Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN FARMAKOGNOSI

UJI KUANTITATIF SIMPLISIA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

KELOMPOK 2

ANGGOTA:

1. AMANDA ARINISA P. ( 2191006 )


2. ANANDA SELLA A. ( 2191007 )
3. ANNIS CHASANAH ( 2191008 )
4. ANNISA SHAFAA R. ( 2191009 )
5. CHRISTIVANNY SHEILA ( 2191012 )

STIKES NASIONAL SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021


A. Tujuan
 Untuk mengetahui dan memahami cara-cara pemisahan suatu sampel dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan mengetahui nilai Rf-nya.
 Untuk mengetahui fase gerak pada kloroform dan methanol dengan perbandingan
95 : 5

B. Dasar Teori
 KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana yang banyak digunakan.
Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel
dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana tertutup (chamber) yang berisi
pelarut dan lempeng KLT.
 Ketika fase gerak telah bergerak sampai jarak yang diinginkan, fase diam diambil, fase
gerak yang terjebak dalam lempeng dikeringkan, dan zona yang dihasilkan dideteksi
secara langsung (visual) atau di bawah sinar ultraviolet (UV) baik dengan atau tanpa
penambahan pereaksi penampak noda yang cocok.
 Densitometri adalah metode analisis instrumental yang berdasarkan interaksi radiasi
elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak atau noda pada lempeng KLT.
Senyawa kurkumin merupakan salah satu kelompok senyawa kurkuminoid. Sesuai teori
senyawa kurkumin berada pada Rf 0,84, senyawa demetoksikurkumin berada pada Rf
0,69 dan senyawa Bisdemetoksi kurkumin pada Rf 0,57 (Ashraf, 2018).

C. Tahapan Cara Pengujian dengan Metode KLT dan Spektrofotometri UV-Vis


1. Penjenuhan, dengan menggunakan fase gerak klorofom dan metanol dengan
perbandingan 95 : 5 yaitu klorofom yang diambil 95/100 x 10 ml = 9,5 ml jadi
klorofom yang diambil adalah 9,5 ml dan metanol 5/100 x 10 = 0,5 ml jadi metanol
yang harus diambil adalah 0,5 ml (perbandingan dapat berubah tergantung dari
senyawa yang diisolasi)
2. Masukan klorofom dan metanol kedalam chamber lalu ditunggu sampai jenuh
3. Siapkan fase diam dengan menggunakan silika gel GF 254 dengan diberi tanda atas
0,5 cm dan bawah 1,5 cm.
4. Setelah diberi tandan totolkan 1 totolan sampel
5. Selanjutnya standart curcumin kita totolkan
6. Setelah penotolan fase akan jenuh dengan melihat hasil di UV muncul spot kuning,
kemudian hitung hasil spot.

1. 2.

3. 4.

5. 6.
7. 8.

D. Hasil dan Analisis


Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan penjenuhan dengan menggunakan fase
gerak kloroform:methanol (9,5:0,5) dan menggunakan fase diam dengan silika gel GF 254
kemudian dilakukan penotolan sampel dan standar kurkumin diperoleh hasil identifikasi dengan
KLT didapatkan 2 noda spot kuning pada masing-masing penotolan muncul di UV.

Silika gel yang digunakan merupakan silika gel 60 F254 yang memiliki indikator
Fluoresensi sehingga dapat bersinar ketika diberikan UV panjang gelombang 254nm dan akan
menghasilkan pita pemisahan warna gelap, sedangkan ketika disinari UV 366nm, adsorben ini
tidak akan mengalami fluoresensi sehingga latar belakang yang dihasilkan adalah berwarna
gelap. Sebaliknya senyawa pada pita mengandung gugus kromofor dan terikat pada ausokrom,
mengalami interaksi dengan UV 366nm sehingga menghasilkan pita pemisahan yang bersinar
(Sherma & Rabel, 2018).

E. Pembahasan (meliputi parameter fisika dan skrining fitokimia)


1. Skrinning Fitokimia
Skrinning fitokimia merupakan uji kualitatif yang dilakukan sebagai ujji pendahuluan terhadap
ekstrak / simplisia. Tujuannya adalah untuk mengetahui metabolit sekunder dengan
menggunakan pereaksi warna. Dalam skrinning fitokimia menggunakan n-heksan yaitu dengan
menguji setiap kandungan. Pengujian tersebut dilakukan terhadap kandungan tanin, senyawa
lemak,steroid dan triterpenoid, alkaloid, flavonoid, fenol, tanin dan saponin.
Untuk fasa n-heksan :
a. Minyak Atsiri : Dengan menguji kandungan atsiri pada serbuk kunyit, pengujian minyak
atsiri dilakukan dengan cara menambahkan 1 ml fitrat kunyit + sudan 3 merah. Dalam
video ini, berarti mengandung minyak atsiri. Karena hasil dari pengujian berwarna merah
yang artinya positif (+) mengandung minyak atsiri.
b. Senyawa Lemak : Pengujian ada / tidaknya senyawa lemak dalam simplisa kunyit yaitu
dengan cara menambahkan 1 ml fitrat + 3 tetes asam atetat + 3 tetes asam sulfat pekat.
Dalam pengujian di video mengandung senyawa lemak karena hasil pengujian terjadi
pembentukan cincin yang berwaarna coklat yang artinya positif (+) mengandung senyawa
lemak. Penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat ditambahkan secara
perlahan melalui dinting tabung reaksi yang bertujuan untuk menghindari resiko percikan
/ meluapnya asam asetat pekat.
c. Steroid dan Triterpenoid : Mengetahui metabolit sekunder steroid dan triterpenoid pada
fitrat n-heksan. Dengan menambahkan 1 ml fitrat n-heksan + asam asetat anhidrat + 2
tetes asam sulfat pekat. Dalam pengujian positif (+) mengandung steroid dengan
ditunjukkan dengan perubahan warna biru atau hijau. Dan pengujian positif (+)
mengandung triterpenoid dengan ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi merah
atau ungu. Kemudian setelah selesai penyaringan, sisa penyaringan n-heksan
ditambahkan eter yang merupakan pelarut semi polar. Pelarut ini fungsinya untuk
menarik senyawa metabolit sekunder yang bersifat semi polar. Caranya dengan menutup
Erlenmeyer dan dilakukan penggojogan kurang lebih selama 5 menit. Kemudia sari
kunyit disaring dengan kertas saring dan didapatkan fitrat eter yang kemudian
dimasukkan ke dalam cawan porselin dan dikalibrasi kemudian dipekatkan diatas
waterbath.
Setelah selesai kemudian dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi masing – masing 1 ml yang
tujuannya untuk menguji kandungan senyawa metabolit sekunder yang berupa alkaloid, alkaloid
sari eter, flavonoid, dan fenol.
a. Alkaloid : Pertama, untuk mengetahui adanya metabolit sekunder alkaloid di dalam
simplisia eter maka dilakukan dengan cara menambahkan 1 ml simplisia kunyit dalam
eter + HCL 2N + reagen mayer. Hasil pengujian menunjukkan senyawa alkaloid, karena
padaa pengujian terdapat endapan kuning / putih pada tabung reaksi. b. Alkaloid Sari Eter
: Kedua, untuk mengetahui metabolit sekunder alkaloid sari eter dengan menggunakan
reagen Dragendorf. Caranya : 1 ml fitrat + 2 tetes HCl 2N + 3 tetes reagen dragendorf.
Pada pengujian positif (+) mengandung sari eter karena terjadi endapan berwana jingga
dan merah coklat.
b. Flavonoid : Ketiga, untuk mengetahui adanya metabolit sekunder flavonoid yaitu dengan
cara 1 ml fitrat + 1 tetes HCL 2 P + butanol. Hasil pengujian menunjukkan positif (+)
mengandung flavonoid karena terjadi perubahan warna menjadi kuning tua ke warna
jingga.
c. Fenol : Keempat, mengetahui metabolit sekunder fenol. Dengan cara menambahkan 1 ml
sari eter + 3 tetes FeCl₃. Pada hasil pengujian menunjukkan positif (+) mengandung
fenol karena terjadi perubahan warna menjadi warna biru tua kehitaman. Kemudian
penyaringan simplisia kunyit di etanol. Dengan cara sisa penyarian eter serbuk kunyit
ditambahkan dengan etanol 70%, dan dilakukan penggojogan sekama 5 menit. Kemudian
disaring dengan kertas saring dan dipekatkan.
Tujuan dari pemekatan adalah untuk mengetahui kandungan tanin dan saponin.
a) Tanin : Untuk mengetahui kandungan tanin (identifikasi) dilakukan dengan cara
menambahakan 1 ml sari dalam etanol air + FeCl ₃ kemudian dilakukan penggojogan.
Pada pengujian positif (+) mengandung tanin karena larutan terjadi perubahan warna
menjadi hitam kebiruan.
b) Saponin : Mengidentifikasi metabolit sekunder saponin dalam sari kunyit dalam etanol
70%. Dengan cara 1 ml sari dalam etanol air + HCl 2N + 10 ml air kemudian digojog.
Hasil pengujian dinyatakan negative karena tidak terjadi buih yang bertahan selama
kurang lebih 10 menit.
2. Uji Parameter Fisika
Pekerjaan parameter fisika meliputi aspek penetapan kadar air, aspek penetapan sisa
pelarut organic (etanol), aspek penetapan kadar abu, aspek cemaran mikroba, penetapan cemaran
aflatoksin, serta cemaran logam berat (Saifudin dkk,2011).
a. Kadar air Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan, dilakukan dengan cara yang tepat di antara cara titraso, destilasi atau gravimetric.
Tujuan pengukuran kadar air adalah memberikan batasan maksimal atau rentang
besarnya kandungan air di dalam bahan (Depkes RI,2000).
b. Kadar Abu Prinsip penetapan kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperature di
mana senyawa organik dan turunannya terdestrusi dan menguap, sehingga tinggal unsur
mineral dan anorganik. Tujuan penetapan kadar abu adalah memberikan gambaran
kandungan intenal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak (Depkes RI,2000).
c. Sisa Pelarut Penetapan sisa pelarut menentukan kandungan sisa pelrut tertentu untuk
ekstrak cair berarti kandungan pelarutnya misalnya alkohol. Tujuan penetapan sisa
pelarut adalah memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut
yang memang seharusnya tidak boleh ada, sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan
jumlah pelarut (alkohol) sesuai yang ditetapkan (Depkes RI,2000).
d. Cemaran Mikroba Prinsip standarisasi parameter cemaran mikroba adalah menentukan
(identifikasi) adanya mikroba yang pathogen secara analisi mikrobiologis. Tujuan analisis
cemaran mikroba adalah memberikan jaminan bahw ekstrak tidak boleh mengandung
mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non pathogen melebihi batas yang
ditetapkan karena berpengaruh dab berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Depkes RI,2000).
e. Parameter Cemaran Logam Berat Prinsip penentuan cemaran logam berat adalah
menentukan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang
lebih valid. Tujuannya adalah utuk memeberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung logam berat tertentu (Hg,Pb,Cd,sll) melebihi nilai yang ditetapkan karena
berbahaya (toksis) bagi kesehatan (Depkes RI,2000).
F. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil dari praktikum tersebut menunjukan fase
gerak kloroform:methanol (9,5:0,5) dan menggunakan fase diam dengan silika gel GF 254
kemudian dilakukan penotolan sampel dan standar kurkumin diperoleh hasil identifikasi dengan
KLT didapatkan 2 noda spot kuning pada masing-masing penotolan muncul di UV. Pada pita
mengandung gugus kromofor dan terikat pada ausokrom, mengalami interaksi dengan UV
366nm sehingga menghasilkan pita pemisahan yang bersinar. Pada uji penetapan diperoleh data
bahwa kurkumin memenuhi syarat keberterimaan parameter akurasi, keterulangan dan presisi
antara.
G. Daftar Pustaka
Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Fakultas Farmasi Universitas
Jember. Jawa Timur.

Sadwika, N.K., Edy, D.P., dan Waras, N. 2020. Profil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak
Kunyit (Curcuma longa Linn) Segar dan Simplisia dengan Variasi Metode Ekstraksi.
Media Farmasi. Vol XVI (1):67-69.

Amelia Sari, Amy Maulidya.’’FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL


RIMPANG KUNYIT (Curcuma Longa Linn).’’Vol.3(juli 2016):16-23.

H. Pembagian Tugas
Amanda : tahapan cara
Ananda : hasil analisis
Annis : kesimpulan, dasar teori
Annisa : pembahasan, daftar pustaka
C Sheila : tujuan, dasar teori

Anda mungkin juga menyukai