Anda di halaman 1dari 54

DOKUMENTASI UJIAN , Rabu 16 Desember 2020

Nama : PUTRI AGUSTIN


Nim : 2008067
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
DIARE

Bidang Studi : Keperawatan KDM


Topik : Diare
Subtopik : Pencegahan dan Pertolongan Diare
Sasaran : Klien Tn. A
Hari/Tanggal : Rabu, 16 Desember 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Desa Limbangan

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan klien dapat
mengerti tentang bahaya diare.
II. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan warga akan
dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian diare
2. Akibat diare
3. Penyebab diare
4. Terjadinya diare
5. Cara pelaksaan diare
6. Pencegahan diare
III. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No. Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan : Menjawab salam
1. Memberi salam Mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan memperhatikan
disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan memperhatikan
dan teratur.
Materi :
a. Pengertian diare
b. Akibat diare
c. Penyebab diare
d. Terjadinya diare
e. Cara penanganan diare
f. Pencegahan diare
3. 5 menit Evaluasi Menyimak dan
1. Menyimpulkan inti penyuluhan memperhatikan
2. Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada responden untuk
bertanya
4. Memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab pertanyaan yang dilontarkan
4. 5 menit Penutup Menjawab salam
1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2. Menyampaikan terima kasih atas perhatian dan
waktu yang telah diberikan kepada peserta
3. Mengucapkan salam
IV. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet

V. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

VI. EVALUASI
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan : Lisan
Jumlah Soal : 2 soal

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian diare
Diare merupakan merupakan keadaan dimana sesorang menderita mencret-mencret,
penderita buang air berkali-kali, tinjanya encer dan kadang-kadang muntah. Kadang tinjanya
juga mengandung darah atau lender dan diare juga menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar
melalui tinja.
2. Penyebab diare
Penyebab diare yang terpenting adalah karena peradangan usus, kekurangan gizi,
keracunan makanan, dank arena tidak tahan terhadap makanan tertentu. Penyebab
peradangan usus misalnya karena cholera, disentri, bakteri-bakteri lain, virus dan sebagainya.
Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan vitamin dan zat mineral yang lain. Tidak
tahan terhadap makanan tertentu, misalnya penderita tidak tahan meminum susu yang
mengandung lemak atau laktosa.
3. Akibat diare
Akibat dari diare biasanya penderita merasa lemes, dan bila penderita banyak sekali
kehilangan cairan tubuh maka hal ini akan dapat menyebabkan kematian. Kematian sering
kali terjadi pada bayi dan anak-anak dibawah umut lima tahun.
4. Terjadinya diare
Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare, lalu
tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang berak atau buang air
besar di sembarang tempat. Tinja yang dibuang oleh pembawa kuman tadi mencemari
lingkungan misalnya tanah, sungai, ataupun air sumur. Orang yang sehat menggunakan air
sumur atau air sungai yag sudah dicemari dan kemudian orang sehat tadi terserang diare.
5. Cara penanganan diare
Cara penanganan diare bila masih dirumah yaitu dengan meminum garam oralit untuk
mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh sebagai akibat diare. Oralit diminumkan ke
penderita sebanyak mungkin selama penderita mau. Satu bungkus oralit dapat dilarutkan
dalam satu gelas air masak atau sebanyak 200 cc. Namun bila dirumah tidak terdapat oralit di
rumah buatlah larutan garam gula. Cara pembuatan larutan garam gula yaitu ambilah air
putih/teh masak satu gelas, lalu masukkan dua sendok teh peres gula pasir dan seujung
sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau
minum. Bila duare tidak terhendi dalam sehari atau penderita lemas sekali bawalah segera ke
Puskesmas atau sarana kesehatan terdekat. Yang terpenting selalu usahakan tersedia oralit
dirumah.
6. Pencegahan diare
Pencegahan diare yatiu dengan berak di kakus dan tiadak di sungai, pantai, sawah,
atau sembarang tempat. Dibiasakan cuci tangan sebelum makan, dan sesudah buang air besar,
minum air dan makanan yang sudah dimasak, susui anak anda secara eklusif sampai berumur
6 bulan karena bayi yang minum susu botol lebih mudah terserang diare dari pada bayi yang
disusui ibunya. Tetap susui bila bayi terserang diare.
Butir Soal

1. Bagaimana cara pencegahan diare ?


2. Bagaimana cara penanganan diare ?
Leaflet Diare
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

Putri Agustin
2008067

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEMARANG
2020
I. Konsep Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
1.1 Definisi Nutrisi dan cairan
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Fungsi
utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktifitas tubuh, membentuk struktur
kerangka dan jaringan tubuh serta mengatur berbagai proses kimia didalam tubuh
(Alimul, 2015).
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan- bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit. (Wartonah, 2010 ).
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. kebutuhan
energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air,
vitamin,dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkankepadatan nutrisi
mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlahkilokalori. Makanan
dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol ataugula, adalah makanan yang
tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry,2010; 274).
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan fisiologis yang digunakan
untuk alat transportasi zat nutrisi, elektrolit dan sisa metabolisme, sebagai komponen
pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh yang lainnya sebagai pengatur
suhu tubuh dan seluler (Maryunani, 2015).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam merespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang terdiri sendiri jarang terjadi dalam kelebihan dan kekurangan
(Tarwoto dan Martonah, 2006)
Berdasarkan Jurnal Pengabdian Masyarakat oleh (Frisca Dewi Yuna, 2020)
dengan judul “ Peningkatan Pengetahuan Tentang Pencegahan dan Penanganan Diare
dengan Larutan Oralit pada Kader Kesehatan Di Desa Slarang” yaitu Diare pada
balita ini terjadi karena masalah kurangnya pengetahuan keluarga dan minimnya
informasi kesehatan atau budaya. Kegiatan pengabdian bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan kader mengenai diare pada balita sehingga terbentuk kader kesehatan
dengan pengetahuan yang baik tentang diare pada balita. Berdasarkan hasil
pengabdian didapatkan bahwa ada peningkatan pengetahuan tentang diare pada balita
dan penanganannya. Hal tersebut terjadi karena dilakukan perlakuan atau treatment
berupa pendidikan kesehatan yang diberikan. Dari hasil post tes menunjukkan bahwa
rata-rata tingkat pengetahuan kader tentang tentang diare pada balita dan
penanganannya setelah pendidikan kesehatan meningkat/ lebih tinggi dengan nilai 8,8
pada post test pertama dan 9.2 pada post tes ke dua dibanding rata-rata pengetahuan
kader tentang tentang diare pada balita dan penanganannya sebelum penyuluhan
dengan nilai 6.7
Berdasarkan jurnal Keperawatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta oleh ( Vera
Citra Pamungkas, 2014 ) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu tentang
Pemberian Larutan Gula Garam dengan Penanganan Diare pada Ibu Balita Di Krajan
II Secang Magelang”. Larutan gula garam diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.Walaupun airsangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum biasa tidak mengandung garamdan elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan larutan gula garam. Campuran glukosa dan garamyang terkandung
dalam larutan gula garam dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.Tingkat
pengetahuan ibu tentang pemberian larutan garam di Desa Krajan IISecang Magelang
sebagian besar adalah baik (51,6%). Penanganan diare pada anakdiare di Desa Krajan
II Secang Magelang sebagian besar adalah baik (48,4%). Hasiluji Kendall tau
diperolehp-value0,001 < 0,05.
1.2 Fisiologi sistem / Fungsi normal sistem gizi dan cairan
a. Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
b. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel
seltubuh dalam tubuh.
c. Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).

Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk menyediakan nutrisi


tubuh. Proses tersebut meliputi ingesti, digesti, absorbsi, metabolisme, dan eksresi.
(Asmadi.2008; 74)
a. Ingesti
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan kedalam
tubuh melalui proses menealn baik melalui koordinasi gerakan volunter dan
involunter. Tahap pertama pada proses ingesti ini adalah koordinasi ototlengan dan
tangan membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi prosesmengunyah
yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang melibatkan gigi, kontrol volunter
otot mulut, gusi, dan lidah. Proses mengunyah ini dilakukansecara sadar dan diatur
oleh sistem saraf pusat. Proses mengunyah ini dilakukanuntuk memudahkan makanan
masuk ke dalam esofagus dan tidak mengiritasinya. Dalam proses mengunyah ini,
terjadi pencampuran makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya
menyebabkan terjadi pemecahan ukuranmakanan di mulut, melainkan juga terjadi
proses digesti. Hal tersebt disebabkanterdapatnya kandungan enzim ptialin dalam
saliva, yang dapat mengubah amilummenjadi maltosa. Saliva juga membuat proses
menelan lebih mudah sebabmengandung banyak air yang berfungsi sebagai pelumas.
Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah proses menelan. Menelanmerupakan
bergeraknya makanan dari mulut ke esofagus menuju ke lambung. Proses menaln ini
terjadi secara refleks akibat penekanan pada bagian faring. (Asmadi.2008; 75).
b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang di
bawa ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti ini
terjadi penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal. Orga
n pencernaan yang berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut, faring,
esofagus, lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.2008; 75).
c. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran darahdan getah
bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata di tiap bagiansaluran
pencernaan. Misalnya, di lambung hanya terjadi proses absorbsi alkohol, pada
usus halus terjadi proses absorbsi yang paling utama yaitu 90% dari nutrienyang
sudah dicerna dan sedikit absorbsi air. Secara spesifik, absorbsi yang dilakukan pada
usus halus adalah sebagai berikut: pada usus halus bagian atas mengabsorbsi vitamin
yang larut dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium, kalsium, Fe, serta klorida.
Usus halus bagian tengah mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya.
Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsigaram empedu dan vitamin B12.
Absorbsi air paling banyak dilakukan di kolon. (Asmadi.2008; 77).
d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh yangmeliputi
semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap olehtubuh hingga
dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi berbeda-beda
berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama, yaitu:

a) Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air(glikogenolisis).


b) Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan disimpan (glikogenesis).
c) Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk energi
(glukoneogenesis). (Potter & Perry.2010; 281). Bila glukosa ini tidak dipakai
sebagai sumber energi, makaglukosa akan mengalami proses glikogenesis dan
menghasilkan glikogen yangkemudian disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu-
waktu glukosa kurang, maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa (glikolisis).
(Asmadi.2008; 78). Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh,
sistem imundan normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim, memelihara sel,
perbaikan jaringan, dan menjadi keseimbangan cairan tubuh. Bila kekurangan
protein, makadapat menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan
pertumbuhan. (Asmadi.2008; 78).
Jenis Metabolisme:
a) Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakaridadiserap
melalui mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluhdarah),
semua berbentuk monosakarida. Bersama- sama dengan darah, karbohidrat ini di
bawa ke hati. Monosakarida (fruktosa, galaktosa, serta glukosa) yang masuk
bersama- sama darah dibawa ke hati. Di hati, ketiga monosakarida ini diubah
menjadi glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah ke otot untuk dibakar,
membentuk glikogen melalui proses glikoneogenesis. (AAA.Hidayat.2006;64).
b) Metabolisme Lemak
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam lemak. Gliserol larut dalam air
sehingga dapat diserap secara pasif, lagsung memasuki pembuluh darahdan
dibawa ke hati. Melalui beberapa proses kimiawi, gliserol diubah
menjadiglikogen, selanjutnya mengikuti metabolisme hidrat arang
sampaimenghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah menjadi tenaga melewati
prosesyang dilakukan oleh karbohidrat. Asam lemak yang telah membentuk
emulsi setelah melewati dinding usus halus memasuki pembuluh limpa. Bersama-
sama dengan getah bening emulsi, lemak dibawa ke dalam darah.
Pertemuan pembuluh darah bening dengan pembuluh darah terjadi pada vena
porta.
Bersama- sama dengan darah, sebagian emulsi asam lemak dibawa kehati dan
dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke
dalam pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan kembali ke dalam pembuluh
darah tersebut adalah lipoprotein. Metabolisme lemak menghasilkan
tenaga berbentuk ATP dengan sisanya hidrogendioksida dan karbon dioksida.
Lemak dibakar mempunyai hasil sampingan yaitu kolekstrol. (Hidayat, 2006;64).
1. Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-
sama dengan darah di bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses
masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat dinamis danselalu
diperbarui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlahasam amino
yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakaioleh tubuh.
(AAA.Hidayat.2006; 65).
2. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme dalam
tubuhuntuk menjaga homeostatis. Caranya melalui defekasi, miksi, diaforesis,
ekspirasi. Defekasi ialah mengekskresi sisa metabolisme berupa fese
melaluisaluran cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin
yangdikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan mengeluarkan air
dankarbondioksida. (Asmadi.2008; 78).
1.3 Patofisiologi Kebutuhan Dasar Nutrisi dan cairan
1. Patofisiologi Nutrisi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktivitas,
keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta prosedur
dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas, maka nutrisi dan
kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tingkat aktivitas akan
meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan prosedur atau pengobatan
yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorbsi,
metabolisme dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zat makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapatmenurunkan
kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit- penyakit
fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada
penyakit-penyakit saluran cerna. Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran
pencernaan yang menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi,
gangguan tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut
dapat menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat
menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada
kandung empedu, di mana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu
yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.
2. Patofisiologi Nutrisi
(Burner & Sudarrth, 2002) :
a. Ketidakseimbangan Volume Cairan
1) Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah.
Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan
obat-obatan diuretic.
Kelebihan volume cairan (Hipervolemik) Gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
sirosis, asupan natrium berlebih.
b. Ketidakseimbangan Elektrolit
1) Hiponatremia Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
2) Hipernatremia Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian
larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3) Hipokalemiagastrointestial Penggunaan diuretic yang dapat membuang
kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
4) Hiperkalemia Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah
seperti akibat luka bakar dan trauma.
5) Hipokalsemia Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit
neoplastik, pancreatitis.
6) Hiperkalsemia Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
1.4 Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem pencernaan
1. Kebutuhan Nutrisi
a. Keseimbangan Metabolisme dan energi tubuh
a) Metablisme berarti perubahan yang menyangkut segala transportasi
kimiawi serta energi yang terjadi dalam tubuh.
b) Jumlah energi yang dibebaskan oleh katabolisme zat makanan
dalam tubuh sama dengan energi yang dibebaskan bila zat
makanan dibakar di luar tubuh.
c) Energi output = kerja luar + Simpanan energi + Panas
b. Dampak gangguan pemasukan nutrisi
Dampak gangguan pemasukan nutrisi tergantung pada macam dan
tipe nutrisi yang meliputi lamanya pemasukan yang inadekuat atau
konsumsi yang berlebihan dan juga umur seseorang.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet :
a) kebudayaan
b) Agama
c) Kesukaan orang terhadap makanan
d) Sikap dan emosi
e) Letak geografi
f) Faktor ekonomi
2. Keseimbangan cairan
a) usia
b) temperature
c) diit
d) stress
e) olahraga

1.5 Macam-macam gangguan pada sistem pencernaan dan cairan


1. Gangguan Pemenuhan Nutrisi:
1) Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan
kuantitas konsumsi nutrisi, dengan kategori sebagai berikut :
a. PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
b. PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 %
BB Normal.
c. PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
2) Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat
pada bayi ketika sudah tidak mendapatkan ASI.

3) Marasmus

Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi


kalori berkibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringn tubuh, BB
kurang dari normal, diare. PCM juga dapat terjadi akibat
kurang baiknya penanganan klien selama menjalani proses perawatan
di berbagai fasilitas kesehatan.

2. Gangguan Keseimbangan Cairan

1) Hipovolemia

Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang
berada di dalam proporsi isotonic. Kadar elektrolit dalam serum tetap
tidak berubah, kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain. pasien yang
beresiko kekurangan volume cairan ini adalah pasien yang mengalami
kekurangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal,
misalnya akibat muntah, pengisap lambung, diare, atau fustula.
Penyebab lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat-obatan
diuretic, keringat yang banyak, demam, dan penurunan asupan per oral.
2) Hipervolemi
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan
dalam proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemi tanpa
disertai perubahan kadar elektrolit serum.pasien yang berisiko kelebihan
volume cairan ini meliputi pasien yang menderita gagal jantung
kongestif, gagal ginjal, dan sirosis.
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan nutrisi
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik heat to toe
a) Keadaan Umum : Composmentis, somnolen, koma, delirum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi,
dansuhu
d) Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala,
kesimetrisan, penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
e) Pemeriksaan Wajah Inspeksi :
adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
f) Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dankesimetrisan
g) Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan
membrane mukosa dari hidung
h) Pemeriksaan Telinga Inspeksi :
Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akutatau kronis
i) Pemeriksaan Leher
Inspeksi : adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi : palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok),adakah
pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis
j) Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur,
warna kulit
k) Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
l) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi : mendeteksi letak jantung, apakah ada
pembesaran jantung
Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
m) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah
ada pembesaran abdomen)
Auskultasi : mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
Perkusi: apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak),
lambung(timpani)
Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
n) Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna
darikulit disekitar genetalia
Palpasi : adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
o) Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
p) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus
q) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsimotorik,
fungsisensorik
r) Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan
motivasi
b. Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi dapat
dikaji : A) Pengukuran antropometik (antropometik measuremant)
B) Data biomedis (biomedical data)
C) Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical sign)
D) Diet (dietary)
c. Pemeriksaan penunjang
a) Rontgen
b) USG
c) Laboratorium

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Diagnosa 1 : Defisit nutrisi (D.0032)
Pengertian : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Diagnosa 2 : Risiko ketidakseimangan cairan (D.0036)
Pengertian : berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial, atau intraseluler.
b. Batasan karakteristik :
Kram abdomen, nyeri abdomen, Menghindari makan, Berat badan 20% atau
lebih dibawah berat badan ideal, Kerapuhan kapiler, Diare, Kehilangan rambut
berlebihan, bising usus, hiperaktif, Kurang makanan, Kurang informasi, penurunan
berat badan dengan, asupan makanan adekuat, kurang minat pada makanan,
kesalahan konsepsi, kesalahan informasi, membrane mukosa pucat,
ketidakmampuan memakan makanan, Tonus otot menurun, Menegluh asupan
makanan, kurang dari RDA (recommended daily allowance), Cepat kenyang
setelah makan, sariawan rongga mulut, Stetorea, kelemahan otot pengunyah,
kelemahan otot untuk menelan.
c. Faktor yang berhungan : Dx 1 : Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Dx.2 : disfungsi intestinal
2.3 Perencanaan
dx. 1
KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam makadiharapkan
kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dan nafsu makan pasien meningkat.
Intervensi
Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dankeluarga, misal
: senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dantenaga kesehatan
Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhankebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhannutrisi
Kaji faktor yang berhubungan dengan nafsu makan
R/ : mengidentifikasi dan meningkatkan nafsu makan pasien
Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil rendah lemakdan rendah
serat) dan makan lebih sering (selama tidak adakontraindikasi)
R/ : agar pasien mau makan lagi dan bisa meningkatkan nafsu makan
Observasi TTV

R/ : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien


Kolaborasi dengan tim medis
R/ :untuk menentukan tindakan selanjutnya dan mempercepat proses penyembuhan
Dx. 2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien
dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
Observasi TTV dalam keadaan normal
Intake cairan meningkat
Pasien merasa lebih sehat

Intervensi :
Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dankeluarga, misal
: senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dantenaga
kesehatan
Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhannutrisi
Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil) dan lebihsering (selama tidak
ada kontraindikasi)
R/ : meningkatkan nafsu makan pasien
Observasi TTV
R/ : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien
Kolaborasi dengan tim medisBerikan terapi medika mentosa sesuai program dan
berikan nutrisi parenteral per IV sesuai program
R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nurisi secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam:

1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalammakan


serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang darikebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukan dengan tidak adanya tandakekurangan
atau kelebihan berat badan
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan denganadanya
proses pencernaan makan yang adekuat. (AAA.Hidayat.2006)
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,AAA.Hidayat.2006. Pengantar KDM dan Proses Keperawatan Buku 2.Jakarta:


salemba medika.2011.
Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien
Jakarta:Salemba MedikaCarpenito, LJ.2012.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13. Jakarta: EGCPerry & Potter. 2005.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol.1. Edisi 4
.Jakarta:EGCPerry & Potter. 2006.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol.2. Edisi 5
Jakarta:EGCPerry & Potter. 2010.
Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia CerdasTaylor, Cynthia M.2010.
Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan Ed.10. Jakarta:EGCWartonah &
Tartowo.2006.
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi3. Jakarta:Salemba
MedikaWilkinson, Judith M.2011.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9 Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC
.
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR MANUSIA
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN
PADA TN.A DENGAN DIARE DI DESA LIMBANGAN

Putri Agustin
2008067

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2020
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Desa Limbangan, RT 3/ RW 5
Diagnosa medis : Diare
Tanggal dan jam masuk :-
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Limbangan, RT 3/ Rw 5
Hubungan dengan klien : Istri Klien
2. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama :
Klien mengeluh lemas, mual muntah dan bab cair lebih dari 5 kali
Alasan masuk rumah sakit :
Pasien tidak masuk rumah sakit
Faktor pencetus :
Faktor pencetusnya karena makan makanan yang terlalu pedas dan tidak
menjaga pola makan.
Lamanya keluhan :
Pasien mengalami keluhan sejak 1 hari yang lalu
Timbulnya keluhan : mendadak
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :
Klien sudah meminum entrostop untuk meringankan tetapi tidak ada
perubahan.
Faktor yang memperberat :
Klien sering makan makanan yang terlalu pedas dan tidak menjaga pola makan
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang)
Klien tidak pernah mengalami riwayat penyakit pada masa lalu
b. Kecelakaan
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
c. Pernah dirawat
Klien belum pernah di rawat di Rumah Sakit sebelumnya
d. Alergi (obat atau lainnya)
Klien tidak mempunyai alergi obat, makanan, dan minuman
e. Imunisasi
Klien pernah imunisasi Hepatitis B-1, Polio, BCG
4. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Susunan kesehatan keluarga (genogram: 3 generasi)

Keterangan :

: laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah

b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga (Dx. Medis yang


berhubungan dengan penyakit klien)
Ayah klien pernah mengalami diare kurang lebih 3 bulan yang lalu.
c. Penyakit yang sedang diderita keluarga (Dx. Medis yang berhubungan
dengan penyakit klien)
Keluarga klien tidak sedang menderita penyakit seperti yang diderita klien.
5. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan
Rumah dan lingkungan klien dalam keadaan bersih dan terdapat ventilasi
disetiap ruangannya.
b. Kemungkinan terjadinya bahaya
Tidak ada kemungkinan terjadinya bahaya karena penataan ruangan yang baik.
II KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Nutrisi
a. Pola makan (frekwensi, porsi makan, jenis makanan yang biasa dimakan)
Sebelum sakit pola makan klien dengan menu seimbang dan cenderung
sering makan pedas, frekuensi makan 3 kali perhari diselingi makanan ringan,
setelah sakit klien hanya dapat menghabiskan 2-3 sendok makanan per sajian.
Klien mual dan muntah setiap kali makan. Frekuensi minum klien sebelum
sakit 8 gelas sehari atau 2000 cc perhari setelah sakit klien hanya minum 4-5
gelas perhari atau sekitar 900 cc
b. Apakah keadaan sakit saat ini mempengaruhi pola makan/ minum
Ketika dalam keadaan sakit, mempengaruhi pola makan dan minum pda klien
c. Makanan yang disukai pasien, adakah makanan pantangan/ makanan
tertentu yang menyebabkan alergi, adakah makanan yang dibatasi :
Klien sangat suka makan makanan yang pedas, sehingga menyebabkan klien
mengalami penyakit diare.
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang mempengaruhi diet
Tidak ada keyakinan yang dianut yang dapat mempengaruhi diet.
e. Kebiasaan mengkonsumsi vitamin/obat penambah nafsu makan (jumlah yang
dikonsumsi setiap hari, sudah berapa lama)
Klien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan penambah nafsu makan maupun
vitamin lainnya.
f. Keluhan dalam makan
1) Adakah keluhan anoreksia nervosa, bulimia nervosa
Tidak ada.
2) Adakah keluhan mual/ muntah (jika muntah berapa jumlahnya)
Klien mengalami mual muntah lebih dari 5 kali dalam sehari ketika awal
mengalami diare
3) Bagaimana kemampuan mengunyah dan menelan
Kemampuan mengunyah dan menelan masih berfungsi dengan baik.
g. Adakah penurunan berat berat badan dalam 6 bulan terakhir (bagaimana BB
dan TB pasien sebelum dan selama dirawat)
Sebelum mengalami diare BB klien 70 kg, namun semenjak diare BB klien
turun menjadi 66 kg dengan TB tetap yaitu 175 cm.
h. Pengkajian IMT – BB Ideal
IMT awal sebelum sakit : 1,75 x 1,75 = 3,06 dengan BB awal 70 kg. 70 : 3,06
= 22,8 ( BB normal)
IMT saat sakit 1,75 x 1,75 = 3,06, dengan BB saat ini 66 kg, 66 : 3,06 = 21,5 (
BB normal )
i. Kebutuhan kalori berdasarkan usia
Kebutuhan kalori masih terpenuhi dengan baik.
j. Kesimpulan : Klien mengalami penurunan BB dari awal 70kg menjadi 66 kg.
Namun IMT nya masih dalam kategori BB normal, dapat dikategorikan
normal jika IMT dalam rentan 18,5-22,9.
2. Kebutuhan eliminasi
a. Eliminasi feses
1) Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan
pencahar/enema, adanya keluhan diare/konstipasi)
Sebelum sakit frekuensi bab 1 kali per hari dengan konsistensi lunak,
setelah sakit klien bab dengan frekuensi > 5 kali perhari dengan konsistensi
cair.
a. Perawatan diri : mandi, gosok gigi/ cuci rambut
Sebelum sakit klien mandi 2 kali sehari, ganti baju dua kali sehari, gosok
gigi dua kali sehari dan keramas 2 hari sekali, setelah sakit klien mandi juga 2
kali dalam satu hari
2) Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (terpasang kolostomi/ileostomy)
Tidak ada perubahan
b. Pola BAK (frekwensi, waktu, warna, jumlah)
Frekuensi bak 3-4 kali perhari, warna kekuningan.
c. Adakah gangguan dalam eliminasi?
Kesimpulan : Ada gangguan, Balance Cairan Tn A :
Input cairan : Minum : 800 cc
3. Kebutuhan mobilisasi dan body mekanik
Tidak ada gangguan dalam mobilisasi
a. Kegiatan dalam pekerjaan
Klien tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
b. Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekwensi)
Sebelum dan sesudah terkena penyakit diare klien jarang berolahraga
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas :
Tidak ada kesulitan untuk beraktivitas
Pengkajian kekuatan otot :
Kekuatan otot baik
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tudur selama 8-9 jam perhari, setelah sakit klien tidak dapat
nyenyak tidur sering terbangun karena diare.
5. Pola Persepsi dan Kognitif
Klien tidak ada keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan maupun sensasi perubahan.
Klien juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran maupun alat bantu
penglihatan. Ibu klien mengatakan tinggal di daerah pegunungan jarak antara
rumah dengan tetangga sangat dekat, air yang digunakan untuk seharihari yaitu
dengan air sumur.
6. Kebutuhan cairan
a. Pola minum (frekwensi dan jumlah cairan yang dikonsumsi, jenis minuman
yang biasa diminum)
b. Bila pasien terpasang infuse berapa cairan yang masuk dalam sehari
c. Adanya keluhan demam
d. Pengakajian kebutuhan cairan berdasarkan usia
e. Pengkajian Balance cairan
BC= CM-CK
CM : minum : 900cc
Makan : 300 cc
Air metabolisme : 8 cc/kg/BB/hr = 8 x 66kg= 528
Total CM = 1728 cc
CK = Urin : 600 cc
BAB : 850 cc
Muntah : 350 cc
Total CK : 900+ IWL
IWL : 10 x 66 kgBB/24jam = 660 : 24 jam = 27,5 dibulatkan 28
1800+ 28 = 1828
BC = 1728 cc- 1828cc = -100
f. Kesimpulan : jumlah balance cairannya -100, klien mengalami kekurangan cairan
7. Kebutuhan personal hygiene
a. Persepsi tentang kebersihan diri
Menurut klien kebersihan diri merupakan hal yang perlu diperhatikan,
klien menjaga kebersihan dirinya.
b. Klien menjaga kebersihan diri dari kepala sampai ujung kaki
c. Klien menjaga kebersihan lingkungan, klien membersihkan rumahnya
secara rutin
d. Kebiasaan personal hygiene
Klien mencuci tangan hingga bersih setiap kali akan makan, mandi dan
menggosok gigi secara teratur untuk menjaga kebersihan tubuh. Namun
tidak menjaga kebersihan bahan makanan, kadang makanan tidak ditutup
menggunakan penutup makanan dan sering tidak memperhatikan pola
makan dan terlalu sering makan pedas
Kesimpulan : kebersihan diri pada klien baik, klien dapat menjaga kebersihan diri
dan lingkungan, namun klien tidak terlalu peduli dengan kebersihan pada
makanannya sehingga menyebabkan klien mengalami diare.
III Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kesadaran
Pengkajian GCS : 15 E 4 M 6 V 5
Tingkat Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan
Lemah
3. Vital sign
a. Suhu Tubuh : 36,8 ̊ C
b. Tekanan Darah : 130/80 mmhg
c. Respirasi : 24x/ menit
d. Nadi : 98x/menit
4. Kepala
Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, ubun-ubun normal. Rambut : Hitam,
bersih, bau wangi
5. Mata
Mata : kemampuan penglihatan baik, konjungtiva anemis, penglihhatan jelas,
sklera ikterik,
6. Hidung
Tidak ada sekret, tidak memakai selang oksigen, tidak ada polip
7. Telinga
Kemampuan mendengar normal, simetris tubuh, tidak ada nyeri, tidak ada sekret /
pembengkakan
8. Mulut dan Tenggorokan
Tidak ada gangguan bicara, pemeriksaan gigi baik , warna putih, tidak ada bau,
tidak ada nyeri,tidak ada kesulitan mengunyah/ menelan, tidak ada benjolan di
leher, tidak ada pembesaran tonsil, keadaan vena jugularis berfungsi dengan baik.
9. Dada
Jantung :
I : dada simetris, ictus kordis terlihat pada ICS ke V
P : ictus kordis terletak di garis mid klafikula sinistra intercostae V
P : bunyi pekak
A : normal, lup dup ( bunyi jantung 1/s1- bunyi jantung 2/ S2
Paru-paru :
I : pengembangan paru terlihat simetris
P : fremitus normal
P : sonor
A : vesikular
10. Abdomen :
I : bentuk datar, tidak ada luka, bentuk simetris
A : bising usus 38x / menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : bunyi timpani
11. Genetalia : kebersihan daerah genital bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi
12. Ekstremitas atas dan bawah
a. Inspeksi kuku, kulit (warna kulit sawo matang , kebersihan bersih dan kuku
tidak panjang, tidak adanya edema)
b. Capilarry refill <2 detik
c. Kemampuan berfungsi (mobilitas dan keamanan) semua berfungsi dengan
baik
13. Kulit
a. bersih, warna sawo matang, kelembaban baik, tidak adanya edema
• Analisa Data

Tgl / jam Data Fokus Problem Etiologi TTD


14-12- DS: Defisit Ketidakmampuan
2020 - Klien mengatakan mual dan nutrisi mencerna
Jam : muntah makanan
10.00 wib - Klien mengatakan hanya SDKI
menghabiskan 2-3 sendok makanan D0019
yang disajikan Hal : 56
- Klien mengatakan nafsu makan
menurun
DO:
- Klien tampak lemas
- Wajah tampak pucat dan
gelisah
- Konjungtiva anemis
- BB menurun dari 70 kg menjadi
66 kg setelah sakit Resiko Disfungsi
DS : ketidak intestinal
14-12- - Klien mengatakan mual dan seimbangan
2020 muntah cairan
Jam : - Klien mengatakan bab > 5 kali
10.30 wib sehari dengan konsistensi cair SDKI
DO : D0036
- Turgor kulit jelek dan kulit kering Hal : 87
- Mukosa bibir kering
- Klien tampak lemas
- Feses konsistensi cair

• Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI


1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
2. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d disfungsi intestinal

• Planning / intervensi

Tgl / Diagnosa Tujuan & Planning TTD


jam keperawatan Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
14-12- tindakan selama 3x24 Observasi
2020 jam, maka status nutrisi • Identifikasi
meningkat dengan KH : status nutrisi
Jam • Porsi makan yang • Monitor BB
10.15 dihabiskan • Dorong diet
wib meningkat tinggi serat
• Diare menurun dalam batasan
• BB membaik diet, dengan
• Nafsu makan masukan cairan
membaik sedang sesuai
• Bising usus diet yang dibuat
membaik • Beri larutan
14-12- 2 Setelah dilakukan gula garam
2020 tindakan selama 3x24 Manajemen Cairan
jam, maka I.03098
Jam keseimbangan cairan • Monitor status
11.05 meningkat dengan KH : hidrasi ( nadi,
wib • Frekuensi BAB turgor kulit,
dalam batas tekanan darah)
normal • Monitor balance
• Peristaltik dalam cairan
batas normal • Monitor BB
• Konsistensi stool • Monitor waktu
padat pengisian kapiler
• Turgor kulit baik • Monitor jumlah,
waktu, dan jenis
urin
• Beri pendidikan
kesehatan tentang
penyakit
• Beri larutan gula
garam

• Implentasi
Tgl / jam Diagnosa Implementasi Respon TTD
keperawatan
14-12- 1 • Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
2020 status nutrisi tidak nafsu makan, BB
berkurang
Jam O : IMT saat sakit 1,75
11.00 x 1,75 = 3,06, dengan
wib BB saat ini 66 kg, 66 :
3,06 = 21,5
• Memonitor BB S : Klien mengatakan
BB turun sebanyak 4
kg dari awalnya 70kg
menjadi 66 kg
O : Pasien tampak
lemah pucat.
• Menorong diet tinggi S : Klien mengatakan
serat dalam batasan tidak nafsu makan
diet, dengan O : Klien tampak pucat
masukan cairan
sedang sesuai diet
yang dibuat
14-12- 2 • Memonitor S : klien tampak
2020 balance cairan kooperatif ketika diberi
BC= CM-CK pertanyaan
Jam CM : minum : 900cc O : klien tampak pucat
11.30 Makan : 300 cc
Air metabolisme : 8
cc/kg/BB/hr = 8 x 66kg=
528
Total CM = 1728 cc
CK = Urin : 600 cc
BAB : 850 cc
Muntah : 350 cc
Total CK : 900+ IWL
IWL : 10 x 66
kgBB/24jam = 660 : 24
jam = 27,5 dibulatkan 28
1800+ 28 = 1828
BC = 1728 cc- 1828cc =
-100
15-12- 1. • Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
2020 status nutrisi tidak nafsu makan, BB
naik 1 kg
O : IMT saat sakit 1,75
x 1,75 = 3,06, dengan
BB saat ini 67 kg, 67 :
3,06 = 21,89
• Memonitor BB S : Klien mengatakan
BB turun sebanyak 4
kg dari awalnya 70kg
menjadi 67 kg, namun
hari ke 2 kembali naik
1 kg menjadi 67 kg
• Menorong diet tinggi O : Pasien tampak
serat dalam batasan lemah pucat.
diet, dengan S : Klien mengatakan
masukan cairan mencoba makan bubur
sedang sesuai diet dan makanan yang
yang dibuat mudah dicerna
meskipun sedikit demi
sedikit
O : Klien tampak
kooperatif
15-12- 2 • Memonitor S : klien mengatakan
2020 balance cairan sudah mau makan

BC= CM-CK makanan seperti bubur,

CM : minum : 900cc dan makanan yang

Makan : 350 cc mudah dicerna

Air metabolisme : 8 O : Klien tampak

cc/kg/BB/hr = 8 x 66kg= kooperatif dalam

528 menjawab pertanyaan


Total CM = 1728 cc
CK = Urin : 600 cc
BAB : 850 cc
Muntah : 350 cc
Total CK : 900+ IWL
IWL : 10 x 66
kgBB/24jam = 660 : 24
jam = 27,5 dibulatkan 28
1800+ 28 = 1828

BC = 1778 cc- 1828cc =


-50
16-12- 1 dan 2 • Memberikan S : Pasien mengatakan
2020 pendidikan kesehatan paham dengan penkes
tentang penyakit diare yang diberikan oleh
Sesuai jurnal perawat
Peningkatan O : pasien tampak
Pengetahuan tentang kooperatif
Pencegahan Diare
dengan Larutan Oralit
pada Kader Kesehatan
di Desa Slarang”.

• Memberikan S : Pasien bersedia


larutan gula diberi larutan gula
garam sesuai garam oleh perawat
jurnal Hubungan O : pasien tampak
tingkat meminum larutan gula
Pengetahuan ibu garam
tentang
Pemberian
Larutan Gula
Garam dengan
Penanganan Diare
pada ibu Balita di
Krajan II Secang
Magelang

E. Evaluasi

Tgl / jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD


14-12- 1 S:klien mengatakan masih mengalami diare,
2020 dan BB turun dari awal 70 menjadi 66 kg
O: klien tampak lemas dan pucat
Jam A: masalah belum teratasi
13.00 P : lanjutkan intervensi
• Identifikasi status nutrisi
• Monitor BB
• Dorong diet tinggi serat dalam
batasan diet, dengan masukan cairan
sedang sesuai diet yang dibuat
• Beri larutan gula garam
14-12- 2 S : Klien mengatakan mengalami diare dan
2020 muntah, BB yaitu 66kg,
O : klien tampak lemas dan pucat
Jam A : Masalah belum teratasi
13.30 P : lanjutkan intervensi
• Monitor status hidrasi ( nadi, turgor
kulit, tekanan darah)
• Monitor balance cairan
• Monitor BB
• Monitor waktu pengisian kapiler
• Monitor jumlah, waktu, dan jenis urin
• Beri pendidikan kesehatan tentang
penyakit
• Beri larutan gula garam
15-12- 1 S:klien mengatakan masih mengalami diare,
2020 dan BB turun dari awal 70 menjadi 67 kg
O: klien tampak lemas dan pucat
Jam A: masalah belum teratasi
13.00 P : lanjutkan intervensi
• Identifikasi status nutrisi
• Monitor BB
• Dorong diet tinggi serat dalam
batasan diet, dengan masukan cairan
sedang sesuai diet yang dibuat
• Beri larutan gula garam
15-12- 2 S : Klien mengatakan mengalami diare dan
2020 muntah, BB yaitu 67 kg,
O : klien tampak lemas dan pucat
Jam A : Masalah belum teratasi
13.30 P : lanjutkan intervensi
• Monitor status hidrasi ( nadi, turgor
kulit, tekanan darah)
• Monitor balance cairan
• Monitor BB
• Monitor waktu pengisian kapiler
• Monitor jumlah, waktu, dan jenis urin
• Beri pendidikan kesehatan tentang
penyakit
S:klien mengatakan mau diberi larutan gula
16-12- 1
garam, dan bersedia meminumnya
2020
O: klien tampak meminum larutan gula
garam yang diberikan oleh perawat
Jam
A: masalah belum teratasi
09.30
P : lanjutkan intervensi
• Identifikasi status nutrisi
• Monitor BB
• Dorong diet tinggi serat dalam
batasan diet, dengan masukan cairan
sedang sesuai diet yang dibuat
• Beri larutan gula garam
10.00 2 S : Klien mengatakan bersedia diberi
pendidikan kesehtan tentang diare
O : klien tampak kooperatif
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
• Monitor status hidrasi ( nadi, turgor
kulit, tekanan darah)
• Monitor balance cairan
• Monitor BB
• Monitor waktu pengisian kapiler
• Monitor jumlah, waktu, dan jenis urin
• Beri pendidikan kesehatan tentang
penyakit
Jurnal Keperawatan :
Link jurnal

http://ejurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jpma/article/view/81/61

Peningkatan Pengetahuan Tentang Pencegahan dan Penanganan Diare


Dengan Larutan Oralit Pada Kader Kesehatan Di Desa Slarang

Frisca Dewi Yunadi


1
, Engkartini
2
1
Prodi S1 Kebidanan,
2
Prodi D3 Keperawatan
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Jalan Cerme No 24 Sidanegara Cilacap 53223
Email korespondensi: friscadewiyunadi@gmail.com
Abstrak
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitas-nya yang masih tinggi. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga
seringterjadi, dengan Case Fatality Rate
(CFR) adalah angka kematian yang disebabkan penyakit tertentu pada
periode waktu tertentu yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB
di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang
(CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah
kasus 5.756 orang, kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun
2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204
dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Diare pada balita ini terjadi
karena masalah kurangnya pengetahuan keluarga dan minimnya
informasi kesehatan atau budaya. Kegiatan pengabdian bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan kader mengenai diare pada balita sehingga
terbentuk kader kesehatan dengan pengetahuan yang baik tentang
diare pada balita. Berdasarkan hasil pengabdian didapatkan bahwa ada
peningkatan pengetahuan tentang diare pada balita dan
penanganannya. Hal tersebut terjadi karena dilakukan perlakuan
atautreatment berupa pendidikan kesehatan yang diberikan. Dari hasil
post tes menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan kader
tentang tentang diare pada balita dan penanganannya setelah
pendidikan kesehatan meningkat/ lebih tinggi dengan nilai 8,8 pada post
test pertama dan 9.2 pada post tes ke dua dibanding rata-rata
pengetahuan kader tentang tentang diare pada balitadan
penanganannya sebelum penyuluhan dengan nilai 6.7
Kata Kunci:
Diare balita, Kader Pengetahuan, Pendidikan kesehatan
Abstract
Diarrheal is still a public health problem in developing countries like
Indonesia, because of its high morbidity and mortality. Extraordinary
events (KLB) of diarrhea also occur frequently, with CFR still high. In
2008 there were outbreaks in 69 districts with 8133 cases, 239 people
died (CFR 2.94%). In 2009 there were outbreaks in 24 districts with a
total of 5,756 cases, with 100 deaths (CFR 1.74%), while in 2010 there
were outbreaks of diarrhea in 33 districts with 4204 patients with
73deaths (CFR 1.74%.).Diarrhea in toddlers can occur due to problems
of lack of family knowledge and lack of health or cultural information.
Community service activities intend to increase cadre knowledge about
diarrhea in infants. Based on the results of dedication found that there is
an increase in knowledge about diarrhea in infants and its handling. This
happens because the treatment or treatment in the form of health educat
ion is given. From the results of the posttest shows that the averagelevel
of cadre knowledge about diarrhea in infants and their handling after
health education increased / was higher with a value of 8.8 in the first
post test and 9.2 in the second post test compared to the average cadre
knowledge about diarrhea in infants and their handling before counseling
with a value of 6.7.

Keywords
: Toddler diarrhea, Knowledge Cadre, Health educati
on

1.PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah
satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB) di masyarakat. Pada tahun 2010 di Indonesia
sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan
pada balita 75 per 100.000 balita. (Depkes, 2013). Menurut laporan
hasil survey morbiditas dan perilaku tata laksana diare oleh Depkes
tahun 2010 diketahui bahwa perilaku masyarakat dalam
penatalaksanaan diare belum menunjukkan perbaikan dan belum
sesuai dengan harapan. Hasil laporan survey morbiditas dan
penatalaksanaan diare menunjukkan bahwa penatalaksanaan diare
dengan cairan rumah tangga mengalami penurunan 50% pada
tahun 2006 menjadi 27% pada tahun 2010. (Depkes, 2010). Diare
dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak
yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh
kematian pada anak yang hidup di negara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus
(Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong
, 2008). Pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak diare dapat
dilakukan mulai di rumah tangga dengan memberikan larutan gula
garam. Larutan gula garam diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum biasa tidak
mengandung garam dan elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan larutan gula garam. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam larutan gula garam dapat diserap
dengan baik oleh usus penderita diare. Namun demikian, walaupun
lebih dari 90% ibu mengetahui tentang larutan gula garam, hanya
22% anak yang menderita diare yang diberi larutan gula garam
(Depkes RI, 2011) Pemberian larutan gula garam sebanyak
mungkin setelah diare dapat mencegah dehidrasi dan membantu
pembentukan energi. Didalam larutan gula garam terdapat dua
unsur yang memiliki manfaat untuk mengatasi diare yaitu garam
mampu meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya
absorbsi gula melalui membran sel sedangkan gula yang terdapat
pada garamdapur (NaCl) juga berkhasiat meningkatkan
penyerapan air pada dinding usus secara kuat, sehingga proses
dehidrasi dalam tubuh dapat tertangani. Dengan adanya
penanganan cairan dengan menggunakan larutan gula garam yang
dapat diaplikasikan dirumah tangga diharapkan masyarakat
memperoleh pengetahuan tentang cara penanganan diare yang
lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam menangani diare dengan
baik dan benar. Penanganan diare menggunakan larutan gula
garam dalam menangani dehidrasi pada klien diare tersebut dapat
juga dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mencegah
ataupun mengurangi dampak lebih lanjut dari diare. Salah satu
faktor yang paling sering terlihat pada lingkungan masyarakat
dalam kurangnya pencegahan dan penanganan diare adalah
pengetahuan ibu tentang bagaimana mencegah dan penanganan
diare. Oleh karena itu, pengetahuan ibu balita dapat berdampak
terhadap peningkatan derajat kesehatan balita. Masalah kurang
pengetahuan ibu pada balita dengan diare inidapat disebabkan
karena kurangnya informasi ataupun budaya yang
menyebabkantidak mementingkan pola hidup yang sehat. Sehingga
rasa ingin tahu masih kurang, khususnya penanganan diare.
Pengetahuan ibu balita dapat ditingkatkan dengan adanya
sosialisasi dari kader balita pada saat Posyandu. Pengabdian
kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Slarang, dimana
didapatkan data bahwa kader balita sebagian besar mengetahui
informasi tentang pencegahan diare dan cara pembuatan larutan
gula garam atau oralit untuk penanganan diare. Diketahui juga 6
dari 7 kader belum bisa membuat larutan oralit secara benar.
Berdasarkan hal tersebut, maka tim dosen STIKES Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Cilacap bermaksud untuk mengadakan pelatihan kader
dalam upaya peningkatan pengetahuan kader dalam pencegahan
dan penanganan diare pada balita dengan oralit atau dengan
pembuatan larutan gula garam di Desa Slarang Kabupaten Cilacap
dengan mitra pengabdian adalah yaitu ketua kader kesehatan Desa
Slarang.
2.MASALAH
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara pada kader desa
Slarang Cilacap didapatkan masalah bahwa masih rendahnya
pengetahuan kader tentang pencegahan dan penanganan
diarepada balita dengan Oralit atau dengan pembuatan larutan gula
garam di Desa Slarang Kabupaten Cilacap.
3.METODE
Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Slarang. Sasaran
pelaksanaan kegiatan adalah seluruh kader Kesehatan di Desa
Salarang Kabupaten Cilacap. Kegiatan yang dilakukan meliputi tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
evaluasi. Tahap perencanaan dimulai dengan mencari informasi
mengenai diare pada balita melalui jurnal, artikel penelitian atau
pengabdian masyarakat sejenis. Pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat ini dilakukan dengan mengawali pemberikan pre test
mengenai pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan kader
dalam pencegahan dan penanganan diare pada balita dengan oralit
atau dengan pembuatan larutan gula garam untuk mengukur
tingkat pengatahuan peserta penyuluhan tentang diare pada balita
sebelum dilakukan penyuluhan. Selanjutnya dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang diare pada balita yang terdiri dari pengertian
diare, penyebab diare balita, gejala dan tanda diare balita serta
pencegahan dan tatalaksana penanganan diare pada balita serta
pembuatan oralit ataupun larutan gula garam. Penyuluhan ini
dilakukan dengan metode ceramah interaktif, tanya jawab
berhadiah dan pembagian leaflet. Tahap evaluasi meliputi
pemberian post test kepada peserta penyuluhan dengan tujuan
untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang diare
pada balita setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Adapun
rincian kegiatannya adalah :
1)Pre test
Pada tahap ini dilakukan pengukuran pengetahuan masyarakat
tentang diare pada balita yang terdiri dari pengertian diare,
penyebab diare balita, gejala dan tanda diare balita serta
pencegahan dan tatalaksana penanganan diare pada balita serta
pembuatan oralit ataupun larutan gula garam. Pengukuran
menggunakan kuesioner dengan 10 item pertanyaan. Jika jawaban
responden benar maka di beri skor 1 sebaliknya jika jawaban salah
diberi skor 0.
2)Penyuluhan Kesehatan
Pada tahap ini diberikan dilakukan penyampaian materi diare pada
balita yang terdiri dari pengertian diare, penyebab diare balita,
gejala dan tanda diare balita serta pencegahan dan tatalaksana
penanganan diare pada balita serta pembuatan oralit ataupun
larutan gula garam. Metode penyuluhan menggunakan ceramah
interaktif, kemudian untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dilakukan diskusi berhadiah. Yang kemudian dilanjutkan dengan
pemberian leaflet tentang Diare pada Balita.
3)Post test
Pada tahap ini dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan
masyarakat tentang tentang pencegahan dan penanganan diare
pada balita dengan oralit atau dengan Gambar 3. Foto Bersama
Gambar 1. Penyampaian materi Gambar 2. Proses Diskusi Peserta
pembuatan larutan gula garam setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan. Pertanyaan kuesioner meliputi pengertian diare,
penyebab diarebalita, gejala dan tanda diare balita serta
pencegahan dan tatalaksana penanganan diare pada balita serta
pembuatan oralit ataupun larutan gula garam.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1)Hasil
Hasil kegiatan program pengabdian kepada masyarakat terkait
Model
Deteksi Dan Penanganan Dini Balita Diare Di Desa Slarang Cilacap
dilakukan
dengan dua metode yaitu :
a.Pengisian kuesioner pre test tentang diare dengan jumlah soal 10
oleh kader Desa Slarang untuk mengukur pengetahuan. Hasil nilai
rata-rata pengetahuan kader adalah 6,7
b.Metode presentasi tentang diare yang disampaikan oleh anggota
pelaksana pengabdian atas nama Frisca Dewi Yunadi kepada
kader desa Slarang. Pengisian kuesioner post test tentang diare
dengan jumlah soal 10 oleh kader Slarang untuk mengukur
pengetahuan. Hasil nilai rata-rata pengetahuan kader adalah 8,8
c.Evaluasi konseling kader tentang diare kepada masyarakat. Hasil
kader mampu menjelaskan metode kontrasepsi alamiah dengan
benar.
d.Pengisian kuesioner post test ke dua tentang diare dengan
jumlah soal 10 oleh kader Slarang untuk mengukur pengetahuan.
Hasil nilai rata-rata pengetahuan kader adalah 9.2.
2)Pembahasan
Evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan untuk
mengukur keberhasilan dari program pengabdian masyarakat.
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan dua metode yaitu metode post
tes (tanya jawab dan mengisi kuesioner) kepada kader tentang
deteksi dini dan penanganan serta pencegahan diare pada balita.
Selain dengan tanya jawab dan mengisi kuesioner, evaluasi
keberhasilan program pengabdian masyarakat dengan metode
observasi pada waktu kader menjelaskan tentang deteksi dini dan
penanganan serta pencegahan diare pada Balita yang benar.
Pemberian materi memberikan wacana baru akan pengetahuan
terhadap sesuatu. Upaya pemahaman materi kami lakukan dengan
mengefektifkan diskusi. Upaya peningkatan keterampilan kami
siasati dengan memberikan tehnik pembuatan larutan gula garam
dan oralit dengan demontrasi selanjutnya melibatkan peserta.
Beberapa faktor pendukung terlaksananya kegiatan pengabdian
masyarakat ini dengan baik antara lain:
a.Jumlah peserta tercapai sesuai dengan sasaran peserta.
Tingginya motivasi peserta untuk mengikuti seluruh rangkaian
kegiatan.
b.Tingginya antusias dan minat peserta dalam mendengarkan dan
memperhatikan materi terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang
diajukan selama proses kegiatan.
c.Fasilitas yang cukup memadai yang telah disediakan oleh panitia
penyelenggara pelatihan penanganan diare pada balita.
d.Dukungan penuh dari Pimpinan STIKES dan UPT PPM STIKES
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap membuat semangat tersendiri
hingga tercapainya kesuksesan kegiatan ini. Berdasarkan hasil
pengabdian didapatkan bahwa ada peningkatan pengetahuan
tentang deteksi dini dan penanganan serta pencegahan diare pada
Balita. Hal tersebut terjadi karena dilakukan perlakuan atau
treatmeant berupa pendidikan kesehatan yang diberikan. Dari hasil
postes menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan kader
tentang diare pada balita setelah pendidikan kesehatan meningkat/
lebih tinggi dibanding rata-rata sebelum penyuluhan. Perbedaan ini
bermakna bahwa perlakuan yang berupa penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan responden tentang diare. Penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan
bertujuan agar masyarakat lebih tahu, sadar, serta bisa melakukan
suatu anjuran yang diberikan ada hubungannya dengan kesehatan.
Adanya peningkatan tingkat pengetahuan kader tentang diare
setelah diberikan pendidikan kesehatan juga didukung oleh
beberapa hal, antara lain tingkat pengetahuan kader sebelum
pendidikan kesehatan sebagian besar memang sudah memiliki
pengetahuan cukup karena diare merupakan masalah yang sering
ditemui di masyarakat. Pengetahuan yangpernah didapatkan dan
disimpan dalam memori kader kemudian ditimbulkan kembali
dengan pendidikan kesehatan. Menurut Walgito (2010), bahwa
untuk menimbulkan kembali memori yang telah disimpan akan lebih
baik dengan menggunakan rangsangan objek yang harus diingat.
Dalam hal ini, pendidikan kesehatan memberikan rangsangan
sebagai objek harus diingat kembali sekaligus juga memberikan inp
ut baru yang menambahkan atau meluruskan memori yang telah
disimpan. Pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusifoleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012).
Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare pada balita
merupakan tahap awal bertambahnya wawasan atau pengetahuan
seseorang yang dapat membentuk sikap dalam pencegahan diare.
Dengan sering diadakan penyuluhan kesehatan yang menarik dan
mudah difahami dapat menambah pengetahuan ibu yang baik
tentang pencegahan diare pada balita maka akan direspon secara
positif oleh ibu paling tidak dari sikapnya terlebih dahulu sebelum
diwujudkan dalam bentuk perilaku (practice). Demikian juga
semakin jarang diadakan penyuluhan kesehatan, pengetahuan ibu
tentang pencegahan diare pada balita juga kurang maka sebagian
besar juga memiliki sikap negatif dalam pencegahan diare. Dengan
demikian semakin sering diadakan penyuluhan kesehatan tentang
pencegahan diare maka memiliki peran dalam menentukan
pengetahuan yang lebih baik dan didalam menentukan sikap yang
semakin positif dalam pencegahan diare pada balita. Faktor
penghambat selama kegiatan adalah faktor keterbatasan biaya dan
tenaga yang tersedia, sehingga kita tidak dapat memantau
sepenuhnya pasca kegiatan ini. Kegiatan ini hanya terpantau dari
tingkat pemahaman materi pelatihan yang disajikan, namun
pemantauan pasca kegiatan semacam kegiatan pendampingan
atau pembinaan belum dapat terlaksana.
5. KESIMPULAN
Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh para dosen
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap berupa deteksi dini dan
penanganan serta pencegahan diare pada balita. di kelompok
masyarakat Desa Slarang cilacap dapat terselenggara dengan baik
dan lancar sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Dari kegiatan
penyajian materi, diskusi dan pelatihan dapat dipantau adanya
peningkatan wawasan, pemahaman dan kemampuan para peserta.
Disarankan kegiatan ini tidak berhenti sampai disini, namun perlu
kegiatan lanjutan berupa pendampingan dan pemantauan lebih
lanjut serta meningkatkan pengetahuan kader tentang perilaku
pencegahan diarepada anak dan balita.

DAFTAR PUSTAKA

Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V


Andi Departemen Kesehatan RI. 2010.
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak 2010.
Jakarta:Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Lima Langkah Tuntaskan Diare.
Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Depkes RI.
Donna L. Wong. et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik.
Cetakan pertama. Jakarta : EGC
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta

Link Jurnal :

http://digilib.unisayogya.ac.id/497/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20NEW.pdf

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU


TENTANG PEMBERIAN LARUTAN GULA
GARAM DENGAN PENANGANAN DIARE PADA
IBU BALITA DIKRAJAN II SECANG
MAGELANG

Vera Citra PamungkasEmail : VeraCitraP@gmail.comPenderita diare di


Indonesia sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya. Salahsatu faktor di
lingkungan masyarakat dalam kurangnya penanganan diare
adalahpengetahuan ibu. Desain penelitian ini menggunakan
pendekatancross-sectional.Sampel diambil dengan tekniksimplerandom
samplingyaitu ibu yang memiliki balitayang pernah diare sebanyak 31
orang. Instrumen penelitian adalah lembar observasidan kuesioner.
Hasil penelitian dianalisis dengan rumus korelasiKendall Tau.Tingkat
pengetahuan ibu tentang pemberian larutan garam di Desa Krajan
IISecang Magelang sebagian besar adalah baik (51,6%). Penanganan
diare pada anakdiare di Desa Krajan II Secang Magelang sebagian besar
adalah baik (48,4%). Hasiluji Kendall tau diperolehp-value0,001 <
0,05.Kata kunci : Pengetahuan, penanganan diare.

CORRELATION BETWEEN MOTHERS’ LEVEL OF


KNOWLEDGE ABOUT THE PROVISIONS OF ORALYTE
AND DIARRHEA TREATMENTON MOTHERS’ OF
CHILDREN IN KRAJAN II SECANGMAGELANG

1Vera Citra PamungkasEmail : VeraCitraP@gmail.comThe incidence of


diarrhea in Indonesia reaches 60 million incidences eachyear in which
the patients are mostly children under the age of five years old. One
ofthe factors on the lack of treatment of diarrhea is mothers’ knowledge.
This researchis correlation research with cross sectional design. Sample
was taken using simplerandom sampling technique. Instruments of this
research are observation andquestionnaire. Data were analyzed using
Kendall Tau.The level of mothers’ knowledge about the provisions of
oralyte in Krajan IISecangMagelang is mostly good (51.6%). The
treatment of diarrhea for children inKrajan II SecangMagelang is mostly
good (48.4%). The result of the KendallTau testhas shown thatp-value=
0.001<0.05.Keywords: Knowledge, Diarrhea Treatment.1Title of the
Scientific Writing
PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia menyadari bahwa untuk mewujudkan Indonesia


sehatdiperlukan manusia sehat, dengan cara memperhatikan manusia sejak
dini yaitusejak masa balita karena anak merupakan sumber potensi dan
penerus bangsa. Masabalita adalah masa perkembangan tercepat dalam
kehidupan anak, sekaligus palingrentan terhadap serangan penyakit salah
satunya adalah penyakit diare (Depkes RI,2007).Diare adalah salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anakdiseluruh dunia, yang
menyebabkan satu miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematiansetiap
tahunnya.Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan
bahwatingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika
dibandingkan dengannegara-negara anggotaAssosation South East Asia
Nation(ASEAN).Penyebabutama kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang adalah diare.Sampaisaat ini diare tetap sebagaichild
killerperingkat pertama di Indonesia(DepartemenKesehatan tahun 2000-
2006).Dampak negatif diare pada bayi dan anak-anak antaralain dapat
menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya
dapatmenurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat
(Indonesia) lebihdikenal dengan istilah mencret. Penyakit ini mempunyai
konotasi yang mengerikandan menimbulkan kecemasan dan kepanikan
warga masyarakat karena bila tidaksegera diobati dalam waktu singkat (±
48 jam) penderita akan meninggal (Hidayat,2008).Di Indonesia dapat
ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiaptahunnya,
sebagian besar dari penderita ini adalah anak dibawah lima tahun.Sebagian
dari penderita akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera
ditolong50-60% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang
menyebabkan sejumlah350.000-500.000 anak dibawah lima tahun
meninggal setiap tahunnya. Hal ini terkaitdengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang penanganan diare pada anak (Palupi,2009).Penanganan pada
penyakit diare yang paling diutamakan yaitu pemberianterapi cairan yang
adekuat karena hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinyadampak
lebih lanjut dari diare yaitu anak akan mengalami dehidrasi atau
kekurangancairan, penurunan elektrolit, gagal ginjal akut, dan malnutrisi.
Berhubungan denganmasalah ini, perlu diperhatikan dan diajarkan kepada
ibu dan keluarga bagaimanacara-cara mencegah dehidrasi di rumah
dengan memberikan cairan yang lebihbanyak dari biasanya sehingga
memberikan hasil yang tepat, dan tidakakanmenimbulkan dehidrasi atau
pun gangguan pertumbuhan paska episode diare.Penanganan diare yang
benar terutama cairan dirumah oleh ibu akan berdampak baikpada balita
yaitu balita tidak mengalami dehidrasi, balita tidak mengalami syok,
tidakterjadi hipoglikemia dan hipokalemia pada balita. Jika penanganan
cairan yang salahberdampak buruk pada balita yaitu balita akan
mengalami dehidrasi, syok,hipoglikemia, hipokalemia, kejang bahkan
kekurangan gizi dan kematian pada balita(Savitri,2012).Menurut laporan
hasil survei morbiditas dan perilaku tatalaksana diare olehDepkes tahun
2010 diketahui bahwa perilaku masyarakat dalam penatalaksanaandiare
belum menunjukkan perbaikan dan belum sesuai dengan harapan. Hasil
laporansurvey morbiditas dan penatalaksanaan diare menunjukkan bahwa
penatalaksanaandiare dengan cairan rumah tangga mengalami penurunan
dari 50% pada tahun 2006menjadi 27% pada tahun 2010 (Departemen
Kesehatan tahun 2000-2006).Pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak
diare dapat dilakukan mulai dari rumahtangga dengan memberikan larutan
gula garam.Larutan gula garam diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.Walaupun airsangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum biasa tidak mengandung
garamdan elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalamtubuh sehingga lebih diutamakan larutan
gula garam.Campuran glukosa dan garamyang terkandung dalam larutan
gula garam dapat diserap dengan baik oleh ususpenderita diare. Namun
demikian, walaupun lebih dari 90% ibu mengetahui tentanglarutan gula
garam, hanya 22% anak yang menderitan diare yang diberi larutan
gulagaram (Depkes RI, 2007).Pemberian larutan gula garam sebanyak
mungkin setelah diare dapatmencegah dehidrasi dan membantu
pembentukan energi. Didalam larutan gula garamterdapat dua unsur yang
memiliki manfaat untuk mengatasi diare yaitu garam mampumeningkatkan
pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membransel
sedangkan gula yang terdapat pada garam dapur (NaCl)juga
berkhasiatmeningkatkan penyerapan air pada dinding usus secara kuat,
sehingga prosesdehidrasi dalam tubuh dapat tertangani. Dengan adanya
penanganan cairan denganmenggunakan larutan gula garam yang dapat
diaplikasikan dirumah tanggadiharapkan masyarakat memperoleh
pengetahuan tentang cara penanganan diareyang lebih baik. Pengetahuan
tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruhterhadap perilaku ibu
dalam menangani diare dengan baik dan benar.Penanganandiare
menggunakan larutan gula garam dalam menangani dehidrasi pada klien
diaretersebut dapat juga dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapatmencegah ataupun mengurangi dampak lebih lanjut dari
diare(Savitri, 2012).Salah satu faktor yang paling sering terlihat pada
lingkungan masyarakatdalam kurangnya penanganan diare adalah
pengetahuan ibu tentang penanganandiare.Ibu sangat berperan penting
dalam perawatan anaknya, sudah tidak diragukanlagi ada hubungan yang
erat antara ibu dan balita dimana hubungan yang erat terjadidalam setiap
kegiatan dalam sehari-hari. Oleh karena itu perlu perhatian yang
lebihterhadap balita guna mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan
diare, pentingnyapengetahuan bagi ibu sehingga dapat berdampak
terhadap peningkatan derajatkesehatan balita, tingkat pendidikan ibu yang
rendah juga sangat berpengaruh padaperawatan balita yang dilakukan ibu
dirumah (Hidayat, 2006). Masalah kurangpengetahuan ibu pada anak
dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasiyang kurang atau
budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup
yangsehat.Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam
penanganan diare(Tarwoto &Wartonah, 2006).Peran orang tua dalam
merawat anak menjadi faktor penentu tingkatkesehatan dan kesembuhan
anak.Kesadaran ibu akan pentingnya pemberian larutangula garam pada
anak diare kadang belum sepenuhnya dimengerti oleh para orangtua. Ada
orang tua yang sudah tahu tentang pentinganya cairan pada anak diare
danbagaimana cara pembuatan larutan gula garam tetapi tidak perduli. Ada
juga yangbelum tahu tetapi tidak berusaha mencari tahu (Hidayat,
2006).Keluarga yanganggotanya mempunyai penyakit diare sebaiknya
memahami dan tahu bagaimanacara untuk menangani penyakit tersebut di
rumah sebelum dirujuk ke tenagakesehatan. Pencegahan terhadap
kekurangan cairan harus diberikan termasukmengajarkan pada keluarga
cara membuat larutan gula garam dan pentingnya larutangula garam pada
anak diare (Notoatmodjo,2005).Berdasarkan hasil penelitian Askrening
(2007) didapatkan hasil kejadiandiare pada anak akan lebih buruk jika
pengetahuan ibu tentang diare yang kurang,apabila balita terserang diare
maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan
penyakit. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salahsatunya adalah
pengetahuan.Berdasarkan hasil studi pendahuluan angka kejadian diare
pada tahun 2012di Puskesmas Secang didapatkan 665 balita yang
menderita diare, dan berdasarkandata yang didapat peneliti melalui
wawancara terhadap ibu-ibu yang mempunyaianak balita usia 1-5 tahun di
Desa Krajan, dan beberapa yang diwawancarai tidakmengetahui
bagaimana cara penanganan diare yang benar, beberapa diantaranya
saatdiwawancara mengatakan saat di rumah mereka menghentikan asupan
cairan padabalitanya.Bahkan ada beberapa keluarga yang tidak tahu
dimana mereka bisamendapatkan oralit selain dari bidan setempat dan ibu
juga tidak mengetahui carapembuatan larutan gula garam serta manfaat
larutan gula garam untuk balita yangmenderita diare.Dari latar belakang di
atas, peneliti menilai bahwa masih kurang pengetahuanibu-ibu tentang
bagaimana cara pemberian larutan gula garam dan manfaatpemberian
larutan gula garam. Maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitiandengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
TentangPemberian Larutan GulaGaram dengan Penanganan Diare Pada
Ibu Balita Di Krajan II Secang Magelang.
TUJUAN PENELITIAN
Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
larutangula garam dengan penanganan diare pada ibu balita di Krajan II
Secang Magelang.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatanCross-
Sectionalyaitupendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan
data(point time approach).Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sakali saja dan pengukurandilakukan terhadap status karakter
atau variabel subyek pada saat pemeriksaan(Notoatmodjo, 2012). Pada
penelitian ini peneliti akan meneliti tentang pengetahuanibu tentang
pemberian larutan gula garam dengan penanganan diare. Populasi
dalampenelitian ini adalah semua ibu yang baru memiliki satu orang anak
yang pernahmengalami diare 1- 5 tahun. Sampel menggunakan random
sampling sebesar 31orang.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur,Pendidikan
dan Pekerjaan di Desa Krajan II Secang Magelang Karakteristik Frekuensi
PersentaseUmur20-35tahun>35 tahun 2 8 3 9 0,3 9,7 Pendidikan SD SMP
SMA 4 5 2 2 1 2 ,9 16,17 1, 0 Pekerjaan IRT Karyawan swasta Pedagang
Wiraswasta 1 0 1 5 4 2 3 2 ,3 4 8,4 1 2,9 6,5 Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa
karakteristikresponden berdasarkan umur 20-35 tahun sebanyak 28
(90,3%). Karakteristikresponden berdasarkan pendidikan sebagian besar
berpendidikan SMA sebanyak22 orang (71%). Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan mayoritasbekerja sebagai karyawan swasta
sebanyak 15 orang (48,4%).1.Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian Larutan GaramHasil pengukuran tingkat pengetahuan ibu
tentang pemberian larutangaram di Desa Krajan II Secang Magelang
disajikan pada tabel berikut:Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang PemberianLarutan Garam di Desa Krajan II
Secang MagelangPengetahuan tentang pemberianlarutan
garamFrekuensiPersentaseBaik1651,6Cukup825,8Kurang722,6Jumlah311
00Sumber : Data Primer 2014Tabel 4.2. menunjukkan tingkat pengetahuan
ibu tentang pemberianlarutan garam di Desa Krajan II Secang Magelang
sebagian besar adalah baik,yaitu sebanyak 16 orang (51,6%).2.Penanganan
Diare pada Anak DiareHasil penelitian penanganan diare pada anak diare
di Desa Krajan IISecang Magelang disajikan pada tabel berikut:Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Penanganan Diare pada Anak Diaredi Desa Krajan II
Secang Magelang Penanganan diare pada anak
diareFrekuensiPersentaseBaik1548,4Cukup929,0Kurang722,6Jumlah3110
0Sumber : Data Primer 2014Tabel 4.3. menunjukkan bahwa penanganan
diare pada anak diare diDesa Krajan II Secang Magelang sebagian besar
adalah baik, yaitu sebanyak15orang (48,4%).3.Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian LarutanGaram dengan Penanganan
Diare pada Anak DiareTabulasi silang dan hasil uji statistikhubungan
tingkat pengetahuan ibutentang pemberian larutan garam dengan
penanganan diare pada anak diare diDesa Krajan II Secang Magelang
disajikan pada tabel berikut :Tabel 4.4. Tabulasi Silang dan Uji Statistik
Hubungan Tingkat PengetahuanIbuTentang Pemberian Larutan Garam
dengan Penanganan Diarepada Anak Diare di Desa Krajan II Secang
MagelangPengetahuanPenanganan diare pada anak diareTotalΤp-
BaikCukupKurangvalueF%f%f%f%Baik1135,5412,913,21651,6Cukup39,7412,913,2825
,80,5080,001Kurang13,213,2516,1722,6Total1548,4929,0722,631100Sumber: Data
Primer 2014 Tabel 4.4. menunjukkan ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan tentangpemberian larutan garamkategori baik sebagian besar
melakukan penanganan diarekategori baik sebanyak 11 orang (35,5%). Ibu
dengan tingkat pengetahuan cukupsebagian besar melakukan penanganan
diare kategori cukup sebanyak 4 orang(12,9%). Ibu dengan tingkat
pengetahuan kurang sebagian besar melakukanpenanganan diare kategori
kurang sebanyak 5 orang (16,1%).Berdasarkan uji statistik dengan
menggunakanKorelasi Kendall’s Taudiperolehp-valuesebesar 0,001 <
0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima,maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkatpengetahuan ibu
tentang pemberian larutan garam dengan penanganan diare padaanak diare
di Desa Krajan II Secang Magelang.SIMPULAN DAN
SARANA.SimpulanBerdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulansebagai berikut:1.Tingkat pengetahuan ibu tentang
pemberian larutan garam di Desa Krajan IISecang Magelang sebagian
besar adalah baik (51,6%).2.Penanganan diare pada anak diare di Desa
Krajan II Secang Magelangsebagian besar adalah baik (48,4%).3.Ada
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian larutan
garamdengan penanganan diare pada anak diare di Desa Krajan II
SecangMagelang, ditunjukkan dengan hasil ujikendalls taudiperolehp-
value0,001< 0,05.B.SaranSaran yang dapat diberikan peneliti sebagai
berikut:1.Bagi ilmu pengetahuanDiharapkan hasil penelitian ini dapat
memberi gambaran untuk orang tuamengenai Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Larutan Gula GaramDalam Penanganan
Diare.2.Bagi ibu balitaIbu balita hendaknya terus berupaya meningkatkan
pengetahuan tentang cara-cara penanganan diare pada anak agar tidak
terjadi komplikasi atau gangguanpertumbuhan dan perkembangan akibat
diare.3.Bagi PuskesmasBagi Puskesmas Secang I, hasil penelitian ini
untuk dapat dijadikan sebagaimasukan untuk dijadikan upaya Puskesmas
untuk memberikan pelayanandalam penanganan diare dan memberikan
penyuluhan tentang programpemberian larutan gula garam untuk
mencegah dehirasi akibat diare.4.Bagi dinas kesehatanDinas kesehatan
bekerja sama dengan puskesmas dan posyandu perlu secararutin
memberikan informasi tentang pemberian larutan gula garam kepada
ibuyang memiliki balita dengan diare.5.Bagi peneliti selanjutnyaBagi
peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
menggunakantekhnik wawancara selain kuisioner untuk mendapatkan
informasi lebihakurat tentang karakteristik responden sehingga dapat
memberikan gambaranyang lebih jelas tentang hubungan tingkat
penegtahuan ibu tentang larutan
gula garam dengan penanganan diare pada anak diare.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur,an (2013) http://www.Qur'an.com diakses tanggal 15 november


2013Alfa, Y., 1996.DiareAkutPadaAnak.Jakarta : EGCArikunto,
Suharsimi (2010).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka


CiptaArikunto, Suharsimi (2006).

Prosedur penelitian suatu praktek. Jilid II, Jakarata:Rineka


Cipta.Askrening (2007).

Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian rehidrasioral pada


balita diare di Kabupaten Purworejo. Lybrary.ump.org/index.phpAzwar,
Saifuddin (2003).

Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka PelajarCarpenito,


Lynda Jual., 2006.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta:EGCDEPKES RI
(2007) http://www.DepkesRI.com diakses tanggal 25 september
2013Firdausia, A. (2013).

Hubungan tingkat pendidikan dan Pekerjaan ibu denganpencegahan ISPA


pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gang SehatPontianak.

Naskah Publikasi.Skripsi Tidak Dipubikasikan.ProgramPendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.Friedman,
Marilyn M., 1998.

Keperawatan Keluarga teori & praktek Edisi 3.Jakarta: EGCHikmawati


(2006).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DiareDengan


Perilaku Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Umbulharjo
1Yogyakarta.

Jurnal Karya Tulis Ilmiah. Jurnal Tidak Dipublikasikan.Mahasiswi Pada


STIKES ’Aisyiyah YogyakartaHidayat, Alimun Aziz. (2007).

Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik AnalisaData. Jakarta:


Salemba Medika.Jhonson, L., 2010.KeperawatanKeluarga.Yogyakarta
:NuhaMedikaKementrian Kesehatan RI, 2011.

Buletin Jendela Data Informasi Kesehatan SituasiDiare di


Indonesia.Jakarta : EGCLaila (2006).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Air


BersihDengan Pencegahan Diare Pada Balita di RW II Serangan
NotoprajanYogyakarta.Jurnal Karya Tulis Ilmiah. Jurnal Tidak
dipublikasina. MahasiswiPada STIKES ’Aisyiyah YogyakartaMardani
(2013).

Hubungan Karakteristik Ibu Pada Usia Reproduksi DenganPengetahuan


Pemeriksaan Pap Smear Di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum

Anda mungkin juga menyukai