Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FISIOLOGI MANUSIA

“KELENJAR PARATIROID”

DISUSUN OLEH:
NAMA : BAIQ NELY WIDYA A
NIM : E1A014005
KELAS :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini dengan judul Kelenjar Paratiroid. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tuntutan mata
kuliah Fisiologi Manusia.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan, oleh
sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya
dan umumnya bagi pembaca.

Mataram, Mei 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Anatomi Kelenjar Paratiroid......................................................................................2
B. Fisiologi Kelenjar Paratiroid......................................................................................3

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 10

B. Saran........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. Sistem endokrin melibatkan
kelenjar endokrin dan hormon. Sistem hormone (sistem endoklin = sistem kelenjar buntu)
yaitu sistem yang terdiri atas kelenjar-kelenjar yang melepaskan sekresinya ke dalam
darah. Hormon berperan dalam pengaturan metabolisme, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis, reaksi terhadap stress, dan
tingkah laku.
Glandula paratiroid pertama kali ditemukan pada tahun 1849 dalam seekor badak
india bercula satu oleh Sir Richard Owen, Kepala Museum Hunterian. Sebenarnya
laporan singkat owen diabaikan. Kemudian Gley dalam tahun 1891 menemukan kembali
glandula paratiroid dan membuat observasi bahwa eksisinya menyebabkan tetani dalam
hewan percobaan dan penemuannya mempunyai dampak bedah yang penting. Kelenjar
paratiroid menghasilkan hormon yang berperan penting dalam tubuh. Hormon tersebut
berupa Parairoid hormon atau parathormon. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai
kelenjar paratiroid beserta hormon dan mekanisme di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi dari kelenjar paratiorid?
2. Bagaimanakah fisiologi kelanjar paratiroid?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dari kelenjari paratiroid.
2. Untuk mengetahui fisiologi kelenjar paratiroid.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Kelenjar Paratiroid


Kelenjar ini terdiri dari 4 bentukan kecil yang berwarna kuning kecoklatan,
berbentuk ovoid dan melekat pada baian posterior dari kelenjar thyroid. Sepasang dari
kelenjar ini menempati kutub atas dari kelenjar thyroid dan terbungkus oleh fascia yang
sama dengan fascia kelenjar thyroid. Setiap kelenjar paratiroid memiliki panjang kira-kira
6mm, lebar 3 mm, dan tebal 2 mm. Kelenjar paratiroid superior diperdarahi oleh A.
Thyroidea superior. Sedangkan, kelenjar paratiroid inferior diperdarahi oleh A. thyroidea
inferior atau dari anastomose antara pembuluh darah superior dan inferior. Kira-kira 1/3
kelenjar paratiroid pada manusia memiliki 2 atau lebih arteri paratiroid. Inervasi simpatis,
dari ganglia cervikalsiuml superior atau middle atau oleh plexus pada fascia lobus
posterior Aktivitas paratiroid dikontrol oleh level Kalsium dalam darah. Sedang sepasang
kelenjar lainnya biasanya menempati kutub bawah kelenjar thyroid, tetapi letaknya bisa di
dalam atau di luar fascia kelenjar thyroid. Masing-masing kelenjar ini terbungkus oleh
kapsul jaringan ikat kendor yang kaya dengan pembuluh darah, dan kapsul ini
memebentuk septa yang masuk ke dalam kelenjar.
Kelenjar paratiroid manusia dewasa mengandung sel-sel utama dan sel-sel oksifil.
Tetapi sel oksifil tidak terdapat pada banyak bianatang dan manusia yang masih kecil. Sel
utama menyekresi sebagian besar hormon paratiroid. Fungsi sel oksifil tidak diketahui
sekalsiumra pasti. Mungkin mereka merupakan sel utama yang sudah tua yang tetap
mengsekresi sedikit hormon. Kelenjar paratiroid orang dewasa  terutama mengandung sel
utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok, retikulum
endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid
(PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan
sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya. Pada manusia, sebelum pubertas hanya
sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia.
1. Chieff cell (principal cell)
Sel ini sudah ada sejak lahir dan akan terus bertahan, dan merupakan sel yang
terbanyak dalam kelenjar ini. Ukuran sel ini kecil dengan inti di tengah, dan sitoplasma
bersifat sedikit asidofilik, sehingga dengan pewarnaan H.E tampak berwarna merah
muda. Tetapi kadang-kadang ada beberapa sel yang sitoplasmanya lebih pukalsiumt
karena mengandung banyak glikogen, tetapi sebaian lain mempunyai sitoplasma lebih

2
gelap karena glikogennya hanya sedikit. Sel ini mengandung granula yang diduga
menghasilkan parathyroid hormon (parath hormone).
2. Oxyphiel cell
Sel ini timbulnya mulai umur sekitar 7 tahun atau pada saat pubertas. Terdiri
dari sel yang ukurannya lebih besar dari chief sel, tersebar diantara chief cell tersebut
dan sitoplasmanya merah muda pukalsiumt. Fungsi sel ini belum diketahui. Pada anak-
anak, kelenjar ini penuh dengan sel, tetapi pada keadaan dewasa akan timbul jaringan
lemak di dalam jaringan ikat dan tersebar di antara sel-sel tersebut.

Sumber: Guyton,
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (PTH), yang berperan penting
dalam pengaturan tingkat kalsium darah. Sebenarnya, PTH lebih penting daripada
kalsitonin dalam mengatur kadar Ca2+ darah. PTH memiliki banyak efek:
1. PTH mengikat reseptor ikatan membran dari sel tubulus ginjal, yang meningkatkan
pembentukan vitamin D aktif. Vitamin D menyebabkan sel epitel usus meningkatkan
penyerapan Kalsium2+.
2. PTH mengikat reseptor pada osteoblas. Zat yang dilepaskan oleh osteoblas
meningkatkan aktivitas osteoklas dan menyebabkan reabsorbsi jaringan tulang untuk
melepaskan Ca2+ ke dalam sistem peredaran darah.
3. PTH mengikat reseptor pada sel-sel tubulus ginjal dan menurunkan tingkat hilangnya
Ca2+dalam urin.
4. PTH bekerja pada jaringan target untuk menaikkan kadar Ca2+ darah normal.
B. Fisiologi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH)
yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila
3
kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus,
sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH
akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis
kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus.
Hormon paratiroid (PTH) manusia adalah suatu polipeptida linear dengan berat
molekul 9500 yang mengandung 84 residu asam amino. Strukturnya sangat mirip dengan
PTH sapi dan babi. PTH disintesis sebagai bagian dari suatu molekul yang lebih besar
yang mengandung 115 residu asam amino (prapo-PTH). Kadar normal PTH utuh dalam
plasma adalah 10-55 pg/mL. Waktu paruh PTH kurang dari 20 menit, dan polipeptida
yang disekresikan ini cepat diuraikan oleh sel-sel Kupffer di hati menjadi 2 polipeptida.
1. Mekanisme kerja hormon paratiroid
PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan reabsorpsi tulang dan
memobilisasi Ca2+. Selain meningkatkan Ca2+ plasma dan menurunkan fosfat plasma,
PTH meningkatkan ekskresi fosfat dalam urin. Efek fosfaturik ini disebabkan oleh
penurunan reabsorpsi fosfat di tubulus proksimal. PTH juga meningkatkan reabsorpsi
Ca2+ di tubulus distal, walaupun ekskresi Ca2+ biasanya meningkat pada
hiperparatiroidisme karena terjadi peningkatan jumlah yang difiltrasi yang melebihi
efek reabsorpsi. PTH juga meningkatkan pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol,
metabolit vitamin D yang sekalsiumra fisiologis aktif. Hormon ini meningkatkan
absorpsi Ca2+ dari usus.

4
Sumber: Putte, C.V et al, 2016

2. Efek hormon paratiroid terhadap konsentrasi kalsium dan fosfat dalam


kalsiumiran ekstraselular
Naiknya konsentrasi kalsium terutama disebabkan oleh dua efek berikut ini: (1)
efek hormon paratiroid yang menyebabkan terjadinya absorpsi kalsium dan fosfat dari
tulang, dan (2) efek yang cepat dari hormon paratiroid dalam mengurangi ekskresi

5
kalsium oleh ginjal. Sebaliknya berkurangnya konsentrasi fosfat disebabkan oleh efek
yang sangat kuat dari hormon paratiroid terhadap ginjal dalam menyebabkan timbulnya
ekskresi fosfat dari ginjal sekalsiumra berlebihan, yang merupakan suatu efek yang
cukup besar untuk mengatasi peningkatan absorpsi fosfat dari tulang.
3. Absorpsi Kalsium dan Fosfat dari tulang yang disebabkan oleh hormon
paratiroid
Hormon paratiroid mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan
absorpsi kalsium dan fosfat. Pertama merupakan suatu tahap cepat yang dimulai dalam
waktu beberapa menit dan meningkat sekalsiumra progresif dalam beberapa jam.
Tahap ini diyakini disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah ada (terutama
osteosit) untuk meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat. Tahap yang kedua adalah
tahap yang lebih lambat, dan membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa
minggu untuk menjadi berkembang penuh; fase ini disebabkan oleh adanya proses
proliferasi osteoklas, yang diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik
pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari tulang.
Fase cepat absorpsi kalsium dan fosfat (osteolisis) Bila disuntikan sejumlah besar
hormon paratiroid, maka dalam waktu beberapa menit konsentrasi ion kalsium dalam
darah akan meningkat, jauh sebelum setiap sel tulang yang baru dapat terbentuk.
Hormon paratiroid dapat menyebabkan pemindahan garam-garam tulang dari dua
tempat didalam tulang: (1) dari matriks tulang disekitar osteosit yang terletak didalam
tulangnya sendiri dan (2) disekitar osteoblas yang terletak disepanjang permukaan
tulang. Pada membran sel osteoblas dan osteosit memiliki protein reseptor untuk
mengikat hormon paratiroid. Hormon paratiroid dapat mengaktifkan pompa kalsium
dengan kuat, sehingga menyebabkan pemindahan garam-garam kalsium fosfat dengan
cepat dari kristal tulang amorf yang terletak dekat dengan sel.
Hormon paratiroid diyakini merangsang pompa ini dengan meningkatkan
permeabilitas ion kalsium pada sisi kalsiumiran tulang dari membran osteositik,
sehingga mempermudah difusi ion kalsium ke dalam membran sel kalsiumiran tulang.
Selanjutnya pompa kalsium di sisi lain dari membran sel memindahkan ion kalsium
yang tersisa tadi ke dalam kalsiumiran ekstraselular.
4. Fase lambat absorpsi tulang dan pelepasan kalsium dan fofat (aktivasi osteoklas)
Suatu efek hormon paratiroid yang lebih banyak dikenal dan yang penjelasannya
lebih baik adalah aktivasi hormon paratiroid terhadap osteoklas. Namun osteoklas
sendiri tidak memiliki protein reseptor membran untuk hormon paratiroid. Sebaliknya

6
diyakini bahwa osteoblas dan osteosit teraktivasi mengirimkan suatu sinyal sekunder
tetapi tidak dikenali ke osteoklas, menyebabkan osteoklas memulai kerjanya yang
biasa, yaitu melahap tulang dalam waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Aktivasi sistem osteoklastik terjadi dalam dua tahap: (1) aktivasi yang
berlangsung dari semua osteoklas yang sudah terbentuk, dan (2) pembentukan
osteoklas yang baru. Kelebihan hormon paratiroid selama beberapa hari biasanya
menyebabkan sistem osteoklastik berkembang dengan baik, tetapi karena pengaruh
rangsangan hormon paratiroid yang kuat, pertumbuhan ini berlangsung terus selama
berbulan-bulan. Setelah beberapa bulan, resorpsi osteoklastik tulang dapat
menyebabkan lemahnya tulang dan menyebabkan rangsangan sekunder pada osteoblast
yang mencoba memperbaiki keadaan tulang yang lemah. Oleh karena itu, efek yang
terakhir dari hormon paratiroid yang sebenarnya adalah untuk meningkatkan aktivitas
dari osteoblastik dan osteoklastik.
5. Efek hormon paratiroid terhadap ekskresi fosfat dan kalsium oleh ginjal
Pemberian hormon paratiroid menyebabkan pelepasan fosfat dengan segera dan
cepat masuk kedalam urin karena efek dari hormon paratiroid yang menyebabkan
berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal. Hormon paratiroid juga
meningkatkan reabsorpsi tubulus terhadap kalsium pada waktu yang sama dengan
berkurangnya reabsorpsi fosfat oleh hormon paratiroid. Selain itu, hormon ini juga
menyebabkan meningkatnya kecepatan reabsorpsi ion magnesium dan ion hydrogen,
sewaktu hormon ini mengurangi reabsorpsi ion natrium, kalium dan asam amino
dengan kalsiumra yang sangat mirip seperti hormon paratiroid mempengaruhi fosfat.
Peningkatan absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian akhir tubulus distal, duktus
koligentes, dan bagian awal duktus koligentes. Bila bukan oleh karena efek hormon
paratiroid pada ginjal yang meningkatkan reabsorpsi kalsium, pelepasan kalsium yang
berlangsung terus menerus pada akhirnya akan menghabiskan mineral tulang ini dari
kalsiumiran ekstraselular dan tulang.
6. Efek vitamin D pada tulang serta hubungannya dengan aktivitas hormon
paratiroid
Vitamin D diproduksi dari prekursor di kulit yang dimodifikasi oleh hati dan
ginjal. Sinar ultarviolet yang bekerja pada kulit diperlukan dari sintesis vitamin D
tahap pertama, dan tahap akhir sintesis di ginjal dirangsang oleh PTH. Vitamin D juga
bisa berasal dari makanan. Penurunan kadar Kalsium darah merangsang peningkatan
sekresi PTH. Sebagai contoh, jika terlalu sedikit Kalsium yang dikonsumsi dalam

7
makanan atau jika seseorang menderita kekurangan vitamin D yang berkepanjangan,
kadar Kalsium berkurang, dan sekresi PTH meningkat. Kenaikan PTH meningkatkan
tingkat reabsobsi tulang. Tingkat Kalsium darah dapat dipertahankan dalam kisaran
normal, namun reabsorbsi tulang yang berkepanjangan menghasilkan berkurangnya
kepadatan tulang, seperti misalnya tulang rawan yang mudah patah pada anak-anak dan
rapuhnya tulang pada orang tua. Kenaikan kadar Kalsium darah menyebabkan
penurunan sekresi PTH. Penurunan sekresi PTH menyebabkan penurunan Kalsium
darah. Selanjutnya, peningkatan kadar Kalsium darah menstimulasi sekresi kalsitonin,
yang menyebabkan kadar Kalsium darah menurun.
Sebagian besar efek hormon paratiroid pada organ sasarannya diperantarai oleh
siklik adenosin monofosfat (CAMP) yang bekerja sebagai mekanisme second
messenger. Dalam waktu beberapa menit setelah pemberian hormon paratiroid,
konsentrasi CAMP di dalam osteosit, osteoklas, dan sel-sel sasaran lainnya meningkat.
Selanjutnya, CAMP mungkin bertanggung jawab terhadap beberapa fungsi osteoklas
seperti sekresi enzim dan asam-asam sehingga terjadi reabsorpsi tulang, pembentukan
1,25 dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal dan sebagainya.
7. Pengaturan sekresi paratiroid oleh konsentrasi ion kalsium
Tingkat sekresi PTH yang sangat tinggi disebut hiperparatiroidisme. Salah satu
penyebabnya adalah tumor pada kelenjar paratiroid. Peningkatan kadar PTH dalam
darah meningkatkan reabsorbsi tulang dan meningkatkan kadar Kalsium darah,
sehingga tulang menjadi lunak, dan mudah retak. Selain itu, kadar Kalsium darah yang
sangat tinggi membuat sel saraf dan otot kurang terangsang, hal ini mengakibatkan
terjadinya fatigue dan kelemahan otot. Kelebihan Kalsium dapat disimpan dalam
jaringan lunak tubuh, menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan. Selain itu
juga, dapat berakibat munculnya batu ginjal. Setiap keadaan yang meningkatkan
konsentrasi ion kalsium diatas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya aktivitas
dan ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi: (1) jumlah kalsium
yang berlebihan dalam makanan, (2) meningkatnya vitamin D dalam makanan, dan (3)
absorpsi tulang yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan hormon
paratiroid (contohnya absorpsi tulang yang disebabkan oleh tidak digunakannya tulang
itu).
Tingkat sekresi PTH yang rendah, disebut dengan hipopratiroidisme, yang dapat
diakibatkan oleh cedera atau operasi pengangkatan kelenjar tiroid dan paratiroid.
Rendahnya kadar PTH menyebabkan penurunan laju reabsorbsi tulang dan

8
pembentukan vitamin D. Akibatnya, kadar Kalsium dalam darah menurun. Sebagai
respon dari tingkat Kalsium darah yang rendah, saraf dan otot menjadi terangsang dan
menghasilkan potensial aksi spontan yang sering menyebabkan kram otot atau tetanus.
Tetanus yang parah dapat mempengaruhi otot-otot pernapasan; menyebabkan
berhentinya pernapasan, dan mengakibatkan kematian.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelenjar ini terdiri dari 4 bentukan kecil yang berwarna kuning kecoklatan,
berbentuk ovoid dan melekat pada baian posterior dari kelenjar thyroid. Kelenjar ini
terdiri dari dua sel yaitu sel-sel utama dan sel oksifil. Kelenjar paratiroid mengeluarkan
hormon paratiroid (PTH), yang berperan penting dalam pengaturan tingkat kalsium darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya
bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan
merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada
usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang.
Penurunan kadar Ca darah merangsang peningkatan sekresi PTH. Sebagai contoh, jika
terlalu sedikit Ca yang dikonsumsi dalam makanan atau jika seseorang menderita
kekurangan vitamin D yang berkepanjangan, kadar Ca berkurang, dan sekresi PTH
meningkat. Kenaikan PTH meningkatkan tingkat reabsobsi tulang. Absorbsi kalsium dan
fosfat dari tulang oleh hormon paratiroid memiliki dua fase yaitu fase cepat dan fase
lambat. Sebagian besar efek hormon paratiroid pada organ sasarannya diperantarai oleh
siklik adenosin monofosfat (kalsiumMP) yang bekerja sebagai mekanisme second
messenger.
Pemberian hormon paratiroid menyebabkan pelepasan fosfat dengan segera dan
cepat masuk kedalam urin karena efek dari hormon paratiroid yang menyebabkan
berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal. Selain itu, hormon ini juga
menyebabkan meningkatnya kecepatan reabsorpsi ion magnesium dan ion hydrogen,
sewaktu hormon ini mengurangi reabsorpsi ion natrium, kalium dan asam amino dengan
kalsiumra yang sangat mirip seperti hormon paratiroid mempengaruhi fosfat. Kenaikan
kadar Ca darah menyebabkan penurunan sekresi PTH. Penurunan sekresi PTH
menyebabkan penurunan Ca darah. Selanjutnya, peningkatan kadar Ca darah
menstimulasi sekresi kalsitonin, yang menyebabkan kadar Ca darah menurun. Kelebihan
Kalsium dapat disimpan dalam jaringan lunak tubuh, menyebabkan terjadinya inflamasi
atau peradangan. Selain itu juga, dapat berakibat munculnya batu ginjal. Tingkat sekresi
PTH yang sangat tinggi disebut hiperparatiroidisme. Tingkat sekresi PTH yang rendah,
disebut dengan hipopratiroidisme, yang dapat diakibatkan oleh cedera atau operasi
pengangkatan kelenjar tiroid dan paratiroid. Rendahnya kadar PTH menyebabkan

10
penurunan laju reabsorbsi tulang dan pembentukan vitamin D sehingga kadar kalsium
menurun.
B. Saran
Makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan
maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya makalah
ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

Van Putte, Cinnamon L, et al. 2016. Seeley’s Essential Anatomy and Physiology 9th Edition.

New York: McGraw-Hill Education.

http://documents.tips/documents/anatomi-fisiologi-kelenjar-paratiroid-562bab7c6ca9a.html

http://skydrugz.blogspot.co.id/2012/01/refarat-anatomi-dan-fisiologi.html

http://zamzansyamsuddin.blogspot.co.id/2013/05/makalah-anatomi-fisiologi-kelenjar.html

https://www.scribd.com/document/141118628/Hormon-Paratiroid

Anda mungkin juga menyukai