Anda di halaman 1dari 14

POTENSI DAN UPAYA PEMANFAATAN AIR TANAH

UNTUK IRIGASI LAHAN KERING DI NUSA TENGGARA

POTENTIAL AND UTILIZATION OF GROUNDWATER


FOR DRYLAND IRRIGATION IN NUSA TENGGARA
Oleh :
Heni Rengganis 1)
1) Pusat Litbang Sumber Daya Air, Balitbang, Kementerian PUPR
Jl. Ir H,Juanda No 193 Bandung 40135

Komunikasi penulis, email : henirengganis@yahoo.com
Naskah ini diterima pada 1 September 2016; revisi pada 20 Oktober 2016;
disetujui untuk dipublikasikan pada 21 April 2017

ABSTRACT
Nusa Tenggara region has a vast dry land area but they are very potential to be developed. The water availability as one
of the determinants has a role in helping to increase productivity in an effort for dry land utilization. Groundwater
potential can be technically applied for dry lands irrigation in Nusa Tenggara. This paper provided the study results of
both potential and groundwater utilization as irrigation water resources in dry land in Nusa Tenggara, by considering
groundwater potential resource, land conditions, plants variety, and water supply technology. The method used is
descriptive analysis by collecting primary and secondary data through visits to several related agencies, literature
studies, and field surveys. These results provide further proposed groundwater development through the conjuctive use of
surface water and groundwater. Moreover, the results are expected to be used either in the proposed water resources
management policy in the area or as feedback to stakeholders in groundwater utilization, particularly in the dry land as
well as for further research.
Keywords: groundwater, dryland, irrigation, groundwater potential, water supply technology

ABSTRAK
Wilayah Nusa Tenggara memiliki hamparan lahan kering yang luas dan berpotensi untuk dikembangkan.
Ketersediaan air sebagai salah satu penentu dalam upaya pemanfaatan lahan kering, berperan dalam membantu
meningkatkan produktivitas lahan. Potensi dan peluang pemanfaatan air tanah untuk irigasi lahan kering di Nusa
Tenggara secara teknis memungkinkan untuk diterapkan. Tulisan ini menyajikan hasil kajian potensi dan upaya
pemanfaatan air tanah sebagai sumber air irigasi di lahan kering Nusa Tenggara dengan mempertimbangkan
potensi sumber air tanah, kondisi lahan, jenis tanaman, dan teknologi penyediaan air. Metode yang digunakan adalah
deskriptif analisis dengan mengumpulkan data primer maupun sekunder melalui kunjungan ke beberapa instansi
terkait, studi literatur, serta survei lapangan. Hasil kajian ini dapat memberikan informasi mengenai pengembangan
air tanah selanjutnya, dan usulan melalui pendekatan pemanfaatan air saling menunjang antara air permukaan dan
air tanah. Hasil ini diharapkan pula dapat dipakai dalam usulan kebijakan pengelolaan sumber daya air di daerah atau
masukan untuk pemangku kepentingan dalam pemanfaatan air tanah di lahan kering serta untuk para peneliti dalam
mengembangkan penelitian lebih lanjut.
Kata kunci: air tanah, lahan kering, irigasi, potensi air tanah, teknologi penyediaan air

Potensi dan Upaya-Rengganis 67


I. PENDAHULUAN petani maupun oleh lembaga masyarakat di
daerah, dengan komoditas yang mempunyai nilai
Permasalahan dalam pendayagunaan air tanah
ekonomi tinggi. Hal ini terutama dilakukan untuk
pada lahan kering bervariasi pada setiap wilayah,
menunjang budidaya pertanian pada lahan kering.
baik aspek teknis, sosial-ekonomi termasuk
Menurut PP No. 43/2008 Pasal 47 (Republik
pengelolaannya. Pada umumnya lahan kering
Indonesia, 2008), pendayagunaan air tanah
memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah,
diutamakan pada pemenuhan kebutuhan pokok
sehingga lapisan tanah menjadi tipis dan kadar
hidup masyarakat secara adil dan berkelanjutan
bahan organik rendah. Namun dengan strategi
dan dilaksanakan berdasarkan rencana
dan teknologi yang tepat, masalah teknis tersebut
pengelolaan air tanah serta diselenggarakan oleh
dapat diatasi. Terbatasnya informasi air tanah di
pemerintah dengan melibatkan masyarakat.
area lahan kering antar lembaga pengumpul atau
pengelola data air tanah menyebabkan Ketersediaan air merupakan salah satu faktor
pemanfaatan air tanah dilaksanakan tidak penentu keberhasilan pengembangan lahan
terencana dengan baik. Irigasi pada lahan kering kering untuk pertanian. Keterbatasan
dibatasi oleh ketersediaan sumber daya air, ketersediaan air pada lahan kering menyebabkan
sehingga akan memberikan dampak terhadap lahan pertanian tidak bisa di budidayakan
hasil, kualitas, dan pendapatan. Sebagian besar sepanjang tahun. Berdasarkan hasil analisis
pertanian tadah hujan di Eropa menjadi neraca air di Indonesia oleh Hatmoko, Radhika,
ketergantungan lebih besar terhadap irigasi Fauzi, & Amirwandi (2012) neraca air di Nusa
tambahan dan bisa menjadi lebih penting di Tenggara dibagi menjadi 4 Wilayah Sungai (WS).
lingkungannya. Hal ini disebabkan iklim dengan Kondisi WS Sumbawa sudah pada keadaan kritis
ketidakpastian curah hujan yang akan lebih besar dan WS Lombok termasuk pada kondisi ada
dan frekuensi yang menjadi lebih tinggi dari pada kelangkaan (scarcity). Neraca air bulanan WS
kondisi kekeringan (Rey, Holman, Daccache, Flores dan WS Sumba rata-rata terjadi defisit
Morris, Weatherheada, & Knoxa, 2016). selama 7 (tujuh) bulan.
Sistem pertanian tadah hujan rentan terhadap Potensi dan peluang pemanfaatan air tanah untuk
dampak perubahan iklim. Namun, dampak irigasi lahan kering di Nusa Tenggara secara
tersebut juga tergantung tingkatan produksi teknis memungkinkan untuk diterapkan. Upaya
pertanian. Dampak dari perubahan iklim dan pemanfaatan air tanah untuk pengembangan
variabilitas pada produksi pertanian akan pertanian telah dilakukan oleh Kementerian PUPR
menimbulkan kebijakan dan praktek yang tepat melalui Pendayagunaan Air Tanah (PAT) di Balai
terhadap sistem produksi pertanian yang Besar Wilayah Sungai (BBWS)/Balai Wilayah
berkelanjutan (Olayide, Tetteh, & Popoola, 2016). Sungai (BWS), dengan melakukan pengeboran
sumur dalam dan sumur dangkal.
Area kekurangan air banyak terjadi di daerah
kecil di mana air biasanya dipasok dari sumber air Total area lahan kering di Indonesia mencapai
dari luar. Setiap daerah membutuhkan air yang 33,7 juta ha dan luas areal lahan kering di wilayah
cukup untuk keperluan masyarakat dan Nusa Tenggara merupakan lahan terluas di
lingkungan serta pasokan yang cukup untuk bandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia
memaksimalkan pertumbuhan ekonomi. Dalam seperti pada Tabel 1 (Sukarman, Subiksa, &
daerah kering dan semi-kering, ada konflik Ritung, 2012).
kepentingan antara beberapa daerah dan antara
Maksud pengkajian ini adalah mengevaluasi
berbagai pengguna air, yang dapat menyebabkan
potensi air tanah dan lahan kering serta
terjadi kekerasan antara kelompok pengguna.
pemanfaatannya untuk irigasi di wilayah Nusa
Wang, Cheng, Gao, Long, Xu, Li, Chen, & Barker
Tenggara. Tujuan yang ingin dicapai dari
(2008) telah melakukan studi dengan
pengkajian ini adalah mendapatkan informasi
mengembangkan model dinamis di wilayah yang
mengenai pemanfaatan dan pengembangan air
kekurangan air dengan tujuan untuk membagi air
tanah untuk irigasi di lahan kering. Hasil ini
secara optimal sesuai kebutuhan masing-masing
diharapkan dapat dipakai dalam usulan kebijakan
wilayah, mengingat persediaan terbatas, dan
pengelolaan air tanah untuk irigasi di daerah dan
untuk memaksimalkan manfaat secara ekonomi
masukan untuk pemangku kepentingan dalam
untuk seluruh area.
rangka pendayagunaan air tanah serta untuk para
Dukungan irigasi air tanah terhadap kegiatan peneliti dalam mengembangkan penelitian lebih
pemanfaatan lahan kering di beberapa wilayah lanjut.
Nusa Tenggara telah lama dilakukan baik oleh

68 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 67-80


Tabel 1 Lahan Pertanian untuk Pertanian Lahan Kering

Luas Lahan Kering (x 1000 ha)


No Pulau
Iklim Basah Iklim Kering Jumlah
1 Sumatera 7.747 - 7.747
2 Jawa 1.078 886 1.964
3 Kalimantan 8.953 - 8.953
4 Sulawesi 572 219 791
5 Bali 108 - 108
6 Nusa Tenggara - 1.122 1.122
7 Maluku 218 - 218
8 Papua 4.185 - 4.185
Sumber: Sukarman et al. (2012)

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi ini sangat berbeda dengan iklim tropika
basah yang lebih dikenal di Indonesia seperti yang
2.1. Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi
terdapat di pulau yang lebih besar yaitu Sumatra,
Lahan Kering di Indonesia
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi terdiri dari
2.2. Penggunaan Air Tanah Untuk Irigasi Di
dua jenis pemberian air yaitu sebagai suplesi pada
Negara Lain
saat terjadi kekurangan air dan sebagai sumber
air utama. Pada umumnya di pertanian tadah Pada saat ini lahan untuk irigasi di dunia sekitar
hujan maupun lahan kering, pemanfaatan air 301 juta ha, ± 38% lahan irigasi dilayani dengan
tanah sebagai suplesi dilakukan awal musim air tanah (Siebert, Burke, Faures, Frenken,
kemarau pada saat terjadi kekurangan air. Hoogeveen, & Döll, 2010). Total penggunaan air
Kelangkaan air sering kali menjadi kendala utama tanah konsumtif untuk irigasi diperkirakan 545
dalam pengelolaan lahan kering, oleh karena itu km3/tahun, atau 43% dari total penggunaan air
inovasi teknologi penyediaan air dan informasi irigasi konsumtif 1.277 km3/tahun. Negara-negara
iklim sangat diperlukan. Salah satu teknologi yang telah mempersiapkan air untuk irigasi
penyediaan air adalah pemanenan air. Hal dengan menggunakan air tanah, adalah India (39
tersedut dilakukan dengan menampung air hujan Juta ha), Cina (19 Juta ha), dan Amerika Serikat
atau aliran permukaan pada tempat (17 Juta ha). Tabel 2 menunjukkan negara-negara
penampungan sementara atau penampungan yang memanfaatkan air tanah untuk irigasi
permanen untuk digunakan mengairi tanaman. tanaman pangan utama.
Oleh karena itu, pemanenan air selain berfungsi
Kota Teheran sebagai wilayah metropolitan
menyediakan air irigasi pada musim kemarau, dan
merupakan salah satu kota mega dunia dengan
teknologi ini bermanfaat untuk area lahan yang
penggunaan air rumah tangga tahunan mendekati
tidak mempunyai jaringan irigasi atau sumber air
1(satu) miliyar m3. Di kota ini air irigasi selain
bawah permukaan (air tanah). NTB dan NTT
menggunakan air tanah, juga dengan
memiliki kondisi ekologi yang tidak umum
memanfaatkan hasil pengolahan dari air buangan
dijumpai di Indonesia. Kedua provinsi ini terdiri
domestik dengan membuat sistem saluran
dari pulau-pulau kecil yang mempunyai populasi
pembuang terdiri dari sumur resapan tradisional.
penduduk jarang, terisolasi dari daerah lain, dan
memiliki musim kering tahunan yang panjang.
Tabel 2 Negara-negara Penghasil Pangan yang Menggunakan Irigasi Air Tanah

Luas area Irigasi Irigasi Air Permukaan Irigasi Air Tanah


No. Negara
(ha) (ha) ha %
1 Brazil 3 .149. 217 2. 557.778 591.439 19
2 China 62. 392.18 43 .597.440 794.951 30
3 Egypt 3 .422 .178 3. 090.251 331.927 10
4 India 61 .907. 846 22. 481.977 39.425. 869 64
5 Pakistan 16. 725 .843 11. 553.291 5. 172. 552 31
6 Thailand 5. 279. 860 4 7.980.779 481.063 9
7 USA 27 .913. 872 11 .337.629 16. 576. 243 59
Sumber: Siebert et al., 2010

Potensi dan Upaya-Rengganis 69


Beberapa bagian dari limbah ini juga dialirkan ke dalam makalah ini antara lain adalah potensi air
sungai lokal dan saluran drainase. Sistem ini tanah dan potensi lahan kering di Nusa Tenggara
dikembangkan untuk memasok kebutuhan air serta upaya pemanfaatan dan pengembangan air
pertanian dan untuk mengurangi biaya tanah untuk irigasi.
pemompaan air tanah, serta untuk mengontrol
Data dan informasi baik primer dan sekunder
fluktuasi muka air tanah (Karamouz, Kerachian, &
yang dikumpulkan berkaitan dengan air tanah dan
Zahraie, 2004).
lahan kering serta pendayagunaan air tanah untuk
Penelitian di Bangladesh mengungkapkan bahwa irigasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
kedalaman muka air tanah pada hampir semua kunjungan ke beberapa Instansi terkait sebagai
sumur yang ada menurun perlahan-lahan. Dalam pengelola dan pengumpul data dan informasi
banyak kasus, kedalaman sumur akan bertambah pendayagunaan air tanah untuk irigasi dan lahan
sekitar dua kali lipat pada tahun 2040, dan akan kering di Indonesia. Studi literatur dievaluasi
dua kali lipat pula pada tahun 2060, apabila dengan membandingkan kondisi irigasi air tanah
kecenderungan penggunaan air tanah saat ini di Negara-negara lain. Konfirmasi data primer
berlanjut. Jika penurunan muka air tanah mengenai kondisi lokasi lahan kering, sebaran
dibiarkan terus dalam jangka panjang, hasilnya akuifer dilakukan dengan survei lapangan untuk
bisa menjadi ancaman serius bagi ekologi dan menunjang dalam evaluasi potensi air tanah dan
keberlanjutan produksi pangan, yang sangat intrepetasi peta hidrogeologi.
penting untuk keamanan pangan penduduk di
Lokasi kajian di Nusa Tenggara terdiri dari lima
Bangladesh. Oleh karena itu, langkah-langkah
pulau besar yaitu: Lombok, Sumbawa, Sumba,
yang perlu dilakukan harus diambil untuk
Flores dan Timor Barat, yang termasuk wilayah
mempertahankan sumber daya air dan produksi
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
pertanian. Manajemen permintaan air dan
Timur, seperti ditampilkan pada Gambar 1.
pengembangan sumber air permukaan
merupakan alternatif dan tampaknya strategi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang layak dapat digunakan. Untuk mengurangi
4.1. Potensi Lahan Kering
tekanan pada penggunaan air tanah, yaitu dengan
mempertahankan keberlanjutan sumber daya air Karakteristik lahan kering pada dasarnya
permukaan (Ali, Abustan, Rahman, & Haque, merupakan lahan-lahan yang secara alami
2012). mempunyai kendala sehingga butuh upaya ekstra
agar dapat dijadikan lahan budidaya yang
III. METODOLOGI
produktif untuk tanaman pangan dan kalau
Tulisan ini merupakan hasil kajian dan evaluasi memungkinkan untuk peternakan.
yang disajikan secara deskriptif. Obyek penulisan

Gambar 1 Lokasi kegiatan di Nusa Tenggara

70 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 67-80


Tabel 3 Sebaran Lahan Kering di Nusa Tenggara (ha)

Lahan
Lahan
Tegal/ Padang Sementara
No. Provinsi Pekarangan Kayu- Perkebunan Jumlah
huma Rumput tidak
kayuan
Diusahakan
1 NTT 205.828 691.729 746.660 857.266 388.145 326.545 3.216.173
2 NTB 37.919 241.840 34.439 56.094 192.552 72.032 634.876
Jumlah 242.747 933.569 781.099 913.360 580.697 398.577 3.851.049
Sumber: Subagya et al. (2014)

Kendala tersebut dapat berupa kesulitan dalam Lahan kering di NTB dapat dimanfaatkan salah
menyediakan air yang cukup untuk mendukung satunya sebagai sentra produksi benih kedelai,
usaha tani yang produktif dan menguntungkan, seperti diketahui bahwa Indonesia mengimpor
kondisi lahan yang miskin unsur hara sehingga sebagian besar kedelai untuk kebutuhan kedelai
membutuhkan dosis pemupukan yang lebih tinggi, nasional, dengan demikian lahan-lahan kering di
dan/atau tanah berbatu sehingga sulit diolah Pulau Lombok khususnya di wilayah Lombok
secara mekanis. Sebaran lahan kering di Indonesia Selatan dapat lebih produktif sehingga pasokan
terdiri dari lahan pekarangan, tegalan, padang pangan bagi masyarakat sekitar wilayah tersebut
rumput, lahan sementara yang tidak diusahakan, tetap terjaga. Kendala yang dihadapi dalam
dan perkebunan. Sebaran lahan kering terluas melakukan usaha pertanian lahan kering antara
terdapat di wilayah Nusa Tenggara yakni NTT ± lain kesuburan tanah di lahan kering relatif
3.216.173 ha dan di NTB ± 634.876 ha, seperti rendah, akses air terbatas, dan biaya pengelolaan
ditampilkan pada Tabel 3. Hal ini menjadi peluang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian
bagi Propinsi NTT dengan potensi wilayah lahan konvensional.
kering yang cukup luas, sehingga dapat
4.2. Potensi Air Tanah
mengembangkan lahan tersebut guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Berdasarkan peta Hidrogeologi di Pulau Lombok
terutama petani lahan kering. Sebaran lahan yang ditampilkan pada Gambar 2, akuifer
kering yang berpotensi untuk dikembangkan di produktif tinggi di jumpai di Lombok Barat
NTT yaitu terdapat di wilayah Kecamatan Kupang tepatnya daerah Mataram-Ampenan dan
Timur Kabupaten Kupang dengan luas ±10.067 sekitarnya, sedangkan di daerah Narmada-
ha, lebih luas dari pada lahan sawah yang telah Mantang-Selong, serta Kayangan-Sukadana-Medas
ada ±6.386 ha (Subagya et al., 2014). termasuk dalam wilayah dengan produktivitas
akuifer rendah-sedang. Air tanah tergolong langka
Sebaran lahan kering terluas di NTB terdiri dari
umumnya terdapat di daerah puncak Gunung
lahan tegalan, padang rumput yaitu di wilayah
Rinjani-Gunung Sangkareang dan sekitarnya,
Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur
serta batuan padu yang berumur Tersier,
±21.823 ha. Jenis tanaman utama pada lahan
selebihnya pada daerah lereng kerucut gunung
kering di Nusa Tenggara bervariasi mulai dari
api dan perbukitan bergelombang landai
tanaman kacang-kacangan seperti jagung sampai
merupakan akuifer produktif rendah.
dengan sayuran. Hasil tanaman perkebunan dan
tanaman komersial lainnya (cabe, kopi, kakao, Kondisi air tanah Pulau Sumbawa mengacu pada
mete) dan berbeda dengan di Pulau Jawa , jenis Peta Hidrogeologi lembar Lombok dan Sumbawa
tanaman di area lahan kering dengan Bagian Barat, Skala 1:250.000 (Toto & Purwanto,
menggunakan irigasi air tanah diutamakan pada 2000), ditampilkan pada Gambar 3. Berdasarkan
tanaman yang bernilai ekonomi tinggi seperti keterdapatan air tanah dan produktivitas akuifer
cabe, bawang, melon, semangka, dsb. dapat dipisahkan menjadi akuifer produktivitas
sedang dengan penyebaran luas dan akuifer
Terdapat beberapa jenis pohon yang
dengan keterusan sedang, muka air tanah atau
dikembangkan di lahan kering NTB yaitu tanaman
tinggi pisometri air tanah dekat muka tanah, serta
semusim (padi, kacang-kacangan, jagung, kedelai,
debit sumur umumnya 5 – 10 l/s.
dan tanaman sayur-sayuran), merupakan
tanaman yang diharapkan sebagai penghasil Akuifer ini tersebar hanya di daerah Bajo – Alas
bahan pangan. Jenis-jenis tanaman pertanian yang dan Muara Brang Rea, dengan kondisi batuan di
menyertai tanaman di Kabupaten Bima-Sumbawa daerah ini lulus air – sangat lulus air. Akuifer
adalah padi, palawija berupa kedelai, kacang produktif yang umumnya terdapat di daerah kaki
panjang, kacang tanah, jagung, dan sorgum. gunung api Tambora, Doro (D= Gunung) Dora

Potensi dan Upaya-Rengganis 71


Mbolo, D. Lambuwu, D. Kuta, serta G. Sakedet, dan Air tanah yang dapat dimanfaatkan di Sumba
sekitarnya, sedangkan daerah perbukitan lainnya Timur adalah di bagian utara, yaitu pada litologi
dikelompokkan sebagai daerah air tanah langka, batugamping terumbu, namun sulit untuk mencari
serta akuifer dengan produktivitas rendah sampai lokasi yang potensial. Produktivitas akuifer di
sedang. Pulau Sumba menunjukkan bahwa umumnya
wilayah ini didominasi oleh akuifer
Sebaran air tanah di wilayah Provinsi NTT
berproduktivitas sangat rendah dengan debit
meliputi batuan kuarter yang dicirikan dengan
sekitar 0,1 l/s. Di beberapa tempat yang terdapat
luasnya batuan teras-teras terumbu karang
sungai bawah tanah atau mata air Karst
sebagai akibat adanya proses pengangkatan
mempunyai debit sekitar 5 l/s (Herawan,
(uplift) dan ditandai dengan dominasi endapan
Rengganis, Seizarwati, & Prasetya, 2014).
vulkanik kuarter. Batuan termuda di seluruh
kepulauan NTT adalah sedimen aluvial tak-padu Penyusutan air tanah cenderung meningkat di
yang menempati cekungan lembah-lembah sungai masa depan dengan meningkatnya suhu dan
dan pesisir. Prediksi potensi sumber daya air, diproyeksikan kekeringan lebih parah dan
batuan-batuan tersebut memiliki karakter dalam berkepanjangan dikarenakan perubahan iklim.
kemampuannya menyimpan dan mengalirkan air. Berdasarkan analisis potensi dampak perubahan
Berdasarkan peta sebaran akuifer produktif di iklim menunjukkan kekeringan terus berlanjut
Pulau Flores dan Pulau Timor (Toto & Purwanto, pada pertengahan abad ke-21; penurunan
2000), secara umum daerah potensi sumber daya pasokan air melalui pengurangan aliran air
air tinggi terletak di bagian barat pulau Flores. permukaan dan mengurangi resapan air tanah
Daerah potensi sumber daya air paling rendah, dari aliran sungai hingga lebih dari 50%; dan
terletak di bagian timur NTT yang meliputi peningkatan tuntutan untuk irigasi dan
rangkaian pulau pulau Solor, Alor, dan Wetar, pertumbuhan perkotaan mengurangi
sedangkan daerah lainnya bisa digolongkan penyimpanan air tanah. Peningkatan pasokan air
berpotensi sedang. Potensi air tanah di Sumba permukaan dan/atau mengurangi permintaan air
bagian Barat terdiri dari air tanah celah yang tanah dapat mengurangi penyusutan air tanah
mendominasi bagian selatan, air tanah Karst yang untuk meningkatkan keberlanjutan.
berada di bagian tengah dan utara Sumba Barat.

Gambar 2 Sebaran Akuifer Produktif di Pulau Lombok (Toto & Purwanto, 2000)

72 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 67-80


Gambar 3 Sebaran akuifer produktif di Pulau Sumbawa (Toto & Purwanto, 2000)
Air tanah adalah sumber utama air di banyak 4.3. Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi
dunia, terutama di daerah pedesaan, daerah
Air tanah dalam merupakan air yang terdapat
kering, dan semi-kering. Air ini bisa mencapai
dalam lapisan akuifer dalam. Keterdapatannya
akuifer dengan cepat melalui makro-pori atau
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
celah, atau mencapai akuifer lebih lambat dengan
dengan air permukaan atau air tanah dangkal.
infiltrasi melalui tanah dan batuan permeabel di
Ketersediaan air tanah dalam tidak tergantung
atas akuifer. Perubahan jumlah curah hujan yang
musim sehingga diharapkan pada musim kemarau
efektif akan terjadi dan akan mempengaruhi
pun masih dapat dimanfaatkan, selain itu
perubahan pada durasi resapan. Peningkatan
kualitasnya cenderung lebih baik karena tidak
curah hujan pada umumnya cenderung
banyak terganggu limbah di permukaan.
menghasilkan peningkatan resapan air tanah,
Kekurangannya adalah pengambilan untuk
namun karena penguapan tinggi di daerah kering
pemanfaatannya memerlukan sarana dan
hal ini belum dapat terlihat jelas. Berbagai jenis
teknologi yang tidak sederhana, serta biaya yang
akuifer akan diisi kembali secara berbeda,
mahal. Pengeboran air tanah pada akuifer dalam
terutama pada akuifer bebas. Sebuah akuifer
umumnya merupakan alternatif terakhir sebagai
bebas diisi ulang langsung oleh curah hujan lokal,
sumber penyediaan air bersih
sungai, danau, dan tingkat resapan akan
dipengaruhi oleh permeabilitas di atas batuan dan Pengembangan dan pemanfaatan air tanah,
tanah. Hal ini juga akan terjadi di mana kondisi termasuk pengeboran sumur-sumur produksi
geologi bawah permukaan sangat poros atau untuk air baku dan Jaringan Irigasi Air Tanah
ditandai dengan banyak lubang untuk mengisi (JIAT) telah dilaksanakan oleh Pendayagunaan
kembali air tersebut. Kondisi ini sangat penting di Air Tanah (PAT) BWS Nusa Tenggara I (NT I) dan
beberapa daerah semi-kering. Pada akuifer BWS Nusa Tenggara II. Berdasarkan data yang
terkekang dangkal di sepanjang dataran banjir, bersumber dari Ditjen Sumber Daya Air (SDA)
yang paling umum di lingkungan semi-kering dan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
gersang, yang diisi oleh aliran permukaan dapat Rakyat (PUPR), tercatat ±745 buah sumur yang
habis langsung karena penguapan (Kumar, 2012). dibuat oleh PAT NT I dan ±1350 oleh PAT NT II.

Potensi dan Upaya-Rengganis 73


Sumur bor tersebut terdiri dari sumur dangkal peran penyangga akuifer dan hilangnya lahan
dan sumur dalam yang dibangun sejak tahun 1984 pertanian. Di beberapa kota-kota besar di
sampai sekarang. Selain dimanfaatkan untuk air Indonesia penggunaan air tanah cukup besar,
baku air minum penduduk, sumur-sumur tersebut seperti terjadi di Jakarta. Persaingan penggunaan
digunakan untuk sumber air JIAT. Jumlah JIAT air tanah sering terjadi yaitu antara area
yang bersumber dari sumur bor yang dibuat di pertanian untuk air irigasi tanaman dengan pusat
Lombok dan Sumbawa jumlahnya cukup banyak kota untuk kebutuhan air bersih penduduk serta
seperti ditampilkan pada Tabel 4. di area industri agar mendapatkan sumber air
berkualitas baik untuk proses produksi. Di
Tabel 4 Rekapitulasi Sistem JIAT di NTB
tempat-tempat di mana terjadi penyusutan
No. Lokasi Jumlah lapisan air tanah, berdampak pada keterbatasan
1 WS P. Lombok penggunaan ruang untuk mengembangkan dan
a. K. Lombok Utara 15 kemungkinan luas lahan pertanian yang dilayani
b. Lombok Barat 4 oleh air tanah akan semakin menyusut.
c. Lombok Tengah 19
Penyusutan lapisan akuifer telah terpantau
d. Lombok Timur 191
2 WS Sumbawa selama bertahun-tahun di daerah semi-kering dan
a. Sumbawa Barat 18 gersang di seluruh dunia terutama yang terkait
b. Sumbawa 134 dengan pengambilan air untuk pertanian. Oleh
3 WS Bima-Dompu karena itu, untuk lebih memahami dampak dari
a. Dompu 125 penggunaan air tanah, perlu untuk
b. Bima 139 mengidentifikasi sumber air yang digunakan
Sumber: Data BWS Nusa Tenggara I untuk irigasi.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi dilakukan Foster, Brozović, & Butler (2014), telah
dalam upaya membantu petani lokal yang tinggal melakukan pemodelan hidro-ekonomi
atau mempunyai areal pertanian di daerah yang terintegrasi untuk menentukan permintaan air
tidak tercakup dalam sistim irigasi air permukaan irigasi yang didasarkan pada perilaku petani dan
atau tidak dapat bercocok tanam sepanjang tahun, dampak pada produksi serta penggunaan air
seperti misalnya di Kecamatan Pekat Dompu tanah. Studi kasus produksi jagung di area irigasi
Sumbawa dan Kecamatan Kupang Timur di di wilayah Texas High Plains Amerika Serikat telah
wilayah kabupaten Kupang NTT. Potensi lahan memprediksi strategi irigasi yang optimal
dan pemanfaatan air tanah oleh penduduk untuk berdasarkan pasokan air tanah, dan memprediksi
irigasi melalui JIAT dan untuk air baku lainnya penggunaan tanah dan air tanah yang ditentukan
yang diinventarisasi oleh PAT, secara rinci oleh petani. Hasil menunjukkan bahwa perilaku
disajikan pada Tabel 5. Sumur bor di Pulau irigasi menunjukkan respon nonlinier untuk
Sumbawa selain digunakan untuk air baku air perubahan ketersediaan air tanah.
minum dan irigasi air tanah, dimanfaatkan pula
Menyusutnya kandungan air tanah pada lapisan
untuk kebutuhan air peternakan. Potensi lahan
akuifer tertinggi yaitu melampaui resapan akan
JIAT di NTB sebesar 8.183 ha, pada saat ini
terjadi dan diikuti dengan kecenderungan
dilayani oleh ± 210 sumur bor dengan potensi
penurunan pemompaan untuk menyeimbangkan
debit sumur 2-28 l/s. Potensi lahan JIAT di NTT ±
terhadap besaran resapan. Hasil penelitian
13.923 ha dilayani oleh sejumlah ± 313 sumur
Steward & Allen (2016), tingkat penurunan
dengan debit sumur 3 - 20 l/s. Berdasarkan data
pemompaan tahunan pada akuifer dataran
Ditjen Sumber Daya Air (2015), potensi Air tanah
Amerika Serikat Tengah diperkirakan telah
di NTT adalah > 265 ribu l/s, sedangkan di NTB
mencapai puncaknya pada 8,25 × 109 m3/tahun
mencakup Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa
pada tahun 2006 diikuti oleh proyeksi penurunan
hampir mencapai 64 ribu l/s.
menjadi 4,0 × 109 m3/tahun 2110.
Di beberapa tempat di India, Cina, Amerika
Kekurangan air merupakan masalah utama di
Serikat, Australia, Afrika Utara, Timur Tengah
lahan kering di mana pertanian tidak bisa
ditemukan daerah penggunaan air tanah yang
dilaksanakan tanpa ketersediaan air irigasi.
cukup besar Hal ini terdeteksi oleh menurunnya
Efisien air irigasi adalah penting untuk
kualitas air tanah karena adanya pencemaran
pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan
kegaraman. Di area tersebut terjadi hilangnya
sumber daya air di wilayah tersebut.

74 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 67-80


Tabel 5 Potensi Lahan dan Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi
Potensi Potensi
Air Tanah Lahan Luas JIAT Jumlah Pemanfaatan lain
No Lokasi
(ha) (ha) Sumur
(l/s)

NTB 63.895 28.393 8.183 669


1 Sumbawa - - - 328 Air minum dan air ternak
2 Lombok - - - 341 Air minum
NTT 267.282 88.990 13.923 1.365
3 P. Sumba - 13,425 950 95 Air minum dan air ternak
4 P. Flores+ P. Alor - 30,820 1.920 192 Air minum

5 P. Sabu+P. Rote - 2.175 540 54 Air minum


6 P. Timor - 42.570 8.950 895 Air minum
Sumber: Ditjen Sumber Daya Air (2015)

Hasil penelitian Jiang, Zhang, Zhang, He, Jin, & Bai struktur rorak, sangat memungkinkan diterapkan
(2016) menunjukkan bahwa irigasi air tanah di disamping bangunan rorak ini merupakan salah
Kabupaten Yingke-China, menghasilkan jadwal satu kearifan lokal yang telah ada di pedesaan
tanam terbaik berkisar dari awal April hingga Nusa Tenggara dan telah dimanfaatkan terutama
pertengahan April, dan jumlah irigasi yang untuk air minum ternak dan beberapa desa telah
optimal bervariasi dalam kondisi iklim yang memanfaatkan untuk irigasi tanaman pangan
berbeda, mulai dari sekitar 1000 m 3/ha, untuk seperti sayuran.
4200 m3/ha, dan untuk 4800 m3/ha pada kondisi
Sistem irigasi menggunakan sprinkle, irigasi tetes,
basah, normal dan kering tahun masing-masing.
dan kombinasi dari keduanya yang dinilai
4.4. Teknologi Penyediaan Air pemberian air lebih efisien dan bersumber dari
sumur bor melalui pemompaan di beberapa area
Teknologi penyediaan air untuk irigasi lahan
pendayagunaan air tanah NTT dan NTB telah
kering telah banyak dikembangkan, namun dari
diterapkan. Namun dalam penerapannya belum
sekumpulan teknologi tersebut, perlu dievaluasi
dimanfaatkan secara optimal oleh petani karena
teknologi yang tepat dan sesuai dengan kondisi
pada umumnya beberapa kendala yaitu
lahan mencakup tanah, air, dan iklim serta petani,
pengadaan bahan bakar, terbatasnya keahlian
oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dulu
petani dalam pengoperasian pompa serta
karakteristik lahan dan kondisi petani agar
manajemen operasi dan pemeliharaan
teknologi yang terpilih betul-betul efektif dan
pemompaan yang kurang optimal. Pengaturan
dapat diadopsi petani.
pergiliran pemberian air pada tanaman lahan
Teknik penyediaan air dengan pemakaian pompa kering sangat perlu dilakukan bertujuan untuk
irigasi menjadi salah satu alternatif untuk mengoptimalisasi pemanfaatan air tanah dalam
memenuhi kebutuhan air irigasi pada lahan tadah mendukung pola tanamnya, dan mendukung
hujan, namun pemakaian pompa belum tentu efisiensi pemberian air dan pemilihan jenis
akan memberikan keuntungan kepada petani. tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
Agar diketahui gambaran nilai kelayakan finansial seperti jagung, cabe, dan bawang.
operasional pompa, seluruh komponen biaya yang
Menurut Yanti & Pratama (2015), sistem
harus dikeluarkan dan pendapatan yang diterima
pengelolaan irigasi air tanah terutama
selama satu musim tanam perlu diketahui.
pengoperasiannya untuk memenuhi kebutuhan
Dengan menggunakan pompa, biaya awal menjadi
air tanaman perlu diperhatikan ketepatan antara
besar serta biaya bahan bakar setiap mengairi
kebutuhan air irigasi yang harus dipenuhi oleh
lahan menjadi hal yang harus diperhitungkan.
pompa dengan ketersediaan air tanah yang sangat
Beberapa teknologi penyediaan air yang dipengaruhi oleh sifat akuifer. Hal ini sangat
dikembangkan dan diterapkan untuk irigasi di penting agar pengoperasian pompa untuk
wilayah Nusa Tenggara pada saat ini selain sumur memenuhi kebutuhan air irigasi dapat dilakukan
bor di area pendayagunaan air tanah terdapat secara berkesinambungan baik secara teknis
pula teknologi pemanenan air hujan berupa maupun ekonomis.
embung. Teknologi pemanenan air dengan

Potensi dan Upaya-Rengganis 75


Teknik intensifikasi irigasi pertanian merupakan untuk pembiayaan bersama diperlukan untuk
prasyarat untuk memenuhi kebutuhan pangan perbaikan kerusakan, dana keamanan, serta
yang meningkat akibat dari populasi yang mengatasi biaya manajemen.
meningkat pula. Namun, perluasan irigasi
Gambaran kondisi sosial ekonomi di wilayah NTT
pertanian menyebabkan masalah sumber daya air
tercermin rata-rata pendapatan rumah tangga
di daerah irigasi. Genangan air dan salinisasi
masyarakat. Seperti gambaran umum terjadi di
tanah irigasi pertanian menjadi ancaman yang
Kabupaten Dompu-Sumbawa, masyarakat yang
dapat meningkatkan aliran air dan kandungan
sebagian besar sumber pendapatan keluarganya
garam dalam tanah. Analisis dengan penginderaan
dari lahan kering memiliki pendapatan rumah
jauh dan sistem informasi geografis (GIS) adalah
tangga yang rendah (ukuran kualitatif). Hal ini
alat yang sangat berguna dan menawarkan pilihan
disebabkan karena lahan kering tersebut belum
yang baik untuk teknik tradisional dalam
dikelola secara intensif. Walaupun demikian
pemantauan dan evaluasi daerah genangan air
pemerintah daerah berusaha untuk membantu
dan tanah bergaram (Singh, 2016).
dengan beberapa anggota petani dampingan oleh
4.5. Sosial Ekonomi di Area Irigasi Air Tanah lembaga pendamping yang memiliki pendapatan
keluarga cukup layak (sumber pendapatan lahan
Permasalahan pengembangan lahan kering yang
kering), sehingga lahan tersebut dapat dikelola
dihadapi bukan hanya karena masalah mutu
dengan perencanaan yang jelas. Keberhasilan NTT
sumberdaya alamnya yang rendah, tetapi juga
dalam pengembangan lahan kering terjadi pada
kerena permasalahan sosial ekonomi yang sangat
awal tahun 2016 yaitu panen sorgum mencapai
komplek. Air sangat penting bagi pembangunan
260 ton dari dua kabupaten, yakni Flores Timur ±
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Persaingan
200 ton dan Lembata ± 60 ton.
permintaan air antara berbagai sektor semakin
meningkat dan untuk memenuhi meningkatnya 4.6. Upaya dan Strategi Pemanfaatan Air
permintaan, penggunaan air tanah meningkat di Tanah untuk Irigasi Lahan Kering
seluruh dunia (Ali et al., 2012).
Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya air untuk
Masalah penggunaan air tanah lainnya yang irigasi di area lahan kering, seperti penggunaan
berpengaruh terhadap perekonomian adalah air permukaan (embung, sungai, dam parit) dan
penurunan kualitas air karena pencemaran oleh air tanah dapat menjadi solusi pada musim
pupuk. Pencegahan pencemaran ini sangat sulit, kemarau. Embung dan mata air banyak ditemukan
karena tersembunyi dan secara ekonomi sangat di NTT, sedangkan di NTB sebagian besar air
mahal, perlu subsidi dari pemerintah. Cara untuk berasal dari sungai dan mata air. Keberhasilan
mengurangi terjadinya pencemaran yaitu dengan pengembangan tanaman pangan di NTB sangat
mengurangi penggunaan pupuk kimia dan ditentukan oleh faktor teknis dan nonteknis. Salah
mengganti dengan pupuk kandang, namun harus satu faktor teknis yang mempengaruhi
diperhatikan dan perlu kompensasi, karena akan keberhasilan tanaman pangan mencakup
berpengaruh terhadap penurunan produksi kelayakan dan kesesuaian lahan dan iklim, serta
pertanian dan dalam beberapa kasus kualitas ketersediaan teknologi. Faktor nonteknis meliputi
tanaman juga menurun. Hal ini akan motivasi petani untuk memperoleh tambahan
membutuhkan keterampilan dalam pengelolaan, pendapatan, pengetahuan, dan keterampilan,
apakah petani tersebut terlatih atau tidak dan serta harga.
menjadi resisten terhadap perubahan, sehingga
Karena sifat air tanah yang dinamis maka proses
dapat dianggap sebagai masalah baru.
yang paling tepat strategi pengelolaan air tanah
Kemungkinan dengan diberlakukannya insentif
adaptif yaitu mempertimbangkan hubungan
dan atau pajak untuk pengguna individu, ini
antara besar pengambilan air tanah dengan besar
merupakan tugas yang kompleks, tindakan ini
imbuhan ke dalam akuifer, sehingga dapat
lebih sulit untuk diatasi. Kelompok pengguna air
tercapai hasil yang aman dalam jangka panjang
tanah dapat sangat membantu dalam mencapai
dan berkelanjutan. Contoh perhitungan yang telah
tujuan tersebut, serta memberikan pendidikan
dilakukan oleh Loáiciga (2017), pada akuifer
berkelanjutan pada pengguna air untuk
Texas menunjukkan bahwa paling aman apabila
mengubah sikap mereka .
pengisian kembali ke dalam akuifer adalah sekitar
Kegiatan monitoring dilakukan untuk melindungi satu-setengah besar imbuhan rata-rata tahunan.
dan memulihkan sistem akuifer. Hal ini
Meskipun NTT dan NTB beriklim kering, tetapi
membutuhkan sumber daya ekonomi dan harus
pada lokasi-lokasi tertentu sumber air permukaan
jelas untuk sistem akifer yang menghasilkan
cukup potensial dan belum dimanfaatkan secara
manfaat bagi penggunanya. Kebijakan membayar
optimal. Oleh karena itu, identifikasi sumber-
pajak langsung atau melalui cara lain seperti iuran

76 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 67-80


sumber air beserta potensi sumber air secara rinci penggunaan air tanah meningkat terus dan secara
perlu dilakukan. Untuk keberlanjutan dan terus menerus yang menyebabkan penurunan
kelestarian lingkungan, pemilihan komoditas dan baik kuantitas maupun kualitas, oleh sebab itu
kombinasi antara tanaman tahunan dan pangan diperlukan pengelolaan air tanah yang tepat dan
sangat dianjurkan. serius, terutama adanya sistem pemantauan
secara periodik yang dapat memberikan informasi
Peran pemerintah pusat dan daerah dalam
dini dan terkini serta dilengkapi dengan sistem
penyediaan air irigasi sangat diperlukan dan
pengawasan yang ketat.
merupakan kunci keberhasilan pengembangan
pertanian lahan kering iklim kering di Nusa Studi terbaru yang dilakukan oleh Leng, Huang,
Tenggara. Selain penyediaan air, dukungan Tang, Gao, & Leung (2014) menunjukkan bahwa
pemerintah diperlukan dalam pengembangan pengelolaan air termasuk pemompaan air tanah
sarana prasarana pertanian seperti salah satunya untuk irigasi secara signifikan dapat mengubah
adalah pendampingan pengembangan pertanian kuantitas dan distribusi air dalam sistem tanah
secara luas. Beberapa Pilot Project yang dan permukaan tanah, berdampak pula pada
dikembangkan di beberapa lokasi di NTT dan cuaca dan iklim melalui hubungan tanah dan
NTB, dapat menjadi model dalam percepatan atmosfer.
pengembangan pertanian di lahan kering iklim
Dalam rangka meningkatkan kemampuan
kering. Teknologi pengelolaan air berupa desain
pasokan air tanah pada suatu area cekungan air
dan distribusinya untuk mendekatkan air ke lahan
tanah, perlu didorong penggunaan air tanah saling
petani (Mulyani, Nursyamsi, & Las, 2014).
menunjang dengan air permukaan dalam suatu
Pemanenan air di daerah iklim arid dan semi-arid wilayah. Berikut pada Tabel 6, gambaran
diperlukan karena jumlah curah hujan yang turun penggunaan air tanah dan air permukaan untuk
dalam setahun rendah dan laju evapoprasi yang irigasi yang dipengaruhi oleh kondisi iklim dan
tinggi selama musim tanam. Hujan lebat dan tanah potensi akuifer.
tidak dapat menyerap semua air hujan yang
4.7. Rekomendasi dan Saran Tindak Lanjut
volumenya besar dalam waktu singkat sehingga
volume air limpasan-permukaan (runoff) besar Penggunaan air tanah untuk irigasi di lahan kering
yang pada gilirannya menyebabkan defisit air bagi perlu pertimbangan yang menyeluruh dan
tanaman. Pemanenan air hujan terutama di matang. Kelemahan memanfaatkan air tanah
musim hujan mutlak dilakukan di lahan kering dengan menggunakan pompa yakni di perlukan
beriklim kering dengan berbagi teknik yang telah investasi modal yang relatif besar untuk
banyak dikembangkan, serta memaksimumkan air pembangunannya, perlu perawatan yang intensif
hujan masuk ke dalam tanah dan meminimalkan dan terus-menerus, sehingga membutuhkan
aliran permukaan. dukungan tenaga operator yang terampil dan
diperlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang
Penelitian telah banyak mengungkap bahwa
memadai, agar keberlanjutannya dapat terjaga.
hampir di seluruh daerah irigasi terus
merekomendasikan subsidi teknologi irigasi yang Pengelolaan yang meliputi konservasi dan
efisien sebagai metode untuk mengurangi pendayagunaan air tanah di Indonesia, pada saat
penggunaan air tanah yang konsumtif. Hal ini ini masih berdasarkan pada pengelolaan sumur.
tidak sepenuhnya realistis bahwa peningkatan Pengawasan dan penegakan hukum masih lemah
efisiensi irigasi dapat mengakibatkan penurunan atas setiap pelanggaran yang terjadi terhadap
penggunaan air tanah untuk pertanian, untuk peraturan pengelolaan air tanah yang ada.
mencapai hasil tersebut harus disertai kebijakan Pemanfaatan air tanah di beberapa cekungan air
dengan menurunkan ekstraksi air tanah dan tanah perlu kehati-hatian.
pembatasan konversi lahan pertanian yang
Menurut Prastowo, Hardjoamidjojo, Pramudya, &
sebelumnya tadah hujan.
Murtilaksono (2006) pemerintah Indonesia telah
Pertanian pada lahan kering tidak memerlukan mengembangkan skema irigasi air tanah di
banyak air, seperti halnya budi daya padi sawah. beberapa provinsi, misal di Jawa Timur, Jawa
Teknologi pengelolaan lahan kering cukup banyak Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat,
tersedia, namun pemanfaatan kedua komponen dan Nusa Tenggara Timur. Namun, tidak semua
tersebut dan pelaksanaannya di lapangan daerah mampu secara optimal memanfaatkan itu.
memerlukan perencanaan dan strategi yang tepat. Efisiensi irigasi air tanah adalah sekitar 59%,
Tantangan utama bagi kesinambungan efisiensi sumur-pompa yang bervariasi 28-98%.
penggunaan air tanah, muncul setelah

Potensi dan Upaya-Rengganis 77


Tabel 6 Penggunaan Air Permukaan dan Air Tanah Untuk Irigasi

Kondisi Iklim dan


No Kondisi Akuifer Upaya Pemanfaatan Sumber Air
lahan

Curah hujan tinggi, Irigasi terutama menggunakan air tanah dari


1 Keterusan (T) dan volume Resapan tinggi mata air dan sumur
penyimpanan tinggi (S)
Curah hujan rendah, Irigasi menggunakan air tanah dan air
Resapan rendah permukaan (conjunctive use)

Curah hujan tinggi irigasi air permukaan (dari kanal, sungai atau
2 Keterusan (T) dan volume Resapan rendah waduk)
penyimpanan rendah (S)
Curah hujan rendah, irigasi air permukaan (dari kanal, sungai atau
Resapan rendah waduk)

Sumber : diadaptasi dari Siebert et al. (2010)


Pada tahun mendatang effisiensi irigasi harus V. KESIMPULAN
ditingkatkan untuk mengantisipasi defisit air pada
Potensi dan peluang pemanfaatan lahan kering di
musim kemarau, oleh karena itu pendayagunaan
wilayah Nusa Tenggara cukup menjanjikan, tetapi
air tanah dilaksanakan berdasarkan rencana
tidak mudah jika dibandingkan dengan lahan-
pengelolaan air tanah serta diselenggarakan oleh
lahan pertanian kawasan non lahan kering.
pemerintah dengan melibatkan masyarakat
Sebaran lahan kering di Nusa Tenggara adalah
seperti tertuang pada PP No. 43/2008 Pasal 47.
yang terluas di Indonesia, di NTT terdapat ±
Beberapa negara yang menggunakan air tanah 3.216.173 ha dan di NTB ± 634.876 ha. Potensi air
untuk irigasi menetapkan manajemen air tanah tanah berdasarkan analisis dan evaluasi peta
dan salah satunya adalah membatasi hidrogeologi di wilayah Nusa Tenggara
pengembangan sumur-sumur baru, dalam upaya menunjukkan adanya akuifer produktif yang
untuk memperlambat laju penyusutan lapisan dapat dimanfaatkan, walaupun terkendala dengan
akuifer di sebagian besar wilayah pertanian yang keterbatasan penyediaan air yang bersumber dari
bergantung pada irigasi air tanah. air permukaan. Potensi air tanah di NTB sebesar
63.895 l/s dan di NTT 267.282l/s dapat
Pemanfaatan air tanah dari sumur-sumur yang
dimanfatkan untuk melengkapi irigasi air
diangkat dengan menggunakan pompa yang
permukaan terutama pada saat periode curah
digerakkan oleh energi listrik maupun generator,
hujan rendah.
akan memerlukan biaya operasional (listrik atau
bahan bakar) yang tinggi sehingga keberlanjutan Sebaran sumber air tanah antara lain berada di
(sustainability) usaha pompa dalam Lombok Barat, Sumba Barat, lereng gunung
pendayagunaan air tanah masih ragu untuk Tambora pulau Sumbawa dan di bagian barat
dipertahankan. Kendala lainnya Sistem Irigasi pulau Flores. Sumber air tanah tersebut berupa
Pompa adalah sumber air, di beberapa daerah mata air, sumur bor dengan debit 5-10 l/s dan
banyak lahan pesawahan berada pada dataran sungai bawah tanah yang belum dieksplorasi.
tinggi dengan beda elevasi terhadap sumber air Pada lokasi-lokasi tertentu sumber air
cukup tinggi. Teknologi pemanfaatan energi sinar permukaan juga cukup potensial dan belum
matahari telah diperkenalkan di beberapa daerah dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu
Indonesia dan sedikit banyak dapat identifikasi sumber-sumber air beserta
mengantisipasi kendala tersebut. Di wilayah potensinya secara rinci perlu dilakukan agar
tropis, sinar matahari sangat melimpah sepanjang penggunaan air tanah dapat saling menunjang
tahun, untuk memenuhi kebutuhan air pada dengan air permukaan. Penggunaan air tanah dan
sistem irigasi dengan pompa air tenaga surya air permukaan untuk irigasi yang saling
bukanlah hal yang baru lagi, tetapi perlu menunjang sudah mulai diperhatikan pemerintah,
dipertimbangkan nilai investasi untuk dengan adanya upaya pemerintah dalam
membangun instalasi pompa air tenaga surya pembangunan Bendungan Napunggete, Raknamo,
masih dianggap tinggi. dan Rotiklod. Area tersebut dipengaruhi oleh
kondisi iklim, kondisi lahan, dan potensi akuifer.

78 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 67-80


UCAPAN TERIMA KASIH Loáiciga, H.A. (2017), The safe yield and climatic
variability: implications for groundwater
Ucapan terima kasih kepada Dinas PSDA, Dinas management. Groundwater, 55(3), 334–345.
Pertanian, Dinas Peternakan dan BWS NT I dan II doi:10.1111/gwat.12481.
di Provinsi NTT. yang telah membantu dalam
Mulyani, A., Nursyamsi, D., & Las, I. (2014). Percepatan
penyediaan data dan informasi. Anggota tim pengembangan pertanian lahan kering iklim
kegiatan penelitian potensi air tanah di Pulau kering di Nusa Tenggara. Jurnal Pengembangan
Sumba serta Ir. S. Sobirin yang telah membantu Inovasi Pertanian, 7(4), 187-198.
dan memberikan masukan sehingga tulisan ini
dapat terwujud. Olayide, O.E., Tetteh, I.K., & Popoola, L. (2016).
Differential impacts of rainfall and irrigation on
DAFTAR PUSTAKA agricultural production in Nigeria: Any lessons
for climate-smart agriculture?. Journal of
Ali, M.H., Abustan, I., Rahman, M.A., & Haque, A.A.M. Agricultural Water Management, 178, 30-36.
(2012). Sustainability of groundwater resources
in the North-Eastern Region of Prastowo, Hardjoamidjojo, S., Pramudya, B.,
Bangladesh. Journal of Water Resources Murtilaksono, K. (2006). Review trickle
Management, 26(3), 623-641. irrigation application in groundwater irrigation
schemes. Jurnal Keteknikan Pertanian, 20(1).
[Ditjen Sumber Daya Air] Direktorat Jendral Sumber
Daya Air. (2015). Data dan Informasi Balai Republik Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah
Wilayah Sungai di Indonesia. Jakarta: Direktorat Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008
Jendral Sumber Daya Air, Kementerian Tentang Air Tanah. Lembaran Negara Republik
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Indonesia Tahun 2008 Nomor 83. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Foster, T., Brozović, N., & Butler, A.P. (2014). Modeling
irrigation behavior in groundwater Rey, D., Holman, I. P., Daccache, A., Morris, J.,
systems. Journal of Water resources Weatherhead, E. K., & Knox, J. W. (2016).
research, 50(8), 6370-6389. Modelling and mapping the economic value of
supplemental irrigation in a humid
Hatmoko, W., Radhika, Fauzi, M., & Amirwandi, S. climate. Journal of Agricultural Water
(2012). Model Sistem Informasi Neraca dan Management, 173, 13-22.
Alokasi Air di Indonesia. Bandung: Puslitbang
Sumber Daya Air, Balitbang, Kementerian Siebert, S., Burke, J., Faures, J.M., Frenken, K.,
Pekerjaan Umum Puslitbang Sumber Daya Air Hoogeveen, J., Döll, P., & Portmann, F.T. (2010).
Bandung. Groundwater use for irrigation–a global
inventory. Journal of Hydrology and Earth System
Herawan, W., Rengganis. H., Seizarwati, W., Prasetya, D. Sciences, 14(10), 1863-1880.
(2014). Potensi Sumber Daya Air untuk
Penyediaan Air Baku di Pulau Sumba, Nusa Singh, A. (2016). Managing the water resources
Tenggara Timur. Bandung: Puslitbang Sumber problems of irrigated agriculture through
Daya Air, Balitbang, Kementerian Pekerjaan geospatial techniques: An overview. Journal of
Umum. Agricultural Water Management, 174, 2-10.
Jiang, Y., Zhang, L., Zhang, B., He, C., Jin, X., & Bai, X. Steward, D.R., & Allen, A.J. (2016). Peak groundwater
(2016). Modeling irrigation management for depletion in the High Plains Aquifer, projections
water conservation by DSSAT-maize model in from 1930 to 2110. Journal of Agricultural Water
arid northwestern China. Journal of Agricultural Management, 170, 36-48.
Water Management, 177, 37-45.
Subagya, E.H., Iswadi, Jenah, N., Poerwaningsih, R.,
Karamouz, M., Kerachian, R., & Zahraie, B. (2004). Drajat, D., Hartini, M., … Lestari. (2014). Luas
Monthly water resources and irrigation Lahan Menurut Penggunaan. Jakarta: Badan
planning: case study of conjunctive use of Pusat Statistik.
surface and groundwater resources. Journal of
Sukarman, Subiksa, I.G.M., & Ritung, S. (2012).
Irrigation and Drainage Engineering, 130(5),
Identifikasi lahan kering potensial untuk
391-402.
pengembangan tanaman pangan. Dalam Prospek
Kumar, C.P. (2012). Climate change and its impact on Pertanian Lahan Kering dalam Mendukung
groundwater resources. International Journal of Ketahanan Pangan. Diambil September 2016,
Engineering and Science, 1(5), 43-60. dari http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/
Lahan-Kering-Ketahan/BAB-V-3.pdf
Leng, G., Huang, M., Tang, Q., Gao, H., & Leung, L.R.
(2014). Modeling the effects of groundwater-fed Toto., R., & Purwanto. (2000). Peta Hidrogeologi Lembar
irrigation on terrestrial hydrology over the Lombok dan Sumbawa Bagian Barat, Skala 1 :
conterminous United States. Journal of 250.000. Bandung: ESDM, Badan Geologi,
Hydrometeorology, 15(3), 957-972. Bandung.

Potensi dan Upaya-Rengganis 79


Wang, J.F., Cheng, G. D., Gao, Y.G., Long, A. H., Xu, Z. M., Li, Yanti, D., & Pratama, F.N. (2015). Pendayagunaan irigasi
X., Chen. H., & Barker, T. (2008). Optimal water air tanah menunjang budidaya pertanian secara
resource allocation in arid and semi-arid produktif pada lahan tadah hujan. Jurnal
areas. Journal of Water Resources Teknologi Pertanian Andalas, 19(2), 10-17.
Management, 22(2), 239-258.

80 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 67-80

Anda mungkin juga menyukai