SEMESTER 5
OLEH :
1. Proses Magmatis.
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa lalu mengalami
pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi
> 600oC stadium likwido magmatis mulai membentuk mineral-mineral baik logam maupun non
logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan pada saat itu. Early
magmatis yang terbagi atas :
- Disseminated, contoh endapannya Intan
- Segregasi, contoh endapan chromit
- Injeksi, contoh magmatik Kiruna
3. Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatisme, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri
dari cairan dan gas. Stadium endapan ini ± 600-450oC berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan
umumnya berupa granit.
4. Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun ± 550 – 450oC akumulasi gas mulai membentuk mineral sampai
pada temperatur 450oC volume unsur volatilnya makin menurun karena membentuk jebakan
pneumatolitis dan tinngal larutan sisa magma yang makin encer. Unsur volatil akan bergerak
menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya kemudian akan
membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut
dengan batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut endapan
pneumatolitis.
5. Proses hydrotermal
Merupakn proses pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatut dan tekanan yang
santa rendah ,dan larutan magma yang terbentuk ini merupakan unsur volatil yang sangat encer
yang terbentuk setelah tiga tahapan sebelumnya. Secara garis besar endapan hidrotermal dapat
dibagi atas:
- Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
- Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
- Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman
yang besar.
- Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit serta
oksidasi besi.
- Pada intrusi granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan Z.
- Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
- Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan
bumi.
- Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian
antara lain berupa crustification dan banding
- Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan Oksida Sn.
- Proses pengayaan sering terjadi.
- Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
- Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
- Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
- Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa “fissure-vein”.
- Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
- Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”nya berupa klasit
dan zeolit disamping kuarsa.
Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai endapan hidrotermal adalah
sebagai Cavity filling. Cavity filling yaitu proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang
bukaan atau rongga – rongga dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari
larutan pada bukaan–bukaan batuan. , yang berupa Fissure veins, Shear-zonedeposits, Stockworks,
Ladder veins, Saddle – reefs, Tension crack fillings, Breccia fillings.
Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides
Mineral penyerta kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat,
(gangue) fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit
Tabel 4.6. Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington
(1935)
KOMPONEN EPIGENETIK
Stantan (1972) membuat klasifikasi endapan bijih didasrkan pada asosiasi batuan
sampingnya (host rock), baik pada batuan beku, sedimen hingga metamorf. Pengelompokkan
tersebut meliputi:
1. Bijih pada batuan beku
• Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik
• Bijih berasosiasi dengan felsik
2. Bijih yang berafiliasi batuan sedimen
• Konsentrasi bijih besi
• Konsentrasi bijih mangan
• Strata-bound
3. Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut
4. Bijih berasosiasi dengan urat
5. Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf
Anortosit, gabro
a. Proses Magmatik
Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase awal diferensiasi
magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen, Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih
yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai endapan magmatik. Beberapa proses pada fase
magmatisme diantaranya meliputi:
a. Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit
b. Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit
(Fe), platinum (Pt)
c. Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
d. Pegmatik : Fe, Sn
Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik, sampai sekarang
belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih
disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi maupun fisik, membentuk endapan residusal atau
placer.
b.Proses hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 sampai >500 C),
secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan bumi
(Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida.
Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil,
dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuasi
dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan bijih
hidrotermal terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching), menstranport, dan
mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi
(Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding),
akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (alteration
minerals.
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini disebut sebagai
endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,
Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar
Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau lipidolit) dengan
sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit yang dibentuk oleh ubahan metasomatik
post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok 1987 dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan
penghasil utama logam timah dan tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan
tersebut umumnya di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai oleh
pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak beraturan atau sebagai
lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar 10-100 m, yang bergradasi melalui zona
ubahan felspatik (albitisasi dan mikroklinisasi) ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam
Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan hidrotermal dekat
permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah, berasosiasi dengan kegiatan
magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik
(beku dan klastik). Endapan epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal
sulfidasi rendah
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri- ciri endapan yang
termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya. Seringkali kita mendapati kenampakan
endapan, baik mineralogi maupun teksturnya merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan
hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai semipelite atau
berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang berasosiasi dengan volkanik sering
dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik, yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah
maupun emas dan perak sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide
volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.
C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan mengalami rekristalisasi,
alterasi, mineralisasi, penggantian ( replacement), pada bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan
oleh adanya panas dan fluida yang berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak
dan metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping terutama batuan karbonat
seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam proses ini berbagai macam fluida seperti
magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak
dan terakumulasi antara tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya.
Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk pada jenis
batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material gangue kalk-
silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida terutama yang telah me-replace kalsit dan
dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan asosiasi mineral
dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn mengacu pada skarnifikasi batuan
beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan
beku, sedangkan exo- skarn adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada
kenyataannya sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
Tabel 4.9. Karakteristik berbagai tipe endapan bahan galian logam
ENDAPA ENDAPAN
N HIDROTERMAL
MAGMA
TIK
MAGMATIK GREISEN PORFIRI SKARN EPITERMAL H.S. EPITERMAL L.S M.S.V.
Intrusi Basaltik- Pluton granitik Sub vulkanik Sub vulkanik Andesitik andesitik Dasitik/granitik
Ultra basa granitik- granitik- andesitik
andesitik
Host rocks Basaltik- Pluton granitik Garanitik-andesitik karbonat Vulkanik, sedimen Vulkanik, sedimen Vulkanik dasitik
ultra basa
Tipe ubahan - greisen Potasik, filik, Potasik,skarn,profi advanced argillic Filik, argillic, Silisik,internediet
argillic,,profilitik liti k ,Profilitik, argillic profilitik arg illic
an vanced anvanced
argillic argillic
Mineral ubahan - Topas, kuarsa, Biotit, Garnet,diopsit,mag Kaolinit,alunit, Serisit,ilit,klorit, Barit, gipsum,
muskovit,turma KF,kuarsa,serisit, ne diaspor.pirofilit, epidot, kalsit, anhidrit,ilit,kua
lin pir tit,wolastonit,tremo ilit adularia rsa
it,ilit,epidot,klorit, lit, biotit, klorit kaolinit
kal
sit kaolinit,alunit
Mineral Kromit, Kasiterit,wolframi Bornit, kalkosit Bornit, kalkosit Enargir, Sfalerit, Sfalerit,galen
bijih utama pendlandi t,sc heelite kalkopiri kalkopirit, luzonit, galena, a, kalkopirit
t, t, molibdenit tenantit kalkopirit
magnetit molibden
it
Komoditi logam Cr, Ni, Pt Sn,W Cu, Mo, Au, Sn, W Cu, Mo, Au, Sn, W Au, Cu,Ag Au, Ag Zn, Pb, Cu Au,
As
Tekstur utama Diseminas Diseminas Diseminasi- Diseminasi- Diseminasi- Urat, stockwork Masif, berlapis
i, berlapis i, stockwork, stockwork, replacement
stockwork urat urat masif
Keterangan lain Kristalisasi Zona ubahan Zona ubahan Equivalen dg Equivalen Berasosiasi
langsung umumnya umumnya sistem gunung api dengan dengan
dari magma konsentris, konsentris, tonase aktif geotermal aktif vulkanisme
tonase besar dg besar dg kadar bawah laut
kadar rendah
rendah
60
d.Proses-proses di permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di permukaan,
yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal secara luas, bahwa endapan
(sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton (allochthonous) dan endapan autohton
(autochthonous). Endapan alohton merupakan endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar
lingkungan pengendapan), sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut sebagai endapan
placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa dikenal sebagai endapan residual
dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi. Sedangkan pengkayaan supergen (supergen
enrichment) walaupun tidak terbentuk di dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan
proses-proses di permukaan.
Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu endapan placer eluvial,
endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan placer aeolian (Macdonald, 1983
dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering digunakan istilah endapan placer residual, untuk
endapan yang terbentuk dan berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada
daerah yang mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial tidak
begitu populer, beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering
diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya terbentuk pada daerah yang
memiliki morfologi bergelombang. Mineral- mineral berat akan terkonsentrasi di lereng-lereng dekat
batuan sumber.Komoditi penting yang terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt)
dan Timah (Sn).
Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material yang terlepas dari
batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali material atau unsur yang tertinggal
oleh karena proses tersebut mempunyai nilai
61
ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut dikenal sebagai endapan residual. Untuk dapat
terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama untuk daerah tropis dengan curah hujan
yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut sebagian besar batuan akan menghasilkan soil
yang kehilangan material- material yang mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites).
Besi (Fe) dan aluminium (Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut,
dan laterit umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut sebagai bauxite dan
merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa endapan bauxite mengalami melapukan dan
terendapkan kembali membentuk bauxite sedimen (sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit (0,25% Ni)
pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi kembali ke dalam mineral-
mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (1- 2% Ni) atau dalam garnierit pada zona
saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona laterit)
Pengkayaan supergen
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di dekat permukaan,
kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun oksidasi pada mineral-mineral
bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya
sebagai senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman
dimana proses oksidasi tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian larutan yang
mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah muka air tanah, kemudian
logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona
pengkayaan supergen. Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer
tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam
yang paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)
62
KESIMPULAN
Jika dilihat berdasarkan komoditinya, endapan mineral terbagi menjadi lima golongan yaitu:
• Precious metals atau logam mulia: emas (Au), perak (Ag), dan platina (Pt).
• Non ferrous metals atau logam non ferrous: timbal (Pb), seng (Zn), tembaga (Cu), timah (Sn),
dan alumunium (Al). Untuk tembaga, timbal, seng dan timah dikenal dengan sebutan logam
dasar atau base metals.
• Iron and ferroalloy metals atau logam ferroalloy dan besi: besi (Fe), nikel (Ni), Mangan (Mn),
Molibdenum (Mo), Krom (Cr), wolfram (W), molibdenum (Mo), vanadium (V) dan kobal (Co).
• Minor metals dan related non-metals: antimon (Sb), berilium (Be), kadmiun (Cd), arsen (As),
bismut (Bi), magnesium (Mg), REE, air raksa (Hg), tantalium (Ta), selenium (Se), telurium
(Te), Zirkonium (Zr), titanium (Ti) dan lain sebagainya.
Selain berdasarkan komoditi endapannya, endapan bijih juga dapat diklasifikasi berdasarkan geologi
cebakan mineral erat kaitannya genesa atau mulajadi. Secara umum cebakan mineral berkaitan dengan
3 proses pembentukan batuan yakni magmatisme, metamorfisme, dan sedimentasi.
• Tipe endapan pegmatik, yaitu endapan yang terbentuk pada batuan beku yang mempunyai
ukuran kristal yang kasar, terbentuk selama proses kristalisasi magma, kondisi larutan tinggi air,
dan pertumbuhan kristal cepat. Pegmatit menghasilkan lithium, cesium, tantalum, berylium,
feldspar dan muscovite. Hasil minor dari pegmatit yaitu uranium, RER, tin, tungsten, yttrium.
Bahkan hasil dar miarolitik pegmatite yaitu gemston seperti beryl (emerald), topaz dan
tourmaline.
• Tipe endapan hidrothermal, merupakan larutan air panas yang naik sebagai akibat adanya proses
magmatik atau meteoritik. Air panas akan melarutkan unsur logam dari batuan yang dilaluinya,
sehingga akan menghasilkan pengkayaan unsur dan diendapkan pada suatu tempat dengan
63
temperatur lebih rendah. Hampir sebagian besar cebakan mineral berasal dari proses
hidrotermal. Berdasarkan cara pembentukan endapan, terbagi menjadi 2 yaitu cavity filing
(mengisi lubang yang sudah ada di dalam batuan) dan metasomatisme (mengganti unsur yang
telah ada sebelumnya di dalam batuan dengan unsur larutan hidrotermal). Endapan hidrotermal
menghasilkan pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), dan kalkopirit (CuFeS2).
• Tipe vulkanogenik, terjadi karena adanya aktivitas gunung api di bawah laut. Salah satu ciri dari
cebakan vulkanogenik yaitu terdapat perlapisan rijang, endapan sulfida, gipsum dan barit.
Sedangkan endapan sulfida sendiri tersusun atas bijih hitam, bijih kuning, dan juga bijih kuning
berbentuk stockwork.
5. Endapan Residual
Endapan yang berasal dari pelapukan dimana proses pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat sama
atau bisa dikatakan tidak ada perpindahan material atau pengangkutan dengan air atau angin. Proses
64
pelapukan terjadi secara fisika dan kimia dengan asal batuan dari batuan beku atau metamorf, mengalami
penghancuran akibat adanya tekanan atau pelapukan alami sehingga berubah menjadi butiran. Butiran
tersebut menumpuk pada cekungan di mana batuan tersebut berasal dan mengalami proses sedimentasi.
6. Endapan Placer
Endapan placer merupakan akumulasi dari material lepas yang tersusun karena adanya proses pelapukan
mineral asal kemudian terpindahkan ke tempat lain biasanya berupa dataran rendah. Jika media
perpindahan adalah sungai disebut dengan cebakan alluvial, namun jika perpindahan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi disebut dengan kolovial. Apabila materi lepasnya tidak jauh dari lokasi
pemineralan disebut dengan cebakan elluvial. Cebakan mineral ini biasanya merupakan mineral berat
seperti emas, magnetit, ilmenit, kasiterit dan lain sebagainya. Bentuk tubuh bijih memiliki lapisan tidak
teratur, berlensa, dan bentuk tidak teratur.
SUMBER
http://docplayer.info/37158369-Endapan-mineral-panduan-kuliah-dan-praktikum.html
65
https://ilmugeografi.com/geologi/klasifikasi-endapan-bijih
https://mwamir.wordpress.com/geologi/laporan-praktikum/endapan-mineral/
66