Anda di halaman 1dari 27

PAPER KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL

SEMESTER 5

OLEH :

NICOLAS SATRIA SAMOSIR


072001800064
ENDAPAN MINERAL A
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
Abstract
Endapan mineral (bahan tambang )merupakan salah satu kekayaan alam yang berpengaruh
dalam perekonomian nasional. Oleh karenai tu upaya untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
endapan mineral itu hendaknya selalu diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi,
seiring dengan tahapan eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula
tingkat keyakinan akan kuantitas dan kualitas sumberdaya mineral dan cadangan. Suatu endapan
mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang mengubah kondisi suatu batuan menjadi
suatu endapan dengan kandungan mineral bijih yang disebut proses ubahan (alteration). Proses
tersebut akan menghasilkan mineral logam (metalic mineral) dan mineral ubahan (alteration
mineral), struktur serta tekstur batuan yang berubah karenanya.
Dasar Teori
Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu proses
internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen. Endapan mineral yang berasal dari
kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor endogen disebut dengan endapan mineral primer.
Sedangkan endapan endapan mineral yang dipengaruhi faktor eksogen seperti proses weathering,
inorganic sedimentasion, dan organic sedimentation disebut dengan endapan sekunder,
membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment, evaporasi/presipitasi, mineral-energi
(minyak dan gas bumi dan batubara dan gambut).
Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
1. Kristalisasi dan segregrasi magma: Kristalisasi magma merupakan proses utama dari
pembentukan batuan vulkanik dan plutonik.
2. Hydrothermal: Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa bijih
utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan tipe endapan.
3. Lateral secretion: erupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada batuan
metamorf.
4. Metamorphic Processes: umumnya merupakan hasil dari contact dan regional metamorphism.
5. Volcanic exhalative (sedimentary exhalative); Exhalations dari larutan hydrothermal pada
permukaan, yang terjadi pada kondisi bawah permukaan air laut dan umumnya menghasilkan
tubuh bijih yang berbentuk stratiform.
Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
1. Mechanical Accumulation; Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan placer
(placer deposit).
2. Sedimentary precipitates; Presipitasi elemen-elemen tertentu pada lingkungan tertentu, dengan
atau tanpa bantuan organisme biologi.
3. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada batuan meninggalkan
konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam material sisa.
4. Secondary or supergene enrichment; Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari bagian
atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan endapan
dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan logam maupun non
logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma dan
endapan mineral ekonomis selain karena aktifitas magma juga dapat dihasilkan dari proses alterasi
yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses
pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor faktor tertentu
yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral. Adapun
menurut M. Bateman maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang
menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya
bersifat sebagai gangue mineral, proses tersebut adalah sebagai berikut:

1. Proses Magmatis.
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa lalu mengalami
pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi
> 600oC stadium likwido magmatis mulai membentuk mineral-mineral baik logam maupun non
logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan pada saat itu. Early
magmatis yang terbagi atas :
- Disseminated, contoh endapannya Intan
- Segregasi, contoh endapan chromit
- Injeksi, contoh magmatik Kiruna

2. Late magmatis yang terbagi atas :


- Residual liquid segregation, contohnya Magmatis Taberg
- Residual liquid injection ,contohnya magmatik Adirondack
- Immiscible liquid segregation, contohnya sulfida Insizwa
- Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein, Afrika Selatan.

3. Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatisme, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri
dari cairan dan gas. Stadium endapan ini ± 600-450oC berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan
umumnya berupa granit.

4. Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun ± 550 – 450oC akumulasi gas mulai membentuk mineral sampai
pada temperatur 450oC volume unsur volatilnya makin menurun karena membentuk jebakan
pneumatolitis dan tinngal larutan sisa magma yang makin encer. Unsur volatil akan bergerak
menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya kemudian akan
membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut
dengan batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut endapan
pneumatolitis.
5. Proses hydrotermal
Merupakn proses pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatut dan tekanan yang
santa rendah ,dan larutan magma yang terbentuk ini merupakan unsur volatil yang sangat encer
yang terbentuk setelah tiga tahapan sebelumnya. Secara garis besar endapan hidrotermal dapat
dibagi atas:
- Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
- Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
- Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman
yang besar.
- Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit serta
oksidasi besi.
- Pada intrusi granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan Z.
- Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
- Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan
bumi.
- Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian
antara lain berupa crustification dan banding
- Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan Oksida Sn.
- Proses pengayaan sering terjadi.
- Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
- Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
- Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
- Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa “fissure-vein”.
- Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
- Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”nya berupa klasit
dan zeolit disamping kuarsa.

Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai endapan hidrotermal adalah
sebagai Cavity filling. Cavity filling yaitu proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang
bukaan atau rongga – rongga dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari
larutan pada bukaan–bukaan batuan. , yang berupa Fissure veins, Shear-zonedeposits, Stockworks,
Ladder veins, Saddle – reefs, Tension crack fillings, Breccia fillings.

Perkembangan konsep dan klasifikasi endapan mineral


Pada kenyataannya tidak mudah membuat pengelompokan atau klasifikasi endapan mineral.
Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga klasifikasi secara diskriptif, misal
berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan batuan yang ditempatinya (host rocks-nya).
Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk
dipahami. Tetapi pada para ahli geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai
alasan, diantaranya tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan
pembagian ini mungkin dirasa kurang ilmiah.
Pengelompokan yang sering digunakan oleh para ahli geologi, umumnya berdasarkan pada bentuk
endapannya, wall rocknya, atau control strukturnya. Sebagai contoh Bateman (1950) dalam
bukunya “Economic Mineral Deposit” mengelompokkan bijih berdasarkan control strukturnya,
diantaranya bijih yang terbentuk pada sesar, pada lipatan, pada kontak batuan beku, diseminasi
dan lain sebagainya. Masalahnya terdapat juga bijih yang terbentuk pada lipatan yang tersesarkan,
atau diseminasi sepanjang kontak batuan beku. Sehubungan dengan munculnya teori tektonik
lempeng yang dapat menjelaskan proses magmatisme dan keberadaan endapan bijih, maka
klasifikasi secara genetic makin sering digunakan.Tokoh penting yang memulai membangun
konsep dan klasifikasi endapan mineral adalah Waldemar Lindgren (1860-1939). Lindgren (1911)
secara garis besar membagi endapan mineral menjadi dua macam yaitu :
a). endapan oleh proses mekanik
b). endapan oleh proses kimiawi
Endapan yang disebabkan oleh proses kimiawi, karena naiknya air magmatik, dibagi menjadi 3,
berturut-turut dari bagian yang paling dalam adalah: Endapan hipotermal, Endapan Mesotermal,
dan Endapan epitermal.
Endapan hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam pada temperature yang relative
panas, endapan epitermal merupakan endapan yang terbentuk di dekat permukaan, dengan kondisi
temperature yang rendah. Sedangkan endapan Mesotermal terbentuk pada kedalaman dan
temperature diantara endapan Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul
istilah hidrotermal, tetapi hanya disebut dengan istilah “ karena naiknya air, berhubungan dengan
aktivitas batuan beku”.

Perkembangan konsep dan klasifikasi endapan mineral


Pada kenyataannya tidak mudah membuat pengelompokan atau klasifikasi
endapan mineral. Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga
klasifikasi secara diskriptif, misal berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan
batuan yang ditempatinya (host rocks-nya). Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif
berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk dipahami. Tetapi pada para ahli
geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai alasan, diantaranya
tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan pembagian
ini mungkin dirasa kurang ilmiah.
Pengelompokan yang sering digunakan oleh para ahli geologi, umumnya
berdasarkan pada bentuk endapannya, wall rocknya, atau control strukturnya.
Sebagai contoh Bateman (1950) dalam bukunya “ Economic Mineral Deposit”
mengelompokkan bijih berdasarkan control strukturnya, diantaranya bijih yang
terbentuk pada sesar, pada lipatan, pada kontak batuan beku, diseminasi dan lain
sebagainya. Masalahnya terdapat juga bijih yang terbentuk pada lipatan yang
tersesarkan, atau diseminasi sepanjang kontak batuan beku. Sehubungan dengan
munculnya teori tektonik lempeng yang dapat menjelaskan proses magmatisme dan
keberadaan endapan bijih, maka klasifikasi secara genetic makin sering digunakan.
Tokoh penting yang memulai membangun konsep dan klasifikasi endapan
mineral adalah Waldemar Lindgren (1860-1939). Lindgren (1911) secara garis besar
membagi endapan mineral menjadi dua macam yaitu
a). endapan oleh proses mekanik dan
b). endapan oleh proses kimiawi (Tabel 3.1).
Endapan yang disebabkan oleh proses kimiawi, karena naiknya air magmatik,
dibagi menjadi 3, berturut-turut dari bagian yang paling dalam adalah: Endapan
hipotermal, Endapan Mesotermal, dan Endapan epitermal (Tabel 1). Endapan
hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam pada temperature yang relative
panas, endapan epitermal merupakan endapan yang terbentuk di dekat permukaan,
dengan kondisi temperature yang rendah. Sedangkan endapan Mesotermal terbentuk
pada kedalaman dan temperature diantara endapan
Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul istilah hidrotermal,
tetapi hanya disebut dengan istilah “ karena naiknya air, berhubungan dengan aktivitas
batuan beku”.

Tabel 4.1. Klasifikasi Lindgren (1911)

I. ENDAPAN OLEH PROSES MEKANIK


I. ENDAPAN OLEH PROSES KIMIAWI
Oleh reaksi 0-70 C P menengah-tinggi
A Evaporasi
1. KONSENTRASI KOMPONEN YANG BERASAL DARI TUBUH BATUAN SENDIRI
a. Oleh pelapukan 0-100 C P menengah
b. Oleh air tanah 0-100 C P menengah
c. Oleh metamorfosa 0-400 C P tinggi
2. PENAMBAHAN KOMPONEN DARI LUAR
a. TANPA AKTIVITAS BATUAN BEKU 0-100 C p menengah
B b. BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS BATUAN BEKU
1) KARENA NAIKNYA AIR
Hypothermal 500-600 C P tinggi
Mesothermal 150-300 C P tinggi
Epitermal 50-150 C P menengah
2). OLEH EMANASI LANGSUNG BATUAN BEKU
Pyrometasomatic 500-800 C P tinggi
Sublimates 100-600 C P rendah-menengah
Endapan magmatik 700-1500 C P tinggi
C Pegmatik 575 C P tinggi

A. Di dalam tubuh air B. Di dalam tubuh batuan C. Endapan magmatik

Tabel 4.2 Ciri-ciri umum endapan Hipotermal (Lingren 1933)

Kedalaman 3000- 15000 m


Temperatur 300-600
Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada batuan
prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan pada sesar naik

Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak


beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated pada batuan
samping
Logam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As
Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit, bornit,
kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.
Mineral penyerta Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,
(gangue) kloorit-fe, karbonat
Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual, Au
telurida kadang hadir sebagai bonanza.
Tabel 4.3 Ciri-ciri umum endapan Mesotermal (Lingren 1933)
Kedalaman 1200-4500 m
Temperatur 200-300
Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin berasosiasi
dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar normal maupun sesar
naik
Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling. Batas tubuh
bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding- surface.
Strike dan dip Fissure agak teratur.
Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral penyerta Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
(gangue) albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.
Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.
Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat halus,
lensa yang besar bisanya massif.
Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman

Tabel 4.4 Ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren 1933)

Kedalaman Permukaan hingga 1500 m


Temperatur 50-200
Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang berasosiasi dengan
batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusiv, biasanya disertai oleh
sesar turun, kekar dsb.
Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan
kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat pada pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan
replacement (penggantian)

Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides

Mineral penyerta kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat,
(gangue) fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,


dolomitisasi, kloritisasi
Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine banding,
cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal) sangat bervariasi

Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya


sangat kecil.

Niggli (1929) menyampaikan konsep pengelompokan mineral, menggabungkan


konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya. Kelompok pertama
adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan plutonik,
yang kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik, Kelompok
Pneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok Hidrotermal. Kelompok Othomagmatic
dibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan Kelompok Titanium-besi-nikel-
tembaga. Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam berat-alkanine earths-
fosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten,
dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok lain seperti
hidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam (Tabel
2). Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di banyak
tempat di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas yang
didapatkan pada beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi kurang
relevan lagi.

Tabel 4.5. Klasifikasi endapan bijih Niggli (1929)


I. PLUTONIK ATAU INTRUSIV
A. Orthomagmatic
1. Intan, platinum-kromium
2. Titanium-besi-nikel-tembaga
B. Pneumatolytic sampai pegmatitic
1. Logam berat, alkaline earths, fosforus-titanium
2.Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten
3Tormalin-asosiasi kuarsa
C. Hydrothermal
1. Besi-tembaga-emas-arsenik
2. Lead-Zinc-silver
3. Nikel-kobal-arsenik-perak
4. Karbonat-oksida-sulfat-fluorida
I. VOLKANIK ATAU EKSTRUSIV
A. Tin-perak-bismut
B. Logam-logam berat
C. Emas-peral
D. Antimoni-merkuri
E. Tembaga murni (native)
F. Endapan subaquatic-volcanic and biochemical

Pengertian Pneumatolitik yang disampaikan Niggli (1929) adalah stadia magmatisme


yang didominasi oleh fase gas, sedangkan hidrotermal didominasi oleh fase cair. Pada
klasifikasi ini telah muncul istilah hidrotermal, yang dibagi menjadi empat golongan komoditi
logam. Niggli (1929) tidak membagi hidrotemla menjadi hipotermal, mesotermal, dan
epitermal. Pada kenyataannya sulit dibedakan kenampakan hasil ubahan atau endapan mineral
yang disebabkan oleh proses pneumatolitik dengan hidrotermal. Belakangan, para ahli geologi
banyak menggunakan istilah fluida hidrotermal (hydrothermal fluid) untuk mewakili baik
fase gas pneumatolitik maupun fase cair hidrotermal.
Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada daerah
dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah). Sedangkan Buddington (1935),
mengenalkan istilah xenotermal, untuk endapan pada daerah dangkal tetapi terbentuk pada
temperatur tinggi (T tinggi P rendah). Hal ini disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat
permukaan.

Tabel 4.6. Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington
(1935)

I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI


Endapan magmatik (proper/komplit, segregasi , injeksi, ) 700-1500 C P sangat tinggi
Pegmatik
A T sedang-tinggi P sangat tinggi

KOMPONEN EPIGENETIK

KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

Volkanogenik subaerial asosiasi dengan volcanic 100-600 C P atmosfer-menengah


piles
Dari tubuh efusif, sublimasi, fumarola 100-600 C P atmosfer

Dari tubuh intrusi; endapan metamorfik batuan 500-800 C P sangat tinggi


beku
KARENA NAIKNYA AIR MAGMATIK

Hypothermal, sangat dalam 300-500 C P sangat tinggi

Mesothermal, kedalaman sedang 200-300 C P tinggi

B Epitermal, dangkal 50-200 C P menengah

Telethermal, dekat permukaan, saluran T rendah P rendah

Xenothermal, dangkal T tinggi-rendah P sedang-atmosfer

KARENA SIRKULASI AIR METEORIK DI ZONE DANGKAL-MENENGAH


T 100 C P menengah

KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK

Metamorfosa regional dan dinamik 400 C P tinggi

Sirkulasi air tanah bagian dalam 0-100 C P menengah

Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat 0-100 C P menengah-atmosfer


permukaan
Volcanogenic berasoiasi volkanisme T tinggi P rendah-menengah

C Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik 0-70 C P menengah


b. Reaksi organik
Evaporasi zat terlarut

II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES T rendah P rendah, di


MEKANIK permukaan

A. Di dalam magma, oleh proses diferensiasi B. Di dalam tubuh batuan C. Di dalam


tubuh air
Tabel 4.7 Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993)

Kedalaman Dekat permukaan


Temperatur 100
Pembentukan Pada batuan sedimen, lava. Sering terbentuk pada wilayah yang tidak
ditemukan batuan plutonik
Zona bijih Dalam rekahan terbuka, cavities, kekar, fissure. Tidak ditemukan
replacement.
Logam bijih Pb,Zn,Cd,Ge
Mineral bijih Galena(miskin Ag), sfalerit (miskin Fe, mungkin kaya Cd), markasit,
pirit, Cinabar
Mineral penyerta Kalsir, dolomite miskin Fe, dll
(gangue)
Ubahan batu samping Dolomitisasi, chertification
Tekstur dan struktur Seperti epitermal
Zonasi -

Stantan (1972) membuat klasifikasi endapan bijih didasrkan pada asosiasi batuan
sampingnya (host rock), baik pada batuan beku, sedimen hingga metamorf. Pengelompokkan
tersebut meliputi:
1. Bijih pada batuan beku
• Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik
• Bijih berasosiasi dengan felsik
2. Bijih yang berafiliasi batuan sedimen
• Konsentrasi bijih besi
• Konsentrasi bijih mangan
• Strata-bound
3. Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut
4. Bijih berasosiasi dengan urat
5. Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf

Berapa ahli geologi melakukan pengelompokan endapan bijih didasarkan pada


lingkungan tektoniknya, diantaranya yang telah dilakukan Mitchell dan Garson (1981), yang
membagi endapan bijih menjadi:
1. Endapan di Continental Hot Spots, Rifts dan Aulacogens
2. Endapan pada Passive Continental Margins dan Interior Basins
3. Endapan pada lingkungan Oceanic
4. Endapan pada lingkungan subduksi
5. Endapan pada lingkungan yang terkait dengan collision
6. Endapan pada Transform Faults dan lineamentnya pada Continental
Tabel 4.8. Klasifikasi endapan bijih Lindgren, di modifikasi tahun 1985

I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI


Segregasi magmatik, injeksi, intrusi mafik berlapis

Karbonatit, kimberlit 700-1500 C P sangat tinggi

Anortosit, gabro

Endapan logam dasar porphyry in part T sedang P sedang

Pegmatik T sedang- P tinggi


tinggi
KOMPONEN EPIGENETIK

KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

Volkanogenik subaerial asosiasi dengan 100-1200 C P atmosfer-menengah


volcanic piles
Sublimasi, fumarola 100-600 C P atmosfer

KARENA NAIKNYA LARUTAN HIDROTERMAL

Logam dasar porfir 200-800 C P menengah

Urat Cordilleran dangkal-menengah

Batuan metamorfik 300-800 C P rendah-menengah

Epitermal 50-300 C P rendah,


dangkal-menengah
KARENA REMOBILISASI LARUTAN, SIRKULASI AIR METEORIK

Mississipi Valley 25-200 C P rendah


Western state uranium 25-75 C P rendah
KARENA SIRKULASI AIR LAUT

Endapan-endapan kerak 25-350 C P rendah


samodra,smokers, red Sea
Volcanic exhalites in part

KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK

Metamorfosa regional dan dinamik 25-600 C P tinggi

Sirkulasi air tanah bagian dalam; contoh: 0-150 C P menengah


Athabasca uranium
Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat 25-50 C P atmosfer
permukaan
Volcanogenic asoiasi volkanisme, endapan kerak 25-350 C P hydrospheric
samodra. a. Massive sulfide-Cyprus
b. Manganese-nickel-copper nodules
Volcanogenic asosiasi sedimen 25-75 C P hydrospheric
a. Black shale hosted?
Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik 0-70 C P menengah
b. Reaksi organik
Evaporasi 25-75 C P atmosfir

Sedimentasi kimiawi , a. Logam dasar 25-75 C P rendah


b. Fosfat
II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES T rendah P rendah, di permukaan
MEKANIK
III. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PENGARUH METEORIT
Sejalan dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada dasa warsa 60-70an, beberapa
istilah yang dikemukakan oleh Lindgren, Graton, dan Buddington, Guilbert dan Pak, jarang digunakan.
Variasi endapan magmatic makin bervariasi,. Istilah epitermal, sampai sekarang ini masih digunakan,
walaupun pengertiannya sudah mengalami modifikasi dari konsep aslinya, yang disampaikan oleh
Lindgren (1911). Istilah mesotermal, kadang masih digunakan, terutama untuk kategori endapan
epitermal, tetapi menunjukkan temperature pembentukan yang tinggi, sedangkan istilah hipotermal,
teletermal, maupun xenotermal, jarang digunakan lagi. stilah-istilah yang banyak digunakan dalam
eksplorasi endapan mineral adalah klasifikasi yang didasarkan pada pembentukan serta tatanan
geologinya, seperti endapan logam dasar porifir, urat Cordilleran, Mississipi Valey dan sebagainya.
Secara Genetik, endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan oleh proses
magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses- proses dipermukaan. Endapan
magmatik , dibagi menjadi endapan yang disebabkan proses gravitational settling, liquid
immisvibility, maupun pegmatik. Endapan hidrotemal meliputi endapan porfir (porphyry deposit),
endapan greisen, massive sulphide deposit, skarn, epitermal (low sulphidation dan high sulphidation)
dll. Endapan skarn kadang juga digolongkan sebagai endapan metamorfik. Sedangkan endapan-endapan
permukaan meliputi endapan palcer, endapan evaporasi, endapan residual laterit, endapan supergen,
maupun endapan volkanik-exhalative. Proses pembentukan bijih logam secara umum dapat di bagi
menjadi empat kelompak, yaitu proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfik dan proses
permukaasn (disarikan dari Hutchison, 1983, Evans 1993)

a. Proses Magmatik
Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase awal diferensiasi
magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen, Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih
yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai endapan magmatik. Beberapa proses pada fase
magmatisme diantaranya meliputi:
a. Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit
b. Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit
(Fe), platinum (Pt)
c. Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
d. Pegmatik : Fe, Sn
Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik, sampai sekarang
belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih
disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi maupun fisik, membentuk endapan residusal atau
placer.

b.Proses hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 sampai >500 C),
secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan bumi
(Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida.
Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil,
dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuasi
dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan bijih
hidrotermal terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching), menstranport, dan
mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi
(Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding),
akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (alteration
minerals.
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini disebut sebagai
endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,
Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar

b. Tidak berhubungan dengan batuan beku


5. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn
Gambar 4.1. Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya dengan mineralisasi bijih
logam

Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau lipidolit) dengan
sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit yang dibentuk oleh ubahan metasomatik
post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok 1987 dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan
penghasil utama logam timah dan tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan
tersebut umumnya di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai oleh
pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak beraturan atau sebagai
lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar 10-100 m, yang bergradasi melalui zona
ubahan felspatik (albitisasi dan mikroklinisasi) ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam
Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan hidrotermal dekat
permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah, berasosiasi dengan kegiatan
magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik
(beku dan klastik). Endapan epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal
sulfidasi rendah
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri- ciri endapan yang
termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya. Seringkali kita mendapati kenampakan
endapan, baik mineralogi maupun teksturnya merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan
hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai semipelite atau
berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang berasosiasi dengan volkanik sering
dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik, yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah
maupun emas dan perak sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide
volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.

C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan mengalami rekristalisasi,
alterasi, mineralisasi, penggantian ( replacement), pada bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan
oleh adanya panas dan fluida yang berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak
dan metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping terutama batuan karbonat
seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam proses ini berbagai macam fluida seperti
magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak
dan terakumulasi antara tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya.
Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk pada jenis
batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material gangue kalk-
silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida terutama yang telah me-replace kalsit dan
dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan asosiasi mineral
dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn mengacu pada skarnifikasi batuan
beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan
beku, sedangkan exo- skarn adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada
kenyataannya sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
Tabel 4.9. Karakteristik berbagai tipe endapan bahan galian logam

ENDAPA ENDAPAN
N HIDROTERMAL
MAGMA
TIK
MAGMATIK GREISEN PORFIRI SKARN EPITERMAL H.S. EPITERMAL L.S M.S.V.
Intrusi Basaltik- Pluton granitik Sub vulkanik Sub vulkanik Andesitik andesitik Dasitik/granitik
Ultra basa granitik- granitik- andesitik
andesitik
Host rocks Basaltik- Pluton granitik Garanitik-andesitik karbonat Vulkanik, sedimen Vulkanik, sedimen Vulkanik dasitik
ultra basa
Tipe ubahan - greisen Potasik, filik, Potasik,skarn,profi advanced argillic Filik, argillic, Silisik,internediet
argillic,,profilitik liti k ,Profilitik, argillic profilitik arg illic
an vanced anvanced
argillic argillic
Mineral ubahan - Topas, kuarsa, Biotit, Garnet,diopsit,mag Kaolinit,alunit, Serisit,ilit,klorit, Barit, gipsum,
muskovit,turma KF,kuarsa,serisit, ne diaspor.pirofilit, epidot, kalsit, anhidrit,ilit,kua
lin pir tit,wolastonit,tremo ilit adularia rsa
it,ilit,epidot,klorit, lit, biotit, klorit kaolinit
kal
sit kaolinit,alunit
Mineral Kromit, Kasiterit,wolframi Bornit, kalkosit Bornit, kalkosit Enargir, Sfalerit, Sfalerit,galen
bijih utama pendlandi t,sc heelite kalkopiri kalkopirit, luzonit, galena, a, kalkopirit
t, t, molibdenit tenantit kalkopirit
magnetit molibden
it
Komoditi logam Cr, Ni, Pt Sn,W Cu, Mo, Au, Sn, W Cu, Mo, Au, Sn, W Au, Cu,Ag Au, Ag Zn, Pb, Cu Au,
As
Tekstur utama Diseminas Diseminas Diseminasi- Diseminasi- Diseminasi- Urat, stockwork Masif, berlapis
i, berlapis i, stockwork, stockwork, replacement
stockwork urat urat masif
Keterangan lain Kristalisasi Zona ubahan Zona ubahan Equivalen dg Equivalen Berasosiasi
langsung umumnya umumnya sistem gunung api dengan dengan
dari magma konsentris, konsentris, tonase aktif geotermal aktif vulkanisme
tonase besar dg besar dg kadar bawah laut
kadar rendah
rendah
60
d.Proses-proses di permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di permukaan,
yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal secara luas, bahwa endapan
(sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton (allochthonous) dan endapan autohton
(autochthonous). Endapan alohton merupakan endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar
lingkungan pengendapan), sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut sebagai endapan
placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa dikenal sebagai endapan residual
dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi. Sedangkan pengkayaan supergen (supergen
enrichment) walaupun tidak terbentuk di dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan
proses-proses di permukaan.

Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu endapan placer eluvial,
endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan placer aeolian (Macdonald, 1983
dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering digunakan istilah endapan placer residual, untuk
endapan yang terbentuk dan berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada
daerah yang mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial tidak
begitu populer, beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering
diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya terbentuk pada daerah yang
memiliki morfologi bergelombang. Mineral- mineral berat akan terkonsentrasi di lereng-lereng dekat
batuan sumber.Komoditi penting yang terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt)
dan Timah (Sn).

Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material yang terlepas dari
batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali material atau unsur yang tertinggal
oleh karena proses tersebut mempunyai nilai

61
ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut dikenal sebagai endapan residual. Untuk dapat
terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama untuk daerah tropis dengan curah hujan
yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut sebagian besar batuan akan menghasilkan soil
yang kehilangan material- material yang mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites).
Besi (Fe) dan aluminium (Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut,
dan laterit umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut sebagai bauxite dan
merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa endapan bauxite mengalami melapukan dan
terendapkan kembali membentuk bauxite sedimen (sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit (0,25% Ni)
pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi kembali ke dalam mineral-
mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (1- 2% Ni) atau dalam garnierit pada zona
saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona laterit)

Pengkayaan supergen
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di dekat permukaan,
kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun oksidasi pada mineral-mineral
bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya
sebagai senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman
dimana proses oksidasi tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian larutan yang
mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah muka air tanah, kemudian
logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona
pengkayaan supergen. Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer
tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam
yang paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)

62
KESIMPULAN

Jika dilihat berdasarkan komoditinya, endapan mineral terbagi menjadi lima golongan yaitu:

• Precious metals atau logam mulia: emas (Au), perak (Ag), dan platina (Pt).

• Non ferrous metals atau logam non ferrous: timbal (Pb), seng (Zn), tembaga (Cu), timah (Sn),
dan alumunium (Al). Untuk tembaga, timbal, seng dan timah dikenal dengan sebutan logam
dasar atau base metals.

• Iron and ferroalloy metals atau logam ferroalloy dan besi: besi (Fe), nikel (Ni), Mangan (Mn),
Molibdenum (Mo), Krom (Cr), wolfram (W), molibdenum (Mo), vanadium (V) dan kobal (Co).

• Minor metals dan related non-metals: antimon (Sb), berilium (Be), kadmiun (Cd), arsen (As),
bismut (Bi), magnesium (Mg), REE, air raksa (Hg), tantalium (Ta), selenium (Se), telurium
(Te), Zirkonium (Zr), titanium (Ti) dan lain sebagainya.

• Fissionable metals: torium (Th), uranium (U), dan radium (Ra).

Selain berdasarkan komoditi endapannya, endapan bijih juga dapat diklasifikasi berdasarkan geologi
cebakan mineral erat kaitannya genesa atau mulajadi. Secara umum cebakan mineral berkaitan dengan
3 proses pembentukan batuan yakni magmatisme, metamorfisme, dan sedimentasi.

2. Tipe Endapan Bijih Magmatik


Tipe magmatik ini membentuk berbagai macam tipe cebakan seperti early magmatic, pegmatic, greissen,
skarn, hidrotermal, epitermal dan masih banyak lainnya yang akan menghasilkan tubuh bijih beraneka
ragam, mulai dari isometris, lapisan, urat atau vein, kantong atau bentuk rumit. Tipe ini juga endapan
bijih yang dihasilkan langsung dari fraksinasi kristalisasi magma karena pembekuan magma itu sendiri
atau segregasi.

• Tipe endapan pegmatik, yaitu endapan yang terbentuk pada batuan beku yang mempunyai
ukuran kristal yang kasar, terbentuk selama proses kristalisasi magma, kondisi larutan tinggi air,
dan pertumbuhan kristal cepat. Pegmatit menghasilkan lithium, cesium, tantalum, berylium,
feldspar dan muscovite. Hasil minor dari pegmatit yaitu uranium, RER, tin, tungsten, yttrium.
Bahkan hasil dar miarolitik pegmatite yaitu gemston seperti beryl (emerald), topaz dan
tourmaline.

• Tipe endapan hidrothermal, merupakan larutan air panas yang naik sebagai akibat adanya proses
magmatik atau meteoritik. Air panas akan melarutkan unsur logam dari batuan yang dilaluinya,
sehingga akan menghasilkan pengkayaan unsur dan diendapkan pada suatu tempat dengan
63
temperatur lebih rendah. Hampir sebagian besar cebakan mineral berasal dari proses
hidrotermal. Berdasarkan cara pembentukan endapan, terbagi menjadi 2 yaitu cavity filing
(mengisi lubang yang sudah ada di dalam batuan) dan metasomatisme (mengganti unsur yang
telah ada sebelumnya di dalam batuan dengan unsur larutan hidrotermal). Endapan hidrotermal
menghasilkan pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), dan kalkopirit (CuFeS2).

• Tipe vulkanogenik, terjadi karena adanya aktivitas gunung api di bawah laut. Salah satu ciri dari
cebakan vulkanogenik yaitu terdapat perlapisan rijang, endapan sulfida, gipsum dan barit.
Sedangkan endapan sulfida sendiri tersusun atas bijih hitam, bijih kuning, dan juga bijih kuning
berbentuk stockwork.

3. Tipe Endapan Metamorfik dan Metamorfisme Kontak


Untuk endapan metamorfik memiliki hubungan dengan proses metamorfisme yang disebabkan adanya
tekanan dan temperatur yang mengalami peningkatan. Dalam hal ini endapan yang dihasilkan
mengandung sedikit mineral, sehingga tubuh bijih akan terlihat sederhana dan tidak teratur.
Metamorfisme bisa menyebabkan re-kristalisasi dari sulfida yang ada menjadi ukuran lebih besar,
bernilai ekonomi tinggi dan kandungan metal juga meningkat. Contoh endapan ini yaitu asbes, serpentin,
talk, pyropilit, andalusit, grafit, garnet, kyanit dan wollastonit.
Sedangkan pada metamorfisme kontak, magma menjadi sumber air, volatil material dan beberapa variasi
unsur. Apabila material tersebut kontak dengan country rock maka akan tercipta skarn yang prosesnya
dinamakan metasomatisme. Contoh dari metamorfisme kontak yaitu bijih besi yang terdapat di
Kalimantan Selatan dan Sumatera Barat, Au – Cu di Papua. Daerah-daera tersebut merupakan daerah
penghasil bijih besi terbesar di Indonesia.

4. Endapan Bijih Sedimenter


Pada endapan ini berhubungan dengan tiga tahapan yaitu pelapukan batuan asal transportasi
(pemindahan hasil pelapukan), pengendapan material lepas, pemampatan material lepas menjadi batuan
kompak. Endapan sedimenter ini terjadi secara mekanik dan kimia hingga bentuk tubuh bijih akan
terlihat sederhana membentuk lapisan yang teratur dan sebaran bijih di dalamnya cukup rata. Cebakan
mineral ini bisa ditemukan di FeO dan MnO yang terbentuk adanya presipitasi sedimen yang berasal
dari batuan sebelumnya yang sudah mengalami pelapukan dan terbawa ke dalam cekungan sedimen
hingga akhirnya terbentuk susunan bijih yang baru.

5. Endapan Residual
Endapan yang berasal dari pelapukan dimana proses pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat sama
atau bisa dikatakan tidak ada perpindahan material atau pengangkutan dengan air atau angin. Proses

64
pelapukan terjadi secara fisika dan kimia dengan asal batuan dari batuan beku atau metamorf, mengalami
penghancuran akibat adanya tekanan atau pelapukan alami sehingga berubah menjadi butiran. Butiran
tersebut menumpuk pada cekungan di mana batuan tersebut berasal dan mengalami proses sedimentasi.

6. Endapan Placer
Endapan placer merupakan akumulasi dari material lepas yang tersusun karena adanya proses pelapukan
mineral asal kemudian terpindahkan ke tempat lain biasanya berupa dataran rendah. Jika media
perpindahan adalah sungai disebut dengan cebakan alluvial, namun jika perpindahan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi disebut dengan kolovial. Apabila materi lepasnya tidak jauh dari lokasi
pemineralan disebut dengan cebakan elluvial. Cebakan mineral ini biasanya merupakan mineral berat
seperti emas, magnetit, ilmenit, kasiterit dan lain sebagainya. Bentuk tubuh bijih memiliki lapisan tidak
teratur, berlensa, dan bentuk tidak teratur.

SUMBER
http://docplayer.info/37158369-Endapan-mineral-panduan-kuliah-dan-praktikum.html
65
https://ilmugeografi.com/geologi/klasifikasi-endapan-bijih
https://mwamir.wordpress.com/geologi/laporan-praktikum/endapan-mineral/

66

Anda mungkin juga menyukai