Anda di halaman 1dari 6

Yunani memiliki tipologi wilayah yang berbukit.

Bukit-bukit inilah memisahkan beberapa


suku, kemudian suku-suku tersebut membentuk suatu polis dan menjalankan
pemerintahan dengan cara demokrasi, seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos,
Olimpia, Sparta, dll. Adanya faktor tipologi berbukit ini menjadikan Yunani kaya akan
batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu. Yunani
berkembang cukup pesat dalam peradabannya, sudah lama mengenal tulisan dan
mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani memilki kepercayaan pagan
politheism dengan dewa tertinggi Zeus (dewa Langit), Poseidon (Dewa laut), dan Hades
(Dewa dunia bawah).

Pada awalnya arsitektur Yunani adalah megaron. Megaron adalah rumah tinggal
vernakular Yunani yang berbahan dasar dari kayu. Megaron menerapkan rasionaisme
keindahan dalam desainnya. Lalu desain megaron menjadi tolak ukur untuk
membangun bangunan lainnya seperti tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll.
Salah satu contohnya ialah Parthenon (kuil paganism Yunani) yang nantinya dapat
menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunaskan hingga kini.
 

Gambar 1: Megaron Yunani


(Sumber: https://www.google.co.id, diakses 16 September 2017)

Contoh dari arsitektur klasik Yunani selain Parthenon adalah agora (public space,
selasar tempat masyarakat berinteraksi yang terdapat di jalanan), bouleterion (balai
dewan), gymnasium (sekolah), pastanium (kantor walikota), stadion, & teather.
Kebanyakan bangunan di Yunani menggunakan prinsip post linthel. Prinsip ini
merupakan penemuan struktural pertama yaitu dua kolom yang dapat mendukung
unsur horizontal (balok) dan vertikal (kolom). Stoa (kolom) merupakan elemen
arsitektural estetis yang ditonjolkan sehingga kedepannya di beberapa polis setiap
kolom memiliki ciri khasnya sendiri seperti, doric dari Doria, ionic dari Ionia, dan
corintian dari Corintia. Kolom-kolom tersebut dibangun menggunakan rasionalitas
masyarakat Yunani yang kemudian dibakukan dalam sebuah aturan desain yaitu
golden section dan greek order.
 
Gambar 2: Parthenon Yunani
(Sumber: https://www.google.co.id/, diakses 16 September 2017)
PENJELASAN SLIDE KE 4 (HARAP DIRINGKAS YG PENTING SAJA)
1.      Order Dorik

Dikembangkan oleh Suku Bangsa Doria, memiliki bentuk sederhana dan terkesan
kokoh dengan ciri-ciri : kolom bulat berisi, berdiri tanpa base, kapitel tanpa ornamen.
Contoh peninggalan bangunan berorder Dorik adalah Kuil Parthenon di Akropolis
Athena.

2.      Order Ionik
Dikembangkan oleh Suku Bangsa Ionia, dengan bentuk yang agak rumit terutama pada
bagian atas kolom, terkesan anggun, dan memiliki ciri-ciri : kolom bulat ramping,
memiliki base pada bagian bawah kolom, kapitel dipenuhi ornamen dengan motif
hiasan flora dan fauna. Order Ionik dapat dijumpai pada Kuil Erechtheion di Akropolis
Athena.

3.      Order Korinthian
Dikembangkan oleh Suku Bangsa Korinthin, dan kemudian dimatangkan oleh orang-
orang Romawi, bentuknya paling rumit dan indah terutama pada bagian atas kolom,
dan terkesan elegan, memiliki ciri-ciri : kolom bulat ramping, mempunyai base pada
bagian bawah kolom, kapitel dipenuhi ornamen, paling banyak dengan motif flora,
berupa daun Acanthus.

Gambar 3: Order Yunani


(Sumber:https://id.pinterest.com/, diakses 16 September 2017)

Pada pembangunan Parthenon tidak diketahui siapa arsitek tradisional atau


pembangunnya, karena pada saat itu profesi arsitek belum dikenal masyarakat dan
pembangunan dilakukan secara bersama (guilda) dan dipimpin oleh seorang pemuka
masyarakat.  
PENJELASAN SLIDE KE 5 (HARAP DIRINGKAS YG PENTING SAJA)
Pantheon.
Pantheon dibangun dengan gaya Yunani, di bagian depannya ada empat tiang dan di bagian
atasnya ada pedimen. Atap Pantheon adalah sebuah kubah yang sangat besar, kubah terbesar
pada masa Romawi, dengan diameter 43 meter, dan jaraknya dari lantai ke puncak kubah juga
43 meter. Untuk menopang kubah ini, dinding Pantheon dibangun dari batu bata dan beton
dengan tebal enam meter. Di puncak kubah, ada sebuah lubang yang disebut oculus. Kaisar
Phocas memberikan Pantheon pada Paus pada 609 M, yang kemudian menjadikann sebagai
gereja.

Struktur bangunan Pantheon ini telah digunakan selama lebih dari 1800 tahun. Pada awalnya
didirikan untuk memuja 7 dewa Romawi dari 7 planet dengan gaya Greco-Romawi. Namanya
berasal dari bahasa Yunani “Pantheion” yang berarti Rumah Semua Dewa. Pembangunannya
diprakarsai oleh Marcus Vipsanius Agrippa, seorang jenderal Romawi menantu dari Kaisar Agustus
dari tahun 27 – 25 SM untuk memperingati kemenangan pasukan Octavian dalam Pertempuran
Actium tanggal 2 September 31 SM melawan pasukan Mark Anthony dan Cleopatra. Tidak diketahui
siapa arsitek kuil ini, namun kemungkinan besar adalah Apollodorus dari Damaskus. Namun pada
tahun 80 mengalami kebakaran dan menyisakan bangunan tiang portico (teras depan). Hadrianus
memperbaiki Pantheon selama tahun 118-125 dan menambahkan bangunan berbentuk lingkaran
(rotunda) dengan rancangan Septimius Severus dan Caracalla.

Secara formal, Pantheon mencolok dalam kesederhanaannya. Merupakan sebuah drum besar yang
ditutupi kubah, dengan pintu menghadap ke utara yang ditandai dengan sebuah serambi. Di dalam
drum adalah ruangan yang luas, dengan cahaya alami dari oculus sepanjang 9 meter  yang tumpah ke
altar segitiga dan bundar bergantian yang menandai keliling ruangan. Lantai dan dinding interior
dihias dengan batu halus yang bersumber dari seluruh Kekaisaran Romawi, termasuk granit dan
berbagai marmer berwarna; Plafon coffered terbuat dari beton.  Kubah ini adalah kubah yang terbesar
di dunia dengan selisih yang signifikan, sebuah superlatif yang akan dipertahankannya sampai
konstruksi teknik Brunelleschi mengagumi Santa Maria del Fiore di Florence pada 1436, tiga belas
abad kemudian.

Mengaktifkan geometri yang tampaknya sederhana ini merupakan sistem struktural yang rumit,
puncak dekade kemajuan dalam teknik-teknik Romawi. Dinding tebal rotunda setinggi 6 meter,
seolah tampak monolitik dari luar, menyembunyikan jaringan void dan lengkungan yang
direncanakan dengan hati-hati yang bertindak sebagai delapan tiang kokoh yang menopang berat
kubah di atasnya. Kubah itu sendiri dimungkinkan dibuat berdasarkan inovasi material beton
Romawi. Kubah beton digunakan untuk efek kemegahan pada sejumlah struktur pada masa
pemerintahan pendahulu Hadrian (dan ayah angkatnya) Trajan, meletakkan kerangka teoretis untuk
pembangunan kubah Pantheon. Di sini, tidak seperti pada dinding, solusi strukturalnya jelas terlihat:
lima deret peti, menarik secara estetika, mengurangi bobot mati kubah di antara struktur lainnya,
yang membatasi tekanan yang ditempatkan pada lengkungan yang tersembunyi di dalam dinding
rotunda.
Perencanaan rotunda yang direncanakan secara matang berada dalam kontras yang ironis dengan
portico yang relatif tidak terputus-putus. Alih-alih bergabung langsung ke rotunda, pedimen
terhubung ke blok transisi persegi panjang, yang menampilkan garis besar pedimen di ketinggian
sehingga lebih tinggi dibanding memahkotai portico (serambi bertiang). Ketidaksejajaran ini
membuat beberapa arsitek berhipotesis selama berabad-abad bahwa portico dan rotunda dibangun
pada waktu yang terpisah oleh kaisar yang terpisah, dengan yang satu memiliki perpaduan yang
canggung dengan yang lain. Pemeriksaan pondasi dan cap di batu bata yang digunakan dalam
struktur, bagaimanapun, menunjukkan keseluruhan Pantheon dibangun sebagai satu proyek yang
terpadu
Proporsi portico yang canggung tidak bisa mengurangi dampaknya – atau maknanya – dari ruang
luas yang tertutup di dalam rotunda. Diameter interior rotunda hampir persis sama dengan tingginya:
43,4 meter. Dikombinasikan dengan volume hemispherical yang dinyatakan dalam bentuk kubah,
ruang tersebut menyiratkan sebuah bola yang sempurna

Implikasi kosmik dari geometri ini jelas: bola adalah analogi untuk langit, semua ada di dalam
dinding beton Pantheon. Pada titik tertinggi langit (dalam hal ini, oculus) menyinari cahaya matahari,
mengarahkan baloknya ke berbagai patung dewa planet yang menempati relung di dinding seiring
berlalunya waktu. Sementara dewa-dewa dan surga dihormati dalam rancangan simbolis ini,
bagaimanapun, Kekaisaran Romawi itu sendiri yang benar-benar dimuliakan. Kosmos yang
terkandung dan tertutup oleh Pantheon mewakili Kekaisaran, tanah dan masyarakatnya yang berbeda
disatukan oleh otoritas dan kesempurnaan surgawi Roma. Namanya mungkin menyiratkan penyucian
agama, namun Pantheon benar-benar merupakan bukti kekuatan dan kemuliaan pemerintahan
duniawi

Anda mungkin juga menyukai