MATA KULIAH
MASALAH NILAI BATAS
Suatu persamaan memuat turunan atau diferensial dari satu atau lebih variabel terikat (fungsi)
terhadap dua atau lebih variabel bebas disebut persamaan diferensial parsial. Turunan atau
diferensial tertinggi yang dimiliki oleh suatu persamaan diferensial merupakan ordo atau tingkat dari
persamaan diferensial tersebut.
Persamaan diferensial parsial dikatakan linier apabila persamaan diferensial parsial tersebut
berderajat satu. Disisi yang lain suatu persamaan diferensial parsial juga ada yang disebut homogen
dan non-homogen.
Berikut contoh beberapa persamaan diferensial parsial linier penting yang diperoleh dari suatu proses
pemodelan matematika.
Keterangan :
c = konstanta
t = waktu
x,y,z = koordinat kartesius yang menyatakan panjang, dimensi lebar dan dimensi tinggi
Adalah solusi persamaan diferensial parsial linier homogen pada daerah tersebut.
Merupakan solusi persamaan diferensial parsial linier homogen pada daerah tersebut
Jika dawai atau tali sepanjang L satuan direntangkan dan kedua ujung-ujungnya terikat / tetap.
Kemudian ditarik dengan simpangan ( defleksi ) awal diberikan oleh f(x) dan dilepas dengan
kecepatan awal diberikan oleh g(x) sehingga tali (dawai ) tersebut bergetar. Maka tentukan seperti apa
fungsi gelombang dari tali yang kondisinya seperti diatas.
Dari permasalahan diatas dapat dibuat model matematika atau kalimat matematika sebagai berikut :
Dari model atau kalimat matematika diatas dapat disimpulkan bahwa ini merupakan masalah syarat
batas (MSB)
SOLUSI :
Metode hasil kali ini menghasilkan solusi bagi persamaan gelombang yang berbentuk :
Merupakan hasil kali dua fungsi, yang masing-masing tergantung pada salah satu peubah x atau t.
Dengan mendiferensialkan bentuk diatas diperoleh :
Jika dibagi dengan 𝑋 ′′ (𝑥), setelah itu dibagi lagi dengan 𝑇 ′′ (𝑡) maka akan diperoleh :
𝑋(𝑥) 𝑐2𝑇(𝑡)
=
𝑋 ′′ (𝑥) 𝑇 ′′ (𝑡)
𝑋 ′′ (𝑥) 𝑇 ′′ (𝑡)
=
𝑋(𝑥) 𝑐2𝑇(𝑡)
Dari persamaan yang diperoleh diatas,ternyata ruas kiri hanya mengandung fungsi X yang bergantung
pada variabel x sedangkan pada ruas kanan hanya mengandung fungsi T yang bergantung pada
variabel t. Jadi kesimpulannya kesamaan ini hanya berlaku atau bernilai benar apabila kedua ruas
sama-sama merupakan fungsi konstan dan dengan konstan yang sama,katakanlah lamda. Jadi
diperoleh :
𝑥 ′′ (𝑥) 𝑇 ′′ (𝑡)
= =λ
𝑋(𝑥) 𝑐2𝑇(𝑡)
Akibatnya menghasilkan dua persamaan diferensial biasa ordo dua linier, yaitu ;
Atau
Langkah 2. Memenuhi syarat batas
Sekarang akan dicari fungsi 𝑋 dan 𝑇 sebagai solusi bagi (5.6) dan (5.7) sedemikian sehingga
𝑢 = 𝑋(𝑥). 𝑇(𝑡) memenuhi syarat batas (5.2) berarti :
Dan
Untuk semua t.
Karena persamaan diatas merupakan perkalian, maka bila fungsi T(t) = 0, benar persamaan tersebut
bernilai 0. Tetapi akan mengakibatkan 𝑈(𝑥, 𝑡) juga sama dengan nol ( solusi seperti ini disebut solusi
trivial solusi seperti ini bukan solusi yang diharapkan).
Untuk itu ambil atau pilih 𝑇(𝑡) ≠ 0 untuk menghindari solusi trivial,sehingga berarti :
Untuk menyelesaikan MSB (5.8) akan bergantung kepada nilai λ. Karena λ merupakan bilangan rill,
maka ada tiga kemungkinan nilai λ tersebut λ < 0, λ = 0 dan λ > 0. Sehingga untuk mencari
MSB (5.8) tersebut akan ada 3 kasus, yaitu :
Kasus 1
𝑛2 − λ = 0
(𝑛 − √λ)(𝑛 + √λ) = 0
𝑐1𝑒0 + 𝑐2𝑒0 = 0.
𝑐1 + 𝑐2 = 0
𝑐1 = −𝑐2
𝑐1𝑒√λL + 𝑐2𝑒−√λL = 0
−𝑐2𝑒√λL + 𝑐2𝑒−√λL = 0
𝑐2 (𝑒−√λL − 𝑒√λL) = 0
Kasus 2
𝑐1 + 𝑐2(0) = 0
𝑐1 = 0
𝑐1 + 𝑐2(𝐿) = 0
𝑐2 = 0
Karena 𝑐1 = 𝑐2 = 0, maka diperoleh solusi MSB (5.8) adalah 𝑋(𝑥) = 0 (juga trivial).
Kasus 3
𝑛2 + λ = 0
Sehingga
𝑛2 = −λ
𝑛 = −√−λ
𝑛 = ±𝑖√λ
Akar-akar persamaan karakteristiknya adalah 𝑛1 = 𝑖√λ dan 𝑛2 = −𝑖√λ , maka diperoleh solusi
umumnya adalah :
𝑐1 cos 0 + 𝑐2 sin 0 = 0
𝑐1 = 0
Ada dua kemungkinan nilai yaitu 𝑠𝑖𝑛 √λ (𝐿) = 0 atau 𝑠𝑖𝑛 √λ (𝐿) ≠ 0 maka untuk
menghindari terjadinya solusi trivial sengaja dipilih 𝑠𝑖𝑛 √λ (𝐿) = 0 berarti boleh 𝑐2 ≠ 0, karena
√𝜆 > 0 berarti nilai √𝜆 ≠ 0. Dilain pihak diketahui bahwa :
sin 𝑛 𝜋 = 0 , 𝑛 = 1,2,3, . ..
Berarti,
𝑛 𝜋 = √𝜆 𝐿
𝑛𝜋
√𝜆 = , 𝑛 = 1,2,3, .. .
𝐿
𝑛𝜋
𝑋(𝑥) = 𝑐2 sin ( ) , 𝑛 = 1,2,3, . . .
𝐿
Pilih 𝑐2 = 1, jadi :
𝑛𝜋
𝑋(𝑥) = sin ( ) , 𝑛 = 1,2,3, ................................................(5.9)
𝐿
Kembali pada PD (5.7), maka untuk mencari solusi PD tersebut tentu diambil pada kasus yang sama (
yaitu λ < 0).
𝑛2 + 𝑐2λ = 0
𝑛2 = −𝑐2λ
𝑛 = ± 𝑖𝑐√λ
Berdasarkan akar-akar persamaan karakteristik tersebut maka diperoleh solusi umum PD (5.7) adalah
:
Maka :
𝑐𝑛𝜋 𝑐𝑛𝜋
𝑇(𝑡) = 𝑐 cos 𝑡 + 𝑐 sin 𝑡 ...(5.10)
3 𝐿 4 𝐿
Substitusikan (5.9) dan (5.10) ke solusi (5.5) maka diperoleh solusi PD (5.1) dan memenuhi syarat
batas (5.2) yaitu :
Digunakan 𝐵𝑛 dan 𝐵𝑛 ∗ karena nantinya akan berhubungan dengan deret fourier sinus.
Jadi merupakan solusi dari PD (5.1) dan memenuhi syarat batas (5.2).
Kemudian solusi (5.11) juga harus memenuhi syarat batas (5.3) 𝑢(𝑥, 0) = 𝑓(𝑥), maka diperoleh :
Bila dikaitkan atau diterapkan pada deret fourier, ternyata bentuk terakhir ini merupakan deret
fourier sinus, maka berarti koefisien 𝐵𝑛 , adalah :
Selanjutnya solusi U(x,t) (5.11) juga harus memnuhi syarat batas (5.4)
Juga bila diterapkan pada deret fourier, ternyata bentuk akhirnya merupakan deret fourier sinus, maka
berarti koefisien fouriernya adalah :
Dengan,
Teladan 15.
Tentukan solusi bagi persamaan gelombang jika kecepatan awalnya nol dan defleksi awalnya
berbentuk segitiga
Solusi :
Jadi, diperoleh :