I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan klien dapat
mengerti tentang bahaya diare.
II. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan warga akan
dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian diare
2. Akibat diare
3. Penyebab diare
4. Terjadinya diare
5. Cara pelaksaan diare
6. Pencegahan diare
III. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No. Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan : Menjawab salam
1. Memberi salam Mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan memperhatikan
disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan memperhatikan
dan teratur.
Materi :
a. Pengertian diare
b. Akibat diare
c. Penyebab diare
d. Terjadinya diare
e. Cara penanganan diare
f. Pencegahan diare
3. 5 menit Evaluasi Menyimak dan
1. Menyimpulkan inti penyuluhan memperhatikan
2. Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada responden untuk
bertanya
4. Memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab pertanyaan yang dilontarkan
4. 5 menit Penutup Menjawab salam
1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2. Menyampaikan terima kasih atas perhatian dan
waktu yang telah diberikan kepada peserta
3. Mengucapkan salam
IV. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
V. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
VI. EVALUASI
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan : Lisan
Jumlah Soal : 2 soal
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian diare
Diare merupakan merupakan keadaan dimana sesorang menderita mencret-mencret,
penderita buang air berkali-kali, tinjanya encer dan kadang-kadang muntah. Kadang tinjanya
juga mengandung darah atau lender dan diare juga menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar
melalui tinja.
2. Penyebab diare
Penyebab diare yang terpenting adalah karena peradangan usus, kekurangan gizi,
keracunan makanan, dank arena tidak tahan terhadap makanan tertentu. Penyebab
peradangan usus misalnya karena cholera, disentri, bakteri-bakteri lain, virus dan sebagainya.
Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan vitamin dan zat mineral yang lain. Tidak
tahan terhadap makanan tertentu, misalnya penderita tidak tahan meminum susu yang
mengandung lemak atau laktosa.
3. Akibat diare
Akibat dari diare biasanya penderita merasa lemes, dan bila penderita banyak sekali
kehilangan cairan tubuh maka hal ini akan dapat menyebabkan kematian. Kematian sering
kali terjadi pada bayi dan anak-anak dibawah umut lima tahun.
4. Terjadinya diare
Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare, lalu
tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang berak atau buang air
besar di sembarang tempat. Tinja yang dibuang oleh pembawa kuman tadi mencemari
lingkungan misalnya tanah, sungai, ataupun air sumur. Orang yang sehat menggunakan air
sumur atau air sungai yag sudah dicemari dan kemudian orang sehat tadi terserang diare.
5. Cara penanganan diare
Cara penanganan diare bila masih dirumah yaitu dengan meminum garam oralit untuk
mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh sebagai akibat diare. Oralit diminumkan ke
penderita sebanyak mungkin selama penderita mau. Satu bungkus oralit dapat dilarutkan
dalam satu gelas air masak atau sebanyak 200 cc. Namun bila dirumah tidak terdapat oralit di
rumah buatlah larutan garam gula. Cara pembuatan larutan garam gula yaitu ambilah air
putih/teh masak satu gelas, lalu masukkan dua sendok teh peres gula pasir dan seujung
sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau
minum. Bila duare tidak terhendi dalam sehari atau penderita lemas sekali bawalah segera ke
Puskesmas atau sarana kesehatan terdekat. Yang terpenting selalu usahakan tersedia oralit
dirumah.
6. Pencegahan diare
Pencegahan diare yatiu dengan berak di kakus dan tiadak di sungai, pantai, sawah,
atau sembarang tempat. Dibiasakan cuci tangan sebelum makan, dan sesudah buang air besar,
minum air dan makanan yang sudah dimasak, susui anak anda secara eklusif sampai berumur
6 bulan karena bayi yang minum susu botol lebih mudah terserang diare dari pada bayi yang
disusui ibunya. Tetap susui bila bayi terserang diare.
Butir Soal
Putri Agustin
2008067
3) Marasmus
1) Hipovolemia
Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang
berada di dalam proporsi isotonic. Kadar elektrolit dalam serum tetap
tidak berubah, kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain. pasien yang
beresiko kekurangan volume cairan ini adalah pasien yang mengalami
kekurangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal,
misalnya akibat muntah, pengisap lambung, diare, atau fustula.
Penyebab lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat-obatan
diuretic, keringat yang banyak, demam, dan penurunan asupan per oral.
2) Hipervolemi
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan
dalam proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemi tanpa
disertai perubahan kadar elektrolit serum.pasien yang berisiko kelebihan
volume cairan ini meliputi pasien yang menderita gagal jantung
kongestif, gagal ginjal, dan sirosis.
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan nutrisi
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik heat to toe
a) Keadaan Umum : Composmentis, somnolen, koma, delirum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi,
dansuhu
d) Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala,
kesimetrisan, penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
e) Pemeriksaan Wajah Inspeksi :
adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
f) Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dankesimetrisan
g) Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan
membrane mukosa dari hidung
h) Pemeriksaan Telinga Inspeksi :
Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akutatau kronis
i) Pemeriksaan Leher
Inspeksi : adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi : palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok),adakah
pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis
j) Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur,
warna kulit
k) Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
l) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi : mendeteksi letak jantung, apakah ada
pembesaran jantung
Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
m) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah
ada pembesaran abdomen)
Auskultasi : mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
Perkusi: apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak),
lambung(timpani)
Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
n) Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna
darikulit disekitar genetalia
Palpasi : adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
o) Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
p) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus
q) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsimotorik,
fungsisensorik
r) Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan
motivasi
b. Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi dapat
dikaji : A) Pengukuran antropometik (antropometik measuremant)
B) Data biomedis (biomedical data)
C) Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical sign)
D) Diet (dietary)
c. Pemeriksaan penunjang
a) Rontgen
b) USG
c) Laboratorium
Intervensi :
Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dankeluarga, misal
: senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dantenaga
kesehatan
Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhannutrisi
Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil) dan lebihsering (selama tidak
ada kontraindikasi)
R/ : meningkatkan nafsu makan pasien
Observasi TTV
R/ : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien
Kolaborasi dengan tim medisBerikan terapi medika mentosa sesuai program dan
berikan nutrisi parenteral per IV sesuai program
R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nurisi secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam:
Putri Agustin
2008067
Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
• Planning / intervensi
• Implentasi
Tgl / jam Diagnosa Implementasi Respon TTD
keperawatan
14-12- 1 • Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
2020 status nutrisi tidak nafsu makan, BB
berkurang
Jam O : IMT saat sakit 1,75
11.00 x 1,75 = 3,06, dengan
wib BB saat ini 66 kg, 66 :
3,06 = 21,5
• Memonitor BB S : Klien mengatakan
BB turun sebanyak 4
kg dari awalnya 70kg
menjadi 66 kg
O : Pasien tampak
lemah pucat.
• Menorong diet tinggi S : Klien mengatakan
serat dalam batasan tidak nafsu makan
diet, dengan O : Klien tampak pucat
masukan cairan
sedang sesuai diet
yang dibuat
14-12- 2 • Memonitor S : klien tampak
2020 balance cairan kooperatif ketika diberi
BC= CM-CK pertanyaan
Jam CM : minum : 900cc O : klien tampak pucat
11.30 Makan : 300 cc
Air metabolisme : 8
cc/kg/BB/hr = 8 x 66kg=
528
Total CM = 1728 cc
CK = Urin : 600 cc
BAB : 850 cc
Muntah : 350 cc
Total CK : 900+ IWL
IWL : 10 x 66
kgBB/24jam = 660 : 24
jam = 27,5 dibulatkan 28
1800+ 28 = 1828
BC = 1728 cc- 1828cc =
-100
15-12- 1. • Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
2020 status nutrisi tidak nafsu makan, BB
naik 1 kg
O : IMT saat sakit 1,75
x 1,75 = 3,06, dengan
BB saat ini 67 kg, 67 :
3,06 = 21,89
• Memonitor BB S : Klien mengatakan
BB turun sebanyak 4
kg dari awalnya 70kg
menjadi 67 kg, namun
hari ke 2 kembali naik
1 kg menjadi 67 kg
• Menorong diet tinggi O : Pasien tampak
serat dalam batasan lemah pucat.
diet, dengan S : Klien mengatakan
masukan cairan mencoba makan bubur
sedang sesuai diet dan makanan yang
yang dibuat mudah dicerna
meskipun sedikit demi
sedikit
O : Klien tampak
kooperatif
15-12- 2 • Memonitor S : klien mengatakan
2020 balance cairan sudah mau makan
E. Evaluasi
http://ejurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jpma/article/view/81/61
Keywords
: Toddler diarrhea, Knowledge Cadre, Health educati
on
1.PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah
satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB) di masyarakat. Pada tahun 2010 di Indonesia
sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan
pada balita 75 per 100.000 balita. (Depkes, 2013). Menurut laporan
hasil survey morbiditas dan perilaku tata laksana diare oleh Depkes
tahun 2010 diketahui bahwa perilaku masyarakat dalam
penatalaksanaan diare belum menunjukkan perbaikan dan belum
sesuai dengan harapan. Hasil laporan survey morbiditas dan
penatalaksanaan diare menunjukkan bahwa penatalaksanaan diare
dengan cairan rumah tangga mengalami penurunan 50% pada
tahun 2006 menjadi 27% pada tahun 2010. (Depkes, 2010). Diare
dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak
yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh
kematian pada anak yang hidup di negara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus
(Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong
, 2008). Pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak diare dapat
dilakukan mulai di rumah tangga dengan memberikan larutan gula
garam. Larutan gula garam diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum biasa tidak
mengandung garam dan elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan larutan gula garam. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam larutan gula garam dapat diserap
dengan baik oleh usus penderita diare. Namun demikian, walaupun
lebih dari 90% ibu mengetahui tentang larutan gula garam, hanya
22% anak yang menderita diare yang diberi larutan gula garam
(Depkes RI, 2011) Pemberian larutan gula garam sebanyak
mungkin setelah diare dapat mencegah dehidrasi dan membantu
pembentukan energi. Didalam larutan gula garam terdapat dua
unsur yang memiliki manfaat untuk mengatasi diare yaitu garam
mampu meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya
absorbsi gula melalui membran sel sedangkan gula yang terdapat
pada garamdapur (NaCl) juga berkhasiat meningkatkan
penyerapan air pada dinding usus secara kuat, sehingga proses
dehidrasi dalam tubuh dapat tertangani. Dengan adanya
penanganan cairan dengan menggunakan larutan gula garam yang
dapat diaplikasikan dirumah tangga diharapkan masyarakat
memperoleh pengetahuan tentang cara penanganan diare yang
lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam menangani diare dengan
baik dan benar. Penanganan diare menggunakan larutan gula
garam dalam menangani dehidrasi pada klien diare tersebut dapat
juga dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mencegah
ataupun mengurangi dampak lebih lanjut dari diare. Salah satu
faktor yang paling sering terlihat pada lingkungan masyarakat
dalam kurangnya pencegahan dan penanganan diare adalah
pengetahuan ibu tentang bagaimana mencegah dan penanganan
diare. Oleh karena itu, pengetahuan ibu balita dapat berdampak
terhadap peningkatan derajat kesehatan balita. Masalah kurang
pengetahuan ibu pada balita dengan diare inidapat disebabkan
karena kurangnya informasi ataupun budaya yang
menyebabkantidak mementingkan pola hidup yang sehat. Sehingga
rasa ingin tahu masih kurang, khususnya penanganan diare.
Pengetahuan ibu balita dapat ditingkatkan dengan adanya
sosialisasi dari kader balita pada saat Posyandu. Pengabdian
kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Slarang, dimana
didapatkan data bahwa kader balita sebagian besar mengetahui
informasi tentang pencegahan diare dan cara pembuatan larutan
gula garam atau oralit untuk penanganan diare. Diketahui juga 6
dari 7 kader belum bisa membuat larutan oralit secara benar.
Berdasarkan hal tersebut, maka tim dosen STIKES Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Cilacap bermaksud untuk mengadakan pelatihan kader
dalam upaya peningkatan pengetahuan kader dalam pencegahan
dan penanganan diare pada balita dengan oralit atau dengan
pembuatan larutan gula garam di Desa Slarang Kabupaten Cilacap
dengan mitra pengabdian adalah yaitu ketua kader kesehatan Desa
Slarang.
2.MASALAH
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara pada kader desa
Slarang Cilacap didapatkan masalah bahwa masih rendahnya
pengetahuan kader tentang pencegahan dan penanganan
diarepada balita dengan Oralit atau dengan pembuatan larutan gula
garam di Desa Slarang Kabupaten Cilacap.
3.METODE
Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Slarang. Sasaran
pelaksanaan kegiatan adalah seluruh kader Kesehatan di Desa
Salarang Kabupaten Cilacap. Kegiatan yang dilakukan meliputi tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
evaluasi. Tahap perencanaan dimulai dengan mencari informasi
mengenai diare pada balita melalui jurnal, artikel penelitian atau
pengabdian masyarakat sejenis. Pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat ini dilakukan dengan mengawali pemberikan pre test
mengenai pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan kader
dalam pencegahan dan penanganan diare pada balita dengan oralit
atau dengan pembuatan larutan gula garam untuk mengukur
tingkat pengatahuan peserta penyuluhan tentang diare pada balita
sebelum dilakukan penyuluhan. Selanjutnya dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang diare pada balita yang terdiri dari pengertian
diare, penyebab diare balita, gejala dan tanda diare balita serta
pencegahan dan tatalaksana penanganan diare pada balita serta
pembuatan oralit ataupun larutan gula garam. Penyuluhan ini
dilakukan dengan metode ceramah interaktif, tanya jawab
berhadiah dan pembagian leaflet. Tahap evaluasi meliputi
pemberian post test kepada peserta penyuluhan dengan tujuan
untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang diare
pada balita setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Adapun
rincian kegiatannya adalah :
1)Pre test
Pada tahap ini dilakukan pengukuran pengetahuan masyarakat
tentang diare pada balita yang terdiri dari pengertian diare,
penyebab diare balita, gejala dan tanda diare balita serta
pencegahan dan tatalaksana penanganan diare pada balita serta
pembuatan oralit ataupun larutan gula garam. Pengukuran
menggunakan kuesioner dengan 10 item pertanyaan. Jika jawaban
responden benar maka di beri skor 1 sebaliknya jika jawaban salah
diberi skor 0.
2)Penyuluhan Kesehatan
Pada tahap ini diberikan dilakukan penyampaian materi diare pada
balita yang terdiri dari pengertian diare, penyebab diare balita,
gejala dan tanda diare balita serta pencegahan dan tatalaksana
penanganan diare pada balita serta pembuatan oralit ataupun
larutan gula garam. Metode penyuluhan menggunakan ceramah
interaktif, kemudian untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dilakukan diskusi berhadiah. Yang kemudian dilanjutkan dengan
pemberian leaflet tentang Diare pada Balita.
3)Post test
Pada tahap ini dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan
masyarakat tentang tentang pencegahan dan penanganan diare
pada balita dengan oralit atau dengan Gambar 3. Foto Bersama
Gambar 1. Penyampaian materi Gambar 2. Proses Diskusi Peserta
pembuatan larutan gula garam setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan. Pertanyaan kuesioner meliputi pengertian diare,
penyebab diarebalita, gejala dan tanda diare balita serta
pencegahan dan tatalaksana penanganan diare pada balita serta
pembuatan oralit ataupun larutan gula garam.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1)Hasil
Hasil kegiatan program pengabdian kepada masyarakat terkait
Model
Deteksi Dan Penanganan Dini Balita Diare Di Desa Slarang Cilacap
dilakukan
dengan dua metode yaitu :
a.Pengisian kuesioner pre test tentang diare dengan jumlah soal 10
oleh kader Desa Slarang untuk mengukur pengetahuan. Hasil nilai
rata-rata pengetahuan kader adalah 6,7
b.Metode presentasi tentang diare yang disampaikan oleh anggota
pelaksana pengabdian atas nama Frisca Dewi Yunadi kepada
kader desa Slarang. Pengisian kuesioner post test tentang diare
dengan jumlah soal 10 oleh kader Slarang untuk mengukur
pengetahuan. Hasil nilai rata-rata pengetahuan kader adalah 8,8
c.Evaluasi konseling kader tentang diare kepada masyarakat. Hasil
kader mampu menjelaskan metode kontrasepsi alamiah dengan
benar.
d.Pengisian kuesioner post test ke dua tentang diare dengan
jumlah soal 10 oleh kader Slarang untuk mengukur pengetahuan.
Hasil nilai rata-rata pengetahuan kader adalah 9.2.
2)Pembahasan
Evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan untuk
mengukur keberhasilan dari program pengabdian masyarakat.
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan dua metode yaitu metode post
tes (tanya jawab dan mengisi kuesioner) kepada kader tentang
deteksi dini dan penanganan serta pencegahan diare pada balita.
Selain dengan tanya jawab dan mengisi kuesioner, evaluasi
keberhasilan program pengabdian masyarakat dengan metode
observasi pada waktu kader menjelaskan tentang deteksi dini dan
penanganan serta pencegahan diare pada Balita yang benar.
Pemberian materi memberikan wacana baru akan pengetahuan
terhadap sesuatu. Upaya pemahaman materi kami lakukan dengan
mengefektifkan diskusi. Upaya peningkatan keterampilan kami
siasati dengan memberikan tehnik pembuatan larutan gula garam
dan oralit dengan demontrasi selanjutnya melibatkan peserta.
Beberapa faktor pendukung terlaksananya kegiatan pengabdian
masyarakat ini dengan baik antara lain:
a.Jumlah peserta tercapai sesuai dengan sasaran peserta.
Tingginya motivasi peserta untuk mengikuti seluruh rangkaian
kegiatan.
b.Tingginya antusias dan minat peserta dalam mendengarkan dan
memperhatikan materi terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang
diajukan selama proses kegiatan.
c.Fasilitas yang cukup memadai yang telah disediakan oleh panitia
penyelenggara pelatihan penanganan diare pada balita.
d.Dukungan penuh dari Pimpinan STIKES dan UPT PPM STIKES
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap membuat semangat tersendiri
hingga tercapainya kesuksesan kegiatan ini. Berdasarkan hasil
pengabdian didapatkan bahwa ada peningkatan pengetahuan
tentang deteksi dini dan penanganan serta pencegahan diare pada
Balita. Hal tersebut terjadi karena dilakukan perlakuan atau
treatmeant berupa pendidikan kesehatan yang diberikan. Dari hasil
postes menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan kader
tentang diare pada balita setelah pendidikan kesehatan meningkat/
lebih tinggi dibanding rata-rata sebelum penyuluhan. Perbedaan ini
bermakna bahwa perlakuan yang berupa penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan responden tentang diare. Penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan
bertujuan agar masyarakat lebih tahu, sadar, serta bisa melakukan
suatu anjuran yang diberikan ada hubungannya dengan kesehatan.
Adanya peningkatan tingkat pengetahuan kader tentang diare
setelah diberikan pendidikan kesehatan juga didukung oleh
beberapa hal, antara lain tingkat pengetahuan kader sebelum
pendidikan kesehatan sebagian besar memang sudah memiliki
pengetahuan cukup karena diare merupakan masalah yang sering
ditemui di masyarakat. Pengetahuan yangpernah didapatkan dan
disimpan dalam memori kader kemudian ditimbulkan kembali
dengan pendidikan kesehatan. Menurut Walgito (2010), bahwa
untuk menimbulkan kembali memori yang telah disimpan akan lebih
baik dengan menggunakan rangsangan objek yang harus diingat.
Dalam hal ini, pendidikan kesehatan memberikan rangsangan
sebagai objek harus diingat kembali sekaligus juga memberikan inp
ut baru yang menambahkan atau meluruskan memori yang telah
disimpan. Pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusifoleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012).
Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare pada balita
merupakan tahap awal bertambahnya wawasan atau pengetahuan
seseorang yang dapat membentuk sikap dalam pencegahan diare.
Dengan sering diadakan penyuluhan kesehatan yang menarik dan
mudah difahami dapat menambah pengetahuan ibu yang baik
tentang pencegahan diare pada balita maka akan direspon secara
positif oleh ibu paling tidak dari sikapnya terlebih dahulu sebelum
diwujudkan dalam bentuk perilaku (practice). Demikian juga
semakin jarang diadakan penyuluhan kesehatan, pengetahuan ibu
tentang pencegahan diare pada balita juga kurang maka sebagian
besar juga memiliki sikap negatif dalam pencegahan diare. Dengan
demikian semakin sering diadakan penyuluhan kesehatan tentang
pencegahan diare maka memiliki peran dalam menentukan
pengetahuan yang lebih baik dan didalam menentukan sikap yang
semakin positif dalam pencegahan diare pada balita. Faktor
penghambat selama kegiatan adalah faktor keterbatasan biaya dan
tenaga yang tersedia, sehingga kita tidak dapat memantau
sepenuhnya pasca kegiatan ini. Kegiatan ini hanya terpantau dari
tingkat pemahaman materi pelatihan yang disajikan, namun
pemantauan pasca kegiatan semacam kegiatan pendampingan
atau pembinaan belum dapat terlaksana.
5. KESIMPULAN
Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh para dosen
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap berupa deteksi dini dan
penanganan serta pencegahan diare pada balita. di kelompok
masyarakat Desa Slarang cilacap dapat terselenggara dengan baik
dan lancar sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Dari kegiatan
penyajian materi, diskusi dan pelatihan dapat dipantau adanya
peningkatan wawasan, pemahaman dan kemampuan para peserta.
Disarankan kegiatan ini tidak berhenti sampai disini, namun perlu
kegiatan lanjutan berupa pendampingan dan pemantauan lebih
lanjut serta meningkatkan pengetahuan kader tentang perilaku
pencegahan diarepada anak dan balita.
DAFTAR PUSTAKA
Link Jurnal :
http://digilib.unisayogya.ac.id/497/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20NEW.pdf
DAFTAR PUSTAKA