Anda di halaman 1dari 6

NAMA : KAISAR KHADAFI

NIM : 061930400583
KELAS : 3KB
MAPEL : Praktikum Industri Kimia

PROSES PENGOLAHAN INDUSTRI GULA

I. BAHAN BAKU

Bahan baku dalam proses produksi gula adalah tanaman tebu. Komoditas tebu (Saccharum
officinarum L.) adalah tanaman industri yang tergolong musiman dan termasuk keluarga rumputan
(Graminae). Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan semusim dimana di dalam batangnya
terdapat suatu cairan yang memiliki rasa manis yang disebut nira. Nira inilah yang kemudian akan
diolah menjadi gula. Saccharum officinarum adalah spesies tebu yang banyak digunakan untuk
produksi gula, kelebihannya adalah mengandung banyak sukrosa, kandungan sabut rendah, daunnya
lebih lebar, dan berbatang besar. Selain itu, Saccharum officinarum berdaya tunas tinggi pada
keadaan tanah dan iklim yang cocok, dan umumnya beradaptasi dengan baik di daerah tropis.
Tebu-tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik-pabrik gula (PG). Dalam proses produksi
di pabrik gula, ampas tebu (bagasse) yang dihasilkan sebesar 35 - 40 % dari setiap tebu yang
diproses, namun yang termanfaatkan hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molasses), blotong, dan
air. Selama ini, produk utama yang dihasilkan dari tebu adalah gula, sementara hasil samping yang
lain tidak begitu diperhatikan, kecuali tetes tebu yang sudah lama dimanfaatkan untuk pembuatan
etanol dan bahan pembuatan monosodium glutamate (MSG), serta ampas tebu yang dimanfaatkan
untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board, dan untuk bahan bakar
boiler di pabrik gula.

II. PRODUK UTAMA DAN PRODUK SAMPINGAN YANG DIHASILKAN

Produk utama yang dihasilkan adalah berupa gula dan tetes serta produk sampingan berupa ampas
dan blotong. Penggolongan produk utama dan produk sampingan ini berdasarkan pada nilai jualnya
yang berbeda-beda. Gula dan tetes mempunyai nilai jual relatif lebih besar dari pada ampas dan
blotong sehingga gula dan tetes disebut produk utama, sedangkan ampas dan blotong disebut
produk sampingan.
Daun tebu dapat dijadikan pakan ternak hingga dongkelan tebu (sisa batang dan akar tebu yang
masih tertanam di dalam tanah) juga dapat dijadikan biochar, yaitu arang yang mengandung bahan
organik (c-organik) tinggi mencapai 38% dan berfungsi sebagai pembenah tanah untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Umumnya, khalayak hanya mengenal tebu sebagai tanaman
penghasil gula. Padahal, tak terbatas sebagai tanaman penghasil gula, tebu juga dapat menghasilkan
banyak produk turunan (co-product). Menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI),
lembaga penelitian yang hampir 126 tahun meneliti tanaman tebu ini, lebih dari 150 macam produk,
mulai dari produk pangan, bahan kimia, bahan furnitur, bahan bangunan, pupuk, pakan ternak,
kertas, produk farmasi, hingga listrik dapat dihasilkan dari tanaman tebu.

III. KEGUNAAN PRODUK

Gula adalah suplemen yang disukai banyak orang. Selain rasanya yang manis, gula juga dapat
membuat minuman tersa enak dan nikmat. Gula juga dapat digunakan sebagai resep makanan.
Adapun kegunaan lain yang bisa didapatkan dari gula yaitu :
a. Menjadikan body scrub yaitu untuk membersihkan dan menghaluskan kulit
b. Membuat warna lipstik tahan lebih lama
c. Mengawetkan makanan yang disimpan, dengan mengendalikan pertumbuhan organisme mikro
d. Menghapus noda lumpur dari pakaian Anda dengan mendidihkan dengan air untuk membuat
larutan gula lengket lalu mengoleskan larutan ini pada noda.
e. Membuat perangkap lalat/serangga
f. Menyalakan api dengan cepat dengan menambahkan segenggam gula pada kayu yang ingin
dibakar, maka kayu akan lebih cepat terbakar.

IV. PROSES DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

A. Proses produksi gula dari tebu adalah sebagai berikut :

1. Ekstraksi Nira
Nira tebu yang mengandung sukrosa diperoleh dari tebu yang diperah dalam mesin penggiling
setelah melalui proses pra-pengolahan dalam crusher atau unit pencacah tebu yang berfungsi untuk
mempermudah proses ekstraksi berikutnya. Semua zat yang larut dalam air tebu akan terperah
keluar dan yang tersisa adalah ampas (Moerdokusumo 1993).

2. Pemurnian Nira
Pelaksanaan pemurnian dalam pembuatan gula dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a. Proses Defekasi
Pemurnian cara defekasi adalah cara pemurnian yang paling sederhana, bahan pembantu yang
digunakan hanya berupa kapur tohor. Kapur tohor digunakan untuk menetralkan asam-asam yang
terdapat dalam nira. Nira yang telah diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur hingga diperoleh
nilai pH sedikit alkalis (pH 7,2). Nira yang telah diberi kapur kemudian dipanaskan sampai
mendidih, kemudian endapan yang terjadi dipisahkan.

b. Proses Sulfitasi
Proses pemurnian dengan cara sulfitasi dilakukan dengan pemberian kapur secara berlebihan.
Kelebihan kapur ini dinetralkan kembali dengan gas sulfit (SO2). Penambahan gas SO2
menyebabkan SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap. Gas SO2 dapat
memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya
zat warna gelap pada nira. Gas SO2 dalam larutan asam dapat mereduksi ion ferri sehingga
menurunkan efek oksidasi.
Pelaksanaan proses sulfitasi adalah sebagai berikut:

- Sulfitasi dingin
Nira mentah disulfitasi sampai pH 3,8 kemudian diberi kapur sampai pH 7. Setelah itu dipanaskan
sampai mendidih dan kotorannya diendapkan.

- Sulfitasi panas
Pada proses sulfitasi terbentuk garam CaSO3 yang lebih mudah larut dalam keadaan dingin
sehingga ketika dipanaskan akan terjadi endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah hal ini,
pelaksanaan proses sulfitasi dimodifikasi dengan cara nira mentah dipanaskan sampai 70 – 80 oC,
disulfitasi, ditambahkan kapur, dipanaskan hingga mendidih kemudian diendapkan.

- Pengapuran sebagian dan sulfitasi


Apabila pada proses sulfitasi panas tidak dapat memberikan hasil yang baik maka dilakukan
modifikasi, yaitu dengan cara pengapuran pertama sampai pH 8,0 dan pemanasan sampai 50 - 70
oC, sulfitasi sampai pH 5,1 - 5,3 dan pengapuran kedua sampai pH 7,0 - 7,2 kemudian dilanjutkan
dengan pemanasan sampai mendidih sampai terjadi pengendapan (Hugot 1960).
Pelaksanaan sulfitasi dipandang dari sudut kimia dibagi menjadi 3 yaitu :

- Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi dengan SO2 sehingga dicapai pH nira 3,2 kemudian ditambahkan larutan
kapur hingga pH 7,0 – 7,3.

- Sulfitasi Alkalis
Pemberian larutan kapur hingga pH nira 10,5 kemudian ditambahkan SO2 hingga pH nira menjadi
7,0 – 7,3.

- Sulfitasi Netral
Pemberian larutan kapur hingga pH nira 8,5 kemudian ditambahkan gas SO2 sehingga pH nira
menjadi 7,0 – 7,3 (Halim 1973).

c. Proses Karbonatasi
Proses karbonatasi merupakan metode yang paling baik dibandingkan dengan proses defekasi dan
sulfitasi. Bahan pembantu yang digunakan pada proses pemurnian nira dengan karbonatasi adalah
susu kapur dan gas CO2. Setelah ditambahkan susu kapur secara berlebihan, kemudian
ditambahkan gas CO2 yang berfungsi untuk menetralkan kelebihan susu kapur sehingga kotoran-
kotoran yang terdapat dalam nira akan diikat, reaksinya adalah sebagai berikut :

Ca(OH)2 + CO2 CaCO3_ + H2O

Terbentuknya endapan CaCO3 yang banyak, mengakibatkan endapan dapat dengan mudah
dipisahkan (Hugot 1960).

3. Penguapan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air ini harus dipisahkan
dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu proses menghilangkan zat pelarut dari
dalam larutan dengan menggunakan panas. Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air,
apabila nira dipanaskan maka akan terjadi penguapan molekul air. Akibat penguapan ini, nira akan
menjadi kental. Sumber panas yang digunakan adalah uap panas (Soejardi 1977).

4. Kristalisasi
Proses kristalisasi adalah suatu proses dimana dilakukan pengkristalan gula dari larutan yang
mengandung gula. Dalam larutan encer, jarak antara molekul satu dengan yang lain masih cukup
besar, kemudian pada proses penguapan jarak antara masing-masing molekul dalam larutan tersebut
saling mendekat, apabila jaraknya sudah cukup dekat maka masing-masing molekul dapat saling
tarik menarik. Apabila di sekitarnya terdapat sukrosa yang menempel, keadaan ini disebut sebagai
larutan jenuh. Pada tahap selanjutnya, bila kepekatan naik maka molekul-molekul dalam larutan
akan dapat saling bergabung dan membentuk rantai-rantai molekul sukrosa, sedangkan pada
pemekatan lebih tinggi maka rantai-rantai sukrosa tersebut akan dapat saling bergabung pula dan
membentuk suatu kerangka atau pola kristal sukrosa.

5. Pengeringan
Gula yang keluar dari proses kristalisasi akan masuk ke stasiun putaran dengan menggunakan
sentrifuge, selanjutnya gula yang keluar dari sentrifuge ditampung dalam alat getar (talang goyang).
Talang goyang ini selain berfungsi sebagai alat pengangkut, juga sebagai alat pengering gula.
Pengeringan ini menggunakan udara yang dihembuskan dari bawah, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kadar air dalam gula. Setelah pengeringan, gula dimasukkan dalam karung atau
kemasan dan disimpan di gudang untuk kemudian dipasarkan.
PROSES PRODUKSI INDUSTRI PUPUK DI PT PUPUK SRIWIDJAJA

PT Pupuk Sriwidjaja (Persero), adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan
usaha di bidang produksi dan pemasaran pupuk. Perusahaan yang juga dikenal dengan sebutan PT
Pusri ini, saat didirikan pada tanggal 24 Desember 1959, merupakan produsen pupuk urea pertama
di Indonesia.

I. Teknologi pabrik

PT Pusri merupakan salah satu pabrik pupuk terbaik di Indonesia dan menjadi induk bagi
perusahaan pupuk milik pemerintah yang ada di Indonesia. Terletak di daerah Palembang, PT pusri
memiliki keuntungan dalam proses produksinya karena dekat dengan bahan baku pembuatan pupuk,
yakni gas alam yang terdapat di kota Prabumulih. Di dalam melakukan proses produksinya,PT.
Pusri mempunyai 4 (empat) unit pabrik dengan masing-masing pabrik terdiri atas 3 (tiga) bagian
sebagai berikut :

1. Pabrik Offsite/Utilitas
2. Pabrik Amoniak
3 .Pabrik Urea

a. Pabrik utilitas adalah pabrik yang menghasilkan bahan-bahan pembantu maupun energi yang
dibutuhkan oleh pabrik amoniak dan urea. Produk yang dihasilkan dan diolah dari pabrik utilitas ini
antara lain sebagai berikut :
-Air bersih
-Air pendingin
-Air demin
-Udara pabrik
-Udara instrument
-Tenaga listrik
-Uap air

b. Pabrik amoniak
Di dalam pabrik Pupuk Sriwidjaja, pabrik amoniak memiliki unit sebagai berikut:

(1) Feed Treating Unit


Gas Alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum
masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan
pada Katalisator di Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung
dalam gas alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer.
Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit.

(2) Reforming Unit


Di reforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air, dipanaskan, kemudian
direaksikan di Primary Reformer, hasil rekasi yang berupa gas-gas hydrogen dan carbon dioxide
dikirm ke Secondary Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas sebagai
berikut :
-Hidrogen
-Nitrogen
-Karbon Dioksida
-Gas gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas karbon
dioksidanya.

(3) Purification & Methanasi


Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit
Purification, Karbon Dioksida yang telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa
karbon dioksida yang terbawa dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator
ammonia converter, oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration
terlebih dahulu masuk ke Methanator

(4) Compression Synloop & Refrigeration Unit


Gas Proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan gas hidrogen : nitrogen = 3 : 1,
ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan oleh Ammonia Converter agar
terjadi reaksi pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan
amoniak dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan Urea.
Hasil / produk pada proses di atas adalah gas ammonia cair serta karbon dioksida yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan Urea.
c. Pabrik Urea
Di dalam pabrik Pupuk sriwijaya, pabrik urea memiliki unit-unit sebagai berikut:

(1) Unit Sintesa


Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa Urea dengan mereaksikan
Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor dan ke dalam reaktor ini dimasukkan juga larutan
recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery. Tekanan operasi di Sintesa adalah 175
Kg/cm2 G. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat
dan kelebihan ammonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2

(2)Unit Purifikasi
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit Sintesa diuraikan dan
dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua step penurunan tekanan, yaitu pada
17kg/cm2 G dan 22,2 kg/cm2 G. Hasil peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian
Recovery, sedangkan larutan ureanya dikirim ke bagian kristaliser.

(3)Unit Kristaliser
Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vacuum. Kemudian kristal ureanya
dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air diambil dari panas Sensibel
larutan urea, maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke
HP Absorber dari Recovery.

(4) UnitPrilling
Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat dengan udara panas,
kemudian dikirimkan ke bagian atas Prillign Tower untuk dilelehkan dan didistribusikan merata ke
seluruh distributor, dan dari distributor dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari
bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan
belt conveyor.

(5)Unit Recovery
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil kembali dengan 2 step
absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagian absorbent kemudian di recycle kembali ke
bagian sintesa.

(6) UnitProses Kondensat Treatment


Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan.Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan
dipisahkan di stripper dan hydrolizer.Gas CO2 dan gas NH3nya dikirim kembali ke bagian
purifikasi untuk direcover.Sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas.

II. Proses produksi urea


Terdengar sangat sederhana bahwa pupuk Urea terbuat dari gas alam, air dan udara. Udara tersedia
tidak terbatas sedang gas alam terdapat banyak di Indonesia. Dengan sendirinya, seharusnya bagi
Indonesia bukanlah menjadi masalah yang berat untuk dapat memproduksi sendiri pupuk buatan
bagi kepentingan pertaniannya.Akan tetapi, akhir-akhir ini malah terdengar kabar-kabar mengenai
kelangkaan pupuk, suatu hal yang sangat disayangkan.Terlepas dari hal tersebut, produksi pupuk
sriwidjaja terkenal cukup tinggi, walaupun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk
nasional.
Proses pembuatan pupuk Urea yang dibuat di Pabrik Pusri yang dikenal sebagai jenis pupuk tunggal
berkadar Nitrogen 46%. Proses produksi dimulai dari ladang-ladang gas yang banyak terdapat di
sekitar Prabumulih yang diusahakan oleh Pertamina. Gas alam yang bertekanan rendah dikirim
melalui pipa-pipa berukuran 14 inchi ke pabrik pupuk PT Pupuk Sriwidjaja, di Palembang.Gas alam
ini dimasa lalu tidak diusahakan orang dan dibiarkan habis terbakar.Dalam perjalanannya menuju
Palembang,gas alam bertekanan rendah ini dikirim melalui pipa-pipa sepanjang ratusan kilometer
jauhnya menuju pemusatan gas alam di pabrik pupuk di Palembang. Menjelajah hutan-hutan, rawa-
rawa, sungai, bukit-bukit dan daerah-daerah yang sulit dilalui,. Setelah sampai di Pabrik PT Pusri di
Palembang, gas bertekanan rendah, melalui proses khusus pada kompresor, gas diubah menjadi gas
yang bertekanan tinggi. Kemudian gas ini dibersihkan pada unit Sintesa Gas untuk menghilangkan
debu, lilin dan belerang.

Anda mungkin juga menyukai