14073-Article Text-28266-3-10-20170810
14073-Article Text-28266-3-10-20170810
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess
Abstract
___________________________________________________________________
Semarang city is one of big cities in Indonesia which can not be separated from the street
children. Many street children until now does not mean that the goverment does not an
effort to handle it. This research aims to analyze social behaviour of Semarang street
children. This research uses a qualitative approac. Method of collecting data in this
research is deep interview, observation, and documentation. Analyszing data through
domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis, and discovering cultural
themes. The result of the research shows various of Semarang street children social
behaviour, which is manners, solidarity, associate. And interaction with the opposite sex.
Social behaviour of street children not always diverge like general public view, they still
have long-held values and norm in society like manners and solidarity especially among
street children.
Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6390
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237
e-ISSN 2502-4442
E-mail: adhilaayu@gmail.com
104
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
105
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
Umumnya anak jalanan ini hidup di diadakan oleh LSM secara gratis. Pendidikan
daerah-daerah kumuh, yang ditandai dengan tersebut dilakoni untuk menjadi orang yang
tidak adanya tempat anak-anak untuk bermain pintar dan dapat meraih cita-citanya (Wijayanti,
dan menikmati masa kanak-kanaknya. 2010). Selain itu, mereka sangat berharap agar
Perkampungan yang sempit dan tidak sesuai kelak adik ataupun anaknya tidak menjadi orang
untuk tempat tinggal manusia, tidak tersedianya seperti dirinya.
fasilitas pendidikan sebagai dasar pendidikan dan Analasis dalam penelitian ini mengacu
kebutuhan sosial mereka menambah semakin pada dialektika Bourdieu mengenai kaitan
termarjinalnya kehidupan para anak jalanan. habitus dan arena. Dikatakan oleh Bourdieu
Sering sekali di lingkungan anak jalanan seperti bahwa suatu praktik atau realitas sosial
ini batas pribadi (privacy) tidak jelas sehingga terpengaruh oleh habitus dan arena yang ada.
terjadi keributan antar mereka sendiri. Habitus yang dimaksud Bourdieu adalah bukan
Kehidupan semacam ini juga memunculkan hanya suatu kebiasaan, namun dilakukan tanpa
sikap-sikap kecurigaan terhadap dunia luar. sadar atau secara spontan. Sedangkan arena
Sedangkan apatisme dan keterasingan sosial adalah lingkungan yang ada di sekitar yang
membuat anak jalanan tercitrakan dengan mendukung terjadinya praktik sosial.
penampilan kotor dan kesulitan hidupnya. Bourdieu menyebut relasionisme
Perilaku menyimpang seperti kejahatan, metodologis, sebagai gambaran hubungan antara
kenakalan remaja, pelacuran, mabuk-mabukan, habitus dan arena, yakni adanya hubungan saling
berjudi, mengkonsumsi obat terlarang, memengaruhi antara lingkungan dengan habitus.
merupakan fenomena sosial sudah sejak lama Di satu pihak, lingkungan mengkondisikan
digambarkan terhadap orang yang tinggal di habitus, di pihak lain habitus menyusun
daerah permukiman kumuh. Anggapan tersebut lingkungan, sebagai sesuatu yang bermakna,
menjadikan anak jalanan merasa terasing secara yang mempunyai arti dan nilai. Selain itu ada
sosial dan mereka tidak berdaya untuk mengubah pula modal (capital) sosial sebagai pendorong
kondisi hidupnya. melakukan habitus di suatu arena dan untuk
Solidaritas yang dimiliki sesama anak mempertahankan status sosial (Bourdieu, 2015).
jalanan ini dikatakan cukup kuat oleh Soetji Namun, pada penelitian ini lebih ditekankan
Andari pada disertasinya. Mereka akan saling pada habitus dan arena.
membantu apabila salah satu diantaranya Berdasarkan fakta-fakta yang telah
mengalami kesulitan. Sebagai contoh, bila ada dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan untuk
anak jalanan yang sakit, yang lainnya akan menganalisis perilaku sosial anak-anak jalanan di
bergotong royong mencari bantuan untuk Kota Semarang. Perilaku sosial tersebut meliputi
mengobati atau merujuk ke petugas kesehatan. sopan santun, solidaritas, bergaul, dan interaksi
Bila ada seorang anak jalanan yang tertangkap, dengan lawan jenis.
karena terdesak dengan biaya yang tidak cukup
untuk mengeluarkannya, mereka akan minta METODE PENELITIAN
bantuan aparat penertiban untuk merazia mereka
semua bersama-sama. Meskipun mereka Penelitian ini menggunakan pendekatan
merupakan individu yang sulit diatur karena kualitatif. Penelitian dilakukan di Kota
pengaruh lingkungan dan kebiasaan hidup di Semarang. Sumber data utama dalam penelitian
jalan tanpa ada aturan yang mengekang, rasa ini yaitu hasil wawancara dengan 5 anak jalanan
kebersamaan tetap ada (Andari, 2013). sebagai informan utama dan kenyataan yang
Anak-anak jalanan tersebut memiliki dialami di lapangan, seperti saat anak-anak
aspirasi yang tinggi untuk bisa bersekolah jalanan sedang berkumpul dan bekerja di jalanan.
kembali dan menginginkan kehidupan yang lebih Fokus penelitian ini antara lain: (1) sopan santun,
baik di masa depannya. Selain bekerja, mereka (2) solidaritas, (3) bergaul, dan (4) interaksi
juga mengikuti pendidikan non formal yang dengan lawan jenis.
106
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
107
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
Berbagai dampak positif dan negatif dari tersebut meliputi dalam menjaga dan merawat
perilaku sopan santun anak jalanan, dirasakan teman atau keluarga yang sedang sakit,
oleh masyarakat umum maupun anak jalanan itu membantu orang lain yang mengalami
sendiri. Anak jalanan terbiasa menggunakan kesusahan, dan tidak pernah memalak orang lain.
kata-kata kotor, dapat memberikan dampak Dalam menjaga dan merawat keluarga atau
negatif bagi psikologis mereka dan memberikan teman yang sedang sakit, kelima informan
pengaruh buruk bagi orang lain yang mengaku akan senantiasa melakukannya.
mendengarkan. Namun, perilaku sopan santun Sementara itu, kelima informan pun mengatakan
mereka terhadap penghuni jalan lain dan akan membantu orang lain yang membutuhkan
masyarakat umum memberikan dampak positif. bantuannya, walaupun tidak dikenalinya.
Masyarakat dapat lebih menghargai anak jalanan Sedangkan, dalam hal memalak, kelima
karena perilaku sopan santun mereka. informan mengaku tidak pernah dan tidak mau
untuk memalak karena merasa sama-sama
Solidaritas merasakan susahnya mencari uang.
Perilaku sosial selanjutnya masih
dikaitkan dengan solidaritas. Perilaku solidaritas
108
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
Berbagai dampak positif dan negatif dari sehingga membuat masyarakat kurang dapat
perilaku bergaul anak jalanan, dirasakan oleh memahami dan mempedulikan mereka.
masyarakat umum maupun anak jalanan itu
sendiri. Perilaku menyimpang seperti mengoplos Interaksi dengan Lawan Jenis
minuman, mengkonsumsi pil, atau berjudi di Kemudian interaksi yang dilakukan
tempat umum seperti di taman-taman kota dapat terhadap lawan jenis, terbagi menjadi dua
mengganggu ketertiban umum. Mereka yang kategori. Kategori pertama, berinteraksi
sudah teler biasanya mengganggu orang yang ada sewajarnya dengan teman lawan jenis dan belum
di sekitarnya dan menimbulkan bau yang kurang memiliki kekasih. Keempat informan penelitian
sedap. Sedangkan dampak negatif bagi diri anak tersebut lebih sering bergaul dan berinteraksi
jalanan yaitu dapat merusak badan dan masa dengan teman sesama jenis. Sedangkan kategori
depan mereka. Sementara itu, perilaku mereka kedua, telah memiliki kekasih dan pernah
yang hanya bergaul dengan teman komunitas melakukan seks bebas. Lingkungan pergaulan
membuat mereka lebih tertutup dari orang lain, informan tersebut telah terbiasa melakukannya.
109
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
Berbagai dampak positif dan negatif dari Habitus merupakan suatu kebiasaan yang tanpa
perilaku interaksi dengan lawan jenis, dirasakan sadar dilakukan oleh individu saat menghadapi
oleh masyarakat umum maupun anak jalanan itu suatu kondisi tertentu. Sedangkan arena
sendiri. Dampak positif dari interaksi tersebut merupakan lingkungan dilakukannya suatu
dapat menambah teman bagi anak jalanan. kebiasaan. Dapat dikatakan bahwa habitus dan
Sedangkan dampak negatif yang karena arena mempengaruhi suatu praktik sosial yang
melakukan seks bebas antar anak jalanan yaitu ada (Bourdieu, 2015).
menimbulkan keresahan bagi masyarakat umum. Perilaku sosial anak jalanan tidak selalu
Mereka terbiasa melakukan seks bebas tersebut di terbentuk karena kaitan antar habitus dan arena.
lokasi terbuka dan gedung-gedung terbengkalai. Penelitian ini membuktikan bahwa ada perilaku
Tidak sedikit dari masyarakat yang mempergoki sosial anak jalanan yang terbentuk karena habitus
mereka sedang melakukan seks bebas di tempat saja atau karena arena saja. Perilaku yang
umum. terbentuk karena habitus ditunjukkan oleh
informan yang selalu mempertahankan nilai dan
Implementasi Teori Habitus Arena Pada norma dalam masyarakat walaupun banyak di
Perilaku Sosial Anak Jalanan antara anak jalanan lain yang sudah
Temuan penelitian ini membenarkan melupakannya. Nilai dan norma tersebut adalah
bahwa anak jalanan memposisikan diri sebagai sopan santun, toleransi, dan solidaritas. Mereka
aktor tidak otonom yang perilakunya tetap menghormati dan berbicara dengan bahasa
terpengaruh masyarakat, komunitas, dan yang halus terhadap orang yang lebih tua. Pada
keluarga. Artinya temuan ini membenarkan saat peneliti mengajak berbicara, dibalasnya
pandangan yang mengatakan sistem sosial dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau
mempengaruhi perilaku dan tindakan individu. Bahasa Jawa Krama. Bahkan mereka tidak mau
Sedangkan sistem sosial yang yang membentuk memalak orang lain karena sudah merasakan
perilaku ditunjukkan pada anak jalanan yang susahnya mencari uang dan lebih baik saling
terpengaruh akan lingkungan dan yang selalu menghargai. Saat ada anggota keluarga yang
dilakukan orang di sekitarnya. sedang sakit, terutama orang tua, mereka akan
Teori Habitus Arena dari Pierre Bourdieu menjaga dan mengkesampingkan pekerjaannya
mengatakan bahwa suatu praktik sosial di jalanan. Sementara itu ada pula habitus negatif
dipengaruhi oleh kaitan antar habitus dan arena. yang mempengaruhi, seperti merokok karena
110
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
pengaruh dari kebiasaan yang dilakukan kakak dengan teman-teman dari pada harus mengikuti
dan teman-teman lainnya. program dari rumah singgah.
Perilaku sosial anak jalanan juga dapat
hanya terpengaruh oleh arena. Hal tersebut SIMPULAN
ditunjukkan oleh tempat tinggal anak jalanan
yang dianggap sebagai daerah asal anak jalanan Anak jalanan tidak selalu berperilaku
dan sebagian besar warganya bekerja di jalanan, negatif atau menyimpang. Mereka memiliki rasa
sebut saja daerah Gunung Brintik dan Tandang. solidaritas tinggi antar sesama anak jalanan dan
Alasan lain yang membuat mereka turun ke berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua
jalanan adalah keluarga, baik karena memang dan yang tidak dikenal. Bahkan mereka mau
berasal dari keluarga miskin ataupun karena ada membantu siapa saja yang membutuhkan
masalah dalam keluarga, seperti broken home, bantuannya. Berbagai dampak positif dan negatif
merasa kesepian, dan orang tua yang sering dirasakan masyarakat umum atas perilaku anak
memaksakan kehendak pada anak. Pengaruh lain jalanan tersebut. Walaupun mereka mengganggu
dari arena adalah kerapnya informan berbicara ketertiban umum dengan bekerja di jalanan dan
kotor seperti ndes, asu, kentir, dan sebagainya saat melakukan perilaku menyimpang, namun
sedang berinteraksi dengan teman. Saat mereka masih menghormati orang lain.
dihadapkan untuk berinteraksi dengan orang lain Berbagai saran diberikan kepada pihak
dan keluarga, mereka tidak berbicara dengan terkait mengenai perilaku sosial anak jalanan.
bahasa kotor. Perilaku informan yang merokok, Bagi keluarga tidak mendukung atau meminta
minum-minuman keras, mengkonsumsi obat anak untuk ikut bekerja membantu ekonomi
terlarang, dan berjudi hanya pada saat berada di keluarga karena tugas utama anak adalah belajar.
jalanan. Informan tersebut tidak pernah Bagi masyarakat Kota Semarang tidak selalu
melakukan hal-hal tersebut saat tidak berada di menjauhi dan memberikan pandangan buruk
jalanan. kepada anak jalanan. Bagi pemerintah setempat
Berdasarkan temuan data tentang perilaku memberikan perhatian lebih kepada anak jalanan
sosial anak jalanan, tidak dapat dipungkiri bahwa serta mendengarkan keluh kesah dan harapan
yang dikatakan Pierre Bourdieu mengenai kaitan mereka untuk kehidupan. Bagi Kementrian
habitus dan arena membentuk realitas sosial Pendidikan dan Kebudayaan untuk dapat lebih
dalam penelitian ini terbukti. Ini dibuktikan mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
dengan informan yang kerap berbicara kotor psikologis anak.
dengan teman karena pengaruh pergaulan dan
arena jalanan yang tanpa sadar mengajarkan DAFTAR PUSTAKA
mereka untuk berbicara kotor. Selain itu,
akrabnya informan dengan perilaku menyimpang Andari, Soetji. 2013. Solidaritas Sebagai Strategi
akibat pergaulan dan lingkungan jalanan, seperti Survival Anak Jalanan: Study Kasus di
minum-minuman keras, berjudi, seks bebas, Lempuyang, Yogyakarta. Disertasi.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
mengkonsumsi obat terlarang, dan sebagainya.
Politik Universitas Gajah Mada.
Sementara itu, informan tidak berkeinginan
Aptekar, Lewis dan Stoecklin, Daniel. 2014. Street
untuk kembali ke rumah singgah karena merasa Children and Homeless Youth: A Cross-Cultural
tidak nyaman berada di sana dengan fasilitas Perspective. New York: Springer Science
seadanya dan karena kebiasaan mereka yang Business Media Dordrecht.
lebih senang untuk tinggal di jalanan. Ada pula Bourdieu, Pierre. 2015. Arena Produksi Budaya: Sebuah
informan yang masih mengikuti program dari Kajian Sosiologi Budaya. terjemahan Yudi
rumah singgah namun merasa bosan karena Santosa. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak KPAI. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
menarik. Informan lebih tertarik untuk bermain
http://www.kpai.go.id/hukum/undang-
111
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)
undang-uu-ri-no-23-tahun-2002-tentang-
perlindungan-anak/
Le Roux, J. dan Smith, C. S., 1998. Causes and
Characteristics of the Street Child
Phenomenon: A Global Perspektive.
Adolescence. 33(131).
LPPM USM. 2003. Studi Karakteristik Anak Jalanan
dalam Upaya Penyusunan Program
Penanggulangannya: Kajian Empirik Kota
Semarang. Riptek: 1(2).
Lusk, Mark W. 2015. Street Chindren Programs in
Latin America. The Journal of Sociology & Social
Welfare. 16(1).
Isti, Bambang. 2015. Jumlah Anak Jalanan Aktif Tembus
350.
http://berita.suaramerdeka.com/jumlah-
anak-jalanan-aktif-tembus-350/
112