Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI EKSTRINSIK

TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA


SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA DINAS LINGKUNGAN
HIDUP KABUPATEN SERANG

Citra Irma Maesofhani1 dan Lutfi2


Program Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
citrasofhani@gmail.com1, lutfi.feb@untirta.ac.id2

Abstract

The purpose of this study is to describe the effect of organizational culture and extrinsic
motivation on job satisfaction to improve employee performance. This research consist of
four variables, there are two independent variables (exogen), one dependent variable
(endogen), and one intervening variable. The two independent variables are organizational
culture and extrinsic motivation. Whereas, the dependent variable is employee performance
and the intervening variable is job satisfaction. The sample used in this research are 100
employees at DLH Kab. Serang. The data was collected by distributing questionnaires to
respondents. Data were analyzed with SEM (Structural Equation Model) technique by using
SmartPLS software. In this research, there are five hypotheses and all of them are accepted.
Organizational culture have positive and significant effect on employee performance,
extrinsic motivation have positive and significant effect to employee performance,
organizational culture have positive and significant effect to job satisfaction, extrinsic
motivation have positive and significant effect to job satisfaction, and job satisfaction have
a positive and significant effect on employee performance.

Keyword: organizational culture, extrinsic motivation, job satisfaction, employee


performance

Pendahuluan yang transparan, akuntabel dan partisipatif


Undang – undang nomor 5 tahun masih memerlukan solusi tersendiri.
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) Keberhasilan maupun kegagalan
menyebutkan bahwa ASN sebagai pelaksana organisasi baik pemerintah maupun swasta
tugas dalam birokrasi pemerintahan dituntut ditentukan bagaimana kinerja sumber daya
untuk mampu mengaktualisasikan dirinya manusianya. Sumber daya manusia sebagai
sebagai sumber daya manusia yang bagian penting dari organisasi diharapkan
profesional, memiliki nilai dasar, etika memiliki kinerja yang optimal. Menurut
profesi dan berkualitas karena sebagai Robbins (2015) kinerja yaitu suatu hasil
penentu keberhasilan penyelenggaraan yang dicapai oleh pegawai dalam
pemerintahan. Tuntutan akan peningkatan pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang
profesionalisme aparatur negara yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Kinerja
berdaya guna, produktif dan bebas Korupsi, menjadi gambaran mengenai tingkat
Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta sistem pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan yang
tertuang dalam strategi perencanaan suatu
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa organisasi.
(JRBMT), Vol. 3 (2): hh.134-151 (November 2019) Setiap instansi pemerintah memiliki
ISSN (Online) 2599-0837, budaya organisasi yang berfungsi untuk
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRBM
© 2019 Magister Manajemen UNTIRTA membentuk aturan atau pedoman dalam
berpikir dan bertindak dalam mencapai

134
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

tujuan yang ditetapkan. Budaya organisasi penggerak yang menciptakan kegairahan


sangat diperlukan untuk mengarahkan kerja seseorang agar mereka mau bekerja
perilaku pegawai dan memacu kinerja para sama, bekerja efektif, dan terintegrasi
pegawai agar selalu memberikan hasil yang dengan segala daya upayanya untuk
maksimal. Budaya organisasi menjadi salah mencapai kepuasan. Teori motivasi yang
satu faktor penggerak para pegawai untuk sudah ada sejak lama adalah teori Herzberg
bekerja lebih baik (Julianto, 2014). Hal ini tentang motivator dan hygiene. Pentingnya
berarti budaya organisasi yang tumbuh dan menyadari bahwa ada ilmu dan teori yang
terpelihara dengan baik akan mampu konkret untuk hal memotivasi orang dalam
memacu organisasi ke arah perkembangan melakukan pekerjaan sehingga mempunyai
yang lebih baik. dampak positif terhadap kinerja adalah suatu
Kepuasan kerja merupakan hal yang keharusan bagi pengelola SDM. Motivasi
bersifat individual tentang perasaan intrinsik bisa diartikan motivasi yang
seseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, mendorong seseorang untuk berprestasi
2015). Setiap orang memiliki tingkat yang bersumber dalam diri individu tersebut,
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan yang lebih dikenal dengan faktor
sistem nilai yang berlaku pada dirinya motivasional (Herzberg dalam Luthans
(Suwatno dan Priansa, 2013). Pegawai yang (2015). Sedangkan motivasi ekstrinsik
terpuaskan akan dapat bekerja dengan baik, adalah pendorong kerja yang bersumber dari
penuh semangat, aktif, dan dapat berprestasi luar diri pekerja sebagai individu berupa
lebih baik dalam memberikan pelayanan suatu kondisi yang mengharuskannya
dibanding pegawai yang tidak memperoleh melaksanakan pekerjaan secara maksimal
kepuasan kerja (Sutrisno, 2014). Kepuasan (Nawawi dalam Maulana, 2013). Jenis
kerja tersebut diharapkan dapat motivasi ekstrinsik ini timbul sebagai akibat
memengaruhi pencapaian tujuan organisasi pengaruh dari luar individu, apakah karena
yang lebih baik. Menurut Robbins (2015) adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari
jika budaya dalam suatu organisasi baik orang lain sehingga dengan keadaan
maka pegawai akan merasa puas terhadap demikian seseorang mau melakukan sesuatu
pekerjaannya. Sebaliknya apabila persepsi tindakan (Suwatno dan Priansa, 2013).
pegawai terhadap budaya tidak baik, maka Dalam hal penelitian ini variabel motivasi
pegawai cenderung tidak puas terhadap ekstrinsik yang akan kita bahas.
pekerjaannya. Pegawai yang merasa puas
terhadap pekerjaannya dan menganggap Fenomena Bisnis
pekerjaannya sebagai sesuatu yang Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
menyenangkan akan cenderung memiliki Serang (DLH Kab. Serang) mempunyai
kinerja yang baik. Jadi jika budaya peranan yang cukup strategis dalam
organisasi dalam suatu organisasi berjalan melaksanakan urusan pemerintah daerah di
dengan baik dan kepuasan pegawainya dapat bidang lingkungan hidup berdasarkan asas
terpenuhi maka dapat meningkatkan kinerja otonomi daerah. Diharapkan DLH Kab
pegawainya. Serang mampu melaksanakan fungsi-fungsi
Selain budaya organisasi dan pemerintahan dengan sebaik-baiknya,
kepuasan kerja peningkatan kinerja pegawai terutama fungsi pelayanan. DLH Kab
juga ditentukan oleh motivasi kerja. Robbins Serang mempunyai Indikator Kinerja Utama
(2015) mendefinisikan motivasi sebagai (IKU) yang harus dicapai. Di antaranya
kesediaan untuk melakukan upaya yang adalah: indeks kualitas lingkungan hidup,
tinggi ke arah tujuan organisasi, yang cakupan pelayanan pengelolaan
dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk persampahan dan tingkat pengolahan
memenuhi suatu kebutuhan individu. persampahan. Program kegiatan yang
Sedangkan Hasibuan (2014) menyatakan dilaksanakan oleh DLH harus mendukung
bahwa motivasi kerja adalah pemberian daya IKU tersebut. Dengan demikian, untuk

135
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

mencapai target kinerja organisasi, maka diberikan gaji dan tunjangan yang sama
efektivitas Manajemen Sumber Daya dengan pegawai yang beban kerjanya
Manusia dan kinerja pegawai di DLH Kab. sedikit. Menurut Herzberg yang dikutip oleh
Serang harus menerapkan kinerja pegawai Luthans (2015), penghasilan merupakan
seoptimal mungkin. salah satu unsur penting yang memiliki
Menurut Wibowo (2014) budaya pengaruh besar terhadap motivasi pegawai.
organisasi mempunyai peran penting dalam Selain itu para pegawai kurang
menentukan pertumbuhan organisasi karena motivasi untuk bekerja lebih baik, pekerjaan
budaya yang terdapat di dalamnya mampu ditumpuk dan ditunda-tunda. Hal ini
merangsang semangat kerja sumber daya mengakibatkan target pelaksanaan kegiatan
manusianya sehingga kinerja organisasi tidak sesuai dengan perencanaan awal, dan
meningkat. Di dalam budaya organisasi akhirnya menyebabkan penyerapan
terkandung nilai- nilai atau norma-norma anggaran tidak sesuai dengan target perodik
dan aturan yang dapat menjadi pegangan yang telah ditetapkan. Target penyerapan
setiap pegawai dalam beraktivitas atau anggaran dikejar pada akhir tahun yang
bekerja. mengakibatkan beban kerja di akhir tahun
Budaya organisasi dalam jadi lebih berat dan tidak terserapnya
pemerintahan merupakan budaya yang anggaran. Dari hal-hal tersebut berakibat
dapat membentuk sistem kerja dan budaya menurunnya kinerja pegawai dan pada
kerja yang disiplin, efektif dan efisien. akhirnya menurunnya kinerja organisasi.
Namun pada kenyataannya organisasi Fenomena berikutnya adalah
pemerintah belum menerapkan budaya beberapa pegawai merasa tidak puas dengan
organisasi yang diharapkan secara optimal. pekerjaannya. Prestasi kerja pegawai kurang
Hal ini juga yang terjadi pada DLH Kab. dihargai karena tidak adanya sistem reward
Serang. Hasil pengamatan pada beberapa dan punishment. Pegawai yang berprestasi,
pegawai DLH Kab. Serang masih belum rajin bekerja tidak pernah mendapatkan
menerapkan jam kerja yang sesuai dengan reward, begitu pun sebaliknya pegawai yang
ketentuan. Hal ini menggambarkan bahwa tidak rajin tidak mendapatkan punishment.
nilai budaya organisasi berupa disiplin Hal ini menimbulkan rasa ketidakpuasan
masih belum diterapkan secara optimal dan terhadap pekerjaan.
menyebabkan kinerja menjadi tidak optimal. Data yang dapat digunakan untuk
Kondisi motivasi ekstrinsik pegawai penilaian kinerja pegawai adalah data
DLH Kab. Serang dalam melaksanakan absensi, dari data tersebut akan terlihat
pekerjaan sehari-hari terlihat tidak seperti kedisiplinan pegawai yang memengaruhi
yang diharapkan, yaitu tidak meratanya kinerja pegawai, data absensi pegawai DLH
pembagian beban kerja. Pegawai yang Kab. Serang Tahun 2017 dapat dilihat pada
mendapat beban kerja yang lebih besar tabel berikut:

Tabel 1 Data Absensi Pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serang (DLH) pada
tahun 2017
Tidak
Ket. Jumlah % Ketidak
Bulan Sakit Izin Cuti Hadir
Tdk Hadir Hadiran
Tanpa Ket.
Jan 8 12 1 5 26 7.8
Feb 5 15 1 7 28 8.4
Mar 7 10 1 5 23 6.9
Apr - 8 - 12 20 6.0
Mei 5 15 - 11 31 9.3
Juni 3 7 - 13 23 6.9
Juli 2 13 3 20 38 11.3

136
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

Tidak
Ket. Jumlah % Ketidak
Bulan Sakit Izin Cuti Hadir
Tdk Hadir Hadiran
Tanpa Ket.
Agst 5 11 - 7 23 6.9
Sept 8 15 - 7 30 9.0
Okt 8 12 1 8 29 8.7
Nov 9 12 1 8 30 9.0
Des 7 12 1 14 34 10.2
Jumlah 67 142 9 117 335
Sumber : DLH Kab. Serang, 2018

Berdasarkan Tabel 1 rekapitulasi tanggung jawab pegawai, peningkatan


data absensi tahun 2017 di atas diketahui motivasi pegawai, dan sangat bermanfaat
pada periode bulan Januari sampai dalam hal pengukuran keberhasilan
Desember pegawai yang tidak hadir tanpa kepemimpinan. Secara sistemik penilaian
keterangan (alpha) sebanyak 335 kali, prestasi kerja PNS tersebut
pegawai yang tidak masuk kerja karena menggabungkan antara penilaian sasaran
sakit sebanyak 67 kali, pegawai tidak kinerja pegawai dengan penilaian perilaku
masuk kerja karena alasan lain yang sah kerja. Penilaian SKP meliputi beberapa
(izin) sebanyak 142 kali dan pegawai yang aspek. Rekap SKP pegawai DLH Kab.
tidak masuk kerja karena cuti sebanyak 9 Serang tahun 2017 dapat dilihat pada
kali. Jumlah pegawai yang tidak hadir Tabel 2 berikut:
karena izin dan tidak masuk tanpa Tabel 2 Rekap Data Nilai SKP (Sasaran
keterangan membuat kinerja DLH Kab. Kinerja Pegawai) Dinas Lingkungan
Serang kurang optimal. Data absensi Hidup Kabupaten Serang 2017
pegawai merupakan hal yang sangat No. Unsur Yang Dinilai Nilai
penting dan sebagai penunjang untuk 1 Orientasi Pelayanan 78
dapat mendukung dan memotivasi setiap 2 Integritas 85
aktivitas pekerjaan. Di samping itu 3 Komitmen 89
absensi pegawai dapat juga menjadi suatu 4 Disiplin 77
informasi tentang bagaimana kinerja dan 5 Kerja sama 79
kedisiplinan pegawai yang bersangkutan, 6 Kepemimpinan 80
sehingga hasil pekerjaan dapat tercapai. Sumber : DLH Kab. Serang, 2018
Selain data absensi, PNS juga Berdasarkan Tabel 2 penilaian
dinilai melalui SKP (Sasaran Kinerja SKP pada tahun 2017 di atas, nilai
Pegawai) yaitu rencana dan target kinerja orientasi pelayanan, disiplin dan kerja
yang harus dicapai oleh pegawai dalam sama masih di bawah angka 80.
kurun waktu penilaian yang bersifat nyata Data pada Tabel 1 dan Tabel 2
dan dapat diukur serta disepakati pegawai menunjukkan bahwa masih kurangnya
dan atasannya. Setiap PNS dipandang kedisiplinan para pegawai, pelayanan dan
perlu untuk membuat SKP sebagai kerja sama.
penilaian prestasi kerja karena merupakan
alat kendali agar setiap kegiatan Research Gap
pelaksanaan tugas pokok oleh setiap PNS Beberapa peneliti telah menguji
itu bisa selaras dengan tujuan yang telah pengaruh budaya organisasi, motivasi
ditetapkan dalam rencana kerja organisasi. ekstrinsik, dan kepuasan kerja terhadap
SKP ini diharapkan sebagai kinerja pegawai telah dilakukan beberapa
pedoman untuk pengembangan karier atau peneliti. Akan tetapi penelitian-penelitian
promosi dari seorang PNS, selain itu juga mengenai variabel di atas masih terdapat
untuk peningkatan produktivitas dan berbagai perbedaan pendapat, yang

137
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

terlihat di Tabel 4 di bawah ini:


Tabel 4 Research Gap
No Peneliti dan Judul Metode Hasil
1 Wahyuni, E.S dkk. (2016);Pengaruh Budaya Path Budaya Organisasi
Organisasi, Locus of Control, Stres Kerja Analysis mempunyai pengaruh
Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah SPSS positif dan signifikan
Dan Kepuasan Kerja sebagai Variabel terhadap kinerja
Intervening (Studi Empiris Pada Pemerintah pegawai.
Kabupaten Bengkalis)
2 Laura, N, Susanto, G. (2016); Pengaruh SEM- PLS Budaya Organisasi
Budaya Organisasi dan Kompensasi berpengaruh positif
Terhadap kinerja Karyawan dengan dan tidak signifikan
Komitmen Organisasi sebagai Variabel terhadap kinerja
Intervening pada PT. Pembangunan Jaya karyawan.
Ancol TBK
3 Sipayung, L,M, Zamor, R (2017); Pengaruh Analisis Motivasi ekstrinsik
Motivasi Intrinsik, Motivasi Ekstrinsik dan Regresi memberikan
Kepemimpinan Transformasional terhadap Linier pengaruh positif dan
produktivitas kerja di Bidang Pengelolaan Berganda signifikan terhadap
Persampahan pada Dinas Lingkungan Hidup kinerja pegawai.
Kota Batam
4 Budianto dkk (2013); Pengaruh Motivasi PLS Motivasi ekstrinsik
Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap tidak berpengaruh
Kinerja Pegawai Melalui Kepuasan Kerja signifikan terhadap
(Studi Pada Universitas Palangka Raya) kinerja pegawai
5 Cahyana, I, G, Jati, I,K. (2017); Pengaruh Analisis Kepuasan kerja
Budaya Organisasi, Stres Kerja dan Regresi berpengaruh positif
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Linier dan signifikan
(Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama berganda terhadap kinerja
Denpasar Timur) pegawai.
6 Ghazali, I. (2017) Pengaruh Motivasi Kerja, Analisis Kepuasan kerja tidak
Kepuasan Kerja dan Kemampuan Kerja Regresi berpengaruh
terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Linear signifikan terhadap
Kementerian Agama Kabupaten Banjar Berganda kinerja pegawai
Sumber: diolah peneliti 2017
Berdasarkan Tabel 4 di atas, gap riset Berdasarkan fenomena yang ada di
hasil penelitian yang dilakukan oleh Laura, DLH Kab. Serang yang telah diuraikan dan
N., Susanto, G. (2016), mengemukakan dari beberapa hasil penelitian empirik di atas
budaya organisasi berpengaruh positif tidak masih terdapat adanya kontroversi atau
signifikan terhadap kinerja karyawan. adanya research gap, sehingga penulis
Penelitian motivasi ekstrinsik terhadap tertarik untuk melakukan penelitian lebih
kinerja pegawai secara umum menunjukkan lanjut tentang pengaruh budaya organisasi
terdapat hubungan positif dan signifikan, dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai,
sedangkan menurut penelitian Budianto dkk dengan menambah variabel intervening
(2013), bahwa motivasi ekstrinsik terhadap yaitu kepuasan kerja.
kinerja pegawai tidak berpengaruh
signifikan. Dan menurut Ghazali, I (2017) Tujuan Peneltian
mengemukakan bahwa kepuasan kerja tidak Tujuan dari penelitian ini adalah
berpengaruh secara signifikan terhadap untuk menguji dan menganalisis:
kinerja pegawai. 1. Pengaruh Budaya organisasi terhadap

138
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

kinerja pegawai pada Dinas Lingkungan budaya di dalam sebuah organisasi adalah:
Hidup Kabupaten Serang 1. Budaya menciptakan pembedaan yang
2. Pengaruh Motivasi ekstrinsik terhadap jelas antara satu organisasi dan yang lain.
kinerja pegawai pada Dinas Lingkungan 2. Budaya membawa suatu rasa identitas
Hidup Kabupaten Serang bagi anggota-anggota organisasi.
3. Pengaruh Budaya organisasi terhadap 3. Budaya mempermudah timbulnya
kepuasan kerja pada Dinas Lingkungan komitmen pada suatu yang lebih luas
Hidup Kabupaten Serang dari pada kepentingan diri individual
4. Pengaruh Motivasi ekstrinsik terhadap seseorang.
kepuasan kerja pada Dinas Lingkungan 4. Budaya merupakan perekat sosial yang
Hidup Kabupaten Serang membantu mempersatukan organisasi
5. Pengaruh Kepuasan kerja terhadap itu dengan memberikan standar-standar
kinerja pegawai pada Dinas Lingkungan yang tepat untuk dilakukan oleh
Hidup Kabupaten Serang pegawai.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat
Telaah Pustaka makna dan kendali yang membentuk
Budaya Organisasi sikap serta perilaku pegawai.
Budaya organisasi adalah sebuah Indikator yang digunakan untuk
sistem makna bersama yang dianut oleh para membedakan budaya organisasi, menurut
anggota yang membedakan suatu organisasi Robbins (2015) ada tujuh karakteristik
dari organisasi – organisasi lainnya primer yang secara bersama-sama
(Robbins, 2015). Sistem makna bersama ini menangkap hakikat budaya organisasi,
adalah sekumpulan karakteristik kunci yang yaitu:
dijunjung tinggi oleh organisasi. Menurut 1. Inovasi. Sejauh mana para pegawai
Susanto dalam Intan (2015) memberikan didorong untuk inovatif dan berani
definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai mengambil risiko
yang menjadi pedoman sumber daya 2. Perhatian kepada hal yang rinci.
manusia untuk menghadapi permasalahan Sejauh mana para pegawai diharapkan
eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke mau memperlihatkan kecermatan,
dalam perusahaan sehingga masing-masing analisis, dan perhatian kepada rincian.
anggota organisasi harus memahami nilai- 3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen
nilai yang ada dan bagaimana mereka harus fokus pada hasil bukan pada teknik dan
bertindak atau berperilaku. Sedangkan proses yang digunakan untuk
budaya organisasi menurut Luthans (2015) mendapatkan hasil itu.
adalah pemahaman, prediksi, dan 4. Orientasi Individu. Sejauh mana
manajemen perilaku manusia di dalam keputusan manajemen
organisasi. Setiap anggota organisasi akan memperhitungkan efek hasil pada orang
berperilaku sesuai dengan budaya yang – orang di dalam organisasi itu.
berlaku agar diterima oleh lingkungannya. 5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan
Kast dalam Adriyanti (2014) mengatakan kerja diorganisasikan dalam tim-tim
bahwa budaya organisasi memengaruhi kerja, bukannya individu.
perilaku dan sebagai sistem nilai serta 6. Agresivitas. Sejauh mana orang-orang
kepercayaan yang dianut bersama, itu agresif dan kompetitif, bukan
berinteraksi dengan anggota organisasi, bersantai.
struktur dan sistem pengawasan untuk 7. Stabilitas. Sejauh mana kegiatan
menghasilkan norma-norma perilaku. organisasi menekan dipertahankannya
Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu status sebagai lawan dari pertumbuhan
memacu organisasi ke arah perkembangan atau inovasi.
yang lebih baik (Robbins, 2015).
Menurut Robbins (2015) fungsi Motivasi Ekstrinsik

139
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

Menurut Nawawi dalam Maulana kepuasan kerja yang tinggi memegang


(2013), bahwa motivasi ekstrinsik adalah perasaan positif tentang pekerjaannya,
pendorong kerja yang bersumber dari luar sementara seseorang dengan level rendah
diri pekerja sebagai individu berupa suatu memegang perasaan negatif. Kepuasan kerja
kondisi yang mengharuskannya menunjukkan adanya kesesuaian antara
melaksanakan pekerjaan secara maksimal. harapan seseorang dengan imbalan yang
Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja disediakan oleh perusahaan.
karena upah atau gaji yang tinggi, jabatan Kepuasan kerja sebagai sikap
atau posisi yang terhormat atau memiliki yang dimiliki pekerja tentang pekerjaan
kekuasaan yang besar, pujian, hukuman. mereka. Hal tersebut merupakan hasil
Motivasi ekstrinsik adalah daya dari persepsi mereka tentang pekerjaan
dorong yang datang dari luar diri seseorang, (Gibson, 2012). Mangkunegara (2016)
terutama dari organisasi tempatnya bekerja mendefinisikan kepuasan kerja adalah suatu
dan memotivasi seseorang untuk keluar dari perasaan yang menyokong atau tidak
ketidakpuasan. Motivasi ekstrinsik atau menyokong diri pegawai yang berhubungan
yang dikenal sebagai hygiene factor theory dengan pekerjaannya maupun dengan
merupakan faktor eksternal yang diperlukan kondisi dirinya.
untuk menghindari ketidakpuasan. Menurut Kepuasan kerja bukanlah berarti
Herzberg faktor ekstrinsik tidak akan seberapa keras atau seberapa baik seseorang
mendorong para pegawai untuk berperforma bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang
baik, akan tetapi jika faktor – faktor ini menyukai pekerjaan tertentu. Kepuasan
dianggap tidak memuaskan dalam berbagai kerja berhubungan dengan perasaan atau
hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja sikap seseorang mengenai pekerjaan itu
tidak menyenangkan, hal tersebut dapat sendiri, gaji, kesempatan promosi atau
menjadi sumber ketidakpuasan potensial pendidikan, pengawasan, rekan kerja, beban
(Herzberg dalam Luthans, 2015). kerja, dan lain-lain (Hughes dalam Saryanto
Motivasi ekstrinsik sifatnya 2017).
bersumber dari luar diri baik yang tampak Indikator kepuasan kerja pegawai
maupun dapat dirasakan yang dapat menurut Hasibuan (2014) adalah:
memengaruhi serta turut menentukan 1. Menyenangi pekerjaannya. Orang yang
perilaku seseorang dalam melaksanakan menyadari betul arah ke mana ia
tugas/bekerja. Indikator motivasi ekstrinsik menjurus, mengapa ia menempuh jalan
menurut Herzberg dalam Luthans (2015) itu, dan bagaimana caranya ia harus
yaitu: menuju sasarannya. Ia menyenangi
1. Kebijakan dan administrasi perusahaan pekerjaannya karena ia bisa
2. Supervisi mengerjakannya dengan baik.
3. Hubungan antar pribadi 2. Mencintai pekerjaannya. Memberikan
4. Kondisi kerja sesuatu yang terbaik mencurahkan
5. Gaji segala bentuk perhatian dengan segenap
hati yang dimiliki dengan segala daya
Kepuasan Kerja upaya untuk satu tujuan hasil yang
Menurut Luthans (2015), kepuasan terbaik bagi pekerjaannya. Pegawai mau
kerja adalah keadaan emosi yang senang mengorbankan dirinya walaupun susah,
atau emosi positif yang berasal dari walaupun sakit, dengan tidak mengenal
penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja waktu, di mana pun pegawai berada
seseorang. Menurut pendapat Robbins dan selalu memikirkan pekerjaannya.
Judge (2015), kepuasan kerja adalah 3. Moral Kerja. Kesepakatan batiniah yang
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang muncul dari dalam diri seseorang atau
yang dihasilkan dari evaluasi sekelompok orang untuk mencapai
karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat

140
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

tujuan tertentu sesuai dengan baku mutu Kualitas kerja diukur dari persepsi
yang ditetapkan pegawai terhadap kualitas pekerjaan
4. Kedisiplinan. Kondisi yang tercipta dan yang dihasilkan serta kesempurnaan
terbentuk melalui proses dari tugas terhadap keterampilan dan
serangkaian perilaku yang menunjukkan kemampuan pegawai.
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, 2. Kuantitas
kesetiaan, keteraturan dan atau Kuantitas diukur dari persepsi pegawai
ketertiban. terhadap jumlah aktivitas yang
5. Prestasi Kerja. Hasil kerja yang dicapai ditugaskan beserta hasilnya.
seseorang dalam melaksanakan tugas- 3. Ketepatan waktu
tugas yang dibebankan kepadanya yang Ketepatan waktu diukur dari persepsi
didasarkan atas kecakapan dan pegawai terhadap suatu aktivitas yang
kesungguhan serta waktu. diselesaikan di awal waktu sampai
menjadi output.
Kinerja 4. Efektivitas
Kinerja pegawai adalah suatu hasil Tingkat penggunaan sumber daya
yang dicapai oleh pegawai dalam organisasi (tenaga, uang, teknologi,
pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang bahan baku) dimaksimalkan dengan
berlaku untuk suatu pekerjaan (Robbins, maksud menaikkan hasil dari setiap unit
2015). Menurut Sedarmayanti (2013) di dalam penggunaan sumber daya,
mengungkapkan bahwa kinerja merupakan efektivitas kerja pegawai dalam menilai
terjemahan dari performance yang berarti pemanfaatan waktu dalam menjalankan
hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses tugas, efektivitas penyelesaian tugas
manajemen atau suatu organisasi secara yang dibebankan organisasi.
keseluruhan, di mana hasil kerja tersebut 5. Kemandirian
harus dapat ditunjukkan buktinya secara Merupakan tingkat kemampuan
konkret dan dapat diukur (dibandingkan seseorang dalam melakukan fungsi
dengan standar yang telah ditentukan). kerjanya tanpa meminta bantuan,
Menurut Mangkunegara (2016) bimbingan dari orang lain atau
mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil pengawas.
kerja secara kualitas dan kuantitas yang 6. Komitmen kerja
dicapai oleh seorang pegawai dalam Merupakan tingkat di mana pegawai
melaksanakan tugasnya sesuai dengan mempunyai komitmen kerja dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. instansi dan tanggung jawab terhadap
Sedangkan menurut Wibowo (2014) organisasi.
mengemukakan bahwa kinerja adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang Metodologi Penelitian
dicapai dari pekerjaan tersebut. Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan pengertian-pengertian Variabel penelitian adalah segala
di atas, dapat dikemukakan bahwa kinerja sesuatu yang berbentuk apa saja yang
adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
seorang pegawai sesuai dengan standar dan sehingga diperoleh informasi tentang hal
kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
waktu tertentu. (Sugiyono, 2014). Secara teoritis variabel
Menurut Robbins (2015), dapat didefinisikan sebagai atribut
pendekatan untuk mengukur sejauh mana seseorang, atau objek, yang mempunyai
kinerja pegawai secara individual ada enam variasi antara satu orang dengan yang lain
kriteria, yaitu: atau satu objek dengan objek yang lain
1. Kualitas (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono 2014).
Penelitian ini menggunakan tiga jenis

141
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

variabel, yaitu variabel independen, variabel berbagai hal seperti gaji tidak memadai,
intervening dan variabel dependen. kondisi kerja tidak menyenangkan, hal
Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan tersebut dapat menjadi sumber
hipotesis, maka variabel yang digunakan ketidakpuasan potensial (Herzberg dalam
dalam penelitian ini antara lain budaya Luthans, 2015).
organisasi dan motivasi ekstrinsik
ditetapkan sebagai variabel bebas atau 2. Variabel Intervening (Z): Kepuasan
independen, sebagai variabel intervening Kerja
yaitu kepuasan kerja, sedangkan variabel Menurut Hasibuan (2014), kepuasan
terikat atau dependen yaitu kinerja kerja adalah sikap emosional yang
karyawan. Variabel-variabel yang diukur menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.
dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
berikut: kedisiplinan, dan prestasi kerja.
1. Variabel Independen (X)
a. X1 : Budaya Organisasi 3. Variabel Dependen (Y): Kinerja
Budaya organisasi adalah sebuah Pegawai
sistem makna bersama yang dianut oleh para Kinerja pegawai adalah suatu hasil
anggota yang membedakan suatu organisasi yang dicapai oleh pegawai dalam
dari organisasi – organisasi lainnya pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang
(Robbins, 2015). Budaya organisasi sebagai berlaku untuk suatu pekerjaan (Robbins,
nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber 2015)
daya manusia untuk menghadapi Berdasarkan uraian tersebut jika
permasalahan eksternal dan usaha dibuat operasionalisasi variabel, dapat
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan disusun sebagai berikut:
sehingga masing-masing anggota organisasi Tabel 5 Variabel dan Indikator Penelitian
harus memahami nilai-nilai yang ada dan Variabel Indikator
bagaimana mereka harus bertindak atau Budaya 1. Inovasi (BO1)
Organisasi 2. Orientasi tim (BO2)
berperilaku (Susanto dalam Intan, 2015). 3.Agresifitas (BO3)
b. X2 : Motivasi Ekstrinsik 4.Misi dan strategi (BO4)
Menurut Nawawi dalam Maulana 5.Kepemimpinan dan
(2013), bahwa motivasi ekstrinsik adalah Efektivitas Manajemen (BO5)
pendorong kerja yang bersumber dari luar 6.Komunikasi dan
pengambilan keputusan (BO6)
diri pekerja sebagai individu berupa suatu 7.Pengetahuan (BO7)
kondisi yang mengharuskannya Robbins (2015) dan Jerome
melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Want dalam Wibowo (2016)
Pengukurannya ditentukan oleh kebijakan
organisasi, pengawasan, penghasilan dan Motivasi 1. Kondisi kerja (ME1)
kondisi kerja. Motivasi ekstrinsik adalah Ekstrinsik 2. Gaji (ME2)
3.Penghargaan (ME3)
daya dorong yang datang dari luar diri 4.Kesempatan untuk maju
seseorang, terutama dari organisasi (ME4)
tempatnya bekerja dan memotivasi Herzberg dalam Luthans
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan. (2015) dan Sagir dalam Lityaui
(2014)
Motivasi ekstrinsik atau yang dikenal
Kepuasan 1.Mencintai pekerjaannya
sebagai hygiene factor theory merupakan Kerja (KK1)
faktor eksternal yang diperlukan untuk 2.Moral kerja (KK2)
menghindari ketidakpuasan. Menurut 3.Kedisiplinan (KK3)
Herzberg faktor ekstrinsik tidak akan 4.Prestasi kerja (KK4)
mendorong para karyawan untuk 5.Promosi (KK5)
berperforma baik, akan tetapi jika faktor – Hasibuan (2014) dan Luthans
faktor ini dianggap tidak memuaskan dalam (2015)

142
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

Variabel Indikator pegawai dengan kepuasan kerja sebagai


Kinerja 1.Kualitas (KIN1) variabel intervening. Untuk pengolahan
Pegawai 2.Kuantitas (KIN2)
data, dalam penelitian ini menggunakan
3.Ketepatan waktu (KIN3)
4.Komitmen kerja (KIN4) program SmartPLS 3.0. Metode analisis data
dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
Robbins (2015), Bangun yaitu analisis deskriptif dan analisis
(2012) dan Dessler (2015) inferensial.
Sumber: diolah peneliti 2018 Menilai Outer Model atau Measurement
Model
Populasi dan Sampel Pengujian kualitas data dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah SmartPLS dengan mengevaluasi outer
pegawai di Dinas Lingkungan Hidup model. Outer model dengan indikator
Kabupaten Serang yang berjumlah 160 refleksif dievaluasi melalui convergent
(Seratus Enam Puluh) orang. validity dan discriminant validity untuk
Analisis SEM membutuhkan sampel indikator pembentuk konstruk laten, serta
sebanyak paling sedikit 5 kali jumlah melalui composite reliability dan
variabel parameter yang akan dianalisis, cronchbach alpha untuk blok indikatornya
Ferdinand (2014). Jadi jumlah sampel yang (Ghozali, 2013).
akan digunakan yaitu sebanyak 100 Orang a. Convergent Validity
pegawai PNS DLH Kab. Serang yang terdiri Uji validitas digunakan untuk
dari 25 orang Eselon yaitu: kepala dinas, menguji sejauh mana ketepatan alat
sekretaris, 4 orang kepala bidang dan 19 pengukur dapat mengungkapkan konsep
orang kepala seksi. 75 orang Non Eselon gejala atau kejadian yang diukur. Untuk
(staff atau pelaksana). menguji convergent validity digunakan nilai
outer loading atau loading factor. Suatu
Analisis Data D\dan Pembahasan indikator dinyatakan memenuhi convergent
Analisis Data validity dalam kategori baik apabila nilai
Penelitian ini menguji apakah outer loading > 0,7 skema outer model dapat
terdapat pengaruh antara budaya organisasi dilihat pada Gambar 1 berikut
dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja

Gambar 1 Skema Outer Model

143
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

Berdasarkan hasil pengukuran pada Budaya Kepuasan Kinerja Motivasi


Organisasi Kerja Pegawai Ekstrinsik
Gambar 4.2 Skema Outer Model kedua, KK3 0,716 0,892 0,723 0,613
didapatkan nilai cross loading pada seluruh KK4 0,688 0,915 0,700 0,647
KK5 0,620 0,810 0,624 0,597
indikator > 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa ME1 0,725 0,670 0,743 0,821
model sudah layak untuk dianalisis lebih ME2 0,533 0,608 0,596 0,818
ME4 0,494 0,401 0,487 0,717
lanjut.
Selain dilihat dari nilai loading Sumber: data diolah, 2018
factor, convergent validity juga dapat dilihat
dari nilai Average Variance Extracted Berdasarkan hasil pengujian di atas
(AVE). Nilai AVE harus lebih besar dari 0,5. dapat diketahui bahwa masing-masing
Output AVE terdapat pada menu Contruct indikator pada variabel penelitian memiliki
Validity dan Reliability. Output AVE dapat nilai cross loading terbesar pada variabel
dilihat pada Tabel 6 berikut: yang dibentuknya dibandingkan dengan
Tabel 6 Hasil Perhitungan Nilai Average nilai cross loading pada variabel lainnya.
Varian Extracted Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
Average Variance indikator-indikator yang digunakan dalam
Extracted (AVE) penelitian ini telah memiliki discriminant
Budaya Organisasi 0,672 validity yang baik dalam menyusun
Kepuasan Kerja 0,757 variabelnya masing-masing.
Kinerja Pegawai 0,812 c. Composite Reliability
Motivasi Ekstrinsik 0,619 Pengujian ini dilakukan untuk
Sumber: data diolah, 2018 melihat nilai reliabilitas indikator-indikator
Berdasarkan hasil perhitungan di pada suatu variabel. Uji reliabilitas ini
atas dapat diketahui bahwa nilai AVE berguna untuk menetapkan apakah indikator
variabel budaya organisasi, motivasi pada kuesioner dapat digunakan lebih dari
ekstrinsik, kepuasan kerja, dan kinerja satu kali, paling tidak oleh responden yang
pegawai > 0,5. Dengan demikian dapat sama akan menghasilkan data yang
dinyatakan bahwa setiap variabel telah konsisten. Dengan kata lain mencirikan
memenuhi kriteria reliabilitas. tingkat konsistensi. Sehingga pengukuran
b. Analisis Discriminant Validity reliabilitas hanya dapat dilakukan apabila
Untuk menguji discriminant validity semua item sudah teruji valid. Suatu
menggunakan nilai cross loading. Suatu variabel dapat dinyatakan memenuhi
indikator dinyatakan memenuhi composite reliability apabila memiliki nilai
discriminant validity apabila nilai cross composite reliability > 0,7. Berikut
loading indikator pada variabelnya adalah merupakan nilai composite reliability dari
yang terbesar dibandingkan dengan nilai masing-masing variabel yang digunakan
pada variabel lainnya. Nilai cross loading dalam penelitian ini:
dari masing-masing indikator dapat dilihat Tabel 8 Hasil Pengujian Composite
pada Tabel 7 berikut: Reliability
Tabel 7 Hasil Pengujian Discriminant Composite
Reliability
Validity Budaya Organisasi 0,924
Budaya Kepuasan Kinerja Motivasi
Organisasi Kerja Pegawai Ekstrinsik Kepuasan Kerja 0,940
BO2 0,893 0,728 0,705 0,686
BO3 0,820 0,651 0,661 0,542 Kinerja Pegawai 0,945
BO4 0,734 0,480 0,605 0,532 Motivasi Ekstrinsik 0,829
BO5 0,879 0,700 0,665 0,666
BO6 0,856 0,682 0,636 0,633 Sumber: data diolah, 2018
BO7 0,718 0,589 0,633 0,653 Berdasarkan hasil pengujian di atas
KIN1 0,776 0,707 0,898 0,738
KIN2 0,718 0,660 0,897 0,695 dapat diketahui bahwa nilai composite
KIN3 0,677 0,727 0,906 0,731 reliability semua variabel penelitian > 0,7.
KIN4 0,691 0,733 0,902 0,684
KK1 0,695 0,808 0,644 0,683 Hasil ini menunjukkan bahwa masing-
KK2 0,694 0,919 0,717 0,641 masing variabel telah memenuhi composite

144
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

realibility sehingga dapat disimpulkan organisasi, motivasi ekstrinsik dan kepuasan


bahwa keseluruhan variabel memiliki kerja.
tingkat reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian nilai R-square
Cronbach Alpha dalam penelitian ini terdapat pada variabel
Suatu variabel dapat dinyatakan kepuasan kerja dan kinerja pegawai. Untuk
reliabel atau memenuhi cronbach alpha melihat R-square dalam PLS terdapat pada
apabila memiliki nilai cronbach alpha > 0,6. menu R-square pada PLS Algorithm. Hasil
Berikut merupakan nilai cronbach alpha R-square pada penelitian ini dapat dilihat
dari masing-masing variabel: pada tabel berikut:
Tabel 9 Hasil Perhitungan Nilai Cronbach Tabel 10 Hasil Perhitungan R-square
Alpha R R Square
Cronbach's Square Adjusted
Alpha Kepuasan
0,661 0,654
Budaya Organisasi 0,90 Kerja
Kinerja
Kepuasan Kerja 0,92 0,745 0,737
Pegawai
Kinerja Pegawai 0,92 Sumber: data diolah, 2018
Motivasi Berdasarkan hasil perhitungan di
0,70
Ekstrinsik atas dapat diketahui bahwa nilai R-square
Sumber: data diolah, 2018 untuk variabel kepuasan kerja adalah 0,661.
Berdasarkan hasil perhitungan di Perolehan nilai tersebut menjelaskan bahwa
atas, dapat diketahui bahwa nilai cronbach persentase besarnya kepuasan kerja dapat
alpha dari masing-masing variabel dijelaskan oleh budaya organisasi dan
penelitian > 0,6. Dengan demikian dapat motivasi ekstrinsik sebesar 66,1%
disimpulkan bahwa masing-masing variabel sedangkan sisanya merupakan kontribusi
penelitian telah memenuhi persyaratan nilai dari variabel lain di luar model yang diteliti.
cronbach alpha, sehingga keseluruhan Kemudian untuk nilai R-Square yang
variabel memiliki tingkat reliabilitas yang diperoleh variabel kinerja pegawai sebesar
tinggi. 0,745. Nilai tersebut menjelaskan bahwa
kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh
Menilai Inner Model budaya organisasi, motivasi ekstrinsik, dan
Pengujian kelayakan model kepuasan kerja sebesar 74,5% sedangkan
dilakukan dengan uji inner model atau sisanya merupakan kontribusi dari variabel
model struktural yang dilakukan untuk lain di luar model yang diteliti
melihat hubungan antara konstruk, nilai
signifikansi dan R-square dari model Uji Hipotesis
penelitian. Nilai R-square digunakan untuk Untuk mengukur nilai signifikansi
mengukur tingkat variasi perubahan variabel diterimanya suatu hipotesis dapat
independen terhadap variabel dependen. menggunakan perbandingan nilai T-table
Semakin tinggi nilai R-square berarti dan nilai T-statistic. Jika nilai T-statistic
semakin baik model prediksi dari penelitian lebih besar dibandingkan dengan nilai T-
yang diajukan. table, maka hipotesis dapat diterima. Dalam
Pada penelitian ini terdapat dua penelitian ini, dengan tingkat keyakinan 95
variabel yang dipengaruhi oleh variabel persen (alpha 95 persen) maka nilai T-table
lainnya yaitu variabel kepuasan kerja dan untuk hipotesis two-tailed adalah > 1,96.
variabel kinerja pegawai. Variabel kepuasan Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan
kerja dipengaruhi oleh dua variabel yaitu dengan melihat nilai T-Statistics dan nilai P-
budaya organisasi dan motivasi ekstrinsik, Values. Hipotesis penelitian dapat
sedangkan variabel kinerja pegawai dinyatakan diterima apabila nilai P-Values <
dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu: budaya 0,05.

145
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

Untuk melihat nilai T-statistik dan P- Pengujian ini dilakukan ketika diduga di
value dalam SmartPLS dilakukan melalui antara variabel independen dan dependen
proses bootstraping terhadap model yang terdapat variabel intervening. Artinya
sudah valid dan reliabel serta memenuhi pengaruh variabel independen terhadap
kelayakan model. Setelah dilakukan proses variabel dependen tidak secara langsung
bootstraping terhadap model pengukuran, terjadi tetapi melalui proses transformasi
maka diperoleh hasil pengujian hipotesis yang diwakili oleh variabel mediasi
sebagai berikut: (Jogiyanto, 2014). Untuk dapat menetapkan
Tabel 11 Hasil Pengujian Hipotesis variabel mediasi atau intervening, terdapat
T
Original Sample Standard
Statistics P
beberapa kriteria yang harus dipenuhi:
Sample Mean Deviation
(O) (M) (STDEV)
(|O/ Values 1. Variabel independen harus memengaruhi
STDEV|)
BO ->
0,543 0,543 0,099 5,473 0,000
variabel intervening
KK
BO ->
2. Variabel intervening harus memengaruhi
0,300 0,301 0,089 3,373 0,001
KIN variabel dependen
KK ->
KIN
0,294 0,302 0,091 3,241 0,001 Jika kedua kriteria ini sudah
ME ->
KK
0,320 0,323 0,102 3,125 0,002 terpenuhi, selanjutnya pengaruh variabel
ME ->
0,349 0,341 0,085 4,101 0,000 independen terhadap variabel dependen
KIN
Sumber: data diolah, 2018 harus lebih kecil daripada perkalian antara
Berdasarkan perhitungan tabel di variabel independen dengan variabel
atas, nilai koefisien parameter (original intervening dan variabel intervening dengan
sampel) semua variabel menunjukkan hasil variabel dependen (Baron dan Kenny dalam
yang positif dan hasil dari uji signifikansi Setyarini, 2014).
semua hipotesis dapat diterima karena nilai Selanjutnya terdapat dua
T-statisticsnya lebih besar dari 1,96 dan P- kemungkinan yang terjadi dari hasil uji
Value lebih kecil dari 0,005. Hasil pengujian mediasi menurut Rucker et al. dalam
hipotesis untuk budaya organisasi Yusniyar (2016) yaitu:
berpengaruh positif dan signifikan terhadap 1. Fully Mediation, artinya variabel
kepuasan kerja, budaya organisasi independen tidak mampu memengaruhi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap secara signifikan variabel dependen tanpa
kinerja pegawai, motivasi ekstrinsik melalui variabel mediator.
berpengaruh positif signifikan terhadap 2. Partially Mediation, artinya variabel
kepuasan kerja dan motivasi ekstrinsik independen mampu memengaruhi secara
berpengaruh positif signifikan terhadap langsung variabel dependen tanpa
kinerja pegawai. melalui atau melibatkan variabel
Uji Mediasi mediator.
Pengujian efek mediasi dilakukan Pada pengujian efek mediasi dalam
untuk melihat hubungan antara variabel penelitian ini, output parameter uji
independen dan variabel dependen melalui signifikansi dapat dilihat pada total indirect
variabel mediasi atau penghubung. effects. Hasil efek mediasi dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 12 Hasil Indirect Effects
Standard
Original Sample T Statistics (|O/
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) STDEV|)
(STDEV)
BO -> KK -> KIN 0,160 0,164 0,059 2,712 0,007
ME -> KK -> KIN 0,094 0,097 0,043 2,183 0,029

Original Sample Sample Mean Standard Deviation T Statistics


P Values
(O) (M) (STDEV) (|O/STDEV|)
BO -> KK -> KIN 0,160 0,164 0,059 2,712 0,007
ME -> KK -> KIN 0,094 0,097 0,043 2,183 0,029
Sumber: data diolah, 2018

146
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

Berdasarkan hasil pengujian di atas, motivasi ekstrinsik dengan kinerja pegawai


nilai original sample untuk variabel budaya berpengaruh positif, hal ini dapat dilihat dari
organisasi sebesar 0,160 < 0,300 dan nilai koefisien jalur sebesar 0,349 (positif).
variabel motivasi ekstrinsik sebesar 0,094 < Hasil uji signifikansi menunjukkan nilai T-
0,349. Kedua nilai ini lebih kecil statistics sebesar 4,101, nilai tersebut lebih
dibandingkan dengan nilai pengaruh besar dari nilai t tabel (1,96) dan juga P-
langsungnya terhadap variabel kinerja value yang didapatkan 0,000 < 0,05. Dari
pegawai. Berdasarkan teori yang pengujian ini menunjukkan bahwa motivasi
dikemukakan oleh Baron dan Kenny, hasil di ekstrinsik memiliki hubungan yang positif
atas menunjukkan bahwa variabel kepuasan dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
kerja tidak berfungsi sebagai mediator. Dengan demikian hipotesis kedua dapat
diterima dan sesuai dengan hipotesis awal di
Pembahasan mana motivasi ekstrinsik mendorong kinerja
1. Pengaruh Budaya Organisasi pegawai.
terhadap Kinerja Pegawai Hasil pengujian yang telah dilakukan
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa motivasi ekstrinsik
menunjukkan bahwa hubungan variabel berpengaruh positif signifikan terhadap
budaya organisasi dengan kinerja pegawai kinerja pegawai. Hal ini menunjukkan
berpengaruh positif, hal ini dapat dilihat dari bahwa semakin tinggi motivasi ekstrinsik
nilai koefisien jalur sebesar 0,300 (positif). yang diterima oleh seorang pegawai, maka
Hasil uji signifikansi menunjukkan nilai T- pencapaian tingkat kinerja pegawai akan
statistics sebesar 3,373, nilai tersebut lebih semakin meningkat. Hasil penelitian ini
besar dari nilai t tabel (1,96) dan juga P- mendukung penelitian yang dilakukan oleh
value yang didapatkan 0,001 < 0,05. Dari Sipayung, L. M. (2017) dan Iriani, Ida N.
pengujian ini menunjukkan bahwa budaya (2010) yang menyatakan bahwa motivasi
organisasi memiliki hubungan yang positif ekstrinsik memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja pegawai. terhadap kinerja pegawai.
Dengan demikian hipotesis pertama dapat Kinerja seorang pegawai akan
diterima dan sesuai dengan hipotesis awal di mudah mencapai tingkat yang diharapkan
mana budaya organisasi dapat mendorong apabila didukung oleh motivasi yang tinggi.
kinerja pegawai. Hasil penelitian ini Motivasi untuk melaksanakan perkerjaan
mendukung penelitian yang dilakukan oleh dengan baik akan muncul apabila perkerjaan
Wahyuni, E. S. (2016) dan Efendi, S. (2015) yang dikerjakan mempunyai nilai atau
yang menyatakan bahwa budaya organisasi sesuatu yang berarti bagi pegawai yang
memiliki pengaruh positif signifikan bersangkutan. Menurut Maulana dan
terhadap kinerja pegawai. Hal ini Gumelar (2013), bahwa motivasi ekstrinsik
menunjukkan bahwa semakin baik nilai berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budaya organisasi yang dianut pada suatu variabel kinerja pegawai. Kondisi motivasi
organisasi atau instansi, maka semakin kerja pegawai berhubungan dengan
meningkatkan kinerja pegawainya. Nilai- kecenderungan pencapaian tingkat kinerja
nilai yang dianut bersama membuat pegawai pegawai yang cukup tinggi. Pegawai yang
merasa nyaman bekerja, memiliki komitmen memiliki motivasi yang tinggi, mereka akan
dan kesetiaan serta membuat pegawai berupaya untuk melakukan semaksimal
berusaha lebih keras dalam meningkatkan mungkin tujuan yang ditetapkan oleh
kinerjanya. perusahaan.

2. Pengaruh Motivasi Ekstrnsik 3. Pengaruh Budaya Organisasi


terhadap Kinerja Pegawai terhadap Kepuasan Kerja
Hasil pengujian hipotesis kedua Hasil pengujian hipotesis ketiga
menunjukkan bahwa hubungan variabel menunjukkan bahwa hubungan variabel

147
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

budaya organisasi dengan kepuasan Hasil pengujian yang telah dilakukan


kerja berpengaruh positif, hal ini dapat membuktikan bahwa motivasi ekstrinsik
dilihat dari nilai koefisien jalur sebesar berpengaruh positif signifikan terhadap
0,543 (positif). Hasil uji signifikansi kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa
menunjukkan nilai T-statistics sebesar semakin tinggi motivasi ekstrinsik yang
5,473, nilai tersebut lebih besar dari diterima oleh seorang pegawai, maka
nilai t tabel (1,96) dan juga P-value semakin meningkatkan kepuasan dalam
yang didapatkan 0,000 < 0,05. Dari bekerja. Hasil penelitian ini mendukung
pengujian ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Putra, A. K.
budaya organisasi memiliki hubungan (2013) dan Muslih, B. (2012) yang
yang positif dan signifikan terhadap menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik
kepuasan kerja. Dengan demikian memiliki pengaruh yang positif dan
hipotesis ketiga dapat diterima dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
sesuai dengan hipotesis awal di mana
budaya organisasi mendorong kepuasan 5. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap
kerja pegawai. Kinerja Pegawai
Hasil pengujian yang telah Hasil pengujian hipotesis kelima
dilakukan membuktikan bahwa budaya menunjukkan bahwa hubungan variabel
organisasi berpengaruh positif kepuasan kerja dengan kinerja pegawai
signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal berpengaruh positif, hal ini dapat dilihat dari
ini menunjukkan bahwa semakin baik nilai koefisien jalur sebesar 0,294 (positif).
nilai budaya organisasi yang dianut Hasil uji signifikansi menunjukkan nilai T-
pada suatu organisasi, maka semakin statistics sebesar 3,214, nilai tersebut lebih
meningkatkan kepuasan bagi besar dari nilai t tabel (1,96) dan juga P-
pegawainya. Hasil penelitian ini value yang didapatkan 0,001 < 0,05. Dari
mendukung penelitian yang dilakukan pengujian ini menunjukkan bahwa kepuasan
oleh Samiadji, E. M. (2016) dan kerja memiliki hubungan yang positif dan
Julianto, R. H. (2014) yang menyatakan signifikan terhadap kinerja pegawai. Dengan
bahwa budaya organisasi memiliki demikian hipotesis kelima dapat diterima
pengaruh positif signifikan terhadap dan sesuai dengan hipotesis awal di mana
kepuasan kerja. kepuasan kerja mendorong kinerja pegawai.
Hasil pengujian yang telah dilakukan
4. Pengaruh Motivasi Ekstrinsik membuktikan bahwa kepuasan kerja
terhadap Kepuasan Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap
Hasil pengujian hipotesis keempat kinerja pegawai. Hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa hubungan variabel bahwa semakin tinggi kepuasan kerja
motivasi ekstrinsik dengan kepuasan kerja seorang pegawai, maka kinerjanya akan
berpengaruh positif, hal ini dapat dilihat dari semakin meningkat. Hasil penelitian ini
nilai koefisien jalur sebesar 0,320 (positif). mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Hasil uji signifikansi menunjukkan nilai T- Mantauv, C. S. (2014) dan Cahyana, I. G.
statistics sebesar 3,125, nilai tersebut lebih (2017) yang menyatakan bahwa kepuasan
besar dari nilai t tabel (1,96) dan juga P- kerja memiliki pengaruh yang positif dan
value yang didapatkan 0,002 < 0,05. Dari signifikan terhadap kinerja pegawai.
pengujian ini menunjukkan bahwa motivasi
ekstrinsik memiliki hubungan yang positif Kesimpulan
dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Pada penelitian ini peneliti
Dengan demikian hipotesis keempat dapat melakukan pengujian 4 variabel yaitu
diterima dan sesuai dengan hipotesis awal di budaya organisasi dan motivasi ekstrinsik
mana motivasi ekstrinsik mendorong sebagai variabel bebas (eksogen), kinerja
kepuasan kerja pegawai. pegawai sebagai variabel terikat (endogen),

148
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

dan kepuasan kerja sebagai variabel meningkatkan kepuasan dalam bekerja.


intervening. Metode penelitian dalam Hasil penelitian ini mendukung penelitian
penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu sebelumnya yang menyatakan bahwa
analisis deskriptif dan analisis statistik motivasi ekstrinsik memiliki pengaruh yang
inferensial dengan melakukan penyebaran positif dan signifikan terhadap kepuasan
kuesioner terhadap 100 responden. kerja.
Dari hasil pengujian terhadap Hasil pengujian hipotesis kelima
hipotesis yang diajukan, diperoleh hasil pada menunjukkan bahwa kepuasan kerja
hipotesis pertama yaitu budaya organisasi memiliki pengaruh yang positif dan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini
signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi
penelitian ini mendukung penelitian kepuasan kerja seorang pegawai, maka
sebelumnya yang menyatakan bahwa kinerjanya akan semakin meningkat. Hasil
budaya organisasi memiliki pengaruh yang penelitian ini mendukung penelitian
positif dan signifikan terhadap kinerja sebelumnya yang menyatakan bahwa
pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh yang
semakin baik nilai budaya organisasi yang positif dan signifikan terhadap kinerja
dianut pada suatu organisasi atau instansi, pegawai.
maka semakin meningkatkan kinerja Pada penelitian ini diperoleh nilai R-
pegawainya. Square untuk variabel kepuasan kerja
Hipotesis kedua menyatakan bahwa sebesar 0,661. Hal ini menunjukkan bahwa
motivasi ekstrinsik memiliki pengaruh yang persentase besarnya kepuasan kerja dapat
positif dan signifikan terhadap kinerja dijelaskan oleh budaya organisasi dan
pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik sebesar 66,1%
semakin tinggi motivasi ekstrinsik yang sedangkan sisanya merupakan kontribusi
diterima oleh seorang pegawai, maka dari variabel lain di luar model yang diteliti.
pencapaian tingkat kinerja pegawai akan Selanjutnya variabel kinerja pegawai
semakin meningkat. Hasil penelitian ini memiliki nilai R-Square sebesar 0,745
mendukung penelitian sebelumnya yang artinya menunjukkan bahwa kinerja pegawai
menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat dijelaskan oleh budaya organisasi,
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja motivasi ekstrinsik, dan kepuasan kerja
pegawai. sebesar 74,5% sedangkan sisanya
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa merupakan kontribusi dari variabel lain di
budaya organisasi memiliki pengaruh yang luar model yang diteliti.
positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin Daftar Pustaka
baik nilai budaya organisasi yang dianut
pada suatu organisasi, maka semakin Bangun, Wilson. (2012). Manajemen Sumber
meningkatkan kepuasan bagi pegawainya. Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Budianto, F., Sambung, R. (2013). Pengaruh
sebelumnya yang menyatakan bahwa Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
budaya organisasi memiliki pengaruh positif Terhadap Kinerja Pegawai Melalui
Kepuasan Kerja (Studi Pada Universitas
signifikan terhadap kepuasan kerja.
Palangka Raya). Jurnal Sains Manajemen
Hasil pengujian hipotesis keempat Unpar.
menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik Cahyana, I, G, Jati, I,K. (2017) Pengaruh Budaya
memiliki pengaruh yang positif dan Organisasi, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja
signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal ini terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada
menunjukkan bahwa semakin tinggi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar
motivasi ekstrinsik yang diterima oleh Timur). Jurnal Akuntansi Vol. 18.2.
seorang pegawai, maka semakin Udayana

149
JRBM Tirtayasa Volume 3 (2) – November 2019

Dessler, G. (2015). Manajemen Sumber Daya Karyawan PT. Warni Indah Cemerlang.
Manusia. Jakarta: Salemba Empat. JOM FEKON Vol. 1 No. 2.
Efendi, S, Alamsyah (2015). Pengaruh Budaya Luthans, Fred, Luthans, B. C., Luthans, K. W.
Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan (2015). Organizational Behavior: an
Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Negeri evidence-based approach 13th ed. North
Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan Carolina: Information Age Publishing.
Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu Mangkunegara, A. P. (2016). Manajemen
dan Budaya Vol. 39 No. 45. Universitas Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Nasional Jakarta. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Mantauv, C,S. (2014) Kepuasan Kerja
Manajemen Edisi 5. Semarang: Undip. merupakan variabel intervening Pengaruh
Ghazali, I. (2017) Pengaruh Motivasi Kerja, antara Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Kepuasan Kerja dan Kemampuan Kerja Pegawai (Studi Empirik pada Badan
terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Penanggulangan Bencana). E- jurnal
Kementerian Agama Kabupaten Banjar. aplikasi ekonomi vol 2 no 1 STIE Yappas
Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis Vol 3 No.1. Maulana, H., Gumelar, G. (2013). Psikologi
STIE Pancasetia Komunikasi dan Persuasi. Jakarta:
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Akademia Permata.
Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Muslih, B. (2012). Analisis Pengaruh Motivasi
(7 ed.). Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja
Gibson, J. L., Ivanceivch, J. M., Donnelly, J. H. Karyawan di PT Sang Hyang Seri (Persero)
Jr., Konopaske, R. (2012). Organizations: Regional III Malang. Jurnal Aplikasi
Behavior, Structure, Processes 14th ed. Manajemen.
New York: McGraw-Hill Companies. Putra A. K., Frianto, A. (2013). Pengaruh
Hasibuan, M. S. P. (2017). Manajemen Sumber Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal
Aksara. Manajemen Universitas Surabaya.
Iriani, Ida, N. (2010). Pengaruh Motivasi Robbins, S. P., Coulter, M. (2016). Management
Intrinsik, Motivasi Ekstrinsik dan Disiplin 13th Edition. London: Pearson Educaton.
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Robbins, S. P., Judge T. A. (2015). Perilaku
Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Organisasi, Edisi 16. Jakarta: Salemba
Sambas. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol 8, Empat.
No 2. Samiadji, E. M., Yandono, P. E. (2016).
Jogiyanto, H. M., Abdillah, W. (2014). Konsep Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi
dan Aplikasi PLS (Patial Least Square) Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Melalui
untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Pada Dinas
BPFE. Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Julianto, Romi H., Hendriani, S. (2014). Alor Nusa Tenggara Timur). Jurnal
Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Ekonomi.
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Saryanto, Amboningtyas, D. (2017). Pengaruh
Kinerja Pegawai pada Kantor Wilayah Rotasi Kerja, Stres, Kepuasan Kerja dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Riau dan Sumatera Barat. Jurnal Ekonomi Karyawan (Studi Kasus pada Ace Hardware
Vol. 22 No. 2. Semarang). Journal of management
Laura, N., Susanto, Guno. (2016.) Pengaruh Unpand.
Budaya Organisasi dan Kompensasi Sedarmayanti. (2013). Manajemen Sumber
Terhadap kinerja Karyawan dengan Daya Manusia. Reformasi Birokrasi dan
Komitmen Organisasi sebagai variabel Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
intervening pada PT. Pembangunan Jaya Bandung: Refika Aditama.
Ancol TBK. Universitas 17 Agustus 1945 Setyarini, Maria Niken, A., Anastasia Susty.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program (2014). Pengaruh Partisipasi Anggaran
Studi Manajemen. terhadap Kinerja Manajerial dengan
Lityaui. (2014). Pengaruh Motivasi, Pelatihan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel
dan Job Analisis terhadap Kinerja Intervening Pada Bank Perkreditan Rakyat.
MODUS Vol.26 (1), 2014.

150
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Tirtayasa

Sipayung, L,M, Zamor, R. (2017). Pengaruh Undang – undang nomor 23 tahun 2014 tentang
Motivasi Instrinsik, Motivasi Ekstrinsik Pemerintahan Daerah
dan Kepemimpinan Transformasional Undang – undang nomor 5 tahun 2104 tentang
terhadap produktivitas kerja di Bidang Aparatur Sipil Negara (ASN)
Pengelolaan Persampahan pada Dinas Wahyuni, E.S, Taufik, T, Ratnawati, V. (2016).
Lingkungan Hidup Kota Batam. Jurnal Pengaruh Budaya Organisasi, Locus of
Bening Prodi Manajemen Universitas Riau Control, Stres Kerja Terhadap Kinerja
Kepulauan Batam Aparat Pemerintah Daerah dan Kepuasan
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kerja sebagai variabel Intervening (Studi
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Empiris Pada Pemerintah Kabupaten
Sutrisno, E. (2014). Manajemen Sumber Daya Bengkalis). Jurnal Manajemen, Vol.XX No.
Manusia. Jakarta: Kencana Predana Media 2. Universitas Riau.
Grup. Wibowo. (2014). Manajemen Kinerja Edisi
Suwatno, Priansa, D. J. (2013). Manajemen Keempat. Jakarta: Rajawali Press.
SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Wibowo. (2016). Management Kinerja. Jakarta:
Bandung: Andi. Rajawali Press.

151

Anda mungkin juga menyukai