Anda di halaman 1dari 2

1.

Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan suatu peningkatan kesehatan melalui kontak
diklinik dan dirumah, yang dapat memberikan suatu informasi atau sumber-sumber yang
dapat dimanfaatkan, dapat membuat klien dan keluarga sadar akan pilihan dan juga
sumber-sumber yang ada, dapat melibatkan klien dan keluarga sadar akan pilihan dan
sumber-sumber yang ada, melibatkan klien dalam suatu perkumpulan yang ada
dimasyarakat, dan dapat mengajarkan klien untuk dapat bertanggung jawab atas dirinya
dalam kesehatan.
Dalam pencegahan yang dimaksudkan yaitu untuk dapat meminimalisasikan
resiko jatuh. Yang dimana pencegahan primer ditujukan kepada lanjut usia yang sehat,
yang mempunyai resiko akan tetapi belum menderita suatu penyakit. Intervensi yang
dapat dilakukan antara lain melakukan suatu pengkajian fiisk dan juga psikososial ,dapat
dilakukannya peninjauan terhadap penggunaan obat-obatan, serta melakukan pengkajian
pada lingkungan dan melakukan penatalaksanaan terhadap masalah-masalah yang
potensial.
Adapun contoh jenis pelayanan pencegahan primer ini meliputi sebagai berikut :
Adanya kegiatan konseling (misalnya berhenti dalam merokok dan meminum minuman
beralkohol, melakukan dukungan terhadap nutrisi, exercise, adanya keamanan di dalam
dan area sekitar rumah, melakukan manajemen stress dan penggunaan medikasi yang
tepat serta adanya promosi kesehatan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan adanya laporan penemuan kasus dan melakukan
suatu pendekatan untuk melakukan rujukan, dapat dilakukannya pengkajian respon
terhadap sakit serta kesesuaiannya dengan dilakukannya kegiatan terapi, adanya
pemberian informasi tentang obat-obatan dan terapi, dapat memberikan nasehat kepada
klien serta anggota keluarga dan dapat dilakukannya identifikasi adanya ancaman
penyakit.
Dapat disimpulkan tujuan adanya pencegahan sekunder ini yaitu dapat mencegah
lansia mengalami kejadian jatuh, dengan cara mempelajari riwayat jatuh, menemukan
penyebab-penyebabnya dan dapat dikoreksi serta dapat dilakukannya pemberian edukasi.
Adapun pencegahan sekunder ini meliputi : adanya pemeriksaan terhadap
penderita yang tanpa gejala, dan juga dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit
yang belum tampak atau muncul secara klinis dan dapat mengidap faktor resiko
( misalnya, kontrol hipertensi, melakukan deteksi dan pengobatan pada kanker). Adanya
screening ( misalnya melakukan pemeriksaan pada rectal, gigi mulut dll).
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier merupakan kegiatan yang melalui strategi rehabilitas selama
fase aktif, dapat mempertahankan cara komunikasi dengan jaringan kemasyarakatan,
dapat dilakukannya kegiatan membantu dalam pelayanan tindak lanjut/ follow up, adanya
pemberian program konsultasi serta pendidikan sebagai suatu bentuk tanggung jawab
terhadap kegiatan perawatan pada lansia dan diberikan dukungan serta kebijakan yang
dapat memberikan dampak baik terhadap lansia tersebut.
Pada pencegahan tersier ditujukan kepada penderita penyakit, penderita cacat
yang telah memperlihatkan suatu gejala penyakit, sebagai contoh yaitu pengembalian
fungsi yang optimal setelah jatuh yang ditujukan untuk lansia yang sedang mengalami
dampak serius akibat kejadian jatuh misalnya gangguan pada psikologis. Adapun
tindakan yang dapat segera dilakukan yaitu mengembalikan mobilitas secepat mungkin,
dan juga memfokuskan pemulihan pada kembalinya fungsi seperti sedia kala.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pencegahan tersier yaitu : dapat dilakukan
sesudah terdapat gejala penyakit serta cacat, dilakukannya pencegahan cacat bertambah
dan ketergantungan serta adanya perawatan bertahap antara lain : (dapat melakukan
perawatan dirumah sakit, melakukan rehabilitasi pada klien yang rawat jalan, serta
adanya tindakan perawatan dalam jangka yang panjang).

Anda mungkin juga menyukai