Anda di halaman 1dari 19

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas berupa
makalah yang berjudul atau bertemakan Asmaul Husna.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dengan bantuan teman-
teman serta berbagai sumber yang kami dapatkan dari berbagai media seperti internet
dan majalah sehingga dapat memperlancar kami dalam pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Sekian dari kelompok kami, maaf jika ada kesalahan dalam penulisan sumber,
isi makalah. Semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah ilmu bagi
pembacanya.
BAB II

Pendahuluan
I. Latar Belakang

Semua yang ada di alam ini merupakan makhluk Allah SWT. Allah SWT
mempunyai sifat-sifat yang agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua
makhluk-Nya. Oleh karena itu, semua makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya.
Namun sifat-sifat Allah SWT tersebut tidak hanya tergambar dalam sifat wajib-Nya,
melainkan juga dari nama-nama baik yang menyertai-Nya (Asmaul Husna)

Firman Allah SWT dalam QS Al- Hasyr ayat 24 :

“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,


Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang
ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa.”

Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa
dibuktikan dari seberapa sering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat
dilakukan dengan menyebut kalimat-kalimat tayyibah atau menyebut nama-nama
Allah SWT dalam Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat)
kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

“Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan


menyebut Asmaul Husna itu.” (QS. Al-A’raaf : 180)

Berdasarkan ayat diatas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah
SWT yang terhimpun dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan
sebaiknya didahului dengan menyebut nama-Nya (terwujud dalam kalimat
basmallah). Allah SWT memerintahkan untuk menyebut-Nya dengan Asmaul
Husna sebagai pujian dan pengantar doa kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti
meminta sesuatu. Dengan memuji nama-Nya terlebih dahulu, harapan akan
terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar. Dalam salah satu haditsnya,
Rasulullah menjelaskan :

“Sesungguhnya Allah SWT mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus


kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga.”(HR.
Bukhari)

II. Maksud dan Tujuan

1. Mengembangkan wawasan penulis tentang Akidah khususnya Asmaul Husna


2. Mengimplementasikan ilmu teori dan praktek yang diperoleh selama belajar
3. Mengenal Asmaul Husna dengan bersungguh-sungguh, menghafal, kemudian
memahami maknanya serta beribadah kepada Allah sebagi penguat iman
Daftar Isi

Halaman Judul...................................................................................................... i

Kata Pengantar...................................................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................................................... iii

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Maksud dan tujuan..................................................................................... 2

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Asmaul Husna.......................................................................... 3


B. Dalil Yang Terkandung Dalam Asmaul Husna.......................................... 3
C. Manfaat Asmaul Husna............................................................................... 4
D. Nama-nama Asmaul Husna dan Maknanya................................................ 5

Bab III Penutup

E. Kesimpulan................................................................................................. 15
F. Saran........................................................................................................... 15
G. Daftar Pustaka............................................................................................. 16
Tugas Agama

ASMAUL HUSNA
Disusun oleh X MIPA 5
Kelompok 6

SMA NEGERI 3
MADIUN
2016/2017

Nama Anggota Kelompok :

1. Ramadhana Eka Wicaksono (25)


2. Rindi Kartikasari (26)
3. Risky Aji Yudha W. (27)
4. Vena Millenia Novianti (29)
5. Viola Fada Vahleffi (30)
BAB II
Pembahasan

I. Pengertian Asmaul Husna

Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma


berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul
husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah.

Menurut bahasa, Asma`ul husna artinya nama-nama yang baik.


Sedangkan menurut istilah berarti nama-nama Allah yang baik dan yang
agung sesuai dengan sifat-sifat Allah sebagai bukti keagungan dan
kemuliaan-Nya, jumlahnya ada 99 (sembilan puluh sembilan) nama.

Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan,


gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-
nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang
menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.

“ "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung


kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak
ada seorang pun yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4) ”
Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya
dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan
atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-
Ikhlas.
Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama
kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya
ada (dan bergantung) pada-Nya.

II. Terjemahan dalil yang terkandung di dalam Al-


Qur'an dan Hadits tentang asmaa'ul husna:
1. "Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)."(Thaa-
Haa 20:8)

2. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang


mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna(nama-nama
yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu" (Al-Israa' 17:110)

3. "Allah memiliki Asmaa'ulHusna, maka memohonlah kepada-Nya


dengan menyebut nama-nama yang baik itu..." (Al-A'raaf :180)

III. Manfaat Asmaul Husna

1. Al-Kariimu = Yang Maha Mulia


Lafal Asma`ul husna ini mempunyai khasiat yang baik sekali. Kalau Anda
menginginkan kemuliaan, baik kemuliaan dunia dan akhirat, amalkan saja
berdzikir kepada Allah dengan membaca "Yaa Kariimu" sebanyak 280 kali
sewaktu Anda akan tidur.

2. Al-Mu`minu = Yang Memberi Keamanan


Khasiatnya, jika kita menginginkan agar diri kita, keluarga kita dan harta benda
kita dapat menjadi aman dari gangguan dan sebagainya, maka bacalah lafal
"Yaa Mu`minu" setiap hari sebanyak 136 kali.

3. Al-Wakiilu = Yang Maha Mengurusi


Lafal asma Allah ini mempunyai khasiat sebagai berikut:a. Jika kita mau
mengamalkan membaca lafal "Yaa Wakiilu" sebanyak 1000 kali, maka insya
Allah Allah berkenan membukakan pintu rezeki dan kebaikan.b. Jika kebetulan
turun hujan lebat yang disertai dengan angin ribut yang membahayakan dan
menakutkan, maka coba saja kita baca "Yaa Wakiilu" semaksimal mungkin.
Insya Allah hujan dan angin ribut itu akan menjadi reda kembali, dengan izin
Allah Ta`ala.

4. Al-Matiinu = Yang Maha Kokoh


Asma Allah yang terbaik ini mempunyai khasiat istimewa dan sangat besar.
Diantara khasiat-khasiatnya adalah:
a. Kalau kita baca setiap selesai sholat lima waktu "Ya Matiinu" sebanyak 500
kali atau sekaligus 7000 kali insya Allah kita akan memperoleh khasiatnya yang
sangat hebat.
b. Jika kita menginginkan agar kita menjadi seorang yang berjiwa kokoh dan
kuat, berpikiran yang cerdas, berjiwa yang tenang dan lapang dada serta tidak
mudah dapat dipengaruhi oleh orang lain, maka amalkanlah membaca "Ya
Matiinu" ini.
c. Apabila kamu sebagai seorang siswa atau mahasiswa yang menginginkan
agar berhasil dan sukses segala-galanya, maka bacalah secara rutin lafal "Ya
Matiinu" ini sebanyak 500 kali setiap selesai dari shalat fardu lima waktu.
d. Jika kamu sebagai seorang pemimpin, baik sebagai pemimpin masyarakat,
pemimpin agama, atau sebagai kepala kantor ataupun jabatan lain, ingin agar
diri Anda sebagai pemimpin itu mempunyai wibawa dan jiwa yang kokoh,
berfisik dan bermental yang kuat, maka jangan segan-segan berdzikir dengan
asma Allah "Ya Matiinu" setiap selesai dari shalat lima waktu. Dengan demikian
berkat pertolongan Allah dari zikir Anda itu, maka Anda akan mempunyai jiwa
yang kokoh dan kuat.
e. Ketahuilah, bahwa tidak sedikit adanya bukti-bukti dan kenyataan yang
menimpa pada diri seseorang, dimana ia mengalami kegagalan total akibat
tidak pernah berdzikir kepada Allah. Ia telah membanggakan ilmu pengetahuan
dan kecerdasan rasio yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk menghindari
yang demikian itu, marilah kita membiasakan berdzikir dengan membaca "Ya
Matiinu" ini, maka Allah berkenan memberikan karunia kepada kita menjadi
orang yang berjiwa lapang dan mempunyai pikiran yang terang.

5. Al-Jaami`u = Yang Mengumpulkan


Asma Allah ini mempunyai khasiat, yaitu apabila anak Anda atau bujang Anda
pergi tanpa pamit, maka bacalah "Ya Jaami'u" semaksimal mungkin. Insya Allah
ia akan pulang kembali berkat pertolongan Allah.

6. Al-`Adlu=Yang Maha Adil Khasiatnya


Jika kita senantiasa membaca "Ya `Adlu" sebanyak 104 kali setiap selesai dari
shalat fardu lima waktu, niscaya kita akan memiliki sifat kepribadian yang adil
terhadap siapa saja, yakni tidak mau berlaku curang ataupun berat sebelah.

7. Al-Aakhiru = Yang Akhir Khasiatnya


Siapa dapat membiasakan membaca "Ya Aakhiru" setiap selesai shalat lima
waktu sebanyak 200 kali lamanya satu bulan, maka Allah berkenan
membukakan baginya pintu rezeki yang halal.

IV. Nama-nama Asmaul Husna

a.) Al-‘Alim (Yang Maha Mengetahui)


Al-‘Alim artinya Maha Mengetahui. Allah Swt Maha Mengetahui yang tampak atau
yang gaib. Pengetahuan Allah Swt tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Segala aktivitas
yang dilakukan makhluk diketahui oleh Allah Swt. Bahkan, peristiwa yang akan terjadi
pun sudah diketahui oleh Allah Swt. Dengan kata lain, pengetahuan Allah Swt itu tanpa
batas. Luar biasa, bukan? Subhanallah, luar biasa! Perlu kalian ketahui bahwa Allah
Swt. menyuruh kita untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya, agar kalian dapat
mengetahui ciptaan-Nya, baik yang ada di langit atau yang ada di bumi. Sesungguhnya,
Allah Swt. sangat menyukai orang yang rajin mencari ilmu pengetahuan dan
mengamalkannya. Perilaku yang dapat diwujudkan dalam meyakini sifat Allah al-‘Alim
adalah kita wajib terus-menerus mencari ilmu-ilmunya Allah Swt. dengan cara belajar
dan merenungi ciptaan-Nya. Tapi ingat! Penting juga untuk diperhatikan bahwa kita
tidak boleh merasa paling pandai. Orang berilmu itu wajib tetap rendah hati. Seperti
pohon padi, semakin berisi semakin merunduk.
Perhatikan firman-Nya berikut ini:
             
ِ ‫ا‬LL‫ا َوال َحبَّ ٍة فِي ظُلُ َم‬LLَ‫ب ال يَ ْعلَ ُمهَا إِال ه َُو َويَ ْعلَ ُم َما فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َما تَ ْسقُطُ ِم ْن َو َرقَ ٍة إِال يَ ْعلَ ُمه‬
‫ت‬ ِ ‫ َو ِع ْن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬ *  
ْ ‫ض َوال َر‬
)٥٩(  ‫ين‬ ٍ ِ‫ب ُمب‬ ٍ ‫س إِال فِي ِكتَا‬ ٍ ِ‫ب َوال يَاب‬ ٍ ‫ط‬ ِ ْ‫األر‬

”Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib. Tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri. dan Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). dan tidak jatuh
sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (Surah al-
An’am/6:59)

Bagi Allah, tidak ada yang tersembunyi. Serapat-rapat manusia menyimpan rahasia,
Allah pasti mengetahuinya. Sekelebat mata yang berkhianat, Allah mengetahuinya. Niat
hati yang tersimpan rapi, Allah pun mengenalinya. Lebih jauh dari itu, rahasia di balik
rahasiapun, diketahui-Nya. Sesuatu yang sudah mengendap lama atau yang telah
terlupakan oleh manusia, serta segala yang kini telah berada di bawah sadarnya, Allah
tetap mengetahuinya.
Lalu, dapatkah kita bersembunyi dari pantauan-Nya? Dapatkah kita merahasiakan
sesuatu di hadapan Allah? Dapatkah kita keluar dari monitoring-Nya?
Sungguh, Allah bahkan telah mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi, karena Dialah
yang membuat rencana.
Tidak hanya itu, bahkan Allah-lah sumber dari segala sumber ilmu. Dia tidak saja
sekadar tahu, tapi Dia adalah sumber pengetahuan. Perlu diketahui bahwa ilmu Allah itu
bukan hasil dari sesuatu, tapi segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini merupakan
hasil dari ilmu-Nya. Allah berfirman: “Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah: 255)
Itulah sebabnya Rasulullah diperintahkan agar senantiasa berdo’a agar diberi tambahan
ilmu. “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaaha: 114)
Ilmu yang diharap tentu saja ilmu yang menimbulkan dampak positif dalam kehidupan,
yaitu ilmu yang melahirkan amal shalih yang sesuai dengan petunjuk Ilahi. Ilmu inilah
yang akan menimbulkan kesadaran tentang jatidiri manusia yang merasa dhaif di
hadapan Allah swt. Dalam pandangan islam, ilmu yang hakiki adalah ilmu yang
mengantarkan pemiliknya kepada iman, dan ketundukan kepada Allah swt. 
Sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan sebelumnya apabila al-
Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil
bersujud. Mereka berkata, Mahasuci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti
terlaksana. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka
bertambah khusyu’.” (QS. Al-Israa: 107-109)..

b.) Asy – Syaafi (Yang Maha Penyembuh)

1. Pengertian :
Asy - Syaafi berarti Yang Maha Menyembuhkan segala penyakit
lahir maupun batin. Dialah yang menyembuhkan hati manusia dari
berbagai syubhat (kerancuan/kesalahpahaman dalam memahami
Islam), ketidakyakinan, iri, dengki dan penyakit-penyakit hati lainnya,
serta menyembuhkan badan manusia dari berbagai macam penyakit
dan kerusakan. Tidak ada satu pun yang mampu melakukan semua itu
kecuali AllahTa’ala semata, maka tidak ada kesembuhan penyakit selain
kesembuhan dari-Nya dan tidak ada asy-Syaafi (Yang Maha Penyembuh)
kecuali Dia, sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim‘alaihis salam yang
dinukil dalam al-Qur’an,
{‫ت فَه َُو يَ ْشفِي ِن‬
ُ ْ‫} َوإِ َذا َم ِرض‬

“Dan apabila aku sakit Dialah Yang menyembuhkan aku” (QS asy-
Syu’araa’: 80).

Maksudnya adalah jika kita ditimpa suatu penyakit maka tidak


ada satupun yang mampu menyembuhkanku selain Allah Ta’ala, dengan
sebab-sebab yang ditetapkan-Nya.

2. Penjabaran Makna :
a. Imam Ibnul Atsir menjelaskan bahwa asal kata nama ini secara
bahasa berarti lepas (sembuh) dari penyakit.
b. Imam Fairuz Abadi menjelaskan bahwa arti asal kata nama ini (asy-
syifa’) adalah obat penyembuh.
c. Al - Haliimi menjelaskan bahwa maknanya secara bahasa adalah
menghilangkan sesuatu yang menyakiti atau merusak pada badan
manusia.
3. Kesembuhan dari Allah ada dua macam, yaitu :
a. Kesembuhan yang bersifat maknawi dan rohani, yaitu kesembuhan
dari penyakit-penyakit hati manusia.
Penjabaran :

Lَ ِ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُم ْؤ ِمن‬


{‫ين‬ ِ ‫}يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat dari


Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam
dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman” (QS Yuunus:57).

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, “Allah menjadikan al-


Qur’an bagi orang-orang yang beriman sebagai penyembuh, (dengan)
mereka mengambil pengobatan dari nasehat-nasehat (yang terkandung
dalam) al-Qur’an untuk (menyembuhkan) penyakit-penyakit yang
merasuk ke dalam dada (hati) mereka, (juga penyakit yang berupa)
bisikan dan godaan setan (yang akan merusak hati dan keimanan
manusia), maka Allah mencukupkan (nasehat) bagi orang-orang yang
beriman dengan penjelasan ayat-ayat-Nya sehingga mereka tidak butuh
lagi kepada nasehat yang lain”.

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

{‫آن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َوال يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ إِال خَ َسارًا‬
ِ ْ‫} َونُنز ُل ِمنَ ْالقُر‬

“Dan Kami turunkan pada al-Qur’an suatu yang merupakan penyembuh


dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS al-
Israa’: 82).

Imam Ibnu Katsir berkata, “Arti ‘al-Qur’an sebagai penyembuh


dan rahmat bagi orang-orang yang beriman’: al-Qur’an akan
menghilangkan penyakit-penyakit yang ada di hati mereka, yang berupa
keraguan (ketidakyakinan), kemunafikan, kesyirikan, penyelewengan
dan penyimpangan, maka al-Qur’an akan menyembuhkan semua
(penyakit) tersebut…”.

Akan tetapi perlu diingatkan di sini, bahwa fungsi al-Qur’an


sebagai petunjuk dari Allah Ta’alauntuk menyembuhkan penyakit hati,
hanyalah bisa diambil oleh orang-orang yang mengimani kebenaran al-
Qur’an serta memahami kandungan makna dan artinya.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “al-Qur’an adalah penyembuh yang
hakiki  dari berbagai syubhat(kerancuan/kesalahpahaman dalam
memahami Islam) dan keragu-raguan (dalam keimanan), akan tetapi
semua (manfaat al-Qur’an) itu tergantung dari (sejauh mana) kita
memahami (kandungan) artinya dan mengetahui maksud (penafsiran
yang benar) darinya”.

b. Kesembuhan fisik, yaitu kesembuhan dari penyakit-penyakit fisik.

Penjabaran :

Hadits riwayat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu


‘anhu tentang beberapa orang shahabat yang melakukan safar
(perjalanan), lalu mereka singgah di sebuah perkampungan
Arab, kemudian kepala suku perkampungan tersebut sakit
karena disengat binatang buas, dan salah seorang shahabat
mengobatinya dengan membaca surat al-Fatihah, maka serta
merta orang tersebut sembuh total, Lalu mereka diberi hadiah
beberapa ekor kambing. Kemudian setelah pulang dari
perjalanan tersebut, mereka menceritakan kejadian tersebut
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliaupun
membenarkan perbuatan mereka seraya bersabda: “Dari mana
kamu mengetahui bahwa surat al-Fatihah
adalah ruqyah(doa/zikir untuk penyembuhan)?”, bahkan
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammeminta
bagian dari hadiah kambing tersebut”.

Dan hadits riwayat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamjika ditimpa sakit, beliau
membaca al-mu’awwidzaat (surat al-Falaq dan an-Naas) untuk
diri beliau sendiri dan meludah sedikit. Lalu ketika sakit beliau
sudah parah, akulah yang membacanya untuk beliau dan aku
mengusap dengan tangan beliau karena mengharap
keberkahannya”.

4. Manfaat mangimani Asy – Syaafi :

a. Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Zat yang menyembuhkan,


tidak ada yang menyembuhkan kecuali Dia, dan tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan yang telah ditentukan oleh-
Nya, dan tidak ada yang menghilangkan penyakit kecuali Dia,
baik menghilangkan penyakit badan atau jiwa. Allah SWT
berfirman:
ُ ِ‫ك هَّللا ُ ب‬
‫ض ٍّر فَال َكا ِشفَ لَهُ إِال ه َُو َوإِ ْن يَ ْم َس ْسكَ بِ َخي ٍْر فَهُ َو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ َ ‫َوإِ ْن يَ ْم َس ْس‬

“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka


tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika
Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa
atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. Al-An’am: 17)

b. Sesunggahnya hanya Allah-lah Zat yang menyembuhkan, dan Dia


tidak menurunkan penyakit kecuali Dia menurunkan bersamanya
obat sebagai penawar dan Dia memiliki sebab-sebab yang
mengarahkan kepada kesembuhan. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari
di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah r.a bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan suatu
penyakit kecuali Dia juga menurunkan bersamanya obat sebagai
penawar”.

c. Terkadang proses penyembuhan itu bisa jadi terlambat karena


hikmah yang diinginkan oleh Allah SWT, seperti mengangkat
derajat orang yang sedang sakit atau menghapuskan
kesalahannya:

‫)فَا ْستَ َج ْبنَا لَهُ فَ َك َش ْفنَا َما‬٨٣( َ‫ُّوب إِ ْذ نَادَى َربَّهُ أَنِّي َم َّسنِ َي الضُّ رُّ َوأَ ْنتَ أَرْ َح ُم الرَّا ِح ِمين‬
َ ‫َوأَي‬
)٨٤( َ‫ض ٍّر َوآتَ ْينَاهُ أَ ْهلَهُ َو ِم ْثلَهُ ْم َم َعهُ ْم َرحْ َمةً ِم ْن ِع ْن ِدنَا َو ِذ ْك َرى لِ ْل َعابِ ِدين‬
ُ ‫بِ ِه ِم ْن‬

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya


Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu,
lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al-
Anbiya’: 83-84)
Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa Nabi Ayyub
menderita sakit selamadelapan belas tahun sebagai ujian Allah
SWT bagi Nabi-Nya.
Diriwayatkan oleh oleh Al-Turmudzi di dalam kitab
sunannya dari Jabir r.a bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Pada saat orang-orang yang diuji dengan penyakit (di dunia)
diberikan pahalanya maka orang-orang yang sehat pada hari
kiamat berangan-angan kalau seandainya kulit-kulit mereka
dicabik-cabik di dunia dengan gunting”
c.) Al-Adl (Yang Maha Adil)

 Al-‘Adl artinya Maha Adil.Keadailan allah bersifat mutlak,tidak dipengaruhi


oleh apapun dan siapapun.Keadilan Allah SWT juga didasari dengan ilmu Allah
SWT yang Maha Luas.Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya itu salah.Allah
adalah pencipta segala keindahan dan keburukan,kebaikan dan
kejahatan.Allah bersifat adil pada ciptaan-Nya,dalam hal ini ada rahasia yang
sulit dimengerti.Tetapi setidak-tidaknya,kita memahami bahwa seringkali
orang harus mengenal lawan kata dari sesuatu untuk memahaminya.Orang
yang tidak pernah merasakan kesedihan,tidak akan mengenal
kebahagiaan.Jika tidak ada yang buruk,kita tidak akan mengenal
keindahan.Baik dan buruk sama pentinya.Allah menunjukan yang satu dengan
yang lain,yang benar dengan yang salah,dan menunjukkan kepada kita akibat
dari masing-masingnya.
 Dalam surat Al-An’am ayat 115 Allah berfirman:
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu(Al-Qur’an,sebagai kalimat yang benar
dan adil.Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah
yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.”(Al-An’am:115)

d.) At-Tawwab (Yang Maha Menerima Taubat)

 At-Tawwab dari sisi bahasa adalah menerima taubat.At-Tawwab adalah yang


memberikan kepada hamba-Nya sebab-sebab bertaubat dan allah yang
membuat sebab-sebab.Misal,terkadang Allah membuat seorang hamba
sakit,tekena musibah dan lainnya yang semuanya merupakan cara-cara allah
agar hamba-Nya bertaubat.Maka nama allah At-Tawwab adalah sang
penerima taubat dan sekaligus memberikan kemudahan serta sebab-sebab
taubat.At-Tawwab adalah maha pemberi dan penerima taubat.Pada dasarnya
manusia tidak bisa bertaubat dengan sendirinya,karena setiap orang yang
brtaubat pasti ada sebab-sebab yang allah ciptakan.
 Dalam surat Al-Hajj ayat 46 Allah berfirman:
“Maka tidak pernahklah meraka berjalan dibumi,sehingga hati(akal)meraka
dapat memahami,telinga mereka dapat mendengar?Sebenarnya bukan mata
itu yang buta,tetapi yang buta ialah yang ada didalam dada,”(Al-Hajj:46)

e.) Al Jabbar (Yang Maha Memaksa)


Al Jabbar yang bermakna Yang Maha Memaksakan Kehendak, sebelum membahas
tentang Al jabbar lebih lanjut, mari kita buka pembahasan ini dengan membaca sebuah
hadits  Qudsi:

“ Kemulian adalah pakaian-Ku dan keangkuhan adalah selempang-Ku, siapa yang


mencoba merebutnya dari-Ku akan ku siksa.” ( HR. Muslim)

Sifat ini dapat disandang oleh manusia terpuji , apabila ia meneladaninya dengan
takwa, Allah pun akan menempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi dari
pengikutnya, yang berarti ia menjadi pemimpin umat bahkan mencapai puncaknya
tersendiri dengan takwa.

Dengan meneladani sifat Asmaul Husna Al Jabbar ini sikap dan penampilan dari orang
ini akan berwibawa, berpengaruh diikuti dan ditakuti oleh pengikutnya. Kemungkinan
tidak ada seorang pun yang dapat memandangnya kecuali rindu kepadanya.  Orang
yang menyandang difat ini adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:

“Seandainya Musa hidup, dia tidak dapat tidak kecuali mengikutiku” (HR. Ahmad dari
Jabir Ra.)

Al Jabbar yang berarti yang maha perkasa lagi maha memaksakan kehendak, menurut
hadits Qudsi diatas bahwa kemulian Allah adalah pakaiannya dan keangkuhan adalah
selempangnya, kata tersebut bermakna memaksa kepada siapapun mahkluk yang
mencoba merebut kemulian dan keangkuhan, dengan
perumpamaan kalau manusia yang beranggapan bahwa ia adalah seorang yang
perkasa lagi sombong berarti ia mencoba merebut pakaian dan selempang-Nya.

Maka dari itu manusia tak sepatutnya mempunyai sifat sombong dan angkuh karena
akan disiksa oleh Allah. Dikarenakan ia merebut pakaian dan selempang-Nya. Dengan
menciptakan manusia yang mempunyai akal yang dapat membedakan yang haq dan
bathil, mana yang halal dan mana yang haram, mana yang bermnanfaat dan mana
yang mudlarat, mana yang terpuji dan mana yang di murkai-Nya.

Manusia yang diciptakan mempunyai kebebasan, tetapi mempunyai arah tujuan


penciptaan kita adalah untuk mengenal Allah, menemui Allah dan kembali kepada
Allah. Untuk itu kalau ingin mengenal Allah harulah kita mengetahui Asmaul
Husna (nama-nama baik bagi Allah), sebagai mana fitrah sebagai manusia pada saat
penciptaan-Nya.

Manusia hidup didunia mengalami beberapa peristiwa dan berbagai ujian serta cobaan
yang dapat mengguncang hidupnya bahkan melumpuhkannya. Kemiskinan yang
membuat gundah gulana, kekayaan dan kegembiraan yang melenakan, ketakutan yang
mencekam, penyakit yang menyerang, kesedihan yang menghujam, berbagai macam
perasaan yang berkecamuk dalam diori manusia.
Allah sebagai Al jabbar dapat memperbaiki yang rusak, meluruskan yang bengkok,
menambal yang bocor, menajamkan yang tumpil, menghilangkan kecemasan dan
gundah gulana, memaafkan kesalahan menagmpuni dosa sehingga dapat kembali
kepada sedia kala.

Denga begitu Allah yang Maha Memaksa dapat membuat dan mengalihkan keadaan
secara paksa, apabila kita meminta serta berdoa dengan ihklas disertai dengan takwa.
Untuk itu nama Al Jabbar ini dapat menghilangkan keresahan, menetramkan hati dan
jiwa  yang resah. Tidak ada tempat yang dapat diminta lagi selain Allah karena Allah
dapat memaksa segala kehendak dan kondisi. Dan apabila kita dihadapkan kepada
kemaksiatkan mintalah perlindungan kepada Allah, dengan perlindungan dan kasih-
Nya.

Diantara dzikir, do’a dan wirid yang dapat digunakan untuk melebur diri dalam nama
dan sifat al-jabbar adalah:
• Berdzikir dengan lafadz “Ya Jabbar (Wahai dzat Yang Maha Perkasa/Maha Mulia)
dengan jumlah yang tak terbatas.
• Apabila seseorang yang sungguh-sungguh beriman kepada keperkasaan Allah yang
tak terkalahkan itu, dengan hati bersih mengharapkan kekuatan itu dengan membaca
“Ya Jabbar” sebanyak 237 kali, atau sebanyak-banyaknya pada waktu pagi dan petang,
insya Allah dia akan terhindar dari ancaman-ancaman manusia dan jin sekalipun.

f.) Al Awwal dan Al Aakhir (Yang Maha Awal dan Maha Akhir)

Di antara Al-Asma`ul Husna (nama-nama Allah yang sangat baik) adalah Al-Awwal (
‫ ) ْاألَ َّو ُل‬dan Al-Akhir (‫ ) ْاآل ِخ ُر‬sebagaimana termaktub dalam firman Allah berikut ini:
‫الظا ِه ُر َو ْالبَاطِ نُ َوه َُو ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِي ٌم‬ َّ ‫ه َُو اأْل َوَّ ُل َواآْل ِخ ُر َو‬.
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid: 3)
Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits Nabi n sekaligus keterangan beliau tentang
maknanya, berikut ini:
Suhail mengatakan: “Dahulu Abu Sha-lih memerintahkan kami apabila seseorang di
antara kami hendak tidur agar berbaring di atas sisi kanannya, lalu mengucapkan:
‫ َفال َِق ْال َحبِّ َوال َّن َوى َو ُم ْن ِز َل ال َّت ْو َرا َة‬،ٍ‫ش ْال َعظِ ي ِْم َر َّب َنا َو َربَّ ُك ِّل َشيْ ء‬ ِ ْ‫ض َو َربَّ ْال َعر‬ ِ ْ‫ت َو َربَّ ْاألَر‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم َربَّ ال َّس َم َاوا‬
‫ت اآل ِخ ُر‬ ْ ْ َ
َ ‫ك شيْ ٌء َوأن‬َ َ َ
َ ‫ْس ق ْبل‬ َ َ َ
َ ‫ت األ َّو ُل فلي‬ْ ْ َ َّ َ ٌ
َ ‫ الل ُه َّم أن‬،ِ‫ت آخِذ ِبناصِ َي ِته‬ ْ َ َ ُ
َ ‫ك مِنْ شرِّ ك ِّل شيْ ٍء أن‬َ ُ َ
َ ‫ أعُوذ ِب‬،‫ان‬ َ ‫َو ْاإلِ ْن ِج ْي َل َو ْالفُرْ َق‬
ْ َ
‫ض َع َّنا ال َّدي َْن َوأ ْغ ِن َنا م َِن ال َف ْق ِر‬ ِ ‫ ا ْق‬،ٌ‫ك َشيْ ء‬ َ ‫ْس ُد ْو َن‬ ْ
َ ‫ت البَاطِ نُ َفلَي‬ َ
َ ‫ك َشيْ ٌء َوأ ْن‬ َّ
َ ‫ت الظا ِه ُر َفلَي‬
َ ‫ْس َف ْو َق‬ َ
َ ‫ك َشيْ ٌء َوأ ْن‬ َ ‫ْس َبعْ َد‬ َ ‫َفلَي‬
“Ya Allah Rabb sekalian langit dan bumi dan Rabb ‘Arsy yang agung Rabb kami dan
Rabb segala sesuatu, Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-
buahan. Yang menurunkan Taurat, Injil dan Al-Qur`an, Aku berlindung dari kejahatan
segala sesuatu yang Engkaulah yang menguasai ubun-ubunnya. Ya Allah engkaulah Al-
Awwal yang tiada sesuatu sebelum-Mu, dan engkaulah Al-Akhir yang tiada sesuatu
setelah-Mu, Engkaulah Yang Zhahir Yang tiada sesuatu di atas-Mu dan engkau Al-
Bathin, tiada yang lebih dekat dari-Mu sesuatupun, lunasilah hutang kami dan
cukupilah kami dari kefakiran.” Dan Abu Shalih meriwayatkan ini dari Abu Hurairah z
dari Nabi n. (Shahih, HR. Muslim no. 2713)
Makna Al-Awwal adalah Dzat yang tiada sesuatu sebelum-Nya, sehingga nama ini
menunjukkan kedahuluan Allah. Dan kedahuluan Allah itu bersifat mutlak bukan
kedahuluan yang relatif (nisbi), semacam bila dikatakan: Ini lebih awal dibanding yang
setelahnya, dan ada yang lain sebelumnya. Sehingga nama Allah Al-Awwal
menunjukkan bahwa segala sesuatu selain-Nya baru ada setelah sebelumnya tiada.
Hal ini menuntut seorang hamba agar memerhatikan keutamaan Rabbnya dalam
setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia, di mana sebab dan
musababnya berasal dari Allah l.
Makna Al-Akhir adalah Dzat yang tiada sesuatu setelah-Nya. Nama Allah l ini
menunjukkan keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Dia
merupakan tujuan dan tempat bergantung yang seluruh makhluk menuju kepada-Nya
dengan ibadah, harapan, rasa takut dan seluruh keperluan mereka.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t mengatakan: “Dan janganlah dipahami bahwa ini
menunjukkan batas akhir-Nya. Karena ada juga hal-hal yang abadi (lainnya) namun
berupa makhluk, seperti al-jannah (surga) dan an-nar (neraka). Atas dasar itu, maka Al-
Akhir mengandung makna bahwa Ia meliputi segala sesuatu, tiada kesudahan bagi
keakhiran-Nya.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan: “Perhatikanlah makna-makna yang
agung ini yang menunjukkan keesaan Rabb Yang Maha Agung dalam hal
kesempurnaan dan liputan-Nya yang mutlak. Baik yang berkaitan dengan liputan
waktu, yaitu pada nama-Nya Al-Awwal dan Al-Akhir, maupun yang berkaitan dengan
tempat yaitu pada nama-Nya Azh-Zhahir dan Al-Bathin.
Ibnul Qayyim menjelaskan:
Keawalan Allah l mendahului keawalan segala sesuatu dan keakhiran-Nya tetap setelah
keakhiran segala sesuatu. Sehingga makna keawalan-Nya adalah kedahuluan-Nya atas
segala sesuatu, dan makna keakhiran-Nya adalah kekekalan-Nya setelah segala
sesuatu… Poros empat nama ini adalah pada makna liputan, yaitu dua liputan, yang
berkaitan dengan waktu dan tempat… Maka segala yang mendahului, itu berakhir
pada kedahuluan Allah l, dan segala yang berakhir maka kembali kepada keakhiran
Allah l. Sehingga dua nama tersebut meliputi segala sesuatu yang awal dan akhir…
Tiada sesuatu yang awal melainkan Allah mendahuluinya dan tiada sesuatu yang akhir
melainkan Allah l setelahnya. Sehingga Al-Awwal artinya kedahuluan-Nya dan Al-Akhir
artinya keabadian-Nya….” (Thariqul Hijratain hal. 27)
Pengaruh nama Al-Awwal dan Al-Akhir
Pengaruh dua nama tersebut pada jiwa seorang hamba sebagaimana dikatakan Ibnul
Qayyim: “Maka perhatikanlah buah ibadah dari dua nama ini dan bagaimana keduanya
mengharuskan pasrah yang sempurna kepada Allah l semata, serta membuahkan rasa
butuh yang terus menerus kepada Allah l tanpa selain-Nya, dan bahwa semua urusan
bermula dari-Nya dan kembali kepada-Nya….” (Thariqul Hijratain, hal. 20)
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan

Menghafal kata-kata Asmaul Husna amat besar faedahnya bagi Umat Islam dan
berpahala membacannya bila dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih
dari itu, memahami dan makrifat terhadap makna hakiki yang terkandung di
dalamnya akan membawa ke arah pengalaman dan penghayatan, atau dengan kata
lain “Mendarah daging dalam kehidupan. Maka dijamin akan mendapatkan surga
keindahan dan kenyamanan yang tiada tara.”

B. Saran
Sebagai umat muslim sudi kiranya kita “memahami maknanya dan
mempercayainya”, atau mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga
mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal, memahami maknanya dan
mengamalkan kandungannya. Itu semua insyaallah dapat memperoleh curahan
rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya.

Anda mungkin juga menyukai