Anda di halaman 1dari 6

PENGANTAR FARMASI BAHAN ALAM

REVIEW PRODUK YANG MENGANDUNG BAHAN ALAM LAUT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar Farmasi Bahan Alam
Dosen Pengampu : apt. Agung Nur Cahyanta, M.Farm

Disusun oleh :
Ade Irma Maylani
E0017001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
SEMESTER VII
2020
PENGANTAR FARMASI BAHAN ALAM
REVIEW PRODUK YANG MENGANDUNG BAHAN ALAM LAUT

1. PRODUK JOINT MAX

Joint Max adalah suplemen tulang dan sendi yang digunakan untuk membantu
meringankan gejala osteoarthritis (sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak). Joint
Max mengandung glucosamin HCl, Condroitin Sulfat, MSM, Mangan Sulfat,
Magnesium Gliserofosfat, Zinc, Vitamin C, Vitamin E. Joint Max digunakan untuk
membantu mengatasi nyeri sendi akibat osteoarthritis (radang sendi/pengapuran),
mencegah dan membantu memperbaiki kerusakan tulang rawan dan menambah pelumas
pada persendian, serta membantu menjaga kesehatan sendi.
2. KOMPOSISI
Tiap kaplet salut selaput joint max mengandung :
 Glukosamine HCl 500 mg (dari kulit kepiting/udang)
 Chondroitin Sulfat 400 mg (dari tulang rawan ikan hiu)
 Methyl Sulfonil Methan (Msm) 200 mg
 Vitamin C 50 mg
 Zinc 5 mg
 Mangan Sulfat 0,5 mg
 Vitamin E 25 mg
 Magnesium Gliserofosfat 10 mg
3. KHASIAT
Joint Max digunakan untuk membantu mengatasi nyeri sendi akibat osteoarthritis
(radang sendi/pengapuran), mencegah dan membantu memperbaiki kerusakan tulang
rawan dan menambah pelumas pada persendian, serta membantu menjaga kesehatan
sendi.
4. KANDUNGAN ZAT AKTIF
a. Glukosamine HCl 500 mg (dari kulit kepiting/udang)
b. Chondroitin Sulfat 400 mg (dari tulang rawan ikan hiu)
5. MEKANISME KERJA
a. Glukosamine HCl 500 mg (dari kulit kepiting/udang)
Glukosamin merupakan prekusor utama untuk biosintesis berbagai
makromolekul seperti asam hialuronat, proteoglikan, glikosaminoglikan (GAGs),
glikolipid, dan glikoprotein. Glukosamin terdapat di hampir semua jaringan lunak
dalam tubuh manusia, konsentrasi tertinggi di tulang rawan. Mekanisme efek
kondroprotektif glukosamin yang mungkin adalah stimulasi langsung kondrosit,
memasukkan sulfur ke dalam tulang rawan sendi, dan perlindungan terhadap proses
degenerasi tubuh dengan cara mengubah ekspresi genetik (Dahmer, 2008).
Glukosamin adalah zat yang secara alami memperbaiki tulang rawan.
Mekanisme kerja glukosamin menghambat sintetis glikosaminoglikan dan mencegah
destruksi tulang rawan. Glukosamin merangsang sel-sel tulang rawan untuk
pembentukan proteoglikan dan kolagen yang merupakan protein esensial untuk
memperbaiki fungsi persendian (Isbagio, 2009).
b. Chondroitin Sulfat 400 mg (dari tulangrawan ikan hiu)
Chondroitin merupakan glikosaminoglikan yang diperlukan untuk
pembentukan proteoglikan di tulang rawan sendi. Chondroitin memiliki struktur
hidrofilik, makromolekul polisakarida dalam bentuk gel yang memfasilitasi rawan
sendi untuk menyerap air dalam jumlah banyak sehingga menyebabkan sendi dapat
bersifat seperti bantalan (Am, 2010). Chondroitin dipercaya memperbaiki fungsi
sendi dengan meningkatkan sintesis endogen dan mencegah degradasi enzimatik
glikosaminoglikan.
Mekanisme kerja Chondroitin sulfat adalah dengan meningkatkan konsentrasi
GAG sendi dan meningkatkan viskositas cairan sendi. Penyembuhan struktur sendi
dan pengembalian fungsi merupakan akibat dari (a) peningkatan sintesis asam
hialuronat endogen dan glikosaminoglikan sulfat dari kondroitin sulfat serta(b)
berkurangnya pemecahan glikosaminoglikan sendi akibat menurunnya aktivitas
collagenolytik dan inhibisi enzim seperti phospholipase A2 dan N-
asetilglukosamineidase. Kedua enzim tersebut memiliki kemampuan mendegradasi
glikosaminoglikan yang ada di sendi (Am, 2010).
6. CARA PRODUKSI
a. Cara Produksi Glukosamin dari Kulit Udang
1) Pembuatan Kitosan
Ditimbang sejumlah kulit udang yang telali dihaluskan lalu dilakukan proses
demineralisasi dengan penambah larutan asam kiorida 1-2 N (1: 10), diaduk di
atas hot plate pada suhu sekitar 75°C selama 1 jam. Kernudian disaring, residu
dicuci dengan air dan akuades hingga netral. dan untuk menghilangkan protein
maka ditambahkan larutan basa NaOH dengan konsentrasi 3-4 N sebanyak 6 kali
bahan baku (1: 6) dan dipanaskan pada suhu sekilar 75 °C selama 1 jam. Filtrat
dibuang dengan cara menyaring. Kitin yang dihasilkan dicuci dengan air / akuades
hingga netral. Untuk menghasilkan kitosan, maka proses deasetilasi dikerjakan
dengan menambahkan larutan NaOH 50% sebanyak 5-10 kali bahan baku kulit
udang (1:5 - 10), diaduk menggunakan magnetik stirrer, dipanaskan pada suhu
120 °C selama 1 - 4 jam. Setelah ilu disaring, dicuci dengan akuades sampai pH
netral. dan dikeringkan dalarn oven selama 6 jam pada suhu 50 °C.
2) Pembuatan Glukosamin
Kulit udang sebanyak 100 gram ditambahkan larutan HCI 50% secara
perlahan-lahan sambil diaduk, tambahkan terus sampai gas CO2 tidak terbentuk
lagi, dan diaduk terus selama 4-6 jam. Setelah itu disaring, cuci dengan air sampai
netral. dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50-60°C. Hasil tersebut merupakan
kitin yang masih bercampur protein, dihidrolisis lebih lanjut dengan
menambahkan HCl pekat berlebih dan dipanaskan pada 120°C selama 3-4 jam.
Setelah itu tambahkan air 5 bagian dari berat kitin dan tambahkan karbon aktif
seperlunya dan diaduk dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C. Bila setelah
penyaringan masih berwarna, penambahan karbon aktif bisa dilakukan kembali.
Filtrat dipekatkan hingga volume menjadi sekitar 15 mL dan kristal yang
terbentuk dicuci dengan alkohol 95%, lalu dikeringkan dan dihasilkan 𝛼 - dan 𝛽-
glukosamin.
b. Cara Produksi Chondroitin dari Tulang Rawan Ikan Hiu
1) Penepungan Tulang Rawan Ikan Hiu
Preparasi tulang rawan ikan hiu dilakukan dengan cara membersihkan sisa
daging yang masih menempel pada tulang ikan. Tulang yang telah bersih dari
daging selanjutnya dipotong kecil-kecil dan tipis untuk memudahkan proses
pengeringan. Proses pengeringan menggunakkan mesin pengering pada suhu 50 ±
2°C selama 24 jam. Tulang yang telah kering kemudian diblender agar diperoleh
ukuran partikel yang halus dan homogen yaitu diayak dengan saringan yang
ukuran mesh 80. Sampel yang telah menjadi tepung selanjutnya disimpan dalam
kulkas pada suhu 5-10°C sampai dilakukan ekstraksi untuk mengisolasi
chondroitin.
2) Isolasi Senyawa Chondroitin
Isolasi Chondroitin dari tulang ikan hiu dilakukan mengikuti prosedur
(Nakano, Ikawa dan Ozimek, 2000), 10 gram tepung tulang ikan hiu (lolos
ayakan 80 mesh) dilarutkan dalam 100 mL larutan asam asetat pada pH 4,5
selama 7 jam pada suhu 37°C. Selanjutnya, disentrifugasi pada kecepatan 10.000
rpm selama 5 menit. Supernatan tulang ikan hiu yang diperoleh selanjutnya
dikeringkan menggunakan freezer dryer pada suhu -80°C, tekanan 20 pa dan
alkohol 96% sebanyak 50 mL. Proses pengeringan dengan Freezer dryer
berlangsung selama 12 jam. Hasil yang diperoleh dari Freezer dryer berupa
serbuk kasar berwarna putih agak krem.
DAFTAR PUSTAKA
Am. (2010). Chondroitin Sulfate. Alternative Medicine Review. 11: 337-43.

Dahmer M, Schiller RM. (2008). Glucosamine. American Family Physician Ann Intern
Med. 78:470-476.

Isbagio H. Struktur Dan Biokimia Tulang Rawan Sendi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi
Kelima). Jakarta: Interna Publishing, 2009; p.2382-4

Miller KL, Clegg DO. (2011). Glucosamine And Chondroitin Sulfate. Rheum Dis Clin N
Am. 37:103–18.

Nakano, T., N. Ikawa and I., Ozimek. (2000). An Economical Method To Exctract
Chondroitin Sulfaate-Peptide From Bovine Nasal Cartilage. Can. Agric. Engin.
42:205-208.

Anda mungkin juga menyukai