Referat Dystimia
Referat Dystimia
1)
A. PENDAHULUAN
Sehat adalah suatu keadaan yang sejahtera secara menyeluruh baik fisik,
mental dan juga sosial dan tidak hanya bebas dari suatu penyakit atau kelemahan.
Apabila mental terganggu, maka individu tersebut dapat dikatakan sakit. Begitu
pentingnya kesehatan mental terhadap konsep sehat itu sendiri.4
B. DEFINISI
C. EPIDEMIOLOGI
D. ETIOLOGI
a) Faktor Biologis
Dari penelitian yang ada didapatkan hipotesis bahwa gangguan mood
adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.
Dimana terjadi kelainan di dalam metabolit amin biogenik seperti 5-
hidroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanilic acid (HVA), dan 3—
methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG) di dalam darah, urine dan cairan
serebrospinal pada pasien dengan gangguan mood. Norepinefrin dan
serotonin dari amin biogenik merupakan dua neurotransmitter yang paling
berperan dalam patofisiologi mood. Norepinefrin terkait dengan gangguan
bipolar dimana tingkat norepinefrin yang rendah menyebabkan depresi dan
tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin,
tingkat yang rendah juga menyebabkan depresi.
b) Faktor genetik
Dari data penelitian pada faktor genetik dinyatakan bahwa
perkembangan gangguan mood sangat dipengaruhi oleh genetik. Peran dari
faktor genetik pada bipolar lebih besar dari depresi. Penelitian yang
dilakukan dalam keluarga, apabila satu orang dari orangtua penderita
gangguan mood memiliki gangguan mood maka anak mereka memiliki
faktor resiko 50%. Contoh lain pada anak kembar monozigot, presentasi
untuk bipolar sekitar 33-90% seadngkan pada depresi memiliki presentasi
sekitar 50%, tetapi untuk anak kembar dizigot memiliki presentasi hanya
25%. Pola penurunan genetika adalah jelas melalui mekanisme yang
kompleks bukan saja tidak mungkin menyingkirkan efek psikososial, tetapi
fakotr non genetik , memungkinkan memainkan peranan kausatif dalam
perkembangan gangguan mood sekurangnya pada beberapa orang.
c) Faktor psikososial
Satu pengamatan klinis lama yang telah direplikasi adalah bahwa
peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Peristiwa
kehidupan sangatlah memainkan peran dalam gangguan mood terutama
depresi. Seperti adanya penelitian anak yang kehilangan orang tuanya pada
saat mereka berusia kurang dari 11 tahun atau kehilangan pasangan
merupakan stressor berat pada gangguan mood terutama depresi. Satu teori
yang diajukan untuk menjelaskan pengamatan tersebut adalah bahwa stres
yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang
bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberi signal interneuronal. Hasil akhirnya dari perubahan tersebut adalah
menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk
menderita episode gangguan mood. Selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stressor eksternal. Tidak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara
unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia apapun
pola kepribadiannya, dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan
yang tepat; tetapi tipe kepribadian tertentu dependen oral, obsesif kompulsif,
histeris mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami
depresi daripada tipe kepribadian antisosial,paranoid, dan lainnya yang
menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan
lainnya.
d) Teori Freud
Sigmund Freud mengatakan bahwa kekecewaan interpersonal diawal
kehidupan dapat menyebabkan mudahnya terserang depresi,menyebabkan
ambivalensi hubungan cinta sebagai orang dewasa; kehilangan atau
ancaman akan kehilangan pada kehidupan dewasa memicu terjadinya
depresi. Ketika kekurangan cinta, kasih sayang, dan perhatian, orang
menjadi depresi secara klinis; ketika mereka mengalami kehilangan yang
sesungguhnya, mereka menginternalisasikan dan mengintroyeksi objek yang
hilang serta mengubah kemarahannya terhadap hal itu dan dengan demikian
terhadap diri sendiri.
e) Teori Kognitif
Teori kognitif depresi juga berlaku untuk distimia dimana berpegang
pada perbedaan antara kenyataan dan situasi khayalan mengakibatkan
kurangnya harga diri dan rasa tidak berdaya.
E. KRITERIA DIAGNOSIS
Pedoman Diagnosis:
F. PENATALAKSANAAN
Penelitian yang telah dilakukan membuktikan efektivitas penatalaksanaan
dengan psikoterapi dan farmakoterapi lebih besar daripada apabila kedua
modalitas tersebut dilakukan terpisah.1,2,5,6
I. Psikoterapi
1. Terapi Kognitif
Suatu teknik mengajarkan pasien cara berpikir dan bersikap untuk
menggantikan sikap negative yang salah mengenai diri mereka sendiri,
dunia dan masa depan. Terapi ini merupakan terapi jangka pendek untuk
menyelesaikan masalah saat ini.
2. Terapi Perilaku:
Terapi perilaku untuk gangguan depresif didasarkan pada teori bahwa
depresi disebabkan oleh hilangnya pendorong positif sebagai akibat
perpisahan,kematian, atau perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Berbagai
metode pengobatan berpusat pada tujuan spesifik untuk meningkatkan
aktivitas, untuk mendapatkan pengalaman menyenangkan dan untuk
mengajarkan pasien bagaimana cara bersantai. Mengganti perilaku pasien
terdepresi dipercaya merupakan cara paling efektif untuk mengubah pikiran
dan perasaan depresi yang menyertai. Terapi ini seringkali digunakan untuk
mengobati keputusasaan yang dipelajari pada beberapa pasien yang
tampaknya menghadapi setiap tantangan kehidupan dengan rasa
ketidakmampuan.
3. Psikoterapi Psikoanalitik Berorientasi Tilikan
Pendekatan psikoterapeutik berusaha untuk menghubungkan perkembangan
dan pemeliharaan gejala depresif dan ciri kepribadian maladaptif dengan
konflik yang tidak terpecahkan pada masa anak-anak awal. Tilikan ke dalam
ekivalen depresi (seperti penyalahgunaan zat) atau ke dalam kekecewaan
masa anak-anak sebagai pendahulu terhadap depresi dewasa dapat digali
melalui terapi. Hubungan sekarang yang ambivalen dengan orang tua,
teman, dan orang lain di dalam kehidupan pasien sekarang ini diperiksa.
Gangguan distimik melibatkan suatu kondisi depresi kronis yang menjadi
cara hidup orang tertentu. Mereka secara sadar mengalami dirinya sendiri
berada di dalam belas kasihan dari objek internal yang menyengsarakan
yang tidak henti-hentinya menyiksa mereka.
4. Terapi Interpersonal
Melalui terapi yang berlangsung sekitar 12 sampai 16 minggu ini,
pengalaman interpersonal pasien saat ini dan cara menghadapi stres
diperiksa untuk mengurangi gejala stress dan meningkatkan harga diri
5. Terapi Keluarga dan Kelompok
Terapi keluarga dapat membantu pasien dan keluarganya unuk mengahadapi
gejala gangguan, khususnya jika sindrom subafekif yang didasarkan secara
biologis tampaknya akan timbul. Terapi kelompok dapat membantu pasien
yang menarik diri untuk mempelajari cara baru mengatasi masalah
interpersonalnya di dalam situasi sosial.
II. Farmakoterapi
Anti depresan dibutuhkan untuk mengatasi gangguan vegetative yang
sering dialami oleh penderita distimia, seperti gangguan tidur, rasa lelah,
anhedonia dan ras nyeri. Respon pengobatan dengan anti depresan sebesar
55 persen. Dari beberapa pelaporan bahwa SSRIs, tryciclic anti depresan
dan MAOIs sama efektif, tetapi SSRIs yang dapat ditoleransi lebih baik.
Penggunaan antidepresan harus memperhatikan efek samping yang
ditimbulkan karena obat digunakan dalam jangka panjang. Pasien usia lanjut
dan anak dengan riwayat gangguan perhatian dapat diberikan perhatian
psikostimulan seperti amfetamin dan metilfenidat. Hal-hal yang
diperhatikan dalam pemilihan antidepresan adalah:
Efek samping yang harus dihindari oleh individu tersebut
Individu memiliki riwayat penggunaan antidepresan
sebelumnya
Apabila obat tersebut memiliki efektivitas yang baik bagi
anggota keluarga lainnya yang memiliki gejala yang sama
G. PROGNOSIS
Gangguan distimia adalah salah satu gangguan mood yang ditandai dengan
adanya mood yang terdepresi (atau mudah marah pada anak-anak dan remaja)
yang berlangsung hampir sepanjang hari dan ditemukan pada sebagian besar hari.
Penyebab pasti seseorang bisa menderita gangguan distimia belum diketahui
secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
distimia, yang merupakan faktor-faktor yang juga menyebabkan gangguan
suasana perasaan pada umumnya yaitu teori biologis, teori genetic, teori
psikososial, teori freud, dan teori kognitif.
Pada pasien distimia tidak ditemukan adanya gejala psikotik. Pasien dengan
gangguan distimia memiliki gejala mirip dengan gangguan depresi mayor namun
lebih banyak gejala yang bersifat subjektif.