PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada kehidupan sehari-hari kita kerap kali menjumpai zat-zat cair
yang selalu ada di sekeliling kita, dan pada setiap orang menyadari bahwa
ada beberapa cara yang dapat menyebabkan suatu cairan bisa mengalir
lebih mudah dari pada zat -zat yang lainnya. Di dalam proses pengukuran
sifat zat cair dan kekentalannya maka sering dikaitkan dengan metode dari
Viskositas. Metode viskositas sendiri, berkaitan dengan suatu keadaan atau
fase viskeus, yakni fase yang berada di antara zat padat dan zat cair yang
terjadi sewaktu bahan padat menjadi lembek dan sebelum menjadi cair
sewaktu dipanaskan. Namun, tidak semua bahan dapat mengalami fase
viskeus sebelum menjadi cair. Karena dalam fase viskeus ini, mengalirnya
suatu bahan tidak leluasa seperti cairan karena adanya hambatan diantara
bagian – bagiannya atau diantara lapisan – lapisan dalam gerakan
alirannya.
2. Cara Hopper
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides.
Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca )
melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan
jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel. Berdasarkan
hukum stoke yaitu pada saat kecepatan bola maksimum,terjadi
kesetimbangan sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat archimedes.
Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan tanpa batas sepanjang
tegangan yang diberikan. Tegangan tidak bergantung pada regangan geser
tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan juga
disebut laju regangan ( D. Young , 2009).
B. URAIAN BAHAN
1. Air Suling (FI III Hal. 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Bj : 1
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
2. Alkohol (FI III Hal. 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Bj : 0,809-0,816
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak; bau khas;
rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya;di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai sampel
2. Pipet Volume
B. PEMBAHASAN
Pratikum kali ini membahas mengenai Viskositas dari berbagai
suatu larutan. Suhu air yang digunakan adalah 24 oC. Kekentalan adalah
sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.
Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya
kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton
menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu
maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah Viskometer
Ostwald dan Pipet Volume. Viskometer Ostwald dan Pipet Volume
dibersihkan dengan menggunakan aquadest terlebih dahulu untuk
melakukan percobaan, kemudian dibilas dengan alkohol untuk
mempercepat pengeringan Viskometer Ostwald dan Pipet Volume kosong
tadi, pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan.
Percobaan dilakukan pada suhu air adalah 24C. Pada Farmakope
Indonesia Edisi III Halaman 770, Jarak antara suhu berselisih 10C, pada
suhu ke 20C Kekentalan air dalam Cp 1,0050 dan suhu ke 30C
Kekentalan air dalam Cp 0,8007 maka dilakukan terlebih dahulu
perhitungan pada suhu 24C sehingga didapatkan hasil 0,92328.
Pada percobaan ini didapat hasil pada setiap larutan Aquadest
(0,92328), Alkohol (1,7362489), Gliserin (140,286468), Parafin
(8,38880769) dan oleum cocos (17,0115345).
Hubungan penentuan viskositas dalam bidang farmasi erat
berhubungannya, dalam farmasi terdapat istilah ilmu Rheologi. Rheologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat
padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang farmasi,
prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi,
emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip
rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi.
Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi
pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju obsorbsi obat
dalam tubuh.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Waktu aliran suatu Larutan bergantung pada Viskositas suatu
larutan, makin tinggi kekentalan suatu cairan maka makin besar
hambatannya suatu larutan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama,
sedangkan cairan yang rendah kekentalannya maka makin kecil
hambatannya suatu larutan sehingga hanya memerlukan waktu yang cukup
singkat (sedikit).
B. SARAN
Diharapkan praktikan lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam
praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
http://asiiahw.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-fisika-dasar-1_4.html
http://itatrie.blogspot.co.id/2012/10/laporan-kimia-fisika-viskositas-zat-cair.html
http://maggiedarlenelautama88kimfis.blogspot.co.id/2016/01/viskositas-berbagai-
cairan.html
https://mayadwi83.wordpress.com/2013/10/31/makalah-viskositas/
http://jamilaaprilyani13.blogspot.co.id/2014/04/laporan-farmasi-fisik-ii_26.html
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
air = 1,0050-(4x0,2043)
Suhu 10
=1.0050-(0,0,08173)
=0.92328
Atau
air = 0,8007+(6x0,2043)
Suhu 10
=0,8007+(0,12258)
=0.92328
A. Viskometer Ostwald
1. Aquadest
sampel = air x sampel x t sampel
air x t air
= 0,92328 x 1,0308 x 5,873
1,0308 x 5,873
= 0,92328 x 1
= 0,92328
2. Alkohol
sampel = air x sampel x t sampel
air x t air
= 0,92328 x 0,8276 x 13,756
1,0308 x 5,873
= 0,92328 x 11,3844656
6,053884
= 0, 92328 x 1,88052259
= 1,7362489
B. Pipet Volume
3. Gliserin
sampel = air x sampel x t sampel
air x t air
= 0,92328 x 1,9084 x 13,482
1,0308 x 5,873
= 0,92328 x 919,8488
6,053884
= 0, 92328 x 151,943579
= 140,286468
4. Parafin
sampel = air x sampel x t sampel
air x t air
= 0,92328 x 0,8390 x 65,56
1,0308 x 5,873
= 0,92328 x 55,00484
6,053884
= 0, 92328 x 9,08587611
= 8,38880769
5. Oleum Cocos
sampel = air x sampel x t sampel
air x t air
= 0,92328 x 0,9272 x 120,3
1,0308 x 5,873
= 0,92328 x 111,54216
6,053884
= 0, 92328 x 18,4248922
= 17,0115345