannya
berlebihan tanpa sebab-sebab yang jelas.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1) Kadar asam lemak dalam serum ibu hamil.
2) Amniosentesis (untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-
fetoprotein).
3) Kadar alfa-protein meningkat (menunjukkan adanya kelainan
tabung syaraf).
4) Kadar estriol pada air kemih ibu.
5) Ultrasonografi.
c. Prognosis
Kebanyakan bayi dengan anencephalus dilahirkan tanpa kesukaran
karena kepala bayi kecil, bagian ini tidak melebarkan servik dengan
baik sehingga diperlukan traksi dengan menggunakan penjepit pada
kepala agar bahu dapat ditarik keluar. Umumnya, kita lebih baik
menunggu persalinan spontan daripada melakukan induksi percobaan
melalui servik yang belum matang. Monster anencephalus tidak
mungkin bertahan hidup, mereka lahir dalam keadaan meninggal
atau akan meninggal dalam waktu beberapa hari setelah lahir.
d. Penanganan
Pada hampir semua kasus, melahirkan bayi anencephalus mereka
melalui kemaluannya tidak menimbulkan masalah, dapat dilahirkan
secara spontan. Walaupun ada anggapan bahwa persalinannya akan
lebih lama, disebabkan tidak adanya tempurung kepala pada sang
bayi yang dapat membantu membuka rahim.
4. Kembar siam
Kembar siam (double monster) yaitu penyatuan dua janin (kembar
melekat), ini bisa berupa:
1) Kraniofagus : yang melekat kedua kepala.
2) Pigofagus : kedua panggul melekat.
3) Diprofagus atau difagus : bila kedua janin berhubungan tidak
lengkap sebagian di badan atas dan sebagian lagi di badan bawah.
4) Torakofagus : penyatuan pada bagian dada
5) Omfalogus : penyatuan pada bagian perut
6) Disefalus : penyatuan dengan seluruh tubuh dengan kedua kepala
7) Sinsefalus : penyatuan tubuh dengan satu kepala

Bayi yang berkembang dari pemisahan parsial ini disebut kembar siam.
Kembar siam juga secara fisik terhubung - paling sering pada kepala, dada
atau panggul. Bahkan pada kasus tertentu kembar siam, bayi satu dengan
yang lain berbagi satu atau lebih organ internal. Banyak kembar siam
yang mati saat lahir atau mati setelah lahir. Beberapa kasus kembar siam
yang masih hidup keduanya dipisahkandengan cara pembedahan.
Keberhasilan operasi ini tergantung pada di mana si kembar yang
bergabung dan berapa banyak organ digunakan bersama, dan juga pada
pengalaman dan keterampilan dari tim bedah.

a. Etiologi
Kembar siam terjadi jika satu sel telur membelah dan berkembang
menjadi dua janin.  Dalam beberapa kasus, telur yang telah dibuahi
gagal untuk memisahkan sepenuhnya.
b. Diagnosis
Tanda pertama kembar siam adalah sama untuk setiap kehamilan
kembar sebuah rahim yang tumbuh pesat yang lebih besar daripada
untuk satu embrio. Ibu bayi kembar mungkin juga memiliki kelelahan
berat, mual dan muntah di awal kehamilan.  kelainannya bisa dideteksi
dengan pemeriksaan USG atau ultrasonografi dengan 3 atau 4 dimensi
di usia 20 minggu.
c. Prognosis
Perawatan kembar siam sangat bervariasi tergantung pada keadaan.
Banyak orangtua membuat keputusan sulit untuk mengakhiri
kehamilan. Prognosis dan kualitas hidup membebani isu dalam
pengambilan keputusan, serta kemungkinan keberhasilan pemisahan.
Jika bayi berbagi jantung atau otak, misalnya, operasi pemisahan
mungkin tidak dapat dilakukan. Meski kelahiran kembar siam
tergolong unik namun bila tidak ada peran dari dokter anak, maka
kelangsungan hidupnya tidak akan bertahan lama, meski usia si
kembar siam diprediksi berlangsung singkat.
d. Penanganan
Perawatan kembar siam sangat bervariasi tergantung pada keadaan.
Banyak orangtua membuat keputusan sulit untuk mengakhiri
kehamilan. Prognosis dan kualitas hidup membebani isu dalam
pengambilan keputusan, serta kemungkinan keberhasilan pemisahan.
Jika bayi berbagi jantung atau otak, misalnya, operasi pemisahan
mungkin tidak dapat dilakukan.
5. Gawat Janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh
oksigen yang cukup.
a. Etiologi
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O 2 cukup, sehingga
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka
waktu lama) atau akut. Janin yang sehat adalah janin yang tumbuh
normal, dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala. Adapun
janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipoksia)
adalah :
1) Janin yang pertumbuhannya terhambat.
2) Janin dari ibu dengan  diabetes.
3) Janin preterm dan posterm.
4) Janin dengan kelainan letak.
5) Janin kelainan bawaan dan infeksi.

Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila:

1) Persalinan berlangsung lama.


2) Induksi persalinan dengan oksitosin.
3) Ada perdarahan dan infeksi.
4) Insufisiensi plasenta: postterm, preeklampsia.

Cara mencegah gawat janin yaitu :

1) Gunakan partograf untuk memantau persalinan.


2) Anjurkan ibu untuk sering ganti posisi selama persalinan.
3) Ibu hamil yang berbaring terlentang dapat mengurangi aliran
darah ke rahim.
b. Diagnosis
1) Frekuensi denyut jantung janin kurang dari 120x/ menit atau lebih
dari 160x/ menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10
x dalam 12 jam).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika
bayi lahir dengan leta kepala).
c. Prognosis
Pengobatan gawat janin (penyelamatan) berusaha mengembalikan
atau mempertahankan aliran darah uteroplasenta- janin dan
keseimbangan asam basa. Namun demikian prognosis sangat
tergantung pada penyebab gawat janin yang mendasari dan keadaan
janin.
d. Penanganan
1) Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara mintalah si ibu untuk
mengubah posisi tidurnya, berikan cairan kepada ibu secara oral
atau IV, berikan oksigen.
2) Periksa kembali denyut jantung janin, bila frekuensi bunyi
jantung janin masih tidak normal maka dirujuk, bila merujuk tidak
memungkinkan maka siap-siap untuk menolong bayi baru lahir
dengan asfiksia.
Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan
aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran
darah maupun oksigen melalui plasenta ke janin. Bila posisi miring
kiri tidak membantu coba posisi yang lain (miring ke kanan, posisi
sujud). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau
mengobati gawat janin.

E. Asuhan Kebidanan Distosia Karena Kelainan Janin


1. Asuhan Kebidanan pada kasus hydrosephalus : 
 Pantau kemajuan persalinan
 Jika bokong murni dan bukan primipara, adanya kesesuaian
panggul dengan ukuran janin, maka bidan dapat menolong
persalinan secara pervaginam dan bidan yang melakukan adalah
yang memiliki kompetensi.
 Setiap persalinan sungsang sebaiknya ditolong pada fasilitas
kesehatan yg dapat melakukan operasi
 Jangan pecahkan ketuban.Bila ketuban pecah periksa apakah ada
prolaps tali pusat dan apabila prolaps tali pusat dan kelahiran
pervaginam tidak mungkin maka lakukan SC 
2. Asuhan Kebidanan pada kasus Anancephlus :
Pada hampir semua kasus, melahirkan bayi anencephalus secara
pervaginam tidak menimbulkan masalah.
Namun ada beberapa anggapan bahwa persalinannya akan lebih lama,
disebabkan tidak adanya tempurung kepala pada sang bayi yang dapat
membantu membuka rahim.
3. Asuhan Kebidanan pada kasus Kembar Siam : 
 Penuhi kebutuhan biologi dan psikologi ibu
 Libatkan keluarga
 Lakukan rujukan
 Perawatan kembar siam sangat bervariasi tergantung pada
keadaan. Banyak orangtua membuat keputusan sulit untuk
mengakhiri kehamilan. Prognosis dan kualitas hidup membebani
isu dalam pengambilan keputusan, serta kemungkinan
keberhasilan pemisahan. Jika bayi berbagi jantung atau otak,
misalnya, operasi pemisahan mungkin tidak dapat dilakukan. 
4. Asuhan Kebidanan presentasi dahi
Pantau KU ibu, DJJ dan kemajuan persalinan ,Tidak ada tanda kemajuan
lakukan rujukan dengan kolaborasi terhadap dokter spesialis kebidanan
dan kandungan Jika bayi kecil atau mati, dapat lahir secara spontan
dengan
Syarat : bila pembukaan lengkap lakukan embriotomi bila pembukaan
tidak lengkap SC Jika janin hidup lakukan SC
5. Asuhan Kebidanan presentasi muka : 
 Pantau kemajuan persalinan meliputi kondisi ibu, janin dan
kemajuan dengan menggunakan partograf
 Persiapan rujukan
 Bila pembukaan belum lengkap (tempat rujukan dengan syarat):
tidak terdapat kemajuan pembukaan dan penurunan, maka lakukan
SC
 Posisi dagu anterior pembukaan lengkap, lahirkan secara
pervaginam.
 Posisi dagu posterior, Bila pembukaan lengkap atau belum
lengkap, lakukan seksio sesarea
 Bila janin mati lakukan kraniotomi 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan
kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah
kelainan pada janin. Kelainan janin yang dapat terjadi anatara lain meliputi bayi
besar, hydrocephalus, anencephalus, kembar siam dan gawat janin. Peran bidan
dalam mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat
pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap.

B. Saran
1. sebaiknya persalinan dengan gawat janin dilakukan di rumah sakit atas
kolaborasi dengan dokter
2. Kehamilan gawat janin harus secepatnya dideteksi untuk menghindari
komplikasi terutama pada janin
3. Peran bidan dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapat dideteksi
secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak ada keterlambatan
dalam merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidan yang segera dan
sesuai dengan kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S.2006.Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal.jakarta: YBP-SP

Prawirohardjo Sarwono,2002,ilmu kebidanan,Jakarta; yayasan bina pustaka sarwono


prawirohardjo

Sastrawinata,Sulaeman.obstetri fisiologis.fakultas kedokteran UNPAD:Jakarta.1987

Biran,dkk.2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Djoko,dkk.2008.Buku Acuan Nasioal Pelayanan Kesehatan Maternal dan  Neonatal. 


Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Dr.manuaba,dkk.2005.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta:EGC

Ending,sudarti.2010.Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Yogyakarta:


Nuha Medika

Marmi,dkk.2011.Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Nugroho,taufan.2012.Patologi Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika

Nuswantari,dyah.1998.Kamus Kedokteran Dorland edisi 25.Jakarta: EGC

Prof.dr.mochtam,rustam.1998.Sinopsis Obstetri Edisis 2.Jakarta:EGC

Prof.R.sastrawinata,sulaiman.1981.Obstetri Patologi.Bandung:bagian Obstetri dan


Ginekologi fakultas kedokteran Unpad Bandung

Prof.R.sastrawinata,sulaiman.1981.Obstetri Patologi.Bandung:bagian Obstetri dan


Ginekologi fakultas kedokteran Unpad Bandung

Sandra,nikola.2005.Kamus Kebidanan Bergambar.Jakarta:EGC


William.harry.2010.Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta:Yayasan esensia medika

Anda mungkin juga menyukai