Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DESAIN ALAT TEKNOLOGI PASCA PANEN

MATA KULIAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

Disusun Oleh:

1. Azwar Faisa (20190210007)


2. Nabilla Zahroh Afifah (20190210014)
3. Addieva Anil Haq (20190210017)
4. Elly Permatasari (20190210022)
5. Fadlin Rio Fadillah (20190210023)
6. Muhammad Gilang fauzan (20190210041)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020
A. Pendahuluan

Pertanian merupakan salah satu industri terbesar di dunia. United Nations Food and Agricultural
Organitation (UN FAO) memaparkan dalam sektor ini mempekerjakan kurang lebih 1.3 milyar manusia
secara langsung dilahan pertanian di seluruh dunia (Satriawan K 2010). Sektor pertanian merupakan salah
satu penyangga perekonomian, karena sektor ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi
perkembangan ekonomi kerakyatan di Indonesia (Setyanto A 2010). Hasil-hasil pertanian di Indonesia
mampu dijadikan komoditas unggul dalam persaingan global, oleh karena itu untuk menghadapi kondisi
seperti ini sudah selayaknya komoditas-komoditas pertanian unggulan di Indonesia diberdayakan dengan
baik dan dikelola secara intensif guna menciptakan swasembada pangan yang selanjutnya akan
berdampak pada kemakmuran rakyat itu sendiri.

Kebutuhan akan mekanisasi pertanian semakin meningkat seiring dengan makin langkahnya
tenaga kerja pertanian dan adanya kenaikan upah yang nyata di pedesaan terutama didaerah dengan
intensitas tinggi. Indikator paling sederhana untuk mengukur bahwa mekanisasi pertanian makin
dibutuhkan dapat dilihat dari meningkatnya jumlah alsintan yang digunakan terutama di daerah
intensifikasi Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung
peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi
dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-capainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan
mutu.

Proses pengolahan padi pasca panen yang terpenting adalah proses perontokan (Harbi A 2012).
Perontokan adalah proses melepaskan butiran gabah dari jerami dengan cara menyisir atau membanting
pada benda yang lebih keras atau dengan menggunakan mesin perontok (Herawati H 2008). Kegiatan
perontokan biji-bijian khususnya padi dilakukan setelah kegiatan panen (memotong tegakan batang
tanaman padi menggunakan perkakas sabit atau mesin reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan
secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Seacara tradisional kegiatan perontokan
akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar , mutu yang kurang baik akibat busuk tak sempat
terontok, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu
memperbesar kapasitas kerja dan meningkatkan effisiensi kerja sehingga akan diperoleh mutu hasil yang
baik dan susut tercecer yang kecil. Bermacam-macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai
di Indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar (mobile).

Cara perontokan padi yang secara umum ada di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin
perontok padi, namun masih tergolong kurang maksimal dalam merontokkan padi dan masih banyak
memakan biaya. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa modifikasi pada mesin perontok padi ini,
khususnya penambahan mekanisme pengayak, penggantian model dan material pisau perontok,
pembuatan desain ulang pada bagian drumm perontok. Modifikasi yang dilakukan pada mesin perontok
tersebut diharapkan bisa mengatasi berbagai permasalahan yang ada.

- Tujuan :
a. Menciptakan desain alat yang dapat mempermudah dalam melakukan proses perontokan padi
b. Memahami proses dan cara kerja alat perontok padi

- Manfaat :
1. Menghemat Biaya. Meski harga mesin mahal dibandingkan dengan upah pekerja, mesin ini
diciptakan untuk digunakan sewaktu waktu dan dan hingga kapan pun.
2. Menyempurnakan Hasil Pekerjaan. Hasil pekerjaan antara manusia dengan mesin akan
berbeda. Mesin bisa melakukan lebih cepat dan hasilnya jauh lebih bersih dalam proses
perontokan padi. Pada manusia terkadang terjadi kelalaian yang bisa mengakibatkan hasil
kurang sempurna. Dengan mesin ini dapat membatasi pekerjaan dan kebutuhan yang
diinginkan.
3. Mempercepat Hasil Pekerjaan. Dengan mengguanakan mesin ini pada proses perontokan
padi jauh lebih cepat dibandingkan dengan cara manual yang membutuhkan waktu lebih
lama.
B. Desain Alat

c. Mekanisme Alat

Pada umumnya menggunakan sumber tenaga penggerak enjin bensin 5 HP.   Thresher jenis ini hanya


cocok untuk merontok padi. Dalam pengoperasiannya apabila jerami dipotong pendek, maka cara
pengumpanannya boleh secara masuk penuh (Throw in), sedangkan apabila jerami dipotong panjang
perontokan dilakukan secara ditahan (Hold on) yakni jerami tetap dipegang tangan saat perontokan,
sehingga jerami sisa menjadi utuh dan dapat disusun secara rapi untuk dimanfaatkan untuk keperluan lain.
Kapasitas kerja thresher ini 500 kg per jam dandioperasikan oleh 2 sampai 3 operator. Kualitas hasil
perontokkannya masih sangatkotor sehingga perlu dibersihkan lebih lanjut.

d. Kelebihan dan Kekurangan Thresher dengan tipe Drum Silinder Tertutup

1. Kelebihan :
- Memudahkan pekerjaan petani
- Mempersingkat waktu merontokkan padi
- Menghemat tenaga
- Hasil samping berupa jerami yang utuh
- Dalam pengoperasiannya apabila jerami di potong pendek, maka cara peronokannya boleh
dimasukan secara penuh
- Apabila jerami dipotong panjang perontokan dilakukan dengan cara ditahan yaitu jerami tetap
dipegang dengan tangan, sehingga jerami sisa menjadi utuh dan dapat disusun secara rapi.
- Dirancang dengan konstruksi yang sederhana yaitu terbuat dari bahan logam besi yang ringan
sehingga mudah dijinjing ke tengah lapangan oleh dua orang
2. Kelemahan :
- Kapasitas kerjanya rendah sehingga kualitas hasil perontokannya masih sangan kotor sehingga
harus dibersihkan lebih lanjut
- Hanya dapat digunakan utnuk merontokkan padi

e. Pengenalan Alat

Konstruksi Drum (silinder) tipe tertutup dimaksudkan bahwa dalam pengoperasiannya apabila
jerami dipotong pendek, maka cara pengumpanannya boleh secara “masuk penuh” (Throw in), sedangkan
apabila jerami dipotong panjang perontokan dilakukan secara “ditahan” (Hold on) yakni jerami tetap
dipegang tangan saat perontokan, sehingga jerami sisa menjadi utuhdan dapat disusun secara rapi untuk
dimanfaatkan untuk keperluan lain. Kapasitas kerja thresher ini 500 kg per jam dan dioperasikan oleh 2
sampai 3 operator. Kualitas hasil perontokkannya masih sangat kotor sehingga perlu dibersihkan lebih
lanjut.

Spesifikasi :

1.Tenaga penggerak : engine bensin 5 HP

2.Berat keseluruhan: 105 kg

3.Panjang X Lebar X Tinggi: 950 X 760 X 1380

4.Kapasitas kerja: 500 kg per jam.

5.Kecepatan putar silinder: 600 sampai 630 rpm

6.Kebutuhan tenaga: 2 sampai 3 orang

7.Kebutuhan bahan bakar: 1 liter per jam

Bagian-bagian

1. Pintu pelengkap
2. Tutup drum
3. Drum perontok
4. Pelindung ouli
5. Puli drum
6. Enjim bensin
7. Penegang sabuk puli
8. Puli enjim
9. Kipas penghembus
10. Plat depan

Kesimpulan

Thresherdengantipedrumsilinder tertutup pada umumnya menggunakan sumber tenaga penggerak


enjin bensin 5 HP, kapasitas kerja thresher yaitu sebesar 500 kg per jam dandioperasikan oleh 2 sampai 3
operator. Thresherdengantipedrumsilinder tertutupmerupakan alat yang dapat mempermudah dalam
melakukan proses perontokan padi dengan manfaat dan kelebihan antara lainmenghemat biaya,
menyempurnakan hasil pekerjaan danmempercepat hasil pekerjaan.

Daftar Pustaka

Harbi.A, Tamrin, dan Lanya.B (2012). Modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher. Jurnal teknik
pertanian Lampung-vol.1, No.1, Oktober 2012. Halaman 23-28.

Herawati.H (2008). Mekanisme dan kinerja pada sistem perontokan padi. Jurnal Litbang Provinsi Jawa
Tengah, Vol.6 No.2 - Desember 2008. Halaman 195-203

Satriawan.K, Setiyo.Y, dan Tuningrat.I. A (2010). Pelatihan pemanfaatan power thresher dan manajemen
usaha bagi kelompok usaha panen padi pemula di desa subak kabupaten gianyar. Jurnal Udayana
Mengabdi. Volume 9, Nomor 2, Halaman 88-91. ISSN: 1412-0925.

Setyanto.A (2010). Perbaikan teknologi pasca panen dalam upaya menekan kehilangan hasil padi. Jurnal
Pengembangan Inovasi Pertanian 3(3). Balai besar penelitian tanaman padi, Halaman: 212-226.

Anda mungkin juga menyukai