Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan
kumpulan gejala yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV). AIDS
merupakan suatu penyakit lanjut yang merupakan gejala-gejala penyakit
yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti,
infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat
menurunnya daya tahan tubuh penderita (nursalam DKK, 2018).
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam keluarga lentivirus.
Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA
yang menjamu membentuk virus DNA dan di kenali selama preode
inkubasi panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh
dengan preode inkubasi yang panjang (klinik laten), utamanya menyebab
kan tanda dan gejala AIDS.HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem
imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan
DN dari CD4+ dan linfosit untuk mereplikasi diri .dalam proses tersebut
menghancurkan CD4+ dan limfosit. (Nursalam DKK, 2018)
B. Etiologi HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh patogen virus yang disebut HIV, virus ini
ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuwan dari Perancis (Institute
Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan
gejala Limfadenopati, sehingga dinamakan Lymphadenopathy Associated
Virus (LAV), Gallo (National Institute of Health, USA 1984) menemukan
virus HTL-III (Human T Lymphotropic Virus) juga penyebab AIDS. Pada
penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus tersebut sama,
sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on
Taxonomy of Viruses (1986) WHO memberikan nama resmi HIV
(Widoyono, 2005).
HIV termasuk kelompok retrovirus, virus ini mempunyai enzim
(protein) yang dapat merubah RNA, materi genetiknya menjadi DNA.
DNA itu kemudian bisa digunakan untuk membuat virus baru (virion),
yang menginfeksi sel-sel baru, atau tetap tersembunyi dalam sel-sel yang
dapat hidup durasi panjang, atau tempat penyimpanan, limfosit sel-sel
CD4 (Sel-T Pembantu) yang istirahat sebagai target terpenting dalam
penyerangan virus ini (Nursalam, 2011). Sel CD4 merupakan salah satu
tipe dari sel darah putih bertanggung jawab untuk mengendalikan dan
mencegah infeksi oleh banyak virus yang lainnya, bakteri, jamur, dan
parasit dan juga beberapa jenis kanker. Kemampuan yang dimikili HIV
untuk tetap tersembunyi dalam DNA dari sel-sel manusia yang hidup
lama, tetap ada virus yang seumur hidup membuat infeksi menyebabkan
kerusakan sel-sel CD4 dan dalam waktu jangka panjang, jumlah sel-sel
CD4 menurun jadimasalah sulit untuk ditangani bahkan dengan
pengobatan efektif (Liu dkk, 2005). Apabila sudah banyak sel T4 yang
hancur terinfeksi, terjadi gangguan imunitas seluler, daya kekebalan
penderita menjadi terganggu kemudian kuman yang tadinya tidak
berbahaya dan dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri (infeksi oportunistik)
akan berkembang menjadi lebih leluasa dan menimbulkan penyakit yang
serius dan pada akhirnya penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Apabila sudah masuk kedalam aliran darah, virus HIV dapat
merangsang penurunan pembentukan antibody dalam waktu 3-8 minggu
setelah terinfeksi pada periode sejak seseorang terinfeksi virus HIV sampai
terbentuk antibody tersebut disebut periode jendela (window period).
Periode jendela ini perlu diketahui karena sebelum antibody terbentuk
didalam tubuh, virus HIV sudah ada didalam darah penderita dan keadaan
ini sudah dapat menularkan kepada orang lain (Yayasan Pelita Ilmu,
2012).
HIV dapat ditemukan pada darah dan cairan tubuh menusia seperti
semen dan cairan vagina. Virus HIV ini tidak dapat bertahan lama diluar
tubuh, maka untuk transmisi Virus HIV perlu adanyapertukaran cairan
tubuh dari penderita yang terinfeksi HIV. Cara menular virus HIV paling
banyak yaitu melalui kontak seksual, jarum suntik, dari ibu ke anak dan
transfusi darah yang terinfeksi Virus HIV(AVERT, 2012).
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu:
1. Hubungan Seksual
Hubungan seksual melalui vaginal, anal dan oral dengan
penderita HIV dan tanpa perlindungan bisa penyebab transmisi
HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan
vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis
dubur, atau mulut sehingga virus HIV yang terdapat dalam cairan
penderita masuk ke dalam aliran darah. (Nursalam, 2011)
2. Ibu Pada Bayinya
Penularan HIV dari Ibu ke janin bisa terjadi pada saat
kehamilan (in Utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01-0,7%.
Penularan juga terjadi dalam proses persalinan melalui transfusi
fetomaternal atau kontak atntara kulit dan membran mukosa bayi
dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama
proses melahirkan, semakin besar resiko penularan terhadap Virus.
Oleh karena itu, lama proses persalinan bisa dipersingkat dengan
operasi section caesaria. Transmisi lain terjadi selama periode post
partum malalui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang
positif HIV sekitar 10% (Lily, 2004).
3. Darah Dan Produk Darah Yang Tercemar Hiv/Aids
Penularan Virus HIV terjadi sangan cepat karena virus ini
langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh
tubuh calon penderita. Rumah sakit dan klinik harus berhati-hati
dalam pencegahan penyebaran infeksi melalui darah dan produk
darah (Nursalam, 2011)
4. Pemakaian Alat Kesehatan Yang Tidak Steril
Pemakaian alat pemeriksan kandungan seperti spekulum,
tenakulum dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina
atau air mani yang terinfeksi HIV ketika langsung digunakan untuk
orang lain yang tidak terinfeksi bisa saja menularkan HIV.
(Nursalam, 2011)
5. Alat-alat untuk menoreh kulit.
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat
seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sejenisnya bisa
menularkan HIV sebab dari alat tersebut mungkin dipakai tanpa
disterilkan terlebih terlebih dahulu. (Nursalam, 2011)
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun
yang digunakan oleh para pengguna narkoba jenis suntuk (Injecting
Drug User-IDU) sangat berpotensi besar menularkan HIV.
(Nursalam, 2011)

C. Patofisiologi HIV/AIDS
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retro virus baru
yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkan dengan HIV1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV.
Trasmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya lamanya 1 - 2 minggu dengan
gejala flu.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1 - 15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan demam, keringat
malam hari, Berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, ras, limfa
denopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1 - 5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor
pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Retrovirus termasuk kedalam family retroviridae dan memiliki ribonucleic
acid (RNA)- bergabung deoxyribonucleid acid (DNA) polymerase
(transkiptase terbalik). HIV menginfeksi sel T pembantu (T4 limfosit),
magrofag, dan sel B. HIV tidak secara langsung mempengaruhi SSP atau
saraf perifer, asrosit, atau oligodendrosit. Infeksi HIV pada SSP secara
langsung disebabkan oleh neurotoksin yang diproduksi oleh makrofag
terinfeksi atau zat kimia yang dihasilkan oleh distregulasi
(ketidakteraturan) sitokin dan kemokin.

D. KLASIFIKASI
Pasien bisa didiagnosis dengan berdasarkan gejala klinisnya, yaitu
berdasarkan tanda dan gejala mayor dan minor. Dua gejala mayor dan
satu gejala minor (Nursalam & Kurniawati, 2011).
Gejala Mayor:
a) Penurunan berat badan ≥10%
b) Diare kronis
c) Demam lebih dari satu bulan
d) tuberkolosis
Gejala Minor:
a) kandidiasis orofaringeal
b) batuk menetap lebih dari satu bulan
c) kelemahan tubuh
d) hilang nafsu makan
e) herpes zoster
f) pneumonia
g) berkeringat malam
h) sarcoma Kaposi

E. WOC
F. MANIFESTASI KLINIS
Seseorang yang menderita AIDS pertama kali akan mengalami gejala -
gejala umum seperti influenza. Kemudia penyakit AIDS ini akan menjadi
bervariasi pada kurun waktu antara 6 bulan sampai 7 tahun, atau rata - rata 21
bulan pada anak - anak dan 60 bulan pada orang dewasa. Di samping itu perlu
diperhatikan pula gejala - gejala non spesifik dari penyakit AIDS yaitu yang
disebut ARC (AIDS Related Complex) yang berlangsung lebih dari 3 bulan,
dengan gejala - gejala sebagai berikut:
1. Stadium I: asistomatik, dengan aktivitas fisik masih normal
a. Tidak ada gejala
b. Limfadenopati generalisata persisten, yang biasanya di temukan
pembesaran kelenjar betah bening meltipel berukuran keciltanpa rasa
nyeri
2. Stadium II : sakit ringan, dengan aktivitas fisik masih normal
a. Penurunan berat badan yang bersifat sedang, yang tidak diketahui
penyebabnya, <10% dari berat badan sebelumnya.
b. Infeksi saluran nafas atas berulang, seperti faringitas, tonsillitis,
sinusitis, otitis media
c. Ulkus pada mulut berulang
d. Cheilitis angularis, luka pada sudut mulut
e. Dermatitis seboroik, berupa lesi kulit bersisik pada batas antara wajah
dan rambut serta sisi hidung
f. Prurigo/popular pruritic eruption, suatu ruam kulit berupa yang gatal
g. Herpes zoster, papel nyeri pada sutu sisi tubuh, wajah atau ekstremitas
h. Infeksi jamur pada kuku
3. Stadium III : sakit sedang, dengan penampilan lemah dan pasien berada di
tempat tidur <50% perhari dalam bulan terakhir
a. Penurunan berat badan bersifat berat yang tidak diketahui penyebabnya,
>10%
b. Demam tanpa sebab yang jelas, kadang-kadang intermiten, >1 bulan
c. Diare kronisyang tidak diketahui penyebabnya, kadang-ladang
intermiten > 1 bulan
d. Pansitopenia yang tidak diketahui penyebabnya kandidiasis mulut yang
menetap
e. Oral hairy leukoplakia berupa garis vertikal putih di samping ludah,
tidak nyeri, tidak hilang bila di kerok
f. Stomatitis/gingivitis/periodontitis ulseratif nekrotikals akut
g. TBC paru
h. Infeksi bakteri yang berat : pneumonia, empiema, meningitis,
piomiositis, osteitis atau arthritis pelvic inflammatory disease,
bakteriemia
4. Stadium IV : sakit berat, dengan pemanpilan sangat lemah hampir selalu
berda di tempat tidur. >50% perharidalam bulan terkhir
a. Candidiasis esofagus: nyeri hebat saat menelan
b. Herpes simpleks lebih dari satu bulan: luka lebar dan nyeri kronis di
genitalia dan/ atau anus.
c. Limfoma
d. Sarcoma Kaposi: lesi berarna gelap (ungu) di kulit dan/ atau mulut,
mata, paru, usus sering disertai edema.
e. Ca serviks
f. PCP
g. Retinitis CMV
h. TB ekstra paru
i. Meningitis kriptokokal: meningitis dan atau tanpa kaku kuduk
j. Abses otak toksoplasmosis
k. HIV wasting syndrome: sangat kurus disertai demam kronis dan/ atau
diare kronis
l. Ensefalopati HIV: ganggusn neurologis yag tidak disebabkan oleh
faktor lain, sering kali membaik dengan pengobatan ART.

Menurut (Noviana, 2013 dalam romi wahyuny,2019) ada 2 gejala yaitu


gejala Mayor (umum terjadi), antara lain :
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronisyang berlangsung lebih dari 1 bulan.
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
Sedangkan gejala minornya (tidak umum terjadi) adalah :
1. Batuk menetap >1 bulan
2. Dermatitis pruritis (gatal)
3. Herpes simpleks yang meluas dan berat
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DPL : anemia, trombositopeni idiopatik, leucopenia, pada infeksi
tertentu jumlah sel T rendah, atau tumor sel T.
2. TB ( PPD ) : untuk menentukan pamajanan terhadap TBC
3. Serologis :
4. Tes antibody serum : skrining HIV dengan ELISA, bila positif
mengindikasikan HIV tapi tidak merupakan diagnosa.
5. Tes Blot Westren : mengkonfirmasi diagnosa HIV
6. Sel T Limfosit : penurunan jumlah total
7. Sel T4 helper : bila < 200 mengindikasikan respon defisiensi imun yang
hebat
8. Sel T8 supresor : rasio terbalik ( 2:1 pada T8 : T4) mengindikasi supresi
imun
9. Kadar Ig : ↑, terutama IgG dan IgA dengan IgM normalReaksi rantai
polymerase ; mendeteksi DNA virus
10. Tes PHS : mengetahui penyakit seksual seperti sifilis, CMV mungkin
positif
11. Pemeriksaan neurologist, mis. : EEG, MRI, CT Scan : bila terjadi
perubahan mental, perubahan sensori/motorik
12. Rontgent dada : mengetahui komplikasi pada saluran nafas
13. Biopsi : bila terjadi lesi neuplastik lainnya
14. Bronkoskopi ; bila terjadi kerusakan paru-paru
15. Endoskopi/kolonoskopi : bila dicurigai terdapat infeksi candida pada
sstem GI

H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
Istirahat dukungan yang memadahi berbasis makronutrien dan
mikronutriem untuk penderita HIV/AIDS. konseling untuk termasuk
pendekatan fisikologis dan psikososial , biasakan hidup sehat antara lain
memebiasakan senam seperti yang di lakukan di UPIPI.
2. Penatalaksanaan khusus
a. Pemberian antiretroviral therapy (ART) kombinasi, therapy infeksi
sekunder sesuai dengan jenis infeksi sesaui dengan jenis infeksi yang
di temukan.
b. Pemberian ARF tidak serta merta di berikan begitu saja pada penderita
yang di curigai, tetapi perlu langkah-langkah sebelumnya. Serta
mempertibangkan sebagai faktor dokter terlah memberikan penjelasan
tentang manfaat, efek samping,dan tata cara penggunaan ARF.
3. Upaya yang dilakukan pasien HIV/AIDS penentuan pelaksanaan yang
sangat tepat adalah dengan penggunaan obat anti retroviral. Juga dengan
olahraga dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
4. Dengan melakukan tindakan-tindakan yang di sarankan sebagai berikut
a. befaitful artinya melakukan hubunngan seks dengan pasangan saja
b. abstinent artinya tidak melakukan hubungan seksual
c. condom oleh WHO diakui memiliki keefektifan yang tinggi dalam
pencegah transmisi HIV dan AIDS
d. drupst artinya tolak penggunaan napza seperti narkoba
e. equitment hindari tindik atau tato di tubuh
5. Dukungan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan kasus HIV/AIDS
Dukungan dari berbagai pihak disini semua sangat berperan
penting tidak hanya dinas kesehatan, rumah sakit ,dan juga puskesmas,
namun disini segala bentuk peran dari masyarakat, teman dan sebaya dan
juga lingkunganpun sangat mendukung dan sangat mempengaruhi segala
proses penyesuaian dan juga pembentukan mental bagi pasien penderita
HIV/AIDS.
I. KOMPPLOKASI
Dalam tubuh ODHA membawa banyak bakteri, kuman, parasit,
jamur serta virus. Saat sistem kekebalan tubuh yang sehat akan mampu
mengendalikan. Tetapi lain halnya dengan ODHA, bila sistem kekebalan
mereka menurun atau dilemahkan oleh penyakit HIV maka dapat
menyebabkan masalah kesehatan. HIV melemahkan sistem kekebalan
tubuh, sehingga infeksi oportunistik ini dapat berkembang (Green, 2014).
Di Indonesia, Kemenkes adalah tim yang bertanggung jawab untuk
memutuskan siapa yang positif terhadap AIDS. Mereka mengembangkan
pedoman untuk menentukan infeksi oportunistik mana mendefinisikan
AIDS. Seseorang bisa dikatakan HIV, dan mengalami satu atau lebih dari
beberapa penyakit berikut, maka seseorang bisa dikatakan AIDS (Green,
2014).
1. Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi dari virus yang menyebabkan
penyakit mata sehingga menimbulkan kebutaan. Dapat terjadi ketika ju
mlah CD4 di bawah 50.
2. Kandidiasis adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
Dapat terjadi dengan jumlah CD4 yang agak tinggi.
3. Dua macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada
mulut dan kelamin. Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa
pun.
4. Malaria termasuk penyakit umum di beberapa daerah di Indonesia.
Penyakit ini lebih umum dan lebih berat pada penderita terinfeksi HIV.
5. Toksoplasmosis(tokso) adalah infeksi protozoa yang menyerang otak.
Dapat terjadi ketika jumlah CD4 di bawah 100.
6. Mycobacterium Avium Complex(MAC) merupakan infeksi bakteri yang
dapat menyebabkan demam secara ulang, seluruh badan terasa tidak
enak, masalah pencernaan, dan kehilangan berat badan berlebihan.
Dapat terjadi ketika jumlah CD4 di bawah 50.
7. Pneumonia pneumocystis (PCP) adalah infeksi jamur dapat
menyebabkan radang paru yang akut. Dapat terjadi ketika jumlah CD4
di bawah 200.
8. Tuberkulosis(TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru-paru,
serta gejala lain dapat menyebabkan meningitis (radang pada sistem
saraf pusat). Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa pun.
A. TeoriAsuhankeperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis ifeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan imun. Umur kronologi spasien juga mempengaruhi
imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada
lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan
dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis,
keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor
penunjang saat mengkaji status imun okompetens pasien. Berikut
bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang
berhubungan dengan kelainan hospes :
1) Kerusakan respon imuns eluler (LimfositT )
Terapiradiasi, defisiensinutrisi, penuaan, aplasia timik,
limpoma, kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsitimik
congenital.
2) Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia
congenital, protein – liosingenteropati (peradanganusus).
b. PemeriksaanFisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
1) Aktifitas / Istirahat
Gejala :Mudah lelah, intoleranactivity, progresimalaise,
perubahan polatidur.
Tanda :Kelemahan otot, menurun nya massa otot, respon
fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensiJantun dan
pernafasan ).
2) Sirkulasi
Gejala :Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama
pada cedera.
Tanda :Perubahan TD postural,menurunnya volume
nadiperifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,
mengkuatirkan penampilan, mengingkari diagnosa, putusasa,
dan sebagainya.
Tanda :Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarikdiri,
marah
4) Eliminasi
Gejala :Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau
tanpakram abdominal, nyeripanggul, rasa terbakarsaatmiksi
Tanda : Feces encerdenganatautanpa mucus ataudarah,
diarepekat dan sering, nyeritekan abdominal, lesia tau
absesrectal, perianal, perubahan jumlah, warna, dan
karakteristik urine.
5) Makanan / Cairan
Gejala :Anoreksia, mualmuntah, disfagia
Tanda : Turgor kulitburuk, lesironggamulut, kesehatan gigi
dan gusi yang buruk, edema
6) Hygiene
Gejala :Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda :Penampilan tidak rapi, kurang perawatandiri.
7) Neurosensori
Gejala :Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,
kerusakan status indera, kelemahan otot, tremor, perubahan
penglihatan.
Tanda :Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, reflex
tidak normal, tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri
dada pleuritis.
Tanda :Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeritekan, penurunan
rentangerak, pincang.
9) Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendekprogresif,
batuk, sesak pada dada.
Tanda :Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas,
adanya sputum.
10) Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfuse
darah, penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat
malam.
Tanda :Perubahan integritaskulit, luka perianal / abses,
timbulnyan odul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuata
numum, tekanan umum.
11) Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya
libido, penggunaan pilpencegah kehamilan.
Tanda :Kehamilan,herpes genetalia
12) Interaksi Sosial
Gejala :Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi,
kesepian, adanya trauma AIDS
Tanda :Perubahan interaksi
13) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko
tinggi, penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.

2. diagnosakeperawatan
a. gangguan rasa nyaman :nyeri
b. Cairanberkurang
c. Gangguanmobilisasi
d. Devisitnutrisi
e. Aktivitasintolerans
f. Hipertermi
g. Cairanberkurang
h. Nutrisiinadekuat
i. Gangguanpola BAB
j. Tidakefektfibersihanjalannapas
k. Tidakefektifpolanapas
l. Gangguan body image
m. Diare
3. Intervensi
Definisi Nyeri
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik dan emosional
kerusakan jaringan atau fungsional dengan onsep mendadak atau lama
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
 Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi ,kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skalan yeri
- Identifikasi factor yang memperlambat dan memperingan nyeri
 Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Anjurkanmemonitornyerisecaramandiri
- Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai