Anda di halaman 1dari 3

a.

Ecoprenership
Ecopreneurship adalah konsep kewirausahaan yang tidak hanya
berorientasi terhadap profit saja melainkan juga perduli terhadap aspek-aspek
lainnya terutama aspek lingkungan. Ecopreneurship merupakan perilaku
entrepreneurship yang memperhatikan atau mementingkan keberlangsungan
berlanjutan dari lingkungan pada masa yang akan datang. Komponen
ecopreneurship yaitu : (1) Eco-innovation, berkaitan perilaku yang
memberikan sumbangan dan solusi inovatif bagi pengurangan atau reduksi
beban lingkungan. (2) Eco commitment, berkaitan komitmen atau kesediaan
menyumbangkan energi dan waktu untuk melakukan aktivitas hijau atau
aktivitas yang ramah lingkungan. (3) Eco-opportunity, berkaitan kemampuan
untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi kegagalan pasar yang dikarenakan
aspek lingkungan (Kainrath, 2009).
Produk sabun dipasaranan dengan harga yang relatif murah diketahui
mengandung Sodium lauryl sulfate (SLS), SLS ini dapat mengakibatkan iritasi
seperti kering, bersisik, gatal, hingga ruam merah dan produk yang
mengandung SLS ini tidak ramah lingkungan. Contohnya saja pada sabun
mandi, sabun wajah, sampo, pasta gigi, sabun cuci piring hingga detergen
sangat banyak mengandung SLS yang juga menghasilkan busa melimpah dan
pada akhirnya sulit untuk terurai atau tidak ramah lingkungan. Karena butuh
waktu lama untuk terurai, limbah busa dari produk ber-SLS ini akan meresap
ke air tanah dan sumur dalam rumah. Jika air yang tercemar ini dikonsumsi
dan masuk ke tubuh maka akan terjadi penumpukan surfaktan yang
mengakibatkan resiko berbahaya sehingga merugikan kesehatan makhluk
hidup. Selain itu, Kesuburan tanah juga akan menurun drastis yang akan
mengganggu ekosistem tumbuhan, terjadi polusi udara karena aroma dari
limbah yang menguap sehingga Ekosistem jadi semakin buruk.
Maka dari itu konsep Ecopreneurship dalam berwirausaha sangat
diutamakan dengan mementingkan kondisi lingkungan sekitar dan
mengharapkan agar ekosistem tetap terjaga dengan baik. Produk sabun
berbasis virgin coconut oil (VCO) dengan penambahan minyak atsiri melati
memperhatikan aspek-aspek Ecopreneurship karena bahan yang digunakan
tidak mengandung SLS ataupun senyawa kimia yang berbahaya untuk kulit
sehingga produk yang dihasilkan pun bersifat ramah lingkungan. Penggunaan
VCO sebagai bahan dasar pembuatan sabun karena VCO adalah minyak yang
paling kaya dengan kandungan asam lemak yang menguntungkan kulit
dibandingkan dengan minyak lainnya dan warna VCO yang bening putih
jernih. Bahan baku produk sabun ini yaitu VCO dan minyak atsiri melati yang
ramah lingkungan karena merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman
kelapa dan bunga melati. Pemanfaatan melati sebagai minyak atsiri sangat
sering digunakan dalam pembuatan produk kosmetik, seperti halnya masker
dan sabun. Pada VCO dan minyak atsiri melati mengandung sifat antibakteri
yang cocok digunakan untuk bahan aktif sabun. Hal ini sejalan dengan
penelitian Elmitra dan Ramadani (2019) bahwa dalam pembuatan sabun perlu
alternatif penambahan bahan antibakteri alami. Adanya penambahan VCO
dan minyak atsiri melati pada sabun akan menciptgakan sebuah produk sabun
yang aman bagi pemakainya serta memiliki manfaat besar bagi kulit.
Kandungan utama pada VCO adalah asam laurat 46% (Yui, 1996).
Asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena mampu
memberikan sifat pembusaan yang sangat baik dan lembut untuk produk
sabun. Menurut Alamsyah (2005), asam laurat merupakan asam lemak jenuh
rantai sedang yang bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri, dan antijamur).
Pembuatan sabun mandi cair sebagai pembersih tidak cukup membuat
menarik dari segi kesukaan terhadap konsumen. Oleh sebab itu, dibutuhkan
bahan yang mampu memberikan aroma atau wangi yang banyak disukai
konsumen. Salah satu bahan tambahan yang dapat digunakan sebagai zat
pewangi yaitu minyak atsiri. Salah satu minyak atsiri dapat digunakan sebagai
bahan tambahan pembuatan sabun adalah minyak atsiri melati. Minyak melati
merupakan bahan baku parfum yang bernilai sangat tinggi. Selain itu, Potensi
melati untuk usaha cukup besar karena memiliki rata-rata produksi per hektar
per hari sekitar 16,2 kg dengan kisaran 5-20 kg. Maka dari itu pemanfaatan
bunga melati haruslah diolah sebagai bahan baku industri mengingat produksi
dari lahan di Indonesia juga melimpah.

DAPUS
Alamsyah, A. N., 2005. Virgin Coconut Oil : Minyak Penakluk Aneka Penyakit,
Jakarta : Agromedia Pustaka. Hal 67-94.
Elmitra dan Ramadani, Siska. 2019. Pembuatan Sabunpadat Transparan
Menggunakan Minyak Kelapa (VCO) Dengan Penambahan Sari Beras Merah
(Oryza sativa. L). Jurnal Ilmiah Farmacy. Vol. 6 No.2.
Kainrath, David. (2009). Ecopreneurship in Theory and Practice. Umea School of
Business. The North of Sweden.
Yui, Y. H., 1996, Bailey’s Industrial Oil and Fat products . Fifth Ed. Vol 5. A Wiley
Interscience Publication. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai

  • Fix Laporan
    Fix Laporan
    Dokumen30 halaman
    Fix Laporan
    ElvinYudhaP
    Belum ada peringkat
  • Lucas
    Lucas
    Dokumen4 halaman
    Lucas
    ElvinYudhaP
    Belum ada peringkat
  • Lagu PKKMB
    Lagu PKKMB
    Dokumen2 halaman
    Lagu PKKMB
    ElvinYudhaP
    Belum ada peringkat
  • Lagu PKKMB
    Lagu PKKMB
    Dokumen2 halaman
    Lagu PKKMB
    ElvinYudhaP
    Belum ada peringkat
  • Alkohol Eo
    Alkohol Eo
    Dokumen4 halaman
    Alkohol Eo
    ElvinYudhaP
    Belum ada peringkat