Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERPRETASI DATA KLINIK

Nama : Mashitoh Cindy Utari


NIM : 1701112
Kelas : S1-VIIC
Hari/Tanggal : Jum’at / 23 Oktober 2020

Dosen Pengampu :
Dr.apt. Meiriza Djohari, M.Kes

Asisten :
Yulinda Anggraini, S.Farm
Yeni Suryaningsih Utami, S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
“PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI BILIRUBIN, UROBILIN DAN

UROBILINOGEN”

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk menentukan adanya bilirubin dalam urine

2. Untuk menentukan adanya urobilin dalam urine

3. Untuk menentukan adanya urobilinogen dalam urine

II. PRINSIP

1. BaCl2 bereaksi dengan sulfat dalam urine membentuk endapan

BaSO4 dan bilirubin menempel pada molekul

2. Urobilin dengan reagen Schlesinger membentuk suatu kompleks

dengan memberikan fluorosensi hijau

3. Urobilinogen ditambah para dimetilaminobenzaldehid akan

membentuk kompleks bewarna merah anggur

III. TINJAUAN PUSTAKA

Bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin yang terjadi dalam sel-

sel RES dan sel-sel poligonal hati. Bilirubin yang terjadi tidak larut dalam

plasma, oleh karena itu untuk memungkinkan terjadinya transportasi ke dalam

hepar maka pigmen tersebut berikatan dengan protein plasma terutama albumin.

Bilirubin yang berasal dari sel-sel RES dilepas kedalam peredaran darah untuk

kemudian memasuki hepar. Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik

dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari

degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau proses

eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan


proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin

inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas. Secara normal,

bilirubin tidak dijumpai di urin.

Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke

hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu.

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke

dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi

(bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan

ke dalam urin.

Bilirubin adalah suatu pigmen empedu yang diproduksi oleh sel – sel

hepar bersama dengan garam empedu sebagai cairan empedu dalam urin

berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana

asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri

dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang

dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan

memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau

saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat

mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif

palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

Pembentukan urobilin terjadi pada Bilirubin terkonjugasi yang

mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym bakteri β

glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri

usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna. Getah

empedu dihasilkan dari hasil perombakan sel darah merah. Getah ini ditampung
di dalam kantung empedu kemudian disalurkan ke usus 12 jari. Getah empedu

pada dasarnya terdiri atas dua komponen yaitu garam empedu dan zat warna

empedu. Garam empedu berfungsi dalam proses pencernaan makanan yaitu

untuk mengemulsi lemak. Sedangkan zat warna empedu tidak berfungsi

sehingga harus diekskresikan. Zat warna empedu yang diekskresikan ke usus 12

jari, sebagian menjadi sterkobilin, yaitu zat yang mewarnai feses dan beberapa

diserap kembali oleh darah dibuang melalui ginjal sehingga membuat warna

pada urine yang disebut urobilin.

Bilirubin dapat mengganggu pada percobaan ini. Bila ada bilirubin

harus dihilangkan dulu dengan cara menambahkan calcium hidroksida padat

dalam urin, lalu filtrate hasil saringan dipakai untuk pemeriksaan.Jumlah

urobilin dalam urin karena itu adalah zat penting dalam metabolisme, produksi

urin. Tingkat Urobilin dapat memberikan wawasan tentang efektivitas fungsi

saluran kemih. Normalnya, urin akan muncul sebagai baik urin berwarna kuning

muda atau. Kuning pada urin adalah dari keberadaan urobilin. Jika ada bahan

kimia lain dalam urin, penampilan urin bisa menggelapkan, atau dapat muncul

dalam kasus partikel mendung yang hadir, atau hanya orange urin dalam kasus

dehidrasi.

Urobilin adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna kuning.

Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area

duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.

Sejumlah besar urobilinogen berkurang di feses, sejumlah besar kembali ke hati

melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan

kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin. Ketika urin


kental, urobilin dapat membuat tampilan warna oranye-kemerahan yang

intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi, dan kadang-kadang

menyebabkan kencing terlihat merah atau berdarah. Ekskresi urobilinogen ke

dalam urine kira-kira 1-4 mg/24 jam. Ekskresi mencapai kadar puncak antara

jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan

pada jam-jam tersebut

Dalam urin segar tidak ada urobilin, zat itu baru akan terjadi oleh oksidasi

urobilinogen. Pada pemeriksaan terhadap urobilin sengaja ditambahkan sedikit

yodium sebagai larutan lugol untuk menjalankan oksidasi itu. Yang dipakai

untuk menyatakan urobilin ialah reagens Schlesinger, yaitu larutan zink asetat

atau zink klorida yang jenuh dalam alkohol 95 %.Indikasi atau indoksilsulfat

ikut bereaksi dengan reagens Wallace dan Diamond, tetapi tidak bereaksi dengan

reagens Schlesinger terhadap urobilin.Jika ada indikasi klinik atau bila tersangka

bahwa warna merah kuat pada reaksi terhadap urobilinogen disebabkan oleh

derivat indol, maka lakukanlah test menurut Obermayer untuk membedakannya.

Reagens ini mengoksidasi indikasi menjadi indigobiru (atau indigomerah jika

oksidasi berjalan lambat). Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah

bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga

mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar

dalam darah meningkat.

Tingkat uribilinogen dalam urine :

 Dalam urin: kisaran Urobilinogen normal adalah kurang dari 17

µmol/L (<1 mg/dl). Kisaran Urobilinogen ukur adalah 0–8 mg/dl.

Nilai urobilinogen abnormal dapat menampilkan meningkat serta


nilai-nilai rendah.

 Peningkatan nilai adalah indikasi dari kerusakan RBC secara

berlebihan, membebani hati, produksi Urobilinogen berlebih, hati

yang berfungsi dalam batasan, hematoma, keracunan, sirosis hati,

fungsi hati.

 Nilai-nilai rendah adalah indikasi penyumbatan di bileducts dan

kegagalan empedu produksi (Guyton, A.C, 1983)

Pembentukan urobilin :

Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa

oleh enzym bakteri β-glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida

direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak

berwarna. Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan

portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi

warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada feses akan

dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning

kecoklatan.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

 Tabung reaksi

 Corong

 Kertas saring

 Pinset pipet tetes

 Pipet takar 5 ml dan 10 ml

 Rak tabung reaksi


Bahan :

 FeCl3

 Triklorasetat

 BaCl2

 Urine

 Zn (CH3COO)2

 Alkohol 96%

 I2

 KI

 Aquadest

 Urine

 Dimetilaminobenzaldehid

 HCl 37%

 Aquadest

 Urine

V. CARA KERJA

A. Bilirubin

a. Metode Harrison

 Tabung reaksi diisi 5 ml urin

 Ditambah 5 ml BaCl2 10%, dicampur kemudian disaring dengan

kertas saring

 Presipitat pada kertas saring dibiarkan kering


 Tambahkan 1 tetes reagen fauchet pada presipitat

b. Metoda Hawkinson

 Kertas saring di rendam dengan BaCl2 jenuh lalu keringkan

sampai benar-benar kering.

 Potong kertas saring berukuran 4 x ½ inci.

 Lalu berikan beberapa tetes urin pada kertas saring tersebut

 Biarkan selama 30 detik sampai 2 menit

 Teteskan 2-3 tetes reagen fauchet

B. Urobilin

 5 ml urine ditambahkan 2 tetes larutan lugol

 Tambahkan 7,5 ml reagen Schlesinger, kemudian kocok

 Saring sampai didapat filtrat yang jernih

 Filtrat diperiksa/dilihat dengan latar belakang hitam

C. Urobilinogen

 5 ml urine ditambah 10 ml reagen Ehrlich

 Dilihat perubahan warna yang terjadi

VI. HASIL

Kelompok Bilirubin Urobilin Urobilinogen


Harrison Hawkinson Urine Schlesinger Urin Strip
Strip
1 - - - - -
2 - - - - -
3 - - - - -
4 - - - - -
5 - - - - -
6 - - - - -

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan urine atas indikasi bilirubin,

urobilin dan urobilinogen. Adapun tujuan dari praktukum ini adalah untuk

menentukan adanya bilirubin dalam urine, untuk menentukan adanya urobilin

dalam urine, dan untuk menentukan adanya urobilinogen dalam urine.

Ketiga percobaan ini dilakukan dengan metoda yang berbeda dan

menggunakan reagen yang berbeda juga. Pada pemeriksaan bilirubin pada

urine digunakan 3 metode yaitu metode Harrison, metode Hawkinson dan

menggunakan urine strip. Adapun urine yang digunakan pada percobaan ini

adalah urine sewaktu.

Pada percobaan awal dilakukan pemeriksaan atas indikasi bilirubin

dengan menggunakan metode Harrison. Prinsipnya BaCl2 akan bereaksi

dengan sulfat dalam urine membentuk endapan BaSO4 dan bilirubin menempel

pada molekul tersebut. FeCl3 akan mengoksidasi bilirubin menjadi beberapa

bentuk dengan warna yang berbeda. Hasil yang diperoleh adalah negatif pada

semua kelompok. Karena pada saat dilakukkan analisa tidak terbentuk warna

hijau yang menandakan adanya indikasi bilirubin.

Fungsi reagen fauchet pada pemeriksaan harrison untuk mengoksidasi

bilirubin menjadi biliverdin. Komposisi reagen fouchet : Asam trichorasetat

25 gram berfungsi sebagai mengendapkan protein, larutan FeCl3 10%

sebanyak 10 ml berfungsi sebagai mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin,

aquades 100 ml berfungsi sebagai pengencer.


Pada praktikum pemeriksaan menggunakan metode Hawkinson

menggunakan kertas saring yang telah di jenuhkan dengan BaCl2, kemudian

kertas saring dikeringkan lalu dipotong dengan ukuran 41/2 inci. Lalu ditetesi

dengan urine dan setelah kering ditetesi dengan reagen fauchet. Hasil yang

diperoleh pada praktikum ini adalah menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak adanya bilirubin yang terkandung didalam urine

tersebut.

Selanjutnya pemeriksaan yaitu menggunakan urine strip dimana strip urine

tersebut digunakan dengan cara mencelupkan strip tersebut kedalam urine

selama 1 menit kemudian dikeringkan dan dibaca serta dibandingkan dengan

parameter yang terdapat pada urine strip tersebut. Hasil yang ditunjukkan pada

praktikum ini adalah hasil negatif atau tidak adanya kandungan bilirubin dalam

urine.

Pada metode Schlesinger didasarkan pada fakta bahwa ukuran terkecil

urobilin pada penambahan garam seng tertentu dalam larutan alkohol

menghasilkan fluorosensi hijau. Kemudian iodium akan mengoksidasi

urobilinogen menjadi urobilin dengan zink yang akan membentuk ikatan

kompleks yang akan berpendar hijau. Pada percobaan ini didapatkan hasil

negatif semua kelompok, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya urobilin

didalam urine.

Pada saat praktikum pemeriksaan urobilinogen digunakan urine strip pada

metode pemeriksaan nya. Dimana hasil yang didapatkan menunjukkan hasil

yang negatif. Artinya tidak terdapat urobilinogen didalam urine. Atau tidak
adanya terbentuk warna merah anggur jika di lakukan dengan menggunakan

reagen Ehrlich.

Kadar urobilinogen normal adalah 1-4 mg/24 jam. Jika didapati kadar

urobilinogen lebih dari normal kemungkinan terdapat kerusakan hati atau

berlebihnya Hb yang dirombak dihati, dekstruksi hemoglobin berlebih,

penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus.

Lalu percobaan terakhir pada praktikum kali ini adalah pemeriksaan urine

terhadap urobilinogen dengan metode menggunakan kertas strip. Dipstick

adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid

yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan

diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa

berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah

glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit,

dan leukosit esteraseperlakuannya sama dengan cara penggunaan kertas pH

yang membandingkan warna yang terbentuk pada kertas tersebut dengan

standar warna yang telah ditetapkan pada bagian botol ataupun tempat dari

kertas strip tersebut. Dalam hal itu, praktikan hanya tinggal membandingkan

hasil yang didapat. Dari hasil yang didapat pada tabel hasil yang telah

dilampirkan semua kelompok mendapatkan hasil sampel negatif (-) terhadap

ketiga pemeriksaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

fungsi dari ginjal dan hati ataupun organ masih berfungsi dengan baik atau

dalam keadaan normal tanpa adanya kelainan fungsi organ.


VIII. KESIMPULAN

1. Bilirubun merupakan suatu zat yang memiliki fungsi untuk memberi

warna kuning pada urine dan memberi warna coklat pada feses.

Bilirubin juga memiliki senyawa turunan nya yang disebut dengan

Urobilin dan Urobilinogen.

2. Pada pemeriksaan bilirubin pada urine digunakan 3 metode yaitu

metode Harrison, metode Hawkinson dan menggunakan urine strip.

Adapun urine yang digunakan pada percobaan ini adalah urine sewaktu.

3. Pemeriksaan atas indikasi bilirubin dengan menggunakan metode

Harrison. Prinsipnya BaCl2 akan bereaksi dengan sulfat dalam urine

membentuk endapan BaSO4 dan bilirubin menempel pada molekul

tersebut.

4. FeCl3 akan mengoksidasi bilirubin menjadi beberapa bentuk dengan

warna yang berbeda.

5. Pemeriksaan dengan menggunakan metode Hawkinson menggunakan

kertas saring yang telah di jenuhkan dengan BaCl2, kemudian kertas

saring dikeringkan lalu dipotong dengan ukuran 41/2 inci. Lalu ditetesi

dengan urine dan setelah kering ditetesi dengan reagen fauchet

6. Hasil akhir yang didapat pemeriksaan bilirubin (warna hijau atau biru

kehijauan), pemeriksaan urobilin (flourescensi hijau pada filtrat) dan

pemeriksaan urobilinogen (warna merah anggur)

7. Hasil yang didapat pada percobaan yang telah dilakukan didapat hasil

negatif (-) pada semua kelompok yang menandakan tidak ada kelainan

pada fungsi organ tertuma ginjal dan hati.


XI. DAFTAR PUSTAKA

David, R. Dkk.2005.Lecture Notes: Kedokteran Klinis.Erlangga:Jakarta.

Girindo,A.1998.Biokimia Dasar-dasar Patologi Hewan.IPB:Bogor.

Maroharsono,S.2008.Biokimia 2.UGM Press:Yogyakarta.

Poedjiadi,A.1994.Dasar-dasar Biokimia.UI Press:Jakarta.

Uliyah,M.2008.Keterampilan Dasar Praktek Klinik.Salemba Medika:Jakarta.

XII. LAMPIRAN

Gambar 1. Metode Carik Celup


Gambar 2. Cara Pemeriksaan metode carik celup

Anda mungkin juga menyukai