NAMA : DEVIANTI
NIM : G0318329
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dari saya bisa menyelesaikan tugas
terstruktur kami tepat waktu. Tak lupa kami haturkan beribu-ribu salam kepada Nabi
besar junjungan kita semua, Nabi Muhammad SAW. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada bapak dosen pembimbing mata kuliah alat penangkapan ikan
kami yang telah banyak memberikan arahan dan nasihat-nasihat yang sangat
membantu dalam kelancaran pengerjaan tugas terstruktur ini
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI S
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Dalam hal ini dalam pembahasan makalah yang saya buat akan membahas
salah satu alat tangkap yakni Pole And Line.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah atau yang akan saya bahas dalam makalah ini sbb;
4
BAB II PEMBAHASAN
Pole And Line atau huhate adalah ala tangkap yang menggunakan tongkat
atau jorang(pole) dan tali (line). Huhate termasuk alat tangkap yang selektif karena
pada umunya hanya menangkap ikan cakalang saja. jika di tinjau dari cara
penangkapan dan pengoperasian alat huhate termasuk alat tangkap yang ramah
lingkungan. Ikan yang menjadi target tangkapan huhate adalah ikan pelagis besar,
yaitu cakalang (skipjack). Ada kalanya tuna berukuran kecil, sekitar 5-10 kg, juga
tertangkap. Di Indonesia huhate pada umumnya dioperasikan di kawasan perairan
Indonesia tengah dan timur. Di kawasan perairan Indonesia barat, pancing huhate
jarang digunakan oleh para nelayan.
5
sedang berada di sekitar permukaan karena burung-burung tersebut turut
memperebutkan ikan-ikan kecil yang sedang dimakan oleh gerombolan cakalang.
Lama trip penangkapan bervariasi ada yang sekitar 1-4 minggu,namun ada juga
yang hanya sekitar 2-3 hari. Lama trip penangkapan pada umumnya sangat
tergantung pada ukuran kapal dan jarak pelabuhan pangakalan dengan fishing
ground.
Menurut Adi dan Djaja (2008), huhate (skipjack pole and line) atau umumnya
disebut dengan pole and line adalah alat tangkap ikan cakalang dengan
menggunakan pancing. Lanjut Adi dan Djaja, konstruksi alat tangkap pole and line
terdiri dari bagian-bagian bambu (bamboe’s pole), tali pancing dan mata pancing.
Mata pancing untuk huhate (pole and line) ada dua macam yaitu mata pancing yang
tidak berkait dan yang berkait. Pole and Line atau biasa disebut juga dengan
“pancing andar” karena pancing ini menggunakan gandar, walesan, joran atau
tangkai (rod or pole). Jadi semua pancing yang menggunakan gandar sebenarnya
adalah pole and line, walaupun terakhir salah kaprah karena sebutan pole and line
hanya untuk penangkapan cakalang. Pada pengopersiannya ia dilengkapi dengan
umpan, baik umpan benar (true bait) dalam bentuk mati atau hidup maupun umpan
tipuan atau imitasi. Pole and line merupakan alat tangkap yang sudah lama
digunakan,
Kapal pole and line umumnya telah dikenal oleh para nelayan sebagai kapal
huhate, dilengkapi dengan bak umpan hidup (linebait tank), sistem percikan air
(spray water) dan palka ikan (fish hold). Tetapi penggunaan kapal tersebut oleh para
nelayan masih secara tradisional, baik dari bentuk serta ukurannya masih belum
sempurna, oleh karena rancang bangun kapal tersebut tanpa didukung dengan
rancangan/desain yang tepat dan cermat.
Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk yang strem line dan mampu
berolah gerak kapal dengan lincah dan tergolong kapal yang mempunyai service
speed di atas 10 knot dengan stabilitas yang baik untuk mengejar gerombolan ikan,
6
yaitu kapal tersebut berolah gerak sambil menangkap ikan (Direktorat Jenderal
Perikanan, 1994).
Menurut Ardidja (2010), tipe kapal pole and line terdiri dari dua, yaitu tipe
Amerika dan tipe Jepang. Huhate yang dioperasikan di indonesia umumnya tipe
Jepang. Tipe kapal ini dibedakan berdasarkan diman operasi pemancing dilakukan.
Tipe Amerika dilakukan di buritan, sedangkan tipe Jepang di haluan. Pemancing
berdiri atau duduk di pila-pila (plying deck) yang dipasang sekeliling kapal di luar
bulwark. Kamar kemudi dan akomodasi ditempatkan di bagian buritan (aft). Palka
ditempatkan di tengah-tengah kapal
Kapal pole and line dilengkapi dengan tangki umpan hidup dan water sprayer untuk
menarik atau memecah perhatian ikan. Kapal pole and line berukuran besar
dilengkapi dengan sistem refrigerasi untuk menyimpan hasil tangkapan. Sedangkan
untuk kapal berukuran kecil dengan sistem operasi harian (one day fishing), ikan
hasil tangkapan cukup diawetkan dengan menggunakan es.
Kapal pole and line pada dasarnya digunakan untuk menangkap ikan tuna dan
cakalang. Pada saat pelaksanaan penangkapan ikan, nelayan berada di haluan
kapal kemudian memancing ikan dengan menggunakan pancing dengan tali disertai
dengan sistem penyemprotan air untuk menaikkan ikan merupakan ciri khusus dari
kapal ini. Kapal pole and line biasanya dipakai untuk memancing ikan cakalang yang
terpikat dengan umpan hidup serta semprotan/siraman air. Oleh karena itu, kapal
pole and line harus dilengkapi dengan bak atau palka penampung umpan hidup dan
dibantu dengan sirkulasi air. Biasanya juga dilengkapi dengan motor bantu untuk
mengalirkan spray water ataus emprotan air yang fungsinya untuk mengelabui
gerombolan ikan cakalang pada saat penangkapan (Direktorat Jenderal Perikanan,
Menurut Adi dan Djaja (2008), bentuk kapal cakalang mempunyai beberapa
kekhususan antara lain :
7
c. Dilengkapi dengan sistem semprotan air (water splinkers system) yang
dihubungkan dengan suatu pompa.
a. Di bagian atas deck kapal bagian depan terdapat plataran (plat form) dimana
pada tempat tersebut para pemancing melkukan pemancingan.
b. Dalam kapal harus tersedia bak-bak unruk menyimpan ikan umpan hidup.
c. Kapal cakalang perlu dilengkapi dengan sistem semprotan air (water splinkers
system) yang dihubungkan dengan suatu pompa. Kapal cakalang yang
umumnya digunakan mempunyai ukuran 20 GT dengan kekuatan 40-60 HP.
a. Di bagian atas deck kapal bagian depan terdapat plataran (plat form) dimana
pada tempat tersebut para pemancing melkukan pemancingan.
b. Dalam kapal harus tersedia bak-bak unruk menyimpan ikan umpan hidup.
c. Kapal cakalang perlu dilengkapi dengan sistem semprotan air (water splinkers
system) yang dihubungkan dengan suatu pompa. Kapal cakalang yang
umumnya digunakan mempunyai ukuran 20 GT dengan kekuatan 40-60 HP.
b. Geladak yang rendah (jarak geladak kapal dengan permukaan air relatif
pendek), sehingga mudah untuk mengoperasikan alat tangkap.
d. Kemampuan olah gerak yang tinggi sehingga dapat dengan mudah mengikuti
pergerakan gerombolan ikan yang sedang diburu.
8
e. Stabilitas yang baik, agar oleng kapal yang diakibatkan oleh gelombang
maupun angin dapat diminimalkan pada saat penangkapan dilakukan.
Sementara itu, beberapa ciri khusus kapal huhate yang tidak dimiliki oleh kapal
penangkap ikan lainnya, (Nainggolan, 2007) :
Kapal huhate dilengkapi dengan palka khusus untuk menyimpan ikan hidup
yang akan digunakan sebagai umpan pada saat melakukan pemancingan. Palka ini
berisi air laut, danterhubung dengan air laut di luar kapal melalui suatu sistem
saluran masuk dan keluar. Jika kapal berjalan, air laut dariluar akan masuk
menggantikan air yang di dalam palka sehingga selalu segar dan ikan yang
disimpan dapat tetap hidup. Palka ikan hidup juga dilengkapi dengan pompa
sirkulasi air yang dapat digunakan untuk mengganti air laut di dalam palka jika kapal
tidak sedang berlayar dan sebagai cadangan jika sistem sirkulasi itu macet.
Umpan pada teknik pemancingan huhate tidak dikaitkan pada kail, melainkan
ditaburkan hidup-hidup di sekeliling kapal, pada saat tiba di fishing ground.
Tujuannya adalah untuk menarik gerombolan ikan yang akan ditangkap serta untuk
mempertahankan agar gerombolan itu selalu berada di sekitar kapal, sementara
para pemancing mengayunkan alat pemancingnya. Namun demikian, jumlah umpan
hidup yang dibawa jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, perlu dihemat dengan
sebaik-baiknya. Jika umpan hidup sampai habis maka penangkapan tidak mungkin
9
dilakukan. Untuk mengelabui gerombolan ikan itu disemburkanlah percikan air,
seperti hujan di sekitar kapal dan pada saat yang sama umpan ikan hidup
dilemparkan ke arah geombolan ikan.
Kapal huhate pada umumnya memiliki kecepatan yang relatif tinggi. Kecepatan
ini dibutuhkan untuk dapat dengan cepat memburu gerombolan ikan yang muncul di
sekitar permukaan perairaan. Kerap kali juga terjadi persaingan antara nelayan
dalam menemukan gerombolan ikan. Jika suatu gerombolan ikan terlihat oleh
beberapa kapal di kejahuan maka para nelayan akan muncul kapal masing-masing
menuju gerombolan tersebut. Kapal yang terlebih dahulu sampai pada lokasi
gerombolan ikan adalah yang berhak melakukan pemancingan. Kapal lain yang ada
di sekitar daerah tersebut tidak boleh melakukan pemancingan tanpa seijin kapal
yang sampai lebih dulu di lokasi gerombolan tersebut. Kapal-kapal lain hanya boleh
melakukan pemancingan jika sudah memperoleh ijin atau jika gerombolan ikan
tersebut sudah meninggalkan daerah tersebut meskipun hal ini jarang terjadi. Dalam
upaya memiliki kecepatan tinggi, ukuran mesin pada kapal huhate pada umumnya
relatif lebih besar dibandingkan dengan kapal perikanan lainnya. Di samping
memperbesar ukuran mesin, desain dan bentuk kapal dioptimalkan dan dibuat
sebaik mungkin sehingga kapal dapat melaju lebih cepat.
1. Joran (galah). Bagian ini terbuat dari bambu yang cukup tua dan mempunyai
tingkat elastisitas yang baik. Yang umum digunakan adalah bambu yang berwarna
kuning. Panjang joran berkisar 2-2,5 m dengan diameter pada bagian pangkal 3–4
cm dan bagian unjuk sekitar 1–1,5 cm. Sebagaimana telah banyak digunakan joran
dari bahan sintesis seperti plastik atau fibres.
2. Tali utama (main line). Terbuat dari bahan sintesis polyethylene dengan
panjang sekitar 1,5-2 m yang disesuaikan dengan panjang joran yang digunakan,
10
cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air. Diameter tali 0,5
cm dan nomor tali adalah No 7.
3. Tali sekunder. Terbuat dari bahan monofilament berupa tasi berwarna putih
sebagai pengganti kawat baja (wire leader) dengan panjang berkisar 20 cm. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terputusnya tali utama dengan mata pancing sebagai
akibat gigitan ikan cakalang.
4. Mata pancing (hook) yang tidak berkait balik. Nomor mata pancing yang
digunakan adalah 2,5–2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk
slinder dengan panjang sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm dan dilapisi nikel
sehingga berwarna mengkilap dan menarik perhatian ikan cangkalang. Selain itu,
pada sisi luar silender terdapat cincin sebagai tempat mengikat tali sekunder.
Dibagian mata pancing dilapisi dengan guntingan tali rapia berwarna merah yang
membungkus rumbia-rumbia tali merah yang juga berwarna sebagai umpan tiruan.
Pemilihan warna merah ini disesuaikan dengan warna ikan umpan yang juga
berwarna merah sehingga menyerupai ikan umpan.
11
kemampuan untuk mengetahui kecepatan dan arah gerakan serta bentuk dari benda
yang bergerak itu.
Uda (1978) dalam Janseld (1999) mengatakan bahwa saat yang baik untuk
melakukan pengoperasian unit-unit alat tangkap yang tergolong dalam perikanan
pancing adalah saat terjadinya peralihan dari air pasang ke air surut atau sebaliknya,
karena hal ini berhubungan dengan aktivitas makan dari ikan. Umumnya metode
yang selalu digunakan oleh nelayan dalam menentukan atau mencari suatu daerah
penangkapan ikan dalam pengoperasian unit-unit alat tangkap yang tergolong dalam
perikanan pancing adalah trial and error methods (Ayodhyoa, 1972).
Cara mendekati ikan harus dari sisi kiri atau kanan dan bukan dari arah belakang.
Pelemparan umpan dilakukan oleh boy-boy setelah diperkirakan ikan telah berada
dalam jarak jangkauan pelemparan, kemudian ikan dituntun kearah haluan kapal.
Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat
mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan umpan
tersebut, mesin penyomprot sudah difungsikan agar ikan tetap berada didekat kapal.
Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal, maka mesin kapal
dimatikan. Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan diupayakan secepat mungkin
mengingat kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada
ikan yang berdarah atau ada ikan yang terlepas dari mata pancing dan jumlah
umpan yang sangat terbatas. Pemancingan biasanya berlangsung 15–30 menit.
Waktu pemancingan tidak perlu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing
disebabkan pada saat joran disentuhkan ikan akan jatuh keatas kapal dan terlepas
12
sendiri dari mata pancing yang tidak berkait. Berdasarkan pengalaman atau keahlian
memancing nelayan, pemancing kadang dikelompokkan kedalam pemancing kelas I,
II, dan III. Pemancing kelas I (lebih berpengalaman) ditempatkan dihaluan kapal,
pemancing kelas II ditempatkan disamping kapal, dekat kehaluan, sedangkan
pemancing kelas III ke samping kapal agak jauh dari haluan. Untuk memudahkan
pemancingan, maka pada kapal Pole and Line dikenal adanya ”flying deck” atau
tempat pemancingan.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada saat pemancingan adalah menghindari ikan
yang telah terpancing, jatuh kembali kelaut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan
ikan yang ada akan melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan
meninggalkan kapal, sehingga mencari lagi gerombolan ikan yang baru tentu akan
memakan waktu. Jenis-jenis ikan tuna, cakalang, dan tongkol merupakan hasil
tangkapan utama dari alat tangkap Pole and Line.
Dalam pengoperasian pole and line, diperlukan alat bantu penengkapan yang
berguna untuk membantu mengumpulkan kawanan ikan atau untuk membantu
dalam kelancaran operasi penangkapan.
Jaring tangguk berguna untuk memojokkan umpan ke suatu sudut agar mudah
ditangguk dengan churchill. Sedangkan seser yang besar berguna untuk
memindahkan umpan hidup ke ember dan seser kecil digunakan untuk menyebar
umpan
2. Penyemprot air
Penyemprot air yang erbuat dari pipa dan erletak di bagian tepi kapal yitu dibawah
para-para. Penyemprot air ini bergna untuik menyemprotkan air kearah kawanan
ikaan agar kawanan ikan tersebut mengira air yang jatuh adalah umpan yang
disebar sehingga mudah untuk ditangkap/dipancing.
3. Ember
13
Digunakan untuk menampung umpan hidup sebelum dipindah ke seser keciluntuk
disebar
4. Mesin pemancing
Mesin pemancing ini terletak pada bagian pinggir lambung kapal. Ada sebagian
pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan mesin ini lebih efektif dari tenaga
manusia.
Daerah penangkapan untuk jenis tuna kecil atau Bonito terbatas pada
perairan bersifat oceanis. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) hidup bergerombol
secara pelagis di daerah perairan pantai sampai di laut bebas. Dae rahnya ditandai
dengan keadaan air yang jernih dan tidak berkarang, jauh dari muara sungai.
Daerahnya merupakan perairan yang tenang tidak bergelombang besar dan bukan
daerah angin topan. Alat tangkap untuk cakalang adalah pole and line atau di
Maluku disebut Huhate. Daerah penangkapan ikan cakalang yang terkenal ialah
perairan Maluku di sekitar pulau Buru, pulau Seram, pulau Ternate dan di laut Banda
sampai sekitar kepulauan Tanimbar dan Aru ( Usemahu dan Tomasila, 2001).
Ikan cakalang termasuk ikan pelagis besar. Ikan kelompok pelagis ini biasanya
hidup di perairan yang relatif dalam. Pada perairan yang relatif dangkal, misalnya di
Laut Jawa, sangat jarang ditemukan ikan cakalang. Biasanya ikan cakalang hidup
perairan sekitar Indonesia tengah dan timur. Ikan cakalang juga dapat ditemukan di
perairan Samudera Hindia sebelah barat Sumstera dan selatan Jawa. Dari berbagai
penelitian dan pengamatan lapangan ikan cakalang biasa hidup pada permukaan
samoai kedalaman sekitar 200 m. Suhu perairan tempat cakalang biasanya berada
berkisar antara suhu permukaan sampai 200C di perairan subtropis dan tropis
(Nainggolan, 2007).
1. Lokasi/tujuan penangkapan.
14
2. Gerombolan ikan.
c. Adanya riak kecil diatas permukaan air laut akibat aktivitas gerak ikan.
Adanya tanda-tanda tersebut diatas, maka dengan mudah para nelayan bisa
mengetahui letak gerombolan ikan yang ada diperairan.
Menurut Sadhori (1985), ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam
menentukan daerah penangkapan yaitu :
Pole and line merupakan alat tangkap yang sudah lama digunakan oleh
nelayan Maluku, khususnya disekitar perairan Laut Seram, untuk mengeksploitasi
sumber daya ikan pelagis dikawasan perairan Maluku. Hasil tangkapan yang sangat
dominan dalam perikanan tangkap pole and line adalah cakalang dan Tuna, yang
15
merupakan komuditas primadona dibidang perikanan, karena dilihat dari perananya
dalam bangsa nasional khususnya ekspor komoditas untuk ikan cakalang (BKPMD-
MALUKU 2009). Perairan wilayah Maluku merupakan salah satu wilayah Indonesia
Timur yang sangat potensial akan jenis ikan tersebut, terutama kawasan sekitar
wilayah perairan laut Seram yang merupakan suatu wilayah perairan yang sangat
potensial untuk penangkapan ikan cakalang. (Bambang Winarso, 2004).
Diperkirakan jenis ikan tersebut sebagian berasal dari bagian pasifik barat yang
merupakan ikan-ikan migrasi dan sebagian berasal dari stok lokal (suhenderata at
al, 1986; Gafa dan Sabani, 1933; Priyanto R dan Bahas, R 1988).
Cakalang adalah salah satu jenis ikan yang ditangkap menggunakan alat
tangkap pole and line. Pole and line membutuhkan bantuan dalam menarik minat
datangnya ikan, yaitu menggunakan umpan. Pole and line termasuk kedalam alat
tangkap pancing (lines) yang merupakan salah satu dari 16 klas klasifikasi alat
tangkap menurut Von Brandt (1984). Alat ini memikat ikan ataupun hewan lainnya
dengan sesuatu yang berupa mangsa, yaitu umpan (bait). Penangkapan cakalang
dengan menggunakan pole and line atau huhate banyak dilakukan di Indonesia
Timur khususnya diwilayah perairan Laut Maluku yaitu perairan Laut Seram.
Menurut Ben-Yamin (1989), pole and line di Indonesia Timur merupakan aspek
penting.
Tujuan terpenting dalam usaha penangkapan dengan alat tangkap pole and
line dilaut adalah adanya suatu hasil dari keberhasilan usaha penangkapan ikan,
yaitu nelayan yang bersangkutan mampu menangkap ikan sebanyak mungkin
16
sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan, juga mampu
mendapat keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ikan
tangkapan tersebut. Realisasi dilapangan menunjukan bahwa usaha penangkapan
ikan dilaut merupakan usaha yang tingkat kegagalanya cukup tinggi (higt risk),
kenyataan yang demikian mengindikasikan bahwa setiap nelayan senantiasa
dihadapkan pada masalah kegagalan usaha.
Dalam penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pole and line, kita
dapat mengetahui tentang jumlah nelayan dalam upaya penangkapan per-satuan
waktu dari hasil tangkapan, yang sangat diperlukan guna mengestimasi manajemen
dalam suatu usaha penangkapan ikan, sehingga dengan itu kita dapat
membandingkan laju penangkapan ikan terhadap jumlah tenaga kerja yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, serta mengolah
daerah-daerah penangkapan yang berhubungan dengan suhu, gelombang dan
cuaca yang sangat mempengaruhi dalam menentukan laju tangkapan dengan tujuan
mendapatkan hasil tangkapan yang ditargetkan.
17
Nugini. Ikan tersebut selanjutnya beruaya dari perairan KTI ke Samudra Pasifik
bagian barat yaitu keperairan Zamboanga dan sebelum utara Papua Nugini
(Suhendrata, 1987 dalam Simbolan, 2003).
Ikan cakalang secara vertikal dapat manyebar sampai dengan ratusan meter
dibawa permukaan air,bahkan banyak terdapat kedalaman renang 20-200 meter
(Nishimura, 1964 dalam Simbolon. 2003). Penyebaran ikan di perairan tropis sangat
dipengaruhi oleh lapisan termoklim. Ikan cakalang umumnya ditemukan diatas
lapisan termoklim (Laevastu and Hela, 1970 dalam Simbolan, 2003). Ikan cakalang
merupakan ikan pelagis yang membentuk kelompok (schooling). Menurut (Nikolsky,
1963dalam simbolan 2003) individu cakalang dalam suatu Schooling mempunyai
ukuran (size) yang relatif sama. Ikan-ikan yang berukuran lebih besar biasanya
berada lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang lebih kecil. Ikan-ikan yang
lebih kecil biasanya berada dekat permukaan perairan dengan schooling yang lebih
besar. Tingkah laku tersebut umumnya dimanfaatkan oleh para nelayan untuk
memudahkan penangkapan.
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pole And Line atau huhate adalah ala tangkap yang menggunakan tongkat
atau jorang(pole) dan tali (line). Huhate termasuk alat tangkap yang selektif karena
pada umunya hanya menangkap ikan cakalang saja. jika di tinjau dari cara
penangkapan dan pengoperasian alat huhate termasuk alat tangkap yang ramah
lingkungan. Ikan yang menjadi target tangkapan huhate adalah ikan pelagis besar,
yaitu cakalang (skipjack). Ada kalanya tuna berukuran kecil, sekitar 5-10 kg, juga
tertangkap. Di Indonesia huhate pada umumnya dioperasikan di kawasan perairan
Indonesia tengah dan timur. Di kawasan perairan Indonesia barat, pancing huhate
jarang digunakan oleh para nelayan.
19