Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Adab

KATA PENGANNTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadiran allah swt atas segala nikmat yang telah diberikan kepada
kami sehigga masih sempat diberikan kenikmatan yaitu nikmat iman dan islam untuk
menyelesaikan makalah SEJARAH ISLAM. Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang memberikan petunjuk kepada ummat manusia.

i
Kemudian dalam penulisan makalah ini,penulis tidak sedikit mengalami kesulitan dan
rintangan,namun berkat bantuan yang telah diberikan oleh berikan oleh berbagai pihak,akhirnya
kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi.Demikian penulis lewat lembaran ini hendak
menyampaikan maksud tersebut,teriring doa agar segenap bantuan dalam urusan menyelesaikan
makalah ini dapat di terima oleh Allah Swt,Amin.

Minallahil musta’an Wa’alaihitiklan.

Parepare, 15 November 2019

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANNTAR...............................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
ii
BAB I..........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1

1.1 Latar belakang...................................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................................2

1.3 Tujuan masalah..................................................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3

2.1 Kebijakan Pemerintah dalam Memperkuat Eksistensi Madrasah.......................................................3

2.2 Issu Pengembangan Madrasah Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.........................................6

2.3 Arah dan Kerangka Pengembangan Madrasah...............................................................................8

BAB III......................................................................................................................................................10

PENUTUP.................................................................................................................................................10

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Undang-Undang Dasar 1945 yang secara historis disebut sebagai Indonesian Declaration
of Independence, dalam pembukaannya secara jelas mengungkapkan alasan didirikannya negara
untuk mempertahankan bangsa dan tanah air, meningkatkan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia yang abadi dan
berkeadilan.Konsep pencerdasan kehidupan bangsa berlaku untuk semua komponen bangsa.
Oleh karena itu UUD 1945 pada pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia.

Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, madrasah selain
telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut
berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia. Disamping itu
madrasah juga sangat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Namun demikian,
performa madrasah sampai pada saat ini masih sangat rendah. Beberapa permasalahan telah
berhasil diidentifikasi menjadi penyebabnya, baik pada tingkat pengelolaan maupun kebijakan.
Masalah kurikulum madrasah yang masih belum fokus dan proses pendidikan yang belum
mendukung pada visi dan misi madrasah, merupakan contoh issu di tingkat pengelolaan,
sedangkan kebijakan pengembangan madrasah yang masih bersifat “setengah-setengah” serta
belum adanya “cetak biru” pengembangan madrasah merupakan contoh issu di tingkat kebijakan.

Kondisi madrasah secara umum juga cukup memprihatinkan, sebagian besar memiliki banyak
kekurangan baik guru, buku-buku, sarana dan prasarana maupun fasilitas penunjang lainnya.
Kekurangan tenaga guru tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi kualitas pun masih belum
memadai. Hal ini akan berakibat pada rendahnya kualitas out put upaya pengembangan

1
madrasah sehingga madrasah tidak kalah bersaing dengan sekolah-sekolah lain dan dapat
menghasilkan out put pendidikan yang bermutu dan berkualitas.

1.2 Rumusan masalah


 Apa Kebijakan Pemerintah dalam Memperkuat Eksistensi Madrasah?

 Apakah Issu Pengembangan Madrasah Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah?

 Apakah Arah dan Kerangka Pengembangan Madrasah?

1.3 Tujuan masalah


 Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah dalam Memperkuat Eksistensi Madrasah

 Untuk mengetahui Issu Pengembangan Madrasah Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah

 Untuk mengetahui Arah dan Kerangka Pengembangan Madrasah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Pemerintah dalam Memperkuat Eksistensi Madrasah

Berkaitan dengan Kepres No. 34 tahun 1972 dan Inpres No. 15 Tahun 1974, pemerintah
mengambil kebijakan yang lebih operasional dalam kaitannya dengan madrasah. Pada tahun
1975 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Tiga Meneteri mengenai Pendidikan Mutu
Pendidikan dan Madrasah. Dalam Surat Keputusan Bersama itu, masing-masing Kementerian
Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Dalam Negeri memikul
tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan madrasah.

Kelahiran SKB Tiga Menteri memang antara lain untuk mengatasi kekhawatiran umat
Islam akan dihapuskannya sistem pendidikan madrasah sebagai konskuensi dari Kepres No. 34
Tahun 1972 dan Inpres No. 15 Tahun 1974. Menarik untuk dicatat bahwa keluarnya SKB itu
didasarkan pada hasil Sidang Kabinet terbatas pada tanggal 26 Nopember 1974. Pada sidang
kabinet itu Menteri Agama RI Mukti Ali menyampaikan kecemasan umat Islam berkaitan
dengan isi dan implikasi lebih jauh dari Kepres dan Inpres di atas. Pemerintah ternyata memberi
perhatian terhadap masalah tersebut, sehingga Presiden mengeluarkan petunjuk pelaksanaan
Kepres No. 34 Tahun 1972 dan Inpres No. 15 Tahun 1974 yang isinya:

1. Pembinaan pendidikan umum adalah tanggung jawab Mentei Pendidikan dan


Kebudayaan, sedangkan tanggung jawab Pendidikan Agama menjadi tanggung jawab
Menteri Agama.

2. Untuk pelaksanaan Kepres No. 34 Tahun 1972 dan Inpres No. 15 Tahun 1974 dengan
sebaik-baiknya perlu ada kerja sama antara Departemen P&K, Departemen Dalam
Negeri dan Departemen Agama.

3
Dengan keluarnya petunjuk pelaksanaan tesebut, ketegangan antara pendidikan agama
dengan pendidikan nasional memang dapat diatasi. Petunjuk pelaksanaan itu mengandung
perbedaan yang cukup mendasar dengan Kepres dan Inpres, di mana di situ dengan tegas
dinyatakan bahwa hak dan tanggung jawab pengelolaan pendidikan agama tetap berada pada
Departemen Agama. Dengan demikian, Juknis telah memberikan sebuah model solusi yang di
satu sisi memberikan pengakuan eksistensi pendidikan Islam- termasuk madrasah dan IAIN-dan
penegasan bahwa pengelolaannya tetap di tangan Depatemen Agama, namun disisi lain tetap
memberikan kepastian akan berlanjutbya usaha yang mengarah pada pembentukan sistem
pendidikan nasional yang integratif.

Sebagai tindak lanjut, Juknis itu segera diikuti dengan penyusunan SKB Tiga Menteri. Bagi
kalangan yang mempertahankan eksistensi madrasah baik dari lingkungan Departemen Agama
sendiri maupun dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, penyusunan SKB Tiga Menteri
itu merupakan langkah yang strategis.

Dalam konteks di atas, sejumlah diktum yang memperkuat posisi madrasah lebih ditegaskan lagi
dengan memerinci bagian-bagian yang menunjukkan kesetaraan madrasah dengan sekolah.
Dalam Bab I, pasal 1, ayat 2 misalnya dinyatakan:

Madrasah itu meliputi tiga tingkatan:

1. Madrasah Ibtidaiyah, setingkat dengan Sekolah Dasar

2. Madrasah Tsanawiyah, setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama

3. Madrasah Aliyah, setingkat dengan Sekolah Menengah Atas

Selanjutnya dalam Bab II pasal 2 disebutkan bahwa:

 Ijazah Madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah Umum
yang setingkat

 Lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas.

 Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.

Mengenai pengelolaan dan pembinaan dinyatakan dalam Bab IV pasal 4 sebagai berikut:
4
1. Pengelolaan Madrasah dilakukan oleh Menteri Agama

2. Pembinaan mata pelajaran agama pada madrasah dilakukan oleh menteri agama.

3. Pembinaan dan pengawasan mutu mata pelajaran umum pada Madrasah dilakukan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri.

SKB Tiga Menteri ini dapat dipandang sebagai pengakuan yang lebih nyata terhadap
eksistensi madrasah dan sekaligus merupakan langkah strategis menuju tahapan integrasi
madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional yang tuntas. Dengan SKB tersebut madrasah
memperoleh definisinya yang semakin jelas sebagai lembaga pendidikan yang stara dengan
sekolah sekalipun pengelolaannya tetap berada pada Departemen Agama. Dalam hal ini,
madrasah tidak lagi hanya dipandang sebagai lembaga pendidikan keagamaan atau lembaga
penyelenggaraan kewajiban belajar, tetapi sudah merupakan lembaga pendidikan yang
menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya
30%, disamping mata pelajaran umum.

Kemudian dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pemerintah juga semakin mengukuhkan keeksistensian dari sebuah madrasah. Hal ini dibuktikan
dalam setiap pasal yang menyebutkan kata sekolah pasti diikuti dengan kata madrasah. Untuk
Sekolah Dasar diikuti oleh Madrasah Ibtidaiyah, untuk Sekolah Menengah Pertama diikuti oleh
Madrasah Tsanawiyah, dan untuk Sekolah Menengah Atas diikuti oleh Madrasah Aliyah.
Contohnya pada Pasal 56 ayat 1 dan 3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
yaitu menyebutkan:

 (1)Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang


meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui
dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.

 (3) Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan


dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan.

5
Pengukuhan selanjutnya yang dilakukan pemerintah terdapat dalam hal jalur, jenjang dan jenis
pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Yaitu dalam Pasal 17
ayat 2 menyebutkan “Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat” dan Psal 18 ayat 3 menyebutkan “
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain
yang sederajat”.

2.2 Issu Pengembangan Madrasah Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Bangsa Indonesia pada era globalisasi yang menantang ini dihadapkan pada perubahan-
perubahan yang menuntut adanya sistem keterbukaan politik, ekonomi, dan budaya. Era ini juga
disebut dengan era persaingan bebas dan keunggulan teknologi informaasi. Semua aspek
kehidupan akan berubah secara drastis yang beriringan dengan semakin tidak jelasnya batasan
regional.Tatanan masyarakat baru di atas akan melahirkan tuntutan-tuntutan dan tantangan baru
pula. Tuntutan adanya keterbukaan dalam politik, pembagian kekuasaan serta sumber daya alam,
menghargai hukum dan dan hak asasi manusia serta transparansi dalam kebijakan pemerintah
akan semakin kuat. Atas dasar inilah maka memasuki era baru ini masyarakat menghendaki
adanya dekosentrasi dan desentralisasi serta otonomi dalam mengambil kebijakan pembangunan.
Keinginan ini telah dituangkan melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang pertimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

Perbahan yang terjadi pada gilirannya akan mempengaruhi tata nilai kehidupan masyarakat yang
mungkin sekali baru dan berbeda dengan gaya nilai yang sekarang dianut masyarakat. Pada
proses perubahan ini kesiapan lembaga pendidikan dan institusi sosial lainnya menjadi sangat
penting. Sebab masyarakat yang berada pada proses transisi kultural sangat labil pada berbagai
benturan nilai. Dalam hal ini maka institusi pendidikan Islam khususnya lagi madrasah
diharapkan dapat menjadi salah satu kekuatan yang dapat memberikan kontribusinya untuk
pembentukan kultural Indonesia Baru yang berdasarkan pada nilai-nilai transendental.

6
Pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Agama selama ini masih perlu langkah-
langkah penyesuaian yang strategis, utamanya dalam rangka mencari bentuk dan pemecahan
masalah sehubungan dengan kemungkinan di berlakukannya Otonomi Daerah dan Desentralisasi
di bidang pendidikan secara keseluruhan.

Usaha ke arah pengembangan pembinaan madrasah adalah sebagai kerangka dasar strategis
pengembangan madrasah pada umumnya yang secara bertahap perlu dikembangkan sejalan
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat yang penjabarannya lebih lanjut dituangkan
dalam berbagai peraturan dan pedoman pelaksanaanya yang operasioanal. Pengembangan
pembinaan madrasah dimaksudkan di dalamnya mencakup satu pilihan sistem, pendekatan,
sumber dana dan sarana yang betul-beetul diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan
pembangunan.

Posisi strategis usaha pengembangan di bidang pendidikan pada madrasah sedikitnya dapat
dilihat dari dua segi, yaitu:

1. Dari segi kedudukannya sebagai bagian integral dari kesatuan sistem Pendidikan
Nasional. Dalam hal ini madrasah dituntut untuk mampu memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, di samping harus memiliki hubungan yang akrab dengan
sistem dengan sistem Pendidikan Nasional itu sendiri.

2. Dari segi kedudukannya sebagai bagian terpenting dari pembangunan sektor agama
yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam hal ini setiap
upaya pengembangan madrasah harus mengacu agar madrasah dapat menunjang
pembangunan sektor agama secara keseluruhan dengan tetap memelihara identitas dan
kaakteristiknya sendiri sebagai sekolah agama dan lembaga keagamaan.[9]

Dengan demikian pengembangan pembinaan madrasah pada masa mendatang diorientasikan


untuk menciptakan situasi yang kondusif agar dapat melakukan adaptasi dan akomodasi terhadap
tuntutan program pendidikan dan tetap memelihara bobot dan identitas ciri kekhususannya
sebagai lembaga pendidikan keagamaan.

7
2.3 Arah dan Kerangka Pengembangan Madrasah

Kenyataan menunjukkan bahwa saat ini telah terjadi reduksi pemaknaan pendidikan.
Kenyataan ini sudah seharusnya dikembalikan kepada makna yang sesungguhnya dari
pendidikan itu sendiri. Pendidikan, sesuai dengan visi yang diembannya harus mencerinkan
kemampuannya untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multidimensional.

Bertolak dari kenyataan tersebut arah pengembangan pendidikan di madrasah bertujuan untuk
dapat mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak
mulia, berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu
mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Spektrum tujuan pendidikan madrasah sebagaimana disebutkan di atas yang sejalan dengan
kemajuan masyarakat memerlukan penjabaran bagi pelaksanaannya pada setiap jenis dan bidang
pendidikan sebagaimana dikemukakan beriktu:

1. Pendidikan dasar yang meliputi Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanwiyah
(MTs) menekankan kemampuan umum yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat
dan bernegara. Menteri pendidikan tingkat dasar di madrasah ini lebih mengutamakan
pada pembekalan kemampuan yang fungsional untuk kehidupan dalam berbagai
bidang: sosial, budaya, ekonomi, dengan berbasis pada nilai-nilai ajaran agama Islam.
Sejalan dengan semakin kompleksnya tantangan kehidupan, maka pendidikan dasar di
Indonesia adalah sembilan tahun. Asumsinya adalah apabila pendidikan minimum ini
tidak dicapai maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
perkembangan di sekelilingnya.

2. Pendidikan menengah yaitu Madrasah Aliyah (MA) memiliki tujuan utama yaitu
mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya pada jenjang
perguruan tinggi.

Dengan arah dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas, maka acuan pemikiran dalam
penataan dan pengembangan pendidikan madrasah harus mampu mengakomodasi berbagai
pandangan dan pendapat secara selektif, sehingga terdapat keterpaduan dalam konsep

8
pengembangannya. Beberapa prinsip dasar yang menjadi acuan dalam pengembangan madrasah
antara lain:

1. Membangun prinsip kesetaraan antara sektor pendidikan madrasah sengan sektor


pendidikan (di luar madrasah), dan dengan sektor-sektor lainnya. Kehadiran sistem
pendidikan madrasah harus senantiasa dimaknai sebagai adanya keharusan untuk
bersama-sama sistem lainnya mewujudkan cita-cita masyarakat.

2. Prinsip perencanaan pendidikan. Pendidikan madrasah bersifat progresif, tidak


resisten terhadap perubahan, akan tetapi mampu mengendalikan arah perubahan itu.

3. Prinsip rekonstruksionis. Dalam kondisi masyarakat yang menghendaki perubahan


mendasar artinya juga perubahan dengan skala besar berdasarkan gagasan besar,
maka pendidikan madrasah juga harus mampu menghasilkan produk-produk yang
dibutuhkan.

4. Prinsip pendidikan berorientasi pada peserta didik. Dalam memberikan pelayanan


pendidikan sifat-sifat peserta didik yang bersifat umum maupun spsifik harus menjadi
pertimbangan.

5. Prinsip pendidikan multibudaya. Sistem pendidikan madrasah harus memahami


bahwa masyarakat yang dilayaninya bersifat plural, dan oleh karenanya pluralisme
perlu menjadi acuan yang tak kalah pentingnya dengan acuan-acuan yang lain.

6. Prinsip pendidikan global. Pendidikan madrasah harus mampu berperan dalam


menyiapkan peserta didik dalam konstelasi masyarakat global.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Madrasah adalah lembaga pendidikan berbasis agama Islam yang memiliki sejarah
panjang seiring dengan sejarah negara Indonesia baik sebelum maupun sesudah merdeka.
Madrasah telah memeberikan kontribusi yang luar biasa untuk ikut berpartisipasi dalam
mecerdaskan kehidupan bangsa ketika rakyat Indonesia berada dalam penjajahan kolonial
Belanda hingga sekarang. Seiring pertumbuhan zaman maka akan terjadi pertumbuhan dan
perubahan kehidupan masyarakat sehingga akan muncul tuntutan-tuntutan hidup yang baru dari
masyarakat pula. Untuk itulah madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan harus mampu
dalam memenuhi tuntutan tersebut dan mampu menunjukkan eksistensinya sebagai pengontrol
perubahan, bukan malah termakan oleh perubahan tersebut. Dengan demikian madrasah harus
terus mengembangkan kelembagaannya dengan strategi dan manajemen yang secara efektif
mampu mengasilkan out put pendidikan yang berkualitas.

Kemudian madrasah juga harus memiliki visi dan misi baru, serta dilengkapi dengan fasilitas
yang memadai, manajemen dan staf pengajar yang lebih terlatih sehingga dapat meningkatkan
status madrasah sebagai sekolah model dan menjadi percontohan bagi standar pengembangan
seluruh madrasah lain di Indonesia. Dengan segala keunggulan yang dimiliki madrasah, tidak
sulit memahami populeritas madrasah dan sekolah elite Islam yang terus menanjak, karena
muatan nilai-nilai akhlak, demokrasi, dan kepedulian sosial. Dengan rasa bangga dan simpati,
kini madrasah bukan hanya merupakan ikon kebanggaan, melainkan juga merupakan salah satu
wahana terpenting untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan memelihara kebanggaan dalam
diri generasi muda kaum Muslim.
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA

http://fidaroin-fidaroin.blogspot.com/2011/04/strategi-pengembangan-madrasah.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai