Anda di halaman 1dari 9

JESS 5 (2) (2016)

Journal of Educational Social Studies

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Perilaku Sosial Anak-Anak Jalanan di Kota Semarang

Adhila Ayu Puruhita , Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja

Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel Kota Semarang merupakan salah satu kotabesar di Indonesia yang tidak terlepas
Diterima:
dari masalah anak jalanan. Banyaknya anak jalanan hingga saat ini bukan
Oktober 2016
Disetujui: berarti pemerintah tidak melakukan upaya untuk menanganinya. Penelitian ini
November 2016 bertujuan untuk menganalisis perilaku anak-anak jalanan di Kota Semarang.
Dipublikasikan: Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
Desember 2016
melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Analisis data
________________
Keywords:
meliputianalisis domain, analisis taksonomik, analisis komponensial, dan analis
social behavior, istemakultural. Hasil penelitian menunjukan beragam perilaku sosial anak-anak
street children jalanan di Kota Semarang, yaitu sopan santun, solidaritas, bergaul, dan
____________________ interaksi dengan lawan jenis. Perilaku sosial anak jalanan tidak selalu
menyimpang seperti pandangan masyarakat umum, mereka masih memegang
nilai dan norma dalam masyarakat seperti sopan santun dan solidaritas terlebih
sesama anak jalanan.

Abstract
___________________________________________________________________
Semarang city is one of big cities in Indonesia which can not be separated from the street
children. Many street children until now does not mean that the goverment does not an
effort to handle it. This research aims to analyze social behaviour of Semarang street
children. This research uses a qualitative approac. Method of collecting data in this
research is deep interview, observation, and documentation. Analyszing data through
domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis, and discovering cultural
themes. The result of the research shows various of Semarang street children social
behaviour, which is manners, solidarity, associate. And interaction with the opposite sex.
Social behaviour of street children not always diverge like general public view, they still
have long-held values and norm in society like manners and solidarity especially among
street children.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6390
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237
e-ISSN 2502-4442
E-mail: adhilaayu@gmail.com

104
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN Idealnya, seorang anak yang berusia di


bawah 17 tahun masih menjadi tanggung jawab
Kota Semarang merupakan sebuah kota orang tua atau relasi dari orang tuanya. Orang tua
metropolitan yang tidak terlepas dari masalah wajib memenuhi segala kebutuhan sang anak
anak jalanan. Pada tahun 2005 tercatat populasi agar dapat tumbuh dan berkembang secara
anak jalanan sebanyak 335 orang yang terdiri dari optimal. Hal tersebut sesuai dengan Undang-
242 orang laki-laki dan 93 orang perempuan Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun
(LPPM USM, 2008). Menurut data Organisasi 2002 Bab III yang mengatur hak dan kewajiban
Lembaran Emas Murni, sebuah LSM yang anak, pada pasal 4 dijelaskan bahwa setiap anak
menjadi partner pemerintah, jumlah anak jalanan berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan
pada tahun 2015 sudah menembus angka sekitar berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat
900 anak, 350 di antaranya adalah anak jalanan kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
aktif. Hal tersebut jelas memprihatinkan, di mana kekerasan dan deskriminasi. Sedangkan dalam
350 yang berkategori aktif dan mobile tersebar di Bab IV pasal 26 ayat 1 dijelaskan bahwa orang
beberapa jalan protokol. Seperti di Jalan Ahmad tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab
Yani (perempatan) RRI, Pemuda, perempatan untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan
Pahlawan (Siranda), kawasan Johar, Setyabudi melindungi anak, serta menumbuhkembangkan
(depan ADA swalayan), Tugu Muda, dan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
Karangayu (Isti, 2015). minatnya (KPAI, 2013).
Kemajuan pembangunan tersebut ternyata Lewis Aptekar menegaskan perbedaan
menarik perhatian bagi masyarakat di luar Kota penggunaan istilah anak jalanan dengan pemuda
Semarang untuk berurbanisasi. Mereka pengangguran. Menurutnya, penyebutan anak
berbondong-bondong berdatangan untuk jalanan ditujukan kepada anak-anak baik yang
mencari pekerjaan, namun terbatasnya lapangan tinggal maupun menghabiskan waktu di jalanan..
pekerjaan menjadikan mereka hanya sebagai Sedangkan penyebutan pemuda pengangguran
pengangguran. Banyak di antara mereka yang yang sering berada di jalanan di tujukkan pada
akhirnya menjadi pengemis di pinggir jalan dan negara maju. Bahwa fenomena anak jalanan
memaksa anak-anaknya juga bekerja. Hal ini hanya ada di negara berkembang dengan masih
seperti yang dikatakan oleh Ketua Persatuan banyaknya persentase keluarga miskin dan
Anak Jalanan Semarang (PAJS) bahwa anak- kurangnya pendidikan (Aptekar dan Stoecklin,
anak jalanan di Semarang berasal dari berbagai 2014).
daerah di Jawa Tengah. Anak-anak jalanan Terdapat hubungan antara turunnya anak
banyak berasal dari kota Semarang, yaitu sebesar ke jalan dengan status ekonomi keluarga.
60%. Sedangkan, dari daerah lain di luar kota Semakin tinggi ekonomi keluarga maka
Semarang diperkirakan sebesar 40%, antara lain kecenderungan menjadi anak jalanan semakin
berasal dari Purwodadi atau Demak (Jawapos, rendah, dan sebaliknya (Siregar, dkk, 2006).
2008). Kebanyakan anak memilih bekerja karena
Secara umum, pendapat yang berkembang kurangnya makanan yang ada di rumah.
dalam masyarakat mengenai anak jalanan Beberapa dari mereka meninggalkan rumah dan
merupakan sesuatu yang negatif. Mereka menjadi anak jalanan, dan biasanya mereka
dipandang sebagai anak-anak yang lebih memilih berasal dari keluarga yang kasar (Aptekar dan
untuk menghabiskan waktunya di jalanan Stoecklin, 2014). Selain itu, kemiskinan,
daripada bersama dengan keluarganya. Selain kurangnya penghargaan bagi anak-anak,
itu, masyarakat pun menganggap bahwa mereka lunturnya nilai-nilai dalam masyarakat, serta
sudah tidak ada keinginan untuk bersekolah. terdisintegrasinya keluarga juga merupakan
Para anak jalanan tersebut juga dianggap sebagai penyebab munculnya fenomena anak jalanan
sesuatu yang mengganggu keamanan dan (Lusk, 1995 dan Le Roux dan Smith, 1998).
ketertiban umum (Pardede, 2008).

105
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

Umumnya anak jalanan ini hidup di diadakan oleh LSM secara gratis. Pendidikan
daerah-daerah kumuh, yang ditandai dengan tersebut dilakoni untuk menjadi orang yang
tidak adanya tempat anak-anak untuk bermain pintar dan dapat meraih cita-citanya (Wijayanti,
dan menikmati masa kanak-kanaknya. 2010). Selain itu, mereka sangat berharap agar
Perkampungan yang sempit dan tidak sesuai kelak adik ataupun anaknya tidak menjadi orang
untuk tempat tinggal manusia, tidak tersedianya seperti dirinya.
fasilitas pendidikan sebagai dasar pendidikan dan Analasis dalam penelitian ini mengacu
kebutuhan sosial mereka menambah semakin pada dialektika Bourdieu mengenai kaitan
termarjinalnya kehidupan para anak jalanan. habitus dan arena. Dikatakan oleh Bourdieu
Sering sekali di lingkungan anak jalanan seperti bahwa suatu praktik atau realitas sosial
ini batas pribadi (privacy) tidak jelas sehingga terpengaruh oleh habitus dan arena yang ada.
terjadi keributan antar mereka sendiri. Habitus yang dimaksud Bourdieu adalah bukan
Kehidupan semacam ini juga memunculkan hanya suatu kebiasaan, namun dilakukan tanpa
sikap-sikap kecurigaan terhadap dunia luar. sadar atau secara spontan. Sedangkan arena
Sedangkan apatisme dan keterasingan sosial adalah lingkungan yang ada di sekitar yang
membuat anak jalanan tercitrakan dengan mendukung terjadinya praktik sosial.
penampilan kotor dan kesulitan hidupnya. Bourdieu menyebut relasionisme
Perilaku menyimpang seperti kejahatan, metodologis, sebagai gambaran hubungan antara
kenakalan remaja, pelacuran, mabuk-mabukan, habitus dan arena, yakni adanya hubungan saling
berjudi, mengkonsumsi obat terlarang, memengaruhi antara lingkungan dengan habitus.
merupakan fenomena sosial sudah sejak lama Di satu pihak, lingkungan mengkondisikan
digambarkan terhadap orang yang tinggal di habitus, di pihak lain habitus menyusun
daerah permukiman kumuh. Anggapan tersebut lingkungan, sebagai sesuatu yang bermakna,
menjadikan anak jalanan merasa terasing secara yang mempunyai arti dan nilai. Selain itu ada
sosial dan mereka tidak berdaya untuk mengubah pula modal (capital) sosial sebagai pendorong
kondisi hidupnya. melakukan habitus di suatu arena dan untuk
Solidaritas yang dimiliki sesama anak mempertahankan status sosial (Bourdieu, 2015).
jalanan ini dikatakan cukup kuat oleh Soetji Namun, pada penelitian ini lebih ditekankan
Andari pada disertasinya. Mereka akan saling pada habitus dan arena.
membantu apabila salah satu diantaranya Berdasarkan fakta-fakta yang telah
mengalami kesulitan. Sebagai contoh, bila ada dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan untuk
anak jalanan yang sakit, yang lainnya akan menganalisis perilaku sosial anak-anak jalanan di
bergotong royong mencari bantuan untuk Kota Semarang. Perilaku sosial tersebut meliputi
mengobati atau merujuk ke petugas kesehatan. sopan santun, solidaritas, bergaul, dan interaksi
Bila ada seorang anak jalanan yang tertangkap, dengan lawan jenis.
karena terdesak dengan biaya yang tidak cukup
untuk mengeluarkannya, mereka akan minta METODE PENELITIAN
bantuan aparat penertiban untuk merazia mereka
semua bersama-sama. Meskipun mereka Penelitian ini menggunakan pendekatan
merupakan individu yang sulit diatur karena kualitatif. Penelitian dilakukan di Kota
pengaruh lingkungan dan kebiasaan hidup di Semarang. Sumber data utama dalam penelitian
jalan tanpa ada aturan yang mengekang, rasa ini yaitu hasil wawancara dengan 5 anak jalanan
kebersamaan tetap ada (Andari, 2013). sebagai informan utama dan kenyataan yang
Anak-anak jalanan tersebut memiliki dialami di lapangan, seperti saat anak-anak
aspirasi yang tinggi untuk bisa bersekolah jalanan sedang berkumpul dan bekerja di jalanan.
kembali dan menginginkan kehidupan yang lebih Fokus penelitian ini antara lain: (1) sopan santun,
baik di masa depannya. Selain bekerja, mereka (2) solidaritas, (3) bergaul, dan (4) interaksi
juga mengikuti pendidikan non formal yang dengan lawan jenis.

106
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

Penelitian mengambil lokasi di Kota Semarang. Analisis taksonomik untuk


Semarang, Jawa Tengah. Pengambilan Kota menganalisis keseluruhan data yang terkumpul
Semarang sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan domain yang telah ditetapkan dan
beberapa anak jalanan di kota Semarang sudah berupayamemahami domain-domain tertentu
sangat akrab dengan kondisi jalanan sejak usia di sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian.
bawah 5 tahun, hal ini dikarenakan orang tua Analisis komponensial dilakukan penyeleksian
mereka yang memang sudah terlebih dulu tinggal data, yang dicari bukanlah keserupaan melainkan
di jalan dan mengajak anak-anaknya juga perbedaan yang dimiliki. Sementara itu analisis
berkerja di jalanan.. Selain itu, anak jalanan di tema kultural berupaya mencari benang merah
kota Semarang yang masih berhubungan dengan yang mengintegrasikan lintas domain yang ada
keluarganya dan tidak memiliki rumah ternyata dengan cara pengolahan data yang berpedoman
tetap memiliki tempat tinggal lain, yaitu di TPU pada teori habitus arena Pierre Bourdieu. Dengan
Bergota yang ada di belakang Pasar Bunga ditemukan benang merah dari hasil analisis
Kalisari.. Teknik cuplikan dalam penelitian ini domain, taksonomik, dan komponensial, maka
adalah teknik snowball sampling. Penggunaan selanjutnya akan dapat tersusun suatu kontruksi
snowball sampling digunakan karena peneliti tidak bangunan situasi sosial yang sebelumnya masih
banyak mengetahui tentang populasi penelitian. gelap atau remang-remang.
Peneliti hanya mengetahui sedikit saja orang
yang dapat dijadikan informan kunci (key HASIL DAN PEMBAHASAN
informan), kemudian meminta mereka untuk
menunjukkan orang lain yang dapat dijadikan Sopan Santun
informan selanjutnya. Teknik pengumpulan data Perilaku sosial anak jalanan pada
dilakukan melalui wawancara mendalam, penelitian ini dikaitkan pada sopan santun.
observasi, dan studi dokumentasi. Sopan santun merupakan perilaku terhadap
Mengacu pada keabsahan data yang ingin orang tua, penggunaan kata-kata kotor, dan
diperoleh, maka penelitian ini menggunakan perilaku terhadap penghuni jalan lain seperti
teknik triangulasi sumber dan triangulasi teori. preman dan waria. Pada perilaku sopan santun
Triangulasi sumber yaitu dengan melakukan terhadap orang tua, kelima informan
checking data, membandingkan data yang mengatakan mereka pernah berbicara kasar dan
diperoleh dengan data yang lain. Sedangkan menggerutu bila selalu diceramahi dan diperintah
triangulasi teori yaitu pedoman dalam instrumen saat sedang lelah. Sementara itu, pada
wawancara dan pengkajian hasil penelitian penggunaan kata-kata kotor, kelima informan
didasarkan pada konstruksi teori habitus arena mengaku melontarkannya saat berkomunikasi
dari Pierre Bourdieu. dengan teman namun hanya sebatas bercanda.
Analisis data dalam penelitian ini Kelima informan berasal dari wilayah yang akrab
menggunakan teknik analisis model Spradley, dengan penggunaan kata-lata kotor dan
meliputi analisis domain, analisis taksonomik, kehidupan mereka yang banyak dihabiskan di
analisis komponensial, dan analisis tema jalanan. Sedangkan pada perilaku terhadap
kultural. Analisis domain dilakukan dengan penghuni jalan lain seperti preman dan waria,
pengamatan dan wawancara terhadap sumber kelima informan mengaku memiliki hubungan
pendukung, seperti Dinas Sosial, Pemuda dan yang baik dan tidak pernah ada masalah dengan
Olahraga, sehingga diperoleh gambaran umum mereka.
dan berbagai informasi namun belum mendalam
mengenai fenomena anak jalanan di Kota

107
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

Tabel 1. Perilaku Sopan Santun Anak Jalanan


Indikator Perilaku Keterangan
Perilaku terhadap orang tua Membentak bila selalu Biasanya menggerutu bila disuruh terus saat baru
disuruh dan diceramahi saja istirahat dan selalu diceramahi untuk tidak
mengamen atau rajin bersekolah
Penggunaan kata-kata kotor Terbiasa menggunakan Digunakan saat berinteraksi dengan teman dan
kata-kata kotor memang sudah terbiasa
Perilaku terhadap penghuni Berhubungan baik dan Sekedar menyapa saat bertemu dan tidak saling
jalan lain, seperti preman tidak pernah bermasalah mengganggu
dan waria

Berbagai dampak positif dan negatif dari tersebut meliputi dalam menjaga dan merawat
perilaku sopan santun anak jalanan, dirasakan teman atau keluarga yang sedang sakit,
oleh masyarakat umum maupun anak jalanan itu membantu orang lain yang mengalami
sendiri. Anak jalanan terbiasa menggunakan kesusahan, dan tidak pernah memalak orang lain.
kata-kata kotor, dapat memberikan dampak Dalam menjaga dan merawat keluarga atau
negatif bagi psikologis mereka dan memberikan teman yang sedang sakit, kelima informan
pengaruh buruk bagi orang lain yang mengaku akan senantiasa melakukannya.
mendengarkan. Namun, perilaku sopan santun Sementara itu, kelima informan pun mengatakan
mereka terhadap penghuni jalan lain dan akan membantu orang lain yang membutuhkan
masyarakat umum memberikan dampak positif. bantuannya, walaupun tidak dikenalinya.
Masyarakat dapat lebih menghargai anak jalanan Sedangkan, dalam hal memalak, kelima
karena perilaku sopan santun mereka. informan mengaku tidak pernah dan tidak mau
untuk memalak karena merasa sama-sama
Solidaritas merasakan susahnya mencari uang.
Perilaku sosial selanjutnya masih
dikaitkan dengan solidaritas. Perilaku solidaritas

Tabel 2. Perilaku Solidaritas Anak Jalanan


Indikator Perilaku Keterangan
Kerjasama untuk Dengan keluarga Bekerja di jalanan bersama ibu dan adik sebagai penjual
mendapatkan uang koran
Dengan teman Bekerja di jalanan bersama teman sebagai pengamen
jalanan, uang yang didapat dibagi sama rata
Dengan teman Uang yang didapat dari mengamen dengan teman akan
dan keluarga digabungkan dengan uang hasil mengamen milik kakak
Bila ada teman yang Diam saja dan Memilih untuk diam menjauh, karena merasa takut bila
teler menjauh dekat dengan orang yang sedang teler
Membantu Membantu teman yang teler dengan menggotong ke tempat
yang lebih sepi atau menunggu di dekatnya
Bila ada teman Dibiarkan saja Memilih untuk membiarkan saja, karena nantinya akan
tertangkap Satpol PP dibebaskan kembali
Membantu agar Mengumpulkan uang bersama teman lainnya dan
dapat keluar diserahkan pada keluarga untuk menebus, agar dapat keluar
dari penjara
Bila melihat orang Akan membantu Bila diminta untuk membantu maka akan senantiasa
kesusahan membantu
Memalak Tidak memalak Tidak pernah dan tidak mau memalak, karena merasakan
susahnya mencari uang

108
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

Berbagai dampak positif dan negatif dari Bergaul


perilaku solidaritas anak jalanan, dirasakan oleh Perilaku sosial selanjutnya yakni bergaul.
masyarakat umum maupun anak jalanan itu Terdapat dua kategori dalam melakukan
sendiri. Turunnya mereka ke jalanan untuk pergaulan atau apa saja yang biasa dilakukan saat
mencari uang dapat membantu ekonomi dan sedang bergaul. Kategori pertama, melakukan
mengurangi beban ekonomi keluarga, namun perilaku menyimpang seperti minum-minuma
mengganggu ketertiban umum. Seperti mereka keras dan mengkonsumsi pil koplo. Kedua
berjualan koran atau mengamen di lampu lalu informan yang melakukannya, dalam pergaulan
lintas dapat menimbulkan resiko kecelakaan. terbiasa dengan hal-hal tersebut. Kategori kedua
Namun, perilaku solidaritas anak jalanan yang yakni walaupun terbiasa dengan lingkungan
kuat memberikan dampak positif bagi sesama jalanan yang akrab dengan perilaku
anak jalanan. Mereka akan senantiasa menyimpang, namun tidak pernah terbesit untuk
melakukan apa saja untuk membantu teman, melakukannya. Sedangkan kategor ketiga yakni
bahkan saat orang lain yang tidak dikenal tidak pernah melakukan perilaku menyimpang
membutuhkan bantuan maka akan langsung karena selalu mendapat pengawasan penuh dari
dibantu. ibu.

Tabel 3. Perilaku Bergaul Anak Jalanan


Indikator Perilaku Keterangan
Aktifitas saat Merokok, minum Terbiasa melakukan perilaku menyimpang tersebut sejak
berkumpul minuman keras, ngepil, SMP dan hanya saat berkumpul dengan teman komunitas
berjudi
Bermain gendang dan Walaupun teman yang lain melakukan perilaku
kentrung, melihat teman menyimpang, namun tetap bertahan untuk tidak
berjudi melakukannya dan memilih kegiatan lain
Bermain selayaknya anak Masih berusia SD dan biasanya hanya bermain seperti lari-
kecil larian, bermain petak umpet, engklek dan sebagainya
Teman bergaul Teman sesama pengamen Hanya bergaul dengan teman komunitas dan sedikit
jalanan tertutup dengan orang di luar komunitas
Teman rumah dan teman Hanya bergaul dengan teman rumah dan teman sekolah
sekolah karena tidak diperbolehkan ibu bergaul dengan teman dari
komunitas jalanan
Teman sesama penjual Saat bekerja bermain dengan teman sesama penjual koran
koran dan teman rumah dan saat di rumah bermain dengan teman rumah

Berbagai dampak positif dan negatif dari sehingga membuat masyarakat kurang dapat
perilaku bergaul anak jalanan, dirasakan oleh memahami dan mempedulikan mereka.
masyarakat umum maupun anak jalanan itu
sendiri. Perilaku menyimpang seperti mengoplos Interaksi dengan Lawan Jenis
minuman, mengkonsumsi pil, atau berjudi di Kemudian interaksi yang dilakukan
tempat umum seperti di taman-taman kota dapat terhadap lawan jenis, terbagi menjadi dua
mengganggu ketertiban umum. Mereka yang kategori. Kategori pertama, berinteraksi
sudah teler biasanya mengganggu orang yang ada sewajarnya dengan teman lawan jenis dan belum
di sekitarnya dan menimbulkan bau yang kurang memiliki kekasih. Keempat informan penelitian
sedap. Sedangkan dampak negatif bagi diri anak tersebut lebih sering bergaul dan berinteraksi
jalanan yaitu dapat merusak badan dan masa dengan teman sesama jenis. Sedangkan kategori
depan mereka. Sementara itu, perilaku mereka kedua, telah memiliki kekasih dan pernah
yang hanya bergaul dengan teman komunitas melakukan seks bebas. Lingkungan pergaulan
membuat mereka lebih tertutup dari orang lain, informan tersebut telah terbiasa melakukannya.

109
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

Tabel 4. Perilaku Interaksi dengan Lawan Jenis Anak Jalanan


Indikator Perilaku Keterangan
Aktifitas Lebih sering berinteraksi dan bergaul Masih merasa canggung bila bergaul lebih dekat
dengan teman sesama jenis teman laki-laki, masih berusia SD
Masih merasa malu bilai berinteraksi dengan teman
perempuan
Tidak dapat bebas berinteraksi dengan teman
perempuan karena sudah memiliki kekasih
Kekasih Berteman dengan siapa pun Biasanya jalan-jalan atau sebatas mengobrol dan
sms’an
Tidak memiliki Belum memikirkan untuk memiliki kekasih, lebih
senang berteman saja dengan lawan jenis
Memiliki Memiliki dua kekasih dan saling mengetahui
Seks Tidak melakukan Tidak memiliki pikiran untuk melakukannya, lebih
bebas senang sebatas berteman
Sempat terbesit keinginan namun tidak memiliki
pasangan untuk melakukan
Melakukan Dengan salah satu kekasihnya, karena ada keinginan
dan tersedia ruang untuk melakukan

Berbagai dampak positif dan negatif dari Habitus merupakan suatu kebiasaan yang tanpa
perilaku interaksi dengan lawan jenis, dirasakan sadar dilakukan oleh individu saat menghadapi
oleh masyarakat umum maupun anak jalanan itu suatu kondisi tertentu. Sedangkan arena
sendiri. Dampak positif dari interaksi tersebut merupakan lingkungan dilakukannya suatu
dapat menambah teman bagi anak jalanan. kebiasaan. Dapat dikatakan bahwa habitus dan
Sedangkan dampak negatif yang karena arena mempengaruhi suatu praktik sosial yang
melakukan seks bebas antar anak jalanan yaitu ada (Bourdieu, 2015).
menimbulkan keresahan bagi masyarakat umum. Perilaku sosial anak jalanan tidak selalu
Mereka terbiasa melakukan seks bebas tersebut di terbentuk karena kaitan antar habitus dan arena.
lokasi terbuka dan gedung-gedung terbengkalai. Penelitian ini membuktikan bahwa ada perilaku
Tidak sedikit dari masyarakat yang mempergoki sosial anak jalanan yang terbentuk karena habitus
mereka sedang melakukan seks bebas di tempat saja atau karena arena saja. Perilaku yang
umum. terbentuk karena habitus ditunjukkan oleh
informan yang selalu mempertahankan nilai dan
Implementasi Teori Habitus Arena Pada norma dalam masyarakat walaupun banyak di
Perilaku Sosial Anak Jalanan antara anak jalanan lain yang sudah
Temuan penelitian ini membenarkan melupakannya. Nilai dan norma tersebut adalah
bahwa anak jalanan memposisikan diri sebagai sopan santun, toleransi, dan solidaritas. Mereka
aktor tidak otonom yang perilakunya tetap menghormati dan berbicara dengan bahasa
terpengaruh masyarakat, komunitas, dan yang halus terhadap orang yang lebih tua. Pada
keluarga. Artinya temuan ini membenarkan saat peneliti mengajak berbicara, dibalasnya
pandangan yang mengatakan sistem sosial dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau
mempengaruhi perilaku dan tindakan individu. Bahasa Jawa Krama. Bahkan mereka tidak mau
Sedangkan sistem sosial yang yang membentuk memalak orang lain karena sudah merasakan
perilaku ditunjukkan pada anak jalanan yang susahnya mencari uang dan lebih baik saling
terpengaruh akan lingkungan dan yang selalu menghargai. Saat ada anggota keluarga yang
dilakukan orang di sekitarnya. sedang sakit, terutama orang tua, mereka akan
Teori Habitus Arena dari Pierre Bourdieu menjaga dan mengkesampingkan pekerjaannya
mengatakan bahwa suatu praktik sosial di jalanan. Sementara itu ada pula habitus negatif
dipengaruhi oleh kaitan antar habitus dan arena. yang mempengaruhi, seperti merokok karena

110
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

pengaruh dari kebiasaan yang dilakukan kakak dengan teman-teman dari pada harus mengikuti
dan teman-teman lainnya. program dari rumah singgah.
Perilaku sosial anak jalanan juga dapat
hanya terpengaruh oleh arena. Hal tersebut SIMPULAN
ditunjukkan oleh tempat tinggal anak jalanan
yang dianggap sebagai daerah asal anak jalanan Anak jalanan tidak selalu berperilaku
dan sebagian besar warganya bekerja di jalanan, negatif atau menyimpang. Mereka memiliki rasa
sebut saja daerah Gunung Brintik dan Tandang. solidaritas tinggi antar sesama anak jalanan dan
Alasan lain yang membuat mereka turun ke berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua
jalanan adalah keluarga, baik karena memang dan yang tidak dikenal. Bahkan mereka mau
berasal dari keluarga miskin ataupun karena ada membantu siapa saja yang membutuhkan
masalah dalam keluarga, seperti broken home, bantuannya. Berbagai dampak positif dan negatif
merasa kesepian, dan orang tua yang sering dirasakan masyarakat umum atas perilaku anak
memaksakan kehendak pada anak. Pengaruh lain jalanan tersebut. Walaupun mereka mengganggu
dari arena adalah kerapnya informan berbicara ketertiban umum dengan bekerja di jalanan dan
kotor seperti ndes, asu, kentir, dan sebagainya saat melakukan perilaku menyimpang, namun
sedang berinteraksi dengan teman. Saat mereka masih menghormati orang lain.
dihadapkan untuk berinteraksi dengan orang lain Berbagai saran diberikan kepada pihak
dan keluarga, mereka tidak berbicara dengan terkait mengenai perilaku sosial anak jalanan.
bahasa kotor. Perilaku informan yang merokok, Bagi keluarga tidak mendukung atau meminta
minum-minuman keras, mengkonsumsi obat anak untuk ikut bekerja membantu ekonomi
terlarang, dan berjudi hanya pada saat berada di keluarga karena tugas utama anak adalah belajar.
jalanan. Informan tersebut tidak pernah Bagi masyarakat Kota Semarang tidak selalu
melakukan hal-hal tersebut saat tidak berada di menjauhi dan memberikan pandangan buruk
jalanan. kepada anak jalanan. Bagi pemerintah setempat
Berdasarkan temuan data tentang perilaku memberikan perhatian lebih kepada anak jalanan
sosial anak jalanan, tidak dapat dipungkiri bahwa serta mendengarkan keluh kesah dan harapan
yang dikatakan Pierre Bourdieu mengenai kaitan mereka untuk kehidupan. Bagi Kementrian
habitus dan arena membentuk realitas sosial Pendidikan dan Kebudayaan untuk dapat lebih
dalam penelitian ini terbukti. Ini dibuktikan mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
dengan informan yang kerap berbicara kotor psikologis anak.
dengan teman karena pengaruh pergaulan dan
arena jalanan yang tanpa sadar mengajarkan DAFTAR PUSTAKA
mereka untuk berbicara kotor. Selain itu,
akrabnya informan dengan perilaku menyimpang Andari, Soetji. 2013. Solidaritas Sebagai Strategi
akibat pergaulan dan lingkungan jalanan, seperti Survival Anak Jalanan: Study Kasus di
minum-minuman keras, berjudi, seks bebas, Lempuyang, Yogyakarta. Disertasi.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
mengkonsumsi obat terlarang, dan sebagainya.
Politik Universitas Gajah Mada.
Sementara itu, informan tidak berkeinginan
Aptekar, Lewis dan Stoecklin, Daniel. 2014. Street
untuk kembali ke rumah singgah karena merasa Children and Homeless Youth: A Cross-Cultural
tidak nyaman berada di sana dengan fasilitas Perspective. New York: Springer Science
seadanya dan karena kebiasaan mereka yang Business Media Dordrecht.
lebih senang untuk tinggal di jalanan. Ada pula Bourdieu, Pierre. 2015. Arena Produksi Budaya: Sebuah
informan yang masih mengikuti program dari Kajian Sosiologi Budaya. terjemahan Yudi
rumah singgah namun merasa bosan karena Santosa. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak KPAI. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
menarik. Informan lebih tertarik untuk bermain
http://www.kpai.go.id/hukum/undang-

111
Adhila Ayu Puruhita, Suyahmo dan Hamdan Tri Atmaja / JESS 5 (2) (2016)

undang-uu-ri-no-23-tahun-2002-tentang-
perlindungan-anak/
Le Roux, J. dan Smith, C. S., 1998. Causes and
Characteristics of the Street Child
Phenomenon: A Global Perspektive.
Adolescence. 33(131).
LPPM USM. 2003. Studi Karakteristik Anak Jalanan
dalam Upaya Penyusunan Program
Penanggulangannya: Kajian Empirik Kota
Semarang. Riptek: 1(2).
Lusk, Mark W. 2015. Street Chindren Programs in
Latin America. The Journal of Sociology & Social
Welfare. 16(1).
Isti, Bambang. 2015. Jumlah Anak Jalanan Aktif Tembus
350.
http://berita.suaramerdeka.com/jumlah-
anak-jalanan-aktif-tembus-350/

112

Anda mungkin juga menyukai