Anda di halaman 1dari 5

Nama : Gede Angga Septiawan

Nim : 2015091021
Kelas : 1c

KONSEP PARAHYANGAN TERHADA UMAT BERAGAMA

Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, di mana kata Tri
artinya tiga, Hita artinya sejahtera atau bahagia dan Karana artinya
sebab atau penyebab. Tri Hita Karana berarti tiga hubungan yang
harmonis yang menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia. Untuk
itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai
hubungan yang harmonis. Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama
Hindu bahwa "kebahagiaan dan kesejahteraan" adalah tujuan yang
ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau
kesejahteraan fisik atau lahir yang disebut ” Jagadhita ” maupun
kebahagiaan rohani dan batiniah yang disebut "Moksa" .Kearifan lokal
merupakan proses adaptasi pengetahuan lokal yang demikian menyatu
dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya serta diekspresikan
dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam waktu yang cukup lama.
Sama halnya dengan yang terjadi di Bali, kearifan tradisional ini
menjadi suatu bentuk keyakinan, pemahaman dan wawasan serta adat
kebiasaan bahkan etika yang menuntun perilaku masing-masing
manusia dalam kehidupan serta komunitas ekologisnya. Sehingga
membentuk suatu kepercayaan hakiki yang seyogyanya meresap dalam
sanubari masing-masing individu yang terkoneksi dengan Tuhan, alam
dan sesama manusia. Tri Hita Karana menjadi falsafah hidup yang
begitu tangguh. Masing- masing hubungan yang tercipta memiliki
pedoman hidup untuk menghargai sesama aspek sekelilingnya.
Demikian juga, sama halnya dengan menghargai Tuhan dengan selalu
mengingat-Nya kapanpun dan dimanapun, menghargai alam dengan
tidak merusaknya dan tidak menyalahi aturan yang sudah ada,
menghargai sesama manusia dengan menjaga perasaan dan bersikap
empati agar selalu rukun dan damai. Prinsip pelaksanaan dibuat
sedemikian rupa hingga seimbang dan selaras satu sama lainnya.
Berdasar pada kearifan lokal ini, sekiranya kita bisa belajar
mengimplementasikan filosofi hidup dengan mantap, kreatif serta
dinamis semata-mata demi mewujudkan kehidupan harmonis. Ada
bagian – bagian tri hita karana sebagai erikut, yang pertama ya itu ada
yang namanya parahyangan ( yang artinya hubungan yang baik antara
manusia dengan tuhan yang maha esa), kemudian yang ke dua ada
pawongan ( pawongan artinya hubungan yang baik antara manusia
dengan manusia), yang ke tiga ada palemahan ( palemahan memiliki
arti sebagai hubungan yang baik antara manusia dengan alam) ketiga
bagian dari tri hita karana ini memiliki hubungan yang erat secara
berkesinambungan terhadap kehidupan di dunia ini.

Jadi yang ingin saya bahas disini ada bagian tri hita karana yang
pertama yaitu parahyangan (hubungan yang baik/harmonis antara
manusia dengan tuhan yang maha esa) sebagaimana artinya bagian tri
hita karana yang pertama ini memiliki tingkatan yang paling tinggi,
karena memiliki hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Di
kehidupan sehari – hari kita tidak bisa lepas dengan namanya aspek tri
hita karana terutama di bagian yang pertama. Mengapa demikian?
Karena sebagai umat yang beragama, terkhusus kita yang beragama
hindu mestinya dari pagi sudah melakukan yang namanya
persembahyangan, mulai dari istilahnya matur wedang di pelinggih
penunggun karang hingga yang lain-lainnya. Parahyangan dalam
agama hindu itu kaitannya sangatlah spiritual, bukan hanya di agama
hindu tetapi di agama lain juga demikian. Namu dalam konteks ini
agama hindu lebih dominan, karena setiap rangakaian kegiatan upacara
yang dilakukan itu erat kaitannya dengan tuhan yang maha esa. Hal ini
dilakukan agar kita diberi kesalamatan, di hindarkan dari mara bahaya
yang ada. Contoh penerapan parahyangan di kehidupan sehari – hari
dialkukan dengan cara , contoh banten saiban, melakuakan puja
trisandya tiga kali dalam sehari, melakukan persembahyangan setiap
mau bepergian, dan lain – lain. Banten saiban yang di lakukan setiap
hari itu dilakukan setelah kita selesai memasak, hal ini dilakukan
bertujuan sebagai tanda terimaksih dan rasa bersyukur kita terhadap ida
sang hyang widhi wasa karena limpahan rezekinya yang telah di
berikan kepada umat mausia. Kemudian trisandya merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh umat manusia atau umat hindu sebagai doa
pengahantar kita guna memohon keselamatan kepada sang pencipta
agar kita senantiasa di berikan perlindungan. Itu hanya beberapa
hubungan antara manusia dengan tuhan yang maha esa yang kita
lakukan setiap hari yang bisa dibilang dalam konteks sederhana namun
arti yang terkadung di dalamnya melebihi arti kata sederhana yang
mestinya kita semua sebagai umat hindu sudah mengetahui nya .
namun disisi lain masih ada banyak lagi penerapan konsep tri hita
karana bagaian yang pertama ini dalam konteks, kecil, sedang, dan
tingkatan yang paling tinggi. Hal ini dapat kita semua lihat terhadap
kegiatan ke agamaan yang sebelum sudah pernah kita semua lakukan
dan kita semua saksikan sebelumnya. Contoh hari ke agamaan yang sya
kategorigakan konteks sedang adalah seperti, anggara kasih, purnama
tilem yang di lakukan setiap lima belas )15) hari sekaliDengan
menerapkan Tri Hita Karana secara mantap, kreatif dan dinamis akan
terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia
seutuhnya yang astiti bakti terhadap Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan
damai dengan sesamanya. Setiap bagian-bagian Tri Hita Karana
memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya.
Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya.
Keseimbangan, ketentraman, dan kedamaian tercapai apabila, manusia
hidup dengan berpedoman pada segala tindakan yang baik. Hubungan
antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis,
bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil,
bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya. Perlu kita sadari
bahwa alam lingkungan telah memberikan kebebasan kepada manusia
untuk memanfaatkan alam lingkungan sebesar-besarnya guna
kesejahteraan hidupnya.

Banyak sekali manfaat yang bisa kita terima jika kita sudah menerapkan
ajaran Tri Hita Karana. Misalnya, jika kita sebagai manusia menjalin
hubungan yang baik dengan manusia lain maka kita pastinya akan bisa
hidup rukun, tentram dan damai dengan sesama manusia. Dan juga, jika
kita sebagai manusia memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya
(Palemahan) maka tidak akan terjadi bencana alam dan terciptalah
lingkungan yang harmonis. Dan yang terakhir, jika kita menjalin
hubungan yang baik dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan
melakukan persembahyangan secara teratur maka kita selalu
mendapatkan perlindungan dan anugerah dari-Nya.
Dimasyarakat bali konsep tri hita karana parahyangan sangat erat
keberadaannya bagi kedupan beragama umat hindu ataupun masyarakat
di inonesia. Tidak hanya terkhusus untuk masyarakat hindu konsep tri
hita karana ( parahyangan) berlaku, namun bagi seluruh umat beragama
dan tidak menutup kemungkinan yang bersifat atieshme( yang sering
kita sebut tidak memliki kepercayaan). Mengapa berlaku bagi semua
umat beragama, karena pada dasar nya konsep dasar parah yangan
dalam tri hita karena semua sama pada hakikat. Diindonesia keberadaan
konsep tri hita karana (parahyangan) sangat berarti bagi kehiduan umat
manusia. Mengapa demikian karena semua masyrakatnya hampir
100% adalah umat yang taat terhadap agama nya masing _ masinga,
maka dari itu tidak bisa kita pungkiri hubugan antara manusia dengan
tuhan juga erat keberadaanya untuk kehidupan umat berbangsa dan
bernegara yang ada di Indonesia. Di Bali kita tidak hanya banyak
menyelenggarakan banyak upakara dalam mengubah hidup menuju
kebahagiaan duniawi dan rohani sebagaimana disebutkan untuk dapat
mengharmoniskan vibrasi kosmik alam semesta ini, tapi leluhur kita di
Bali juga mewariskan banyak sekali parahyangan dalam
bentuk pura dimana - mana dengan tujuan untuk menjaga
keharmonisan kosmik tersebut.
Leluhur kita pada jaman dahulu tidak sembarangan membuat tata aturan
kekeran atau radius kesucian pura, yaitu batas wilayah dimana
bangunan lain selain masih terkait dengan pura tidak diijinkan untuk
dibangun apapun, untuk menjaga kesucian pura. Ini tentu bukanlah
sebuah tata aturan sembarangan, karena parahyangan sebagai stana
para dewa - dewi mahasuci sebagai mandala penjaga keharmonisan
kosmik yang demikian luhur.
Sehingga karena fungsinya yang demikian penting tersebut, kita semua
wajib menjaga kesucian semua pura beserta lingkungan sekitarnya,
dengan cara misalnya dengan secara sungguh - sungguh menjaga radius
kesucian pura, tidak mengeksploitasi pura sebagai obyek wisata
komersial, dsbnya. Sehingga vibrasi kosmik kesucian pura tidak
terganggu.
Kalau kita tidak menjaga kesucian semua pura beserta lingkungan
sekitarnya.
Pura sebagai mandala penjaga keharmonisan kosmik yang pada jaman
dahulu dimana kesucian pura masih sangat terjaga, orang - orang suci
dengan mata bathin beliau akan dapat melihat Pulau Bali sebagai
padma bhuwana alam semesta yang berwujud laksana bunga padma
sebagai simbolik kemahasucian.
Ini tidak lain disebabkan karena parahyangan stana para dewa - dewi
mahasuci sebagai mandala penjaga keharmonisan kosmik yang
demikian luhur sangat terjaga dengan baik.
Tugas mulia kita di jaman ini sebagai yang mewarisi kekayaan spiritual
yang luhur, suci dan terang ini dengan menjaganya dengan sebaik -
baiknya agar tetap sama terjaga seperti di jaman dahulu. Jadi dapat saya
simpulkan bahwa konsep parahyangan itu sangat lah erat hubungannya
bagi umat yang beragama, mengapa demikian? Karena umat beragama
pasti sudah memiliki kepercayaan mereka masing – masing terhadap
tuhan yang maha esa, jadi secara tidak langsung konsep parahyangan
dalam tri hita karana akan berjalan dengan sendiri nya seiring dengan
berjalannya waktu. Karena umat yang beragama atau umat yang taat
terhadap agama pasti akan selalu memuja tuhan yang maha esa sesuai
keyakinan

Anda mungkin juga menyukai