Anda di halaman 1dari 8

EMBOLI PARU

A. PENGERTIAN
Emboli paru merupakan penyumbatan pada arteri pulmonalis oleh suatu
embolus menyebabkan kematian pada jaringan paru sehingga mengakibatkan infark
pada paru.
Menurut Sharma tahun 2005, Emboli Paru adalah sumbatan arteri pulmonalis
 trombus pada trombosis vena dalam di tungkai bawah yang terlepas  mengikuti
sirkulasi menuju arteri di paru. Setelah sampai diparu trombus yang besar
tersangkut di arteri pulmonalis atau bronkus lobaris dan menimbulkan gangguan
hemodinamik, sedangkan trombus yang kecil terus berjalan sampai ke bagian distal,
menyumbat pembuluh darah kecil di perifer paru

B. TANDA GEJALA
Ditandai dengan adanya pembendungan pada arteri pulmonalis yang
disebabkan oleh adanya thrombus (bekuan darah,lemak, sel tumor). Patut dicurigai
apabila terdapat 3 gejala diantaranya:
- Sesak yang semakin berat
- Nyeri dada (pleuritic pain) atau hemopitis
- Terjadinya hipotensi/ circulatory collapse
- Gejala lain yaitu batuk dan bengkak/nyeri di ekstremitas bawah
C. PENYEBAB
Kebanyakan kasus disebabkan oleh  bekuan darah dari vena, terutama vena di
tungkai atau panggul.  trombosis vena. Menurut Sylvia A. Price, 2010, ada tiga
faktor utama yang menyebabkan timbulnya trombosis vena dan kemudian menjadi
emboli paru yaitu sebagai berikut :
- Stasis atau melambatnya aliran darah
- Trauma, luka dan peradangan pada dinding vena
- Hiperkoagulasibilitas 

D. ASSESSMENT FT
1. Identitas : Nama,Umur, JK, alamat, Agama, Pekerjaan, Hobby
2. Anamnesis : Keluhan utama, RPS dan RPD
3. Pemeriksaan Fisik :
- Vital sign (TD, TB,BB, Nadi, Suhu, Pernafasan)
- Inspeksi
 Statis : terlihat cemas dan gelisah, pernafasan cepat, wajah pucat dan
berkeringat, terdapat oedem pada AGB.
 Dinamis: adanya nyeri pada dada saat berbicara maupun menggerakan
anggota gerak.
- Palpasi (pemeriksaan iktus cordis dan getaran/vibrasi): tekanan vena
jugularis biasanya normal/ sedikit meningkat pada kondisi akut
- Perkusi (menentukan batas batas jantung) : adanya suara seperti air di
dalam botol/tidak
- Auskultasi (menentukan bunyi jangtung): Bunyi jantung ketiga sering
terdengar jika gagal jantung/syok serta bunyi keempat (atrial sound) dapat
didengar pada sebagian besar pasien
 Suara jantung 1 (S1) timbul akibat penutupan katup mitral dan
trikuspidalis (Lup)
 Suara jantung 2 (S2) timbul akibat penutupan katup semilunaris aorta
dan semilunaris pulmonal (Dub)
 Suara jantung 3 (S3) terjadi akibat pengisian ventrikel pada fase
diastole (normalnya lemah dan rendah)
 Suara jantung 4 (S4) terjadi akibat kontraksi atrium (kadang-kadang
dapat didengar segera sebelum bunyi pertama)
4. PFGD : gerak pasif-aktif-resisted (untuk mengukur LGS dan MMT)
5. Pemeriksaan Khusus : GCS , antropometri
6. Diagnosa FT
- Impairment: sesak, nyeri dada, oedem agb, hipotensi, batuk, disfungsi otot
pernafasan, Abnormal brething, deformitas thorax
- Functional Limitation : kesulitan melakukan ADL seperti berjalan, berlari,
melakukan aktifitas rumah tangga
- Restriction Partisipation : kesulitan mengikuti kegiatan social di
lingkungannya
7. Program FT
- Jangka Pendek: untuk mengatasi impairment
- Jangka Panjang : mengatasi impairment dan mengembalikan fungsional
tubuh sehingga mampu kembali bekerja dan melakukan aktivitas social
secara mandiri
8. Penatalaksanaan FT
- Purse lips breathing bertujuan untuk mempermudah proses pengeluaran udara
yang terjebak pada saluran napas dalam upaya meningkatkan kekuatan otot
pernafasan yang terfokus pada latihan ekspirasi dilakukan sebanyak 5-8 kali
dengan ekspirasi lebih panjang dari inspirasi dilakukan 6 hari selama satu
minggu.
- Massage dengan transver friction pada bagian depan dan belakang dada untuk
merelaksasikan otot pernafasan dilakukan selama 3-5 menit
- Latihan coughing/huffing diulang 3-5 kali dilakukan 5 hari selama 1 minggu
- Mobilisasi sangkar thorak untuk meningkatkan ekspansi thorak yang
menguatkan otot otot pernafasan (Permadi & Wahyudi, 2017)
ASHD (Atherosklerosis Hearth Disease)
A. Definisi
Penebalan (sclerosis) dan penimbunan lipid (athere) dalam arteri koronaria
sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen
menyempit maka resistensi terhadap aliran darah miokardium, bila progresif,
penyempitan akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuan
pembuluh darah untuk melebar.
Apabila terjadi hiperlipidemia kronis, dan pemajanan dgn radikal bebas
dinding arteri menyebabkan terjadinya oksidasi LDL-C, yg berperan dan
mempercepat timbulnya plak ateroma. Oksidasi LDL-C diperkuat oleh kadar HDL-C
yg rendah, DM, hipertensi, defisiensi estrogen, dan rokok. Ateroma yg terbentuk di
dinding pembuluh darah bisa mengakibatkan perdarahan, ulserasi, trombosis, dan
menyebabkan infark miokard

B. Tanda Gejala
- intermitten claudification, nyeri, kaki kram, terutama selama atau sesudah
latihan.
- sensasi dingin
- perubahan warna kulit
- penurunan tekanan nadi

C. Penyebab
kerusakan sel endotel krn inflamasi, produksi radikal bebas, kerusakan fisik
(hipertensi), kerusakan kimia: peningkatan LDL, infeksi, terpapar, logam berat.

D. Assessment
1. Identitas : Nama,Umur, JK, alamat, Agama, Pekerjaan, Hobby
2. Anamnesis : Keluhan utama, RPS dan RPD
3. Pemeriksaan Fisik :
- Vital sign (TD, TB,BB, Nadi, Suhu, Pernafasan)
- Inspeksi
 Statis : terlihat cemas dan gelisah, pernafasan cepat, wajah pucat dan
berkeringat, terdapat oedem pada AGB.
 Dinamis: adanya nyeri pada dada saat berbicara maupun menggerakan
anggota gerak.
- Palpasi (pemeriksaan iktus cordis dan vibrasi/getaran): tekanan vena
jugularis biasanya normal/ sedikit meningkat pada kondisi akut
- Perkusi(menentukan batas-batas jantung): adanya suara seperti air di
dalam botol/tidak
- Auskultasi(menentukan bunyi jantung): Bunyi jantung ketiga sering
terdengar jika gagal jantung/syok serta bunyi keempat (atrial sound) dapat
didengar pada sebagian besar pasien
 Suara jantung 1 (S1) timbul akibat penutupan katup mitral dan
trikuspidalis (Lup)
 Suara jantung 2 (S2) timbul akibat penutupan katup semilunaris aorta
dan semilunaris pulmonal (Dub)
 Suara jantung 3 (S3) terjadi akibat pengisian ventrikel pada fase
diastole (normalnya lemah dan rendah)
 Suara jantung 4 (S4) terjadi akibat kontraksi atrium (kadang-kadang
dapat didengar segera sebelum bunyi pertama)
4. PFGD : gerak pasif-aktif-resisted ( untuk mengetahui LGS dan MMT)
5. Pemeriksaan Khusus : GCS, antropometri
6. Diagnosa FT
- Impairment: pernafasan pendek, mudah lelah, nyeri daada, penurunan
ekspansi thorax.
- Functional Limitation : penurunan aktivitas fisik seperti melakukan
pekerjaan rumah dan berolahraga
- Restriction Partisipation: Kesulitan melakukan aktivitas social di
lingkungan rumah, tempat kerja atau di sekolah.
7. Program FT
- Jangka Pendek: untuk mengatasi impairment
- Jangka Panjang : mengatasi impairment dan mengembalikan fungsional
tubuh sehingga mampu kembali bekerja dan melakukan aktivitas social
secara mandiri
8. Penatalaksanaan FT
- Deep Breathing Exercise dilakukan sebanyak 5 kali repetisi dilakukan 6
hari seminggu selama 2 minggu
- Mobilisasi sangkar thorax dilakukan sebanyak 5-6 kali seminggu untuk
meningkatkan ekspansi thorax (Berampu & Alamsyah, 2018)
- Latihan endurance
program Latihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fungsi
pernafasan dengan Latihan berjalan dan jogging
dosis Latihan diawali dengan 2-3 menit pada minggu pertama, selanjutnya
pada minggu kedua dan ketiga dapat ditingkatkan menjadi 10 menit
disertai istirahat 3 menit. Untuk minggu selanjutnya dan seterusnya dapat
ditingatkan lagi menjadi 20-30 menit dilakukan selama 3-5 kali seminggu
selama 8 mnggu.(Khotimah, 2019)
PPOK
A. Definisi
PPOK adalah istilah umum yang mengacu pada kondisi paru kronis yang
ditandai dengan penyempitan dan penyumbatan saluran udara, peningkatan retensi
sekresi paru dan kerusakan struktural alveoli. Keterbatasan aliran udara ini bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel.
Klasifikasi Penyakit tergolong COPD/PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya: a. Bronkitis kronik kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. b. Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
B. Tanda Gejala
- Pernafasan cepat dan dangkal.diperburuk saat beraktivitas
- Batuk kronik
- Adanya produksi sputum
- Nyeri dada
C. Penyebab
- Paparan Asap rokok/ pembakaran bahan kimia
- Paparan debu atau gas dalam waktu yang lama di lingkungan sekitar
- Virus
- Faktir genetic
- Infeksi saluran pernafasan
D. Assessment
1. Identitas : Nama,Umur, JK, alamat, Agama, Pekerjaan, Hobby
2. Anamnesis : Keluhan utama, RPS dan RPD
3. Pemeriksaan Fisik :
- Vital sign (TD, TB,BB, Nadi, Suhu, Pernafasan)
- Inspeksi
 Statis : terlihat cemas dan gelisah, pernafasan cepat, wajah pucat dan
berkeringat, batuk kronik, perubahan postur tubuh.
 Dinamis: adanya nyeri pada dada saat berbicara maupun menggerakan
AGA, perubahan pola pernafasan.
- Palpasi (pemeriksaan iktus cordis dan vibrasi/getaran): tekanan vena
jugularis biasanya normal/ sedikit meningkat pada kondisi akut
- Perkusi(menentukan batas-batas jantung): adanya suara seperti air di
dalam botol/tidak
- Auskultasi (menentukan bunyi jantung): Bunyi jantung ketiga sering
terdengar jika gagal jantung/syok serta bunyi keempat (atrial sound) dapat
didengar pada sebagian besar pasien
 Suara jantung 1 (S1) timbul akibat penutupan katup mitral dan
trikuspidalis (Lup)
 Suara jantung 2 (S2) timbul akibat penutupan katup semilunaris aorta
dan semilunaris pulmonal (Dub)
 Suara jantung 3 (S3) terjadi akibat pengisian ventrikel pada fase
diastole (normalnya lemah dan rendah)
 Suara jantung 4 (S4) terjadi akibat kontraksi atrium (kadang-kadang
dapat didengar segera sebelum bunyi pertama)
4. PFGD : gerak pasif-aktif-resisted ( untuk mengetahui LGS dan MMT)
5. Pemeriksaan Khusus : GCS, antropometri
6. Diagnosa FT
- Impairment: sesak nafas, batuk, adanya sputum, spasme otot
pernafasan(asesoris), perubahan pola nafas, nyeri dada, perubahan postur
tubuh, kelemahaan pada otot skeletal.
- Functional Limitation : kesulitan melakukan ADL sperti berjalan, berlari,
berpakaian, makan, toileting.
- Restriction Partisipation: Kesulitan melakukan aktivitas social di
lingkungan rumah, tempat kerja atau di sekolah.
7. Program FT
- Jangka Pendek: untuk mengatasi impairment
- Jangka Panjang : mengatasi impairment dan mengembalikan fungsional
tubuh sehingga mampu kembali bekerja dan melakukan aktivitas social
secara mandiri
8. Penatalaksanaan FT

a. IR
Pengaruh fisiologis sinar infra merah jika diabsorpsi oleh kulit akan
meningkatkan temperatur suhu tubuh dan pengaruh lainnya antara lain yaitu
Meningkatkan proses metabolisme, Vasodilatasi pembuluh darah, Pigmentasi,
Pengaruh terhadap urat saraf sensorik.
Pengaruh terhadap jaringan otot, Destruksi jaringan, Menaikkan temperatur
tubuh, Mengaktifkan kerja kelenjar keringat.
Efek teraupetik yang diperoleh dari infra red, antara lainRelief of pain
( mengurangi rasa sakit), Muscle relaxation (relaksasi otot), Meningkatkan supply
darah, Menghilangkan sisa-sisa metabolisme. (Laswati, 2013)
Dosis :
b. Nebulizer
untuk mengurangi sesak, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme
berkurang atau menghilang dan menurunkan hiperaktivitas bronkus serta mengatasi
infeksi dan untuk pemberian obat-obat aerosol atau inhalasi.
Obat-obatan untuk Nebulizer (Dbono, 2018), antara lain :
- Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan
saluran napas.
- Nacl : mengencerkan dahak.
- Bisolvon cair : mengencerkan dahak.
- Atroven : melonggarkan saluran napas.
- Berotex : melonggarkan saluran napas.
- Inflamid : untuk anti radang.
- Combivent : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas.
- Meptin : melonggarkan saluran napas.
c. Fisioterapi dada (chest therapy) merupakan kelompok terapi yang digunakan dengan
kombinasi untuk memobilisasi sekresi pulmonar. tujuan fisioterapi dada adalah
membuang sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-
otot pernapasan. Macam tindakan chest physiotherapy yakni, postural drainage,
percussion, vibration, dan coughing exercise (Ariasti, 2014).

- Postural drainage adalah intervensi fisioterapi untuk pengaturan posisi pasien untuk
membantu pengaliran mucus sehingga mucus akan berpindah dari segmen kecil ke
segmen besar dengan bantuan gravitasi danakan memudahkan mucus di
ekspectorasikan dengan bantuan batuk (Purnomo, Abidin, & Ardianto, 2017). Posisi
postural drainage apical(kepala lebih tinggi), lower (kaki lebih tinggi dr jantung),
Midle (sejajar).
- Clapping atau Percussion merupakan tekhnik massage tapotement yang digunakan
pada terapi fisik fisioterapi pulmoner untuk menepuk dinding dada dengan tangan
ditelungkupkan untuk menggerakkan sekresi paru, dilakukan selama 3-5 menit.
- Vibrasi diterapkan dengan menempatkan kedua tangan secara langsung pada atas
dinding dada lakukan dengan perlahan serta mengkompresi disertai geratan hal ini
bertujuan untuk meruntuhkan sputum dan merangsang dindng pada saluran napas
sehingga muncul reaksi batuk yang dapat memindahkan mbahkan mengeluarkan
sputum. Dilakukan dengan cara mengintruksikan pasien menarik nafas lalu hembus
disertai vibrasi dari terapis dilakukan 5 kali pengulangan
- Batuk efektif(coughing exc) Latihan yang bertujuan untuk mengajarkan batuk efektif
kepada pasien untuk menghilangkan hambatan saluran nafas dan menjaga paru-paru
agar tetap bersih. Pemberian batuk efektif dilakukan dengan cara mengintruksikan
pasien Tarik nafas dalam- tahan selama 2 detik- batukkan 2 kali dilakukan 3-5 kali
pengulangan.
Berampu, S., & Alamsyah, I. (2018). Incentive Spirometry and Deep Breathing Exercise
Prefer To Prevent Decreased of Lung Vital Capasity As Good As Deep Breathing
Exercise Post Coronary Artery Bypass Graft Phase I. Jurnal Keperawatan Dan
Fisioterapi (Jkf), 1(1), 36–46. https://doi.org/10.35451/jkf.v1i1.50
Khotimah, 2013. (2019). Latihan Endurance Meningkatkan Kwalitas Hidup Lebih Baik Dari
Pada Latihan Pernafasan Pada Pasien Ppok Di. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Permadi, A. W., & Wahyudi, A. T. (2017). Pengaruh Pursed LIP Breathing Dan Sustained
Maximal Inspiration Terhadap Peningkatkan Kekuatan Otot Pernapasan Untuk
Mengurangi Keluhan Sesak Napas Pada Kasus Kardio Respirasi. Interest : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 6(2), 235–240. https://doi.org/10.37341/interest.v6i2.108
Purnomo, D., Abidin, Z., & Ardianto, R. (2017). Pengaruh Nebulizer, Infrared Dan Terapi
Latihan Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Et Causa Asma Bronkial. Jurnal
Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 1(2), 60–69. https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v1i2.61

Anda mungkin juga menyukai