Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAPROFESI KELUARGA BERENCANA (KB)

MODUL 1

Dosen : Fitrayeni, SKM.,M.Biomed


Kelompok :1
Anggota : Nurul Aminnah (1710331008)
Nadia Agustin (1710331007)
Hadrah alfina (1710331005)
Yunda S (1710331006)

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019/20220
MODUL I

Rumusan Masalah: 1. Ranti adalah mahasiswa semester 5 yang mendapat tugas dari
dosennya untuk melakukan pengkajian tentang kependudukan di Indonesia. Dia merasa
tertantang untuk lebih dalam mengetahui tentang konsep kependudukan. Berdasarkan artikel
yang dibacanya, pada sensus penduduk tahun 2010 penduduk Indonesia yaitu mencapai lebih
200 juta dan menempati urutan ke 4 di dunia, sedangkan berdasarkan data BKKBN, pada
tahun 2013, junlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa. Populasi tertinggi berada di
pulau Jawa tertutama di provinsi Jawa Barat. Ranti berpikir apakah penyebaran penduduk
yang tidak merata ini berpengaruh pada kegiatan ekonomi dan pembangunan di daerah,
karena ia melihat dikampungnya yang warganya tidak terlalu banyak sering kali tidak
mendapat perhatian sehingga banyak warga yang tergolong miskin. Bagaimanakah saudara
menjelaskan apa yang dilakukan oleh Ranti?
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-
kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara
terus menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (fertilitas), tetapi
secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian (mortalitas) yang terjadi pada
semua golongan umur, serta perpindahan penduduk (mobilitas) juga akan mempengaruhi
bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara.
Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang
besar baru menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional hanya bila
penduduk yang besar tersebut berkualitas baik. Namun dengan pertumbuhan penduduk yang
pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata.
Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah
tercapai.
Perkembangan penduduk tanpa disertai dengan kontrol untuk mengukur jumlah
penduduk yang diinginkan, hanya akan menumbuhkan masalah sosial ekonomi dengan segala
akibatnya. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun ketahun memerlukan tambahan
investasi dan sarana di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya. Hal itu
tentu saja merupakan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usahanya untuk
membangun dan meningkatkan taraf hidup negaranya.
Pengetahuan tentang kependudukan adalah penting untuk diketahui oleh masyarakat
luas yang mana dapat merangsang timbulnya kesadaran dan membina tingkah laku yang
bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan, sehingga masalah-masalah yang ada
dapat diatasi bersama dengan penuh perhatian dan memungkinkan setiap timbulnya masalah
dapat dicegah atau dihindari.
Berkurangnya atau bertambahnya penduduk di suatu daerah mempunyai hubungan
yang erat dengan perkembangan teknologi yang dimilikinya. Semakin tinggi teknologi yang
dimiliki oleh suatu golongan penduduk, semakin luas kemingkinan memperbesar hasil-hasil
produksi kebutuhan hidup dan semakin luas pula mata pencaharian untuk pertambahan
penduduk. Setiap pendapatan baru dalam lapangan teknologi sangatlah besar pengaruhnya
terhadap perkembangan penduduk.
Untuk mengetahui banyaknya penduduk suatu daerah atau negara pada waktu tertentu
maka dilaksanakan sensus penduduk atau perhitungan cacah, survei, serta catatan-catatan
untuk dianalisis disusun menjadi angka. Data inilah yang akan dipergunakan sebagai bahan
untuk perencanaan ataupun sasaran-sasaran pembangunan dimasa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kependudukan?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan dinamika kependudukan?
1.2.3 Apa saja faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk?
1.2.4 Apa yang dimaksud transisi demografi?
1.2.5 Apa saja penatalaksanaan masalah kependudukan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kependudukan


Penduduk menurut UU.RI.No. 10 tahun 1992 yaitu orang dalam matranya sebagai
pribadi, anggota keluarga,anggota masyarakat, warganegara dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu tertentu.
(UU.RI.No. 10 tahun 1992)
Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu waktu / jangka
waktu tertentu. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan, fokus perhatian demografi
adalah perubahan beserta komposisi dan distribusi pendukung. Demografi didefinisikan
sebagai suatu studi kuantitatif dari suatu proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas,
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Kelima proses ini terjadi secara terus menerus dan
menentukan besar, komposisi dan distribusi penduduk yang bersangkutan. Perubahan-
perubahan kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dipelajari dalam
dinamika kependudukan (population dunamics). Studi ini mempelajari sejarah penduduk,
teori-teori mengenai penduduk dan kebijaksanaan penduduk. (Widyatun, Diah. 2012)

2.2 Dinamika Kependudukan


Dinamika penduduk yaitu suatu proses perubahan penduduk secara terus menerus
yang mempengaruhi jumlah.
Dinamika kependudukan merupakan perubahan kependudukan untuk suatu daerah
tertentu dari waktu ke waktu.
Penyebab perubahan penduduk
Dinamika penduduk dipengaruhi beberapa faktor yaitu kelahiran, kematian,
perpindahan penduduk serta kondisi sosial ekonomi dan budaya yang berkembang di
masyarakat.
Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk
merupakan faktor non alami.
Dari berbagai penyebab tersebut dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung:
a. Penyebab langsung
Yang dimaksud dari penyebab langsung dari pertumbuhan penduduk adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara langsung tanpa melalui variabel
antara lain:
1. Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yangnyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita.
2. Mortalitas
Mortalitas atau kematian adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
3. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap di suatu tempat
ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif atau batas bagian
dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen
di suatu daerah ke daerah lain.
Migrasi terbagi menjadi dua yaitu migrasi masuk dan migrasi keluar:
1 migrasi masuk (imigrasi) yaitu masuknya penduduk ke suatuvdaerah tempat tujuan
(area of destination)
2. Migrasi keluar (emigrasi) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah
daerah asal (area of origien)
Menurut Everett S. Lee ada empat faktor yang menyebabkan orang mengambil
keputusan untuk melakukan migrasi yaitu :
1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal.
2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan.
3. Faktor-faktor yang menghambat.
4. Faktor-faktor pribadi.

Gambar: Hubungan fertilitas/ kelahiran,


Mortalitas/kematian dan migrasi dengan jumlah penduduk
Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka pertambahan penduduk secara sederhana terbagi
menjadi :
1) Pertumbuhan penduduk alami yaitu pertambahan penduduk karena adanya
selisih antara kelahiran dan kematian.
2) Pertambahan penduduk sosial yaitu pertambahan penduduk disebabkan selisih
antara kelahiran kematian dan migrasi

b. Penyebab tidak langsung


Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk secara tidak langsung melalui
variabel antara yaitu keadaan sosial ekonomi dan budaya. Menurut King Sley Davis
dan Judith Blake, variabel antara yang dapat mempertinggi / menekan fertilitas
suatu masyarakat yaitu :
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan oleh hubungan kelamin (inter
couse variable)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk konsepsi (conception
variable)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran selamat (gestation
variable).
Usia perkawinan juga akan berpengaruh pada dinamika penduduk, jika perkawinan
terjadi pada usia muda maka usia reproduktif yang dialami oleh pasangan usia muda tersebut
akan lebih panjang daripada pasangan usia lanjut akibatnya kemungkinan jumlah anak yang
dihasilkan oleh pasangan muda akan lebih banyak daripada pasangan usia lanjut.
Status sosial, pekerjaan dan latar belakang pendidikan sedikit banyak berpengaruh
pada tinggi rendahnya fertilitas maupun mortalitas dalam suatu masyarakat. Tingkat fertilitas
umur lebih rendah pada wanita yang berusia lebih tua yang mempunyai penghasilan lebih
rendah. Ini karena tingkat ekonomi masyarakat rendah sehingga secara tidak langsung status
sosial ekonomi berpengaruh pada dinamika penduduk

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk


Kata Demografi berasal dari Bahasa Yunani yang dapat dilihat dari asal katanya yaitu
demos dan graphein. Demos dapat diartikan sebagai penduduk, dan graphein berarti menulis.
Dengan menggabungkan kedua makna dari kata-kata tersebut maka dapat diartikan kata
demografi berarti tulisan-tulisan atau karangan-karangan tentang penduduk suatu negara atau
suatu daerah. (A A I N Mahaeni: 2018 hal 6)
ilmu demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari perubahan-perubahan
kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik kependudukan serta perhitungan-
perhitungan secara matematis dan statistik dari data penduduk terutama mengenai perubahan
jumlah, persebaran, dan komposisi/strukturnya. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi
oleh perubahan pada komponen-komponen utama pertumbuhan penduduk yaitu fertilitas,
mortalitas, dan migrasi yang pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah, struktur,
dan persebaran penduduk
Perubahan jumlah penduduk baik (pertambahan atau pengurangan) disebut pertumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk antara lain:
1. Kesediaan pangan/bahan makan
2. Papan/ruang hidup
3.kebijakan pemerintah tentang kependudukan
4.pandangan hidup seseorang
Laju pertumbuhan penduduk (Growht Rate) ditentukan oleh tingkat kelahiran dan
tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan tingkat kematian kasar
(Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah
kematian per 1000 penduduk pertahun.
Dengan demikian ada 4 kemungkinan dari 2 variabel ini :
1. Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi
2. Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah
3. Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah
4. Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi

2.4 Transisi Demografi


Transisi demografi adalah berkembangnya keadaan peralihan penduduk yang semula
relatif tetap (stationer) berkembangnya dengan pesat dan akhirnya mencapai tetap (stationer)
kembali. (A A I N Mahaeni: 2018 hal 60)

Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya mortalitas antara lain :


a. Perkembangan teknologi di bidang pertanian dan perkembangan industri
modern / dewasa ini dikenal juga revolusi hijau yang ada pada masyarakat
Indonesia ditetapkan sebagai panca usaha di bidang pertanian.
b. Munculnya pemerintahan yang relatif stabil / mantap yang memungkinkan
mantapnya fasilitas penyaluran bahan makanan dan jasa.
c. Kemajuan sanitasi lingkungan menimbulkan kondisi lingkungan yang sehat
d. Kemajuan di bidang kedokteran, gizi, pengobatan dan program-progran
kesehatan masyarakat.
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi mortalitas , didasarkan pada :
1. Berdasarkan penelitian, kematian di desa pada umumnya lebih rendah
dibanding di kota (mutu kehidupan yang lebih sehat di desa)
2. Pilihan terhadap perkerjaan / profesi yang juga berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya mortalitas dan lingkungan pekerjaan yang tidak sehat (tambang, pabrik,
percetakan, lingkungan berdebu dan sebagainya) meningkatkan mortalitas.
Promortalitas adalah kondisi penentu di dalam sekelompok manusia (keluarga, suku
dan sebagainya) yang menyebabkan angka kematian di dalam kelompok tersebut
tetap tinggi. Kondisi ini meliputi :
1. Kondisi subyektif (kondisi, agama, kepercayaan) misalnya berani membela
agama (wali sahid) dan membela negara (patriot) berani mati menyongsong maut
karena kepercayaan dapat masuk surga / nirwana
2. Rasa malu (wirang) terdapat di masyarakat membuat orang mau membunuh
diri (tekanan sosial) misalnya harakiri di Jepang.
3. Kondisi obyektif (keadaan alam, ekonomi, sosial dan sebagainya) misal :
a. Bencana alam banyak menelan korban (banjir, gempa dan sebaginya)
b. Kelaparan / kekurangan makan karena kegagalan panen atau paceklik
c. Peperangan
d. Keracunan akibat polusi (air, tanah, udara)
e. Ketagihan minuman keras (candu) dan bahan narkotika
f. Kondisi pendapatan yang rendah, kondisi ini dapat berakibat gawat karena
siklus yang terjadi akibat kondisi tersebut (diagram berikut).
Anti mortalitas adalah seluruh kondisi penentu di dalam sekelompok manusia
(keluarga, suku dan sebaginya) yang menyebabkan angka kematian di dalam
kelompok tersebut menurun). Kondisi ini meliputi :
1. Kondisi subyektif (tradisi, agama, kepercayaan) misalnya
a. Larangan terhadap bunuh diri atau membunuh orang lain. Baik berdasarkan
agama ataupun hukum negara
b. Tidak mudah menyerah dalam hidup

2. Kondisi obyektif (kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik) misalnya :


a. Kondisi kehidupan yang lebih menurunkan jumlah kematian bayi hilang atau
wabah penyakit.
b. Kondisi teknologi maju membantu terciptanya kondisi kesehatan, keamanan
dan penghindaran terhadap bencana alam
c. Kondisi pendidikan yang baik menyebar luaskan ilmu dan kesadaran terhadap
hidup yang sehat
d. Kondisi sanitasi yang baik menciptakan lingkungan tempat tinggal yang baik.

2.5 Penatalaksanaan Masalah Kependudukan dan Evidane Based


hasil penelitian masalah kependudukan provinsi kepulauan Riau pada tahun 2010
1. Kebijakan Program Keluarga Berencana (KB)
Keberadaan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau, yang terbentuk sejak tahun
2005 berdasarkan Surat Keputusan Kepala BKKBN No. 182/HK-010/SS/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja BKKBN Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi
Sulawesi Barat, masih relatif muda. Hal ini dapat berdampak pada efektifitas kinerja
kelembagaan dan implementasi kebijakannya. Sejauh ini, keragaman nomenklatur
bidang KB masih berpola kerja menggunakan pendekatan sektoral. Artinya, masing-
masing nomenklatur bidang KB memiliki program-program tersendiri secara sektoral
dan tidak jarang terkadang tumpang tindih dan tidak terkoordinasikan sehingga
implementasinya tidak tepat sasaran dan tidak efisien. Selain bentuk nomenklatur
yang beragam, pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga tidak tersedia dokumen
tertulis yang mengatur peran BKKBN, Dinas Kesehatan, lembaga kemasyarakatan
dan swasta dalam mengatasi masalah KB. Berdasarkan basil FGD yang dilakukan di
empat kabupaten/kota, BKKBN lebih fokus pada promosi, advokasi, penyediaan dan
distribusi alokon, sementara Dinas Kesehatan lebih fokus pada aspek pelayanannya.
Sampai saat ini, Dinas Kesehatan di keempat kabupaten/kota tersebut belum
memilikikebijakan dan strategi khusus tentang program KB.Sementara itu, peran
lembaga kemasyarakatan dan swasta diharapkan dapat berperan dalam menjaga
kualitas layanan program KB dengan mengembangkan jejaring layanan.
Uraian diatas menggambarkan problematika kelembagaan KB yang rentan pada
ketidakhannonisan pelaksanaan program dan kebijakan. Oleh karena itu, dengan
diterbitkannya UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, harmonisasi, baik secara kelembagaan maupun secara
substansi program dan kebijakan, upaya harmonisasi program dan kebijakan menjadi
tuntutan dan
kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan.Langkah-langkah untuk mengarah
pada harmonisasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara.
 Pertama, guna meningkatkan kualitas koordinasi, khususnya antara BKKBN
dan/atau dinaslinstansi yang menangani program KB dan Dinas Kesehatan di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota, perlu diaktifkan kembali program kerja atau
tim pengendali mutu dengan melakukan pertemuan koordinasi secara rutin.
 Kedua, advokasi program dan kebijakan KB perlu ditingkatkan kualitas dan
frekuensinya serta difokuskan pada ketersediaan alokasi anggaran, khususnya
tingkat kabupaten/kota.
 ketiga, distribusi alokon dapat dilakukan dengan meningkatkan kerjasama yang
lebih intensif antara BKKBN dan Dinas Kesehatan di semua tingkatan, salah
satunya dalam hal penyimpanan alokon tersebut.
 Keempat, guna meningkatkan apresiasi masyaraat terhadap program KB,
diperlukan adanya media dan saluran informasi yang memperhatikan kebutuhan
lokal masyarakat di Kepulauan Riau, khususnya yang berkaitan dengan KB.
 Kelima, peningkatan kualitas layanan KB dalam bentuk pemerataan dan
pengadaan tenaga PLKB/PKB di setiap kabupaten/kota di Kepulauan Riau yang
sesuai dengan kebutahan masing-masing.

2. Kebijakan terkait Migrasi


meskipun data basil penelitian yang dilakukan tahun 2010 ini belum menunjukkan
indikasi bahwa angka migrasi di Kepulauan Riau berkontribusi besar terhadap
pertambahan jumlah penduduk.Sikap responsif tersebut harus dilakukan dalam rangka
mewujudkan pembangunan Kepulauan Riau yang berkelanjutan dengan jumlah
penduduk tumbuh seimbang.
Pemerintah Kota Batam, yaitu dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kota Batam No.
8 Tahun 2009 tentang Administrasi Penduduk dan Pencegahan Penduduk. Kebijakan
ini diterbitkan lebih karena tujuan untuk menciptakan tertib administrasi dalam
menerbitkan dan mencatat identitas penduduk di Kota Batam, belum diarahkan pada
upaya mengendalikan migrasi penduduk.

3. Kebijakan terkait Pencegahan HIV/AIDS


Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan tingkat penderita
infeksi HIVI AIDS tertingi ke-4 dengan jumlah kasus kurang lebih 20 kasus pada
tahun 2010. Sejauh ini, salah program yang telah dilakukan oleh BKKBN Kepulauan
Riau terkait dengan penanggulangan penyebaran epidemi HIV I AIDS adalah
menjalin kerjasama kemitraan dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi
serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus pada bidang penanggulangan
HIV I AIDS. Program kemitraan tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan,
seperti peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai HIVI AIDS
serta penyebaran alokon (kondom) ke perusahaan galangan kapal dan lokalisasi.
Selain itu, BKKBN Kepulauan Riau juga melakukan kerjasama kemitraan dengan
lembaga pendidikan, di mana salah satu dari wujud realisasi kerjasama tersebut
adalah membentuk wadah kegiatan ekstrakurikuler dengan nama Pusat Informasi dan
Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR). Keberlanjutan program yang
telah diiakukan ini tentunya membutuhkan respons sinergis dari berbagai kalangan
ataupun elemen masyarakat. Intensitas koordinasi antarlembaga mitra dan interaksi
peran masyarakat menjadi komponen penting dalam menunjang pencapaian program
penanggulangan penyebaran epidemi HIV I AIDS di Kepulauan Riau.

Dengan terbitnya UU No. 52 Tahun 2009, BKKBN yang berubah menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional berperan sebagai lokomotif utama dalam
mengemban masalah kependudukan. Perkembangan mt tentunya membutuhkan dukungan
sinergis dari berbagai pihak dan pemangku kepentingan yang terkait dengan permasalahan
kependudukan.
(Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 8 No.2 Tahun 2013 hal 65-77)
BAB III

KESIMPULAN
Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu waktu /
jangka waktu tertentu. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan, fokus perhatian
demografi adalah perubahan beserta komposisi dan distribusi pendukung. Penduduk menurut
UU.RI.No. 10 tahun 1992 yaitu orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota
keluarga,anggota masyarakat, warganegara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di
suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu tertentu.
Dinamika penduduk yaitu suatu proses perubahan penduduk secara terus menerus
yang mempengaruhi jumlah. Dinamika kependudukan merupakan perubahan kependudukan
untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh penyebab langsung
dan tidak langsung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk antara lain, kesediaan
pangan/bahan makan, papan/ruang hidup, kebijakan pemerintah tentang kependudukan dan
pandangan hidup seseorang. Laju pertumbuhan penduduk (Growht Rate) ditentukan oleh
tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan
tingkat kematian kasar (Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran
hidup dan jumlah kematian per 1000 penduduk pertahun. Transisi demografi adalah
berkembangnya keadaan peralihan penduduk yang semula relatif tetap (stationer)
berkembangnya dengan pesat dan akhirnya mencapai tetap (stationer) kembali.
DAFTAR PUSTAKA

A A I N Marhaeni. 2018. Buku Pegangan Pengantar Kependudukan .Jilid 1 Denpasar: CV


Sastra Utama.

Faqih, Achmad. 2010. Kependudukan - Teori Fakta dan Masala.Yogyakarta: Dee Publish.

Lee everett. S. 2000. Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penellitian Kependudukan Universitas
Gajah Mada, hal 236.

Triningsih, Anna. 2010. Masalah Demografis Dan Kebijakaan Pemerintah Provinsi


Kepulauan Riau. Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 8 No.2 Tahun 2013. Hal
65-77

Widyatun, Diah. 2012. Konsep Kependudukan Indonesia. Semarang: JBD.

Anda mungkin juga menyukai