Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada kehidupan sehari-hari kita kerap kali menjumpai zat-zat cair
yang selalu ada di sekeliling kita, dan pada setiap orang menyadari bahwa
ada beberapa cara yang dapat menyebabkan suatu cairan bisa mengalir
lebih mudah dari pada zat -zat yang lainnya. Di dalam proses pengukuran
sifat zat cair dan kekentalannya maka sering dikaitkan dengan metode  dari
Viskositas. Metode viskositas sendiri, berkaitan dengan suatu keadaan atau
fase viskeus, yakni fase yang berada di antara zat padat dan zat cair yang
terjadi sewaktu bahan padat menjadi lembek dan sebelum menjadi cair
sewaktu dipanaskan. Namun, tidak semua bahan dapat mengalami fase
viskeus sebelum menjadi cair. Karena dalam fase viskeus ini, mengalirnya
suatu bahan tidak leluasa seperti cairan karena adanya hambatan diantara
bagian – bagiannya atau diantara lapisan – lapisan dalam gerakan
alirannya.

Viskositas juga membicarakan tentang masalah gesekan yang


terjadi antara bagian-bagian atau lapisan-lapisan pada suatu cairan atau
fluida pada umumnya, yang bergerak antara satu dengan yang lain.
Tentunya gesekan atau hambatan tersebut ditimbulkanoleh gaya tarik-
menarik antara molekul-molekul disatu lapisan dengan molekul-molekul
dilapisan lain. Gaya interaktif itu terutama ialah gaya elektrostatika, yaitu
gaya antara muatan-muatan listrik. Selain itu pada viskositas kita dapat
menentukan jumlah kekentalan dalam suatu zat padat, yang dalam
kemanfaatna ini nantinya kita dapat mengaplikasikan di dalam bidang
kefarmasian. Oleh sebab itu kita dengan mengadakan praktik serta
pembelajaran terhadap materi viskositas ini sangantlah diperlukan karena
nantinya kita dapat menentukan suatu konsentrasi kekentalan yang baik di
dalam suatu sediaan obat.
B. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM
1. MAKSUD
Untuk mengetahui dan memahami viskositas berbagai macam
cairan dengan menggunakan alat viskometer Ostwald dan Pipet
Volume
2. TUJUAN
Menentukan viskositas dari beberapa cairan yaitu aquadest,
alkohol, gliserin, parafin dan oleum cocos dengan menggunakan alat
Viskometer Ostwald dan Pipet Volume.
C. PRINSIP PERCOBAAN

Menentukan viskositas berbagai macam cairan dengan cara


memasukkan sampel seperti air suling, gliserin, parafin, alkohol dan oleum
cocos ke dalam alat yang akan digunakan yaitu Viskositas Ostwald dan
Pipet Volume.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI UMUM
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat
cair dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair
dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang
membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat
dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang
lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk
menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran kental
kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan
pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair
mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling
menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara
kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu
mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang
kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk
mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter ( Lutfy, 2007).
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol
sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai
kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada
dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam
akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua
dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier sampai V.
Aliran ini disebut aliran laminer.  Aliran zat cair akan bersifat laminer
apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat (Sudarjo, 2008).
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang
ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak
didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat
kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin
susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat
cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair
(Martoharsono, 2006).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena
adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan
tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas
maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran
serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang
jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik
antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan
oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai
tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul
cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir,
dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi
(Sarojo, 2009).
Zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair
lebih kental (viscous) daripada gas, dalam merumuskan persamaan-
persamaan dasar mengenai aliran yang kental akan jelas nanti, bahwa
masalahnya mirip dengan masalah tegangan dan regangan luncur di dalam
zat padat. Salah satu macam alat untuk mengukur viscositas zat-cair adalah
viscometer (Sudarjo, 2008).
Cairan yang mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah,
tegangan luncur itu relatif kecil untuk cepat perubahan regangan luncur
tertentu, dan viskositasnya juga relatif kecil, dan begitu pula sebaliknya
(Lutfy, 2007).
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian
dalam suatu fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk
menggerakkan salah satu lapisan fluida diatasnya lapisan lain haruslah
dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k, lapisan zat cair dapat bergerak
dengan kecepatan v, yang harganya semakin mengecil untuk lapisan dasar
sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair maupun gas mempunyai
viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari pada gas tidak
kental (Mobile ) (Martoharsono, 2006).
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas,
Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu
aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalah konstan
sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida
Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan
kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan
viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang
sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu
bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h,
sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika
bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada
lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada
lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang
menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka
fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang saling
bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s)
sebesar F/A yang seragam dengan kecepatan lapisan fluida yang paling
atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol,
maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y
dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan fluida (Kanginan, 2006).
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan
karena itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya
tergantung dari kekentalan zat cair. Gaya gesek tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan rumus: G = ŋ A (Ginting, 2011).
Metode Penentuan Kekentalan
Untuk menentukan kekentalan suatu zat cair dapat digunakan dengan
cara :
1. Cara Ostwalt / Kapiler
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir
karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang
diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut
(Lutfy, 2007).

2. Cara Hopper
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides.
Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca )
melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan
jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel. Berdasarkan
hukum stoke yaitu pada saat kecepatan bola maksimum,terjadi
kesetimbangan sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat archimedes.
Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan tanpa batas sepanjang
tegangan yang diberikan. Tegangan tidak bergantung pada regangan geser
tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan juga
disebut laju regangan ( D. Young , 2009).

B. URAIAN BAHAN
1.      Air Suling (FI III Hal. 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Bj : 1
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
2.      Alkohol (FI III Hal. 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Bj : 0,809-0,816
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak; bau khas;
rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya;di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai sampel

3.      Gliserin (FI III Hal. 271)


Nama Resmi : GLYCEROLUM
Nama Lain : Gliserol, Gliserin
RM : C3H8O3
Bj : 1,258
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna;
tidak berbau; manis diikuti rasa hangat.
Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai
lebih kurang 20̊.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan
etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam
minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel

4.      Parafin Liq (FI III Hal. 474)


Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama Lain : Parafin cair
Bj : 0,870-0,890
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi; tidak berwarna; hampir
tidak berbau; hampir tidak mempunyai
rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P; larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai sampel

5.      Minyak Kelapa (FI III Hal. 456)


Nama Resmi : OLEUM COCOS
Nama Lain : Minyak Kelapa
Bj : 0,918
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning
pucat; bau khas, tidaak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada
suhu 60̊; sangat mudah larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk.
Kegunaan : Sebagai sampel
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
Gelas Kimia
Viskometer Ostwald
Pipet Volume
Stopwatch
2. Bahan
Air Suling
Alkohol
Gliserin
Parafin
Oleum Cocos
B. CARA KERJA
1. Penentuan Viskositas Cairan Menggunakan Viskometer Ostwald
1. Diukur suhu air menggunakan termometer
2. Ditempatkan cairan uji digelas kimia
3. Dihisap cairan uji melalui salah satu ujung viskometer Ostwald
sampai batas melewati bagian gondok dari alat
4. Dibiarkan cairan uji mengalir sampai batas sambil dihitung waktu
mengalirnya menggunakan stopwatch
5. Dicatat waktu alir yang digunakan
6. Dihitung viskositas cairan uji
2. Penentuan Viskositas Cairan Menggunakan Pipet Volume
1. Ditempatkan cairan uji di gelas kimia
2. Diukur jarak antara batas volume pada pipet volume 25 mL hingga
batas gondokan alat bagian atas
3. Diberi tanda pada pipet volume bagian bawah dari batas gondokan
bawah sesuai jarak yang telah diukur sebelumnya.
4. Dihisap cairan uji sampai batas tanda volume
5. Dibiarkan cairan uji mengalir sampai batas yang telah ditandai
sebelumnya sampai dihitung waktu mengalirnya menggunakan
stopwatch.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TABEL PENGAMATAN
1. Viskometer Ostwald
No. Nama Sampel Waktu Alir (detik) Rata-Rata
6,03
1. Aquadest 6,21 5,873
5,38
13,03
2. Alkohol 13,99 13,756
13,68

2. Pipet Volume

No. Nama Sampel Waktu Alir (detik) Rata-Rata


510
1. Gliserin 486 482
450
66,2
2. Parafin 56,5 65,56
74
117,7
3. Oleum Cocos 114,5 120,3
128,7

B. PEMBAHASAN
Pratikum kali ini membahas mengenai Viskositas dari berbagai
suatu larutan. Suhu air yang digunakan adalah 24 oC. Kekentalan adalah
sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.
Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya
kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton
menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu
maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah Viskometer
Ostwald dan Pipet Volume. Viskometer Ostwald dan Pipet Volume
dibersihkan dengan menggunakan aquadest terlebih dahulu untuk
melakukan percobaan, kemudian dibilas dengan alkohol untuk
mempercepat pengeringan Viskometer Ostwald dan Pipet Volume kosong
tadi, pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan.
Percobaan dilakukan pada suhu air adalah 24C. Pada Farmakope
Indonesia Edisi III Halaman 770, Jarak antara suhu berselisih 10C, pada
suhu ke 20C Kekentalan air  dalam Cp 1,0050 dan suhu ke 30C
Kekentalan air  dalam Cp 0,8007 maka dilakukan terlebih dahulu
perhitungan pada suhu 24C sehingga didapatkan hasil 0,92328.
Pada percobaan ini didapat hasil pada setiap larutan Aquadest
(0,92328), Alkohol (1,7362489), Gliserin (140,286468), Parafin
(8,38880769) dan oleum cocos (17,0115345).
Hubungan penentuan viskositas dalam bidang farmasi erat
berhubungannya, dalam farmasi terdapat istilah ilmu Rheologi. Rheologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat
padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang farmasi,
prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi,
emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip
rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi.
Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi
pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju obsorbsi obat
dalam tubuh.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Waktu aliran suatu Larutan bergantung pada Viskositas suatu
larutan, makin tinggi kekentalan suatu cairan maka makin besar
hambatannya suatu larutan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama,
sedangkan cairan yang rendah kekentalannya maka makin kecil
hambatannya suatu larutan sehingga hanya memerlukan waktu yang cukup
singkat (sedikit).
B. SARAN
Diharapkan praktikan lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam
praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Arisanty,dkk. 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Poltekkes Kemenkes:


Makassar

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

http://asiiahw.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-fisika-dasar-1_4.html

http://itatrie.blogspot.co.id/2012/10/laporan-kimia-fisika-viskositas-zat-cair.html

http://maggiedarlenelautama88kimfis.blogspot.co.id/2016/01/viskositas-berbagai-
cairan.html

https://mayadwi83.wordpress.com/2013/10/31/makalah-viskositas/

http://jamilaaprilyani13.blogspot.co.id/2014/04/laporan-farmasi-fisik-ii_26.html
LAMPIRAN

PERHITUNGAN

Suhu Air = 24oC


FI.Edisi.III Halaman 770
Suhu Kekentalan air  dalam Cp
 20 oC 1, 0050
air 24 oC ???
30 oC 0,8007

air = 1,0050-(4x0,2043)
Suhu 10
=1.0050-(0,0,08173)
=0.92328

Atau

air = 0,8007+(6x0,2043)
Suhu 10
=0,8007+(0,12258)
=0.92328

A. Viskometer Ostwald
1. Aquadest
sampel = air x  sampel x t sampel
 air x t air
= 0,92328 x 1,0308 x 5,873
1,0308 x 5,873

= 0,92328 x 1
= 0,92328

2. Alkohol
sampel = air x  sampel x t sampel
 air x t air
= 0,92328 x 0,8276 x 13,756
1,0308 x 5,873

= 0,92328 x 11,3844656
6,053884
= 0, 92328 x 1,88052259
= 1,7362489
B. Pipet Volume
3. Gliserin
sampel = air x  sampel x t sampel
 air x t air
= 0,92328 x 1,9084 x 13,482
1,0308 x 5,873

= 0,92328 x 919,8488
6,053884
= 0, 92328 x 151,943579
= 140,286468
4. Parafin
sampel = air x  sampel x t sampel
 air x t air
= 0,92328 x 0,8390 x 65,56
1,0308 x 5,873

= 0,92328 x 55,00484
6,053884
= 0, 92328 x 9,08587611
= 8,38880769
5. Oleum Cocos
sampel = air x  sampel x t sampel
 air x t air
= 0,92328 x 0,9272 x 120,3
1,0308 x 5,873

= 0,92328 x 111,54216
6,053884
= 0, 92328 x 18,4248922
= 17,0115345

Anda mungkin juga menyukai