Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini mengenai uji aktivitas kolinergik dan antikolinergik pada hewan
percobaan mencit. Kolinergik adalah obat yang bekerja dengan cara merangsang saraf
parasimpatis (parasimpatomimetik). Pada praktikum ini menggunakan beberapa bahan seperti,
pilokarpin, atropin, fenobarbital, NaCl Fisiologis, metilen blue dan kertas saring.
Penggunaan NaCl fisiologis digunakan untuk kontrol negatif sebagai pembanding untuk
melihat apakah mencit berhasil diinduksi atau tidak. Kontrol positif yang digunakan yaitu
pilokarpin untuk menilai validasi tes. Dan fenobarbital digunakan sebagai penenang, dan
pilokarpin digunakan sebagai kelompok uji antikolinergik pada mencit pada pilokarpin dapat
mengakibatkan hipersalitiva pada mencit karena karena obat-obat kolinergik ini bekerja mirip
dengan neurotransmitter asetilkolin. Dimana asetilkolin ini dapat menimbulkan efek flight atau
fase istirahat pada tubuh. diantaranya dapat membuat hipersalivasi, dapat menurunkan detak
jantung dan tekanan darah, meningkatkan gerakan peristaltik usus. Kemudian kertas saring dan
metilen blue digunakan untuk melihat bercak saliva pada kertas saring agar dapat memudahkan
melihat dan mengukur bercak saliva. Pilokarpin juga merupakan alkaloid yang terdapat pada
tanaman pilocarpus jaborandi daya kerjanya sebagai efek muskarinik yaitu efek terhadap
kelenjar eksokrin dan otot polos sedangkan efek nikotiniknya sangat ringan sekali. Efek
Miotisnya dimulai sesudah 10-30 menit dan bertahan setelah 4-8 jam. Sedangkan atropin
( campuran d dan l-hiosiamin) yang terutama terdapat dalam atropa belladona.
Pengamatan dari obat kolinergik ini yaitu menghitung diameter saliva yang dikeluarkan
oleh hewan percobaan dan untuk memudahkan pengamatan maka setiap hewan percobaan
dimasukan kedalam beker glas yang telah dilapisi oleh kertas saring yang telah ditaburi metilen
blue pada bagian bawah, sehingga air liur yang dikeluarkan mencit akan merubah warna kertas
saring menjadi berwarna biru. Penambahan metilen biru ini bertujuan agar mempermudah
pengukuran diameter saliva yang dikeluarkan oleh mencit karena adanya perubahan warna
yang terjadi.

Pada prosedur pertama kertas saring ditaburi dengan metilen blue, untuk mempermudah
melihat bercak saliva. Lalu kertas saring yang sudah berwarna dimasukan kedalam beaker glass,
setelah itu 4 mencit diberikan fenobarbital secara Ip agar mencit tenang, kemudian mencit 1
diberikan NaCl fisiologis, Mencit 2 diberikan pilokarpin sc, mecit 3 diberikan pilokarpin sc
setelah 15 menit mencit diberikan atropin sc kemudian mencit 4 diberikan atropin sc, lalu segera
diberikan pilokarpin sc. Masing-masing mencit dimasukan kedalam beaker glass yang sudah
dilapisi kertas saring. Kemudian setiap 5menit, diameter bercak saliva diukur. Setelah itu
dilakukan % inhibisi untuk mengetahui aktivitas kolinergik yang kuat. Setelah dihitung dan
dilihat dari grafiknya maka dapat disimpulkan bahwa % inhibisi saliva pada uji 1 92,85% dan %
inhibisi saliva uji 2 41,14%. Pada % inhibisi saliva uji 1 memiliki nilai yang besar maka dapat
sedangkan pada % inhibisi saliva uji 2 41,14%, maka aktivitas kolinergik pada uji 1 kuat karena
semakin besar % inhibisi saliva maka semakin kuat aktivitas kolinergiknya, sedangkan pada uji 2
lemah dibandingkan dengan uji 1 yang aktivitas kolinergiknya sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai