Anda di halaman 1dari 7

Diagnosis BM-Prosto

Pasien perempuan usia 57 tahun datang ke Bagian Bedah Mulut RSGM FKG Unej
dengan keluhan bengkak dan sakit pada pipi kiri atas sejak 2 hari yang lalu dan pasien
mempunyai riwayat diabetes melitus. Setelah dilakukan pemeriksaan subyektif, obyektif dan
pemeriksaan penunjang, dokter gigi mendiagnosis Fossa Canina Abscess et Causa 23, 24
Gangren Radic, dan gigi 25 dan 26 sisa akar. Selanjutnya dokter gigi merencanakan tahapan
perawatan; medikasi, ektraksi dan rujukan ke bagian prostodonsia.

KATSUL
1. Diabetes miletus aril varen
 Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin
 Diabetesmelitus(DM) adalah penyakit sistemik yang ditandai dengan hiperglikemia
kronik akibat kekurangan insulin yang bersifat absolut karena pengeluaran insulin
yang rendah dari pankreas atau kurangnya reaksi jaringan perifer terhadap insulin
 DM tipe I : Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang
merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh.
Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita
DM untuk bertahan hidup harus diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area
tubuh penderita.
 DM tipe II : Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif
insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa
 DM tipe lain : DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik
endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan sindrom genetik lain
yang berkaitan dengan penyakit DM.17 Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau
bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
 DM Gestasional : DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua
dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
perinatal.
2. Abses monic syifu
 Abses merupakan suatu proses supuratif yang terlokalisir.
 Abses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa pembentukan pus.
 Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi
bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans
3. Abses fossa canina alya kiki
 Abses ini biasanya berasal dari gigi anterior, dan jarang dari gigi premolar.
Terjadinya tanda klinis yang paling dramatis termasuk pembengkakan substansial
pada daerah atas pipi, dengan rasa sakit yang terletak di wilayah fossa kaninus. Kulit
di atasnya tampak streched (tertarik), eritem, dan pada umumnya mengkilap. Edema
sering terjadi pada bibir atas dan kelopak mata. Jaringan lunak hidung juga mungkin
akan terkena dampaknya. Rasa sakit yang parah dan menjalar menuju sudut orbital
median merupakan indikasi kemungkinan infeksi melalui vena. Infeksi dapat
menyebar melalui vena ini ke dalam sinus cavernous. Perawatan terdiri dari insisi
intraoral dan drainase abses, dan menghilangkan agen penyebab. Ketika pembukaan
abses harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera saraf infraorbital
yang berasal dari tengkorak. Anestesi diadministrasikan ekstraoral dekat foramen
infraorbital.
4. Gangren radic mega lis
 Tertinggalnya sebagian akar gigi.
 Jaringan akar ggi yang tertinggal dan merupakan jaringan mati yang tempat yang
subur bagi perkembangbiakan bakteri.
 Gangrene radiks dapat disebabkan oleh karies, trauma, atau ekstraksi yang tidak
sempurna.
4. Prosto aci farid
 Prostodonsia adalah salah satu cabang dari ilmu di kedokteran gigi yang mempelajari
gigi tiruan untuk menggantikan gigi maupun jaringan mukosa mulut yang hilang
(Bhat, 2014)
 Ilmu seni pembuatan suatu penggantian yang padan/sesuai bagi hilangnya bagian
korona gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan disekitarnya agar
fungsi, penampilan, rasa nyaman dan Kesehatan yang terganggu karenanya dapat
dipulihkan.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara dokter gigi mendapatkan diagnosis dari skenario?
- pemeriksaan subjektif (2) monic varen
• Pemeriksaan subyektif adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara tanya jawab
berdasarkan keluhan pasien menggunakan bahasa komunikasi yang sederhana dan
mudah dimengerti.
• Hal-hal yang harus diperhatikan :
 Menanyakan keluhan utama pasien
 Apakah ada keluhan lain yang menyertai (seperti demam)?
 Kapan keluhan tersebut muncul dan bagaimana perkembangannya?
 Dimana lokasi lesi tersebut?
 Frekuensi keluhan
 Riwayat pasien :
 Riwayat medis(apakah pernah dirawat atau penyakit sistemik)
 Riwayat medis dental(apakah pernah datang ke dokter gigi dan dilakukan
perawatan)
 Status kesehatan rongga mulut
 Kebiasaan buruk pasien
 Riwayat alergi
- pemeriksaan objektif (3) (vital alya. io lies, eo aci)
VITAL
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan
untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara
medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk
menilai respon terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang
adekuat bagi tindakan fisioterapi, khususnya exercise.
 Tekanan darah : tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di
ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat
sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi.
 Denyut nadi
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada: 1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang
tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari.
Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin. 2) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam
otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku. Digunakan untuk mengukur
tekanan udara. 3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana
terdapat arteri karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
 Suhu tubuh
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup. Suhu tubuh dihasilkan dari: 1) Laju metabolisme basal
diseluruh tubuh 2) Aktifitas otot 3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon
Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer.
Jenis2 termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer
air raksa dan digital. Metode mengukur suhu tubuh: 1) Oral. Termometer diletakkan
dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak dianjurkan pada bayi 2) Axilla. Metode
yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan menggunakan
termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral 3) Rectal.
Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral
 Pernapasan
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang
mempengaruhi Respiratory Rate: 1) Usia 2) Jenis kelamin 3) Suhu Tubuh 4) Posisi
tubu 5) Aktivitas
EKSTRAORAL
 TMJ
Pemeriksaan TMJ dapat dilakukan dengan: pasien diinstruksikan untuk membuka dan
menutup mulut. Operator akan melakukan palpasi di bagian depan tragus saat keadaan
ini atau dapat juga dengan cara memasukkan jari kelingking ke external auditory
canal, diperiksa apakah ada bunyi clicking atau pasien merasa nyeri. Selain itu juga
harus dievaluasi besar maksimal bukaan mulut pasien, ada/ tidaknya deviasi lateral
saat membuka dan menutup mulut, dan tonus otot mastikasi 
 KELENJAR LUDAH
Pemeriksaan fisik kelenjar ludah meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi kelenjar
ludah. Orifisium duktus kelenjar parotis dan submandibula harus terlihat. Inspeksi
keadaan papilla. Apakah ada aliran saliva? Ini sebaiknya diperiksa dengan
mengeringkan papilla dengan kapas lidi dan mengamati aliran saliva yang dihasilkan
dengan melakukan tekanan eksternal pada masing-masing glandula. Obstruksi
terhadap aliran atau infiltrasi kelenjar akan menyebabkan pembesaran kelenjar.
Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada pembesaran? Apakah ada
nyeri tekan?
 NEUROMUSKULER
Pemeriksaan otot-otot mastikasi untuk melakukan palpasi pada otot/musculus,
maka teknik palpasi yang dilakukan tergantung dengan otot mastikasi
(pengunyahan).
Palpasi Otot/musculus :
 Palpasi masseter:
dilakukan secara bimanual, tangan yang satu (dengan satu jari) di bagian intraoral.
Jari diletakkan di kedua pipi dekat ramus mandibular lalu pasien diminta untuk
melakukan gerakan mengunyah
 Palpasi temporalis: langsung pada region temporal dan meminta pasien untuk
mengoklusikan gigi geliginya
 Palpasi pterygoid lateral: dengan menempatkan jari sedikit di belakang tuberositas
maksila, pasien diminta untuk memajukkan dagu.
 Palpasi pterygoid medial: palpasi secara intraoral pada bagian lingual pada ramus
mandibular
 FACIAL/WAJAH
Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan yaitu tipe wajah, kesimetrisan
wajah, dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar.
Kesimetrisan wajah ada 2, yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan simetris
bilateral apabila wajah terbagi 2 sama lebar dan anatomisnya sama jika ditarik garis
median dari garis rambut ke titik glabela, subnasion (perbatasan septum nasal dengan
bibir atas), dan menton. Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung dan
cekung. Untuk menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glabela, subnasion dan
pogonion (dagu) dan dilihat dari arah sagital.
- pemeriksaan penunjang (2) kiki sifu
- gambaran EO dan IO (3) aril farid mega
 Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka, kehilangan sulkus
nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah sehingga tampak tertutup. Bibir atas
bengkak, seluruh muka terasa sakit disertai kulit yang tegang berwarna merah.
 pembengkakan substansial pada daerah atas pipi, dengan rasa sakit yang terletak di
wilayah fossa kaninus. Kulit di atasnya tampak streched (tertarik), eritem, dan pada
umumnya mengkilap. Edema sering terjadi pada bibir atas dan kelopak mata.
Jaringan lunak hidung juga mungkin akan terkena dampaknya. Rasa sakit yang
parah dan menjalar menuju sudut orbital median merupakan indikasi kemungkinan
infeksi melalui vena. Infeksi dapat menyebar melalui vena ini ke dalam sinus
cavernous.

2. Bagaimana tahap rencana perawatan pada skenario


- medikasi (2) lies monic
Gigi dengan kondisi sisa akar yang memiliki kelainan pada periapikal yang
bersifat akut, sebaiknya dilakukan terapi medikasi terlebih dahulu, ekstraksi gigi
yang memiliki abses di daerah periapikalnya apabila dalam keadaan infeksi
akut sebaiknya dihilangkan dulu infeksinya kemudian dilakukan ekstraksi. Hal
tersebut karena ekstraksi pada stadium infeksi akut tidak hanya dikuatirkan
terjadi penyebaran infeksi tetapi juga kerja anastesi local yang kurang efektif,
sehingga menimbulkan rasa sakit yang menambah penderitaan pasien, meskipun ada
beberapa ahli yang berpendapat bahwa ekstraksi gigi pada stadium akut
justru akan menyebabkan terjadinya drainase pus dan akan
menyebabkan penyembuhan dini
- bedah (2) varen mega
Hal ini dapat dilakukan baik secara intraoral maupun ekstraoral tergantung pada lokasi
infeksi. Aspirasi pus sebelum insisi memungkinkan metode pengambilan sampel lebih
akurat karena mengurangi kontaminasi dan membantu melindungi dari bakteri anaerob.
Pembengkakan yang berfluktuasi menunjukkan adanya pus dan didefinisikan sebagai
transmisi fluida dengan menggunakan palpasi bidigital. Pada pasien dilakukan insisi
drainase. Insisi dilakukan dengan panjang kurang lebih 2 cm pada daerah yang paling
fluktuatif. Setelah di insisi, eksplorasi pus dilanjutkan secara tumpul dengan menggunakan
klem bengkok sampai ruang submandibula. Setelah pus berhasil dieksplorasi, dilakukan
pemasangan draine handschoen yang dilumuri dengan betadine pada luka insisi kemudian
ditutup dengan mengguankan kasa steril dan direkatkan dengan menggunakan hipafix.
Penderita dievaluasi setiap hari dan dilakukan dilatasi pada luka insisi untuk mengeluarkan
pus yang masih diproduksi. Setelah dilakukan insisi dranase keluhan pasie mulai berkurang
begitu juga dengan trismus yang dialami pasien semakin membaik.
- rujukan (2)farid aril

3. Bagaimana prognosis dari kasus di skenario? (2) alya kiki

4. Apakah terdapat pengaruh antara riwayat penyakit sistemik pasien dengan


perawatan yang akan dilakukan? (2) aci sifu
 Ya, Diabetes melitus dapat meningkatkan risiko penyakit periodontal dan komplikasi
oral lainnya yang memperburuk kondisi mulut pasien jika tidak terkontrol dengan
baik. Dalam tindakan pencabutan gigi, diabetes melitus dengan kontrol gula darah
yang buruk merupakan suatu kontraindikasi sebab komplikasi sistemik maupun oral
pasien akan menunda proses penyembuhan luka soket bekas pencabutan gigi sehingga
rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur. Maka sebelum tindakan pencabutan gigi,
sebaiknya dokter gigi melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis mengenai
keadaan oral pasien yang penting untuk membantu dokter gigi mengenali tanda dan
gejala penyakit diabetes melitus. Dokter gigi sebaiknya menunda tindakan pencabutan
gigi pada pasien diabetes melitus dengan kontrol gula darah yang buruk dan
mengkonsultasikan penyakit diabetes melitus pasien dengan dokter spesialis penyakit
dalam. Dalam beberapa kasus, pencabutan gigi pada pasien dengan diabetes melitus
diperbolehkan, asalkan mereka memiliki kontrol gula darah yang baik dengan indeks
glikemik kurang dari 7%.

Anda mungkin juga menyukai