B. Prinsip Percobaan
Pemantauan kualitas udara ambien merupakan salah satu upaya untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan. Hasil pemantauan kualitas
udara ambien dapat dijadikan indikator untuk menentukan prioritas program pengendalian pencemaran
udara yang perlu dilakukan.
Kualitas data yang baik tergantung dari tingkat akurasi data serta tata cara pemantauan yang
dilakukan. Untuk menstandarkan prosedur pemantauan agar diperoleh hasil pemantauan yang akurat,
perlu disusun pedoman teknis pemantauan kualitas udara ambien. (Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 12 Tahun 2010)
Pada percobaan ini, pengukuran konsentrasi polutan – polutan tersebut dilakukan dengan
beberapa metode. Untuk pengukuran NOx, NH4 dan CO digunakan metode kolorimetri/
spektrofotmetri.Dan untuk pengukuran SOx digunakan metode DHL (Daya Hantar Listrik) /
Konduktivitas larutan dimana untuk masing – masing polutan menggunakan larutan penyerap yang
spesifik (khusus).
C. Tujuan
1. Mengetahui prosedur dan teknik pengambilan sample udara
2. Melakukan pemantauan kualitas udara yang ada di kawasan kampusTeknik Lingkungan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
3. Mengetahui pencemaran udara di area sekitar kampus Teknik Lingkungan
4. Mengetahui kualitas udara di area sekitar kampus Teknik Lingkungan
D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengoperasikan alat sampling udara seperti flow meter, higrometer dan impinger
2. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sample udara dengan teknik yang benar
3. Mahasiswa mampu memantau kualitas udara area sekitar kampus Teknik Lingkungan
4. Mahasiswa dapat mengkategorikan kualitas udara area sekitar kampus Teknik Lingkungan tersebut sesuai
baku mutu yang berlaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah terdapatnya satu atau lebih kontaminan (yaitu ; debu, jelaga, gas, kabut, bau,
asap atau uap) di atmosfir dalam jumlah yang cukup, yang bersifat dan dalam jangka waktu terentu akan
membahayakan kehidupan manusia, tumbuhan, dan binatang.
Sumber pencemaran dapat dibagi dalam empat kelompok utama yaitu:
1. Transportasi kendaraan (motor, pesawat, kereta api, kapal, dan penanganan dan evaporasi
minyak)
2. Pembakaran tetap (perumahan, tempat komersial, tenaga imdustri termasuk pemanas, termasuk
pusat tenaga listrik).
3. Proses Industri (kimia, metalurgi, industri kertas, dan kilang minyak)
4. Disposal limbah padat (bahan dari rumah, batu bara, pembakaran daerah pertanian).
Pencemaran udara adalah hadirnya satu atau lebih kontaminan di atmosfer pada jumlah atau
durasi tertentu sehingga dapat atau cenderung menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia, hewan,
tumbuhan atau meterial serta dapat mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan hidup.
Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi rendah tetapi
akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil, fosil seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik adalah
sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas dan
peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif tinggi. SO2 adalah
kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO2 mengalami konveksi menjadi asam
sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer.
Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batubara yang
mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber ini diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiganya
saja dari seluruh SO2 atmosfir/tahun. Akan tetapi, karena hampir seluruhnya berasal dari buangan
industri, maka hal ini dianggap cukup gawat. Apabila pembakaran bahan bakar fosil ini bertambah
dikemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak
SO2 daripada sumber alamiah.
Sulfur dioksida atau SO2 adalah bagian dari SOx. Gas ini dengan mudah larut dalam air. Sumber
SO2 dapat berasal dari pembakaran batubara, industri, dan kendaraan umum.
a. NOx
Gas nitrogen monoksida (NO) memiliki sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi tinggi juga
dapat menimbulkan keracunan.Disamping itu, gas oksida nitrogen juga dapat menjadi penyebab hujan
asam.Keberadaan gas nitrogen monoksida (NO) di udara disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar
bersama dengan oksigen (O2), yang terjadi pada suhu tinggi.Reaksinya adalah:
Pada saat kontak dengan udara, maka gas nitrogen monoksida (NO) akan membentuk gas NOx
dengan reaksi sebagai berikut
Gas NOx merupakan gas yang beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau seperti asam nitrat
yang sangat menyengat dan merangsang.Keberadaan gas NOx lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan
terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NOx
dalam kadar 20 ppm akan dapat menyebabkan kematian. Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor,
bagian pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai konverter. Prinsip
kerjanya adalah mengubah gas buang yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan
maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut dapat dilihat pada reaksi berikut.
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 bentuk yang
sifatnya berbeda, yakni gas NO dan gas NOx. Sifat gas NOx berwarna dan berbau, sedangakn gas NO
tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NOx adalah merah kecokelatan dan berbau tajam menyengat.
Kadar NOx diudara daearh perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah
pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang
kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik,
pembuangan sampah dan lain-lain.
Keberadaan NOx diudara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi
fotolitik NOx sebagai berikut :
NOx + sinar matahari → NO + O
O + O2 → O3 (ozon)
O3 + NO → NOx+ O2
Ada dua cara untuk menghindari pembakaran tidak sempurna, maka dilakukan 2 proses pembakaran yaitu
:
1. Bahan bakar dibakar pada temperatur tinggi dengan sejumlah udara sesuai dengan persamaan
stoikiometri, misalnya dengan 90-95% udara. Pembakaran NO dibatasi tidak dengan adanya kelebihan
udara.
2. Bahan bakar dibakar sempurna pada suhu relatif rendah dengan udara berlebih. Suhu rendah
menghindarkan pembentukan NO.
Kedua proses ini menurunkan pembentukan NO sampai 90%. NOx pada manusia dapat meracuni paru-
paru, kadar 100 ppm dapat menimbulkan kematian, 5 ppm setelah 5 menit menimbulkan sesak nafas.
a. NH3
Gas NH3 adalah gas yang dihasilkan dari dekomposisi kotoran ternak dan dari material sumber N
yang ada. Kandang yang tidak baik ventilasinya akan menimbulkan bahaya bagi ternak. Kandungan NH3
sebanyak 10 mg/m3 dalam udara dapat dideteksi oleh manusia melalui baunya yang khas. Pada
konsentrasi 14 mg/m3 produksi telur layer mulai turun.
Konsentrasi 17-24 mg/m3 menimbulkan rasa pedas pada mata dan ternak menjadi stress. Pada
konsentrasi 40-50 mg/m3 akan menyebabkan iritasi mata dimana korneamata akan mengalami erosi
(pelarutan).
Gas Amoniak (NH3) adalah gas yang mempunyai bau. Gas ini dapat dibuat dengan mereaksikan
Ammonium Khlorida (NH4Cl) dengan larutan Natrium Hiidroksia (NaOH) yang dipanaskan dalam
tabung reaksi. Adanya gas ini dapat diketahui dari baunya, jadi kita dapat mengenalnya dengan jalan
membau. Dalam membau jangan sekali-kali mendekatkan hidung kita pada mulut tabung reaksi, lebih-
lebih untuk gas yang berbahaya. Cara membau adalah dengan mengibas-ngibaskan tangan diatas mulut
tabung dan hidung kita pada jarak yang relative jauh berusaha membau gas yang keluar. Kertas pH
dipakai sebagai indikator atau petunjuk apakah senyawa tersebut bersifat asam atau basa dengan melihat
perubahan warnanya.
Reaksi lain dapat dilihat dengan mengamati perubahan yang terjadi seperti timbulnya gelembung
gas. Bila logam dimasukkan ke dalam larutan reaksi asam maka akan terjadi reaksi yang menghasilkan
gas H2 melalui reaksi redoks. Kecepatan reaksi redoks ini berbeda antara logam satu dengan yang lain.
b. O3
Ozon (O3) adalah gas yang terdiri dari tiga buah atom oksigen Berbeda dengan gas oksigen (O2)
yang tidak berbau dan berwarna, gas ozon berwarna biru dan berbau tajam.Ozon terbentuk secara alami
saat gas oksigen terkena sinar ultraviolet.
Ozon juga dapat dihasilkan dengan metode electrical discharge.Elektron yang dihasilkan
oleh electrical discharge bertumbukan dengan molekul gas oksigen, membuatnya terpisah menjadi dua
atom oksigen. Atom ini bertumbukan dengan molekul oksigen lain, dan terbentuk ozon. Metode seperti
ini banyak digunakan untuk kegiatan industri yang membutuhkan penggunaan ozon.
90 persen gas ozon berada di lapisan stratosfer bumi, membentuk lapisan ozon.Ozon stratosfer ini
memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu melindungi bumi dari radiasi matahari yang
berbahaya.Menipisnya lapisan ozon menyebabkan masuknya radiasi berbahaya matahari yang
berlebihan.Akibat negatif radiasi tersebut bagi manusia yaitu katarak, penurunan kekebalan tubuh,
penuaan dini, dan kanker kulit.
Gambar 2.1 Lapisan Ozon
10 persen sisanya berada di lapisan troposfer, lapisan atmosfer paling bawah tempat penghuni bumi
beraktivitas.Ozon di sini sebagian adalah yang dimanfaatkan manusia.
Pemanfaatannya antara lain untuk pengolahan air minum dan air limbah, sterilisasi peralatan kedokteran,
dan mengawetkan bahan makanan. Gas ozon sebenarnya bersifat racun.Dalam konsentrasi yang cukup
tinggi, ozon dapat mengganggu sistem pernapasan.Jadi, ozon hanya bermanfaat jika dipakai secara hati-
hati dan tidak lepas ke udara bebas.
Saat ini penipisan lapisan ozon sudah terjadi, kebanyakan disebabkan oleh CFC, yang digunakan antara
lain sebagai bahan pendorong cat semprot, atau bahan pendingin pada AC dan kulkas. Saat CFC
mencapai ke stratosfer, radiasi ultraviolet matahari memecah molekul CFC dan membuat atom klorin
terlepas, kemudian bereaksi dengan molekul ozon.Satu atom klorin dapat merusak 10.000 hingga 100.000
molekul ozon dan dapat bertahan di stratosfer selama bertahun-tahun. Dapat dibayangkan kerusakan
lapisan ozon akibat CFC ini
Peralatan Pengumpulan Gas/Debu diperlukan peralatan pengambilan contoh udara yang pada umumnya
terdiri dari
- collector, flowmeter dan pompa vacuum Collector berfungsi untuk mengumpulkan gas /debu yang
tertangkap
- Kertas filter untuk menangkap debu
- Tabung impinger, fritted bubbler untuk mengumpulkan gas dengan metode absorpsi
- Tube adsorbent karbon aktif untuk mengumpulkan gas hidrokarbon dengan metode adsorpsi.
- Flowmeter (rotameter) berfungsi untuk mengetahui laju aliran udara ambien yang terkumpul, sehingga
volume gas /udara yang dikumpulkan dapat diketahui.
- Pompa vacuum berfungsi untuk menarik gas /udara dari luar masuk ke dalam colletor dan flowmeter.
Teknik Pengumpulan partikulat/debu dari udara berbeda dengan pengumpulan gas, yang perlu
diperhatikan dalam pengumpulan partikulat adalah ukuran diameter dari partikulat tersebut. Ukuran
partikulat di dalam matrik gas /udara bervariasi dari ukuran lebih besar dari ukuran molekul (0.0002
mikron) sampai mencapai ukuran 500 µm. Setiap teknik pengumpulan mempunyai kemampuan
mengumpulkan range ukuran partikulat yang tertentu.
Teknik pengumpulan yang umum digunakan adalah :
a. Teknik pengumpulan secara impaksi
Gas atau udara yang mengandung partikulat di hisap/ ditarik melalui nozzle
dengan laju aliran udara tertentu, kemudian ditumbukan ke permukaan plate,
maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang
dibelokkan (karena gaya inertia), sehingga partikel debu tersebut tertahan
pada permukaan plate. Sedangkan untuk partikel debu yang lebih kecil akan
mempunyai kemampuan mengikuti aliran gas masuk kedalam plate berikutnya, yang
selanjutnya akan terperangkap dalam plate yang berikutnya. Dengan demikian
terjadi pemisahan debu berdasarkan ukuran partikel.
b. Teknik Filtrasi
Pengumpulan partikulat/debu dengan teknik filtrasi merupakan teknik yang paling populer. Jenis filter yang digunakan
adalah filter fiber glass, cellulose, polyurthen foam. Setiap jenis filter mempunyai karateristik tertentu yang cocok
untuk penggunaan tertentu. Filter fiber glass merupakan filter yang paling banyak digunakan untuk pengukuran
SPM (suspended particulate mater) atau TSP (Total Suspended Particulate), terbuat dari mikro fiber gelas dengan
porositas < 0,3 µm, yaitu mempunyai efisensi pengumpulan partikulat dengan diameter 0,3 µm sebesar 95%. Filter
ini tahan korosif dan dapat digunakan pad temperatur 540º C. Tetapi kelemahannya, filter ini mudah sobek.
1) Sampling Gas
Dalam melakukan pengumpulan gas pencemar dengan metode ini, perlu diperhatikan efisiensi
pengumpulan gas pencemar.Untuk itu, dalam pelaksanaannya harus digunakan alat absorber, pereaksi
kimia, waktu sampling dan laju aliran yang sesuai dengan prosedur standarnya. Contoh teknik absorpsi
adalah :
- Pengukuran SO2 dengan metode pararosaniline,
- NOx dengan metode Saltzman
- Pengukuran ozon /oksidan dengan metode NBKI.
Gambar 2.4 Impinger
Sumber : google Image
Analisis dan evaluasi kadar kontaminan udara semakin penting mengingat pengaruh polutan
terhadap kesehatan. Cemaran kimia seperti gas SO2, H2S, NH3, NOx, dan debu dapat mengganggu
kesehatan para pekerja pabrik, laboratorium, maupun masyarakat sekeliling.
Metoda analisa kontaminan udara tidak banyak berbeda dengan analisa kimia lainnya, kecuali
diperlukan alat khusus untuk pengambilan contoh dari udara. Ada beberapa cara sampling dan analisa
udara seperti metoda “test tube detector”,“impinger”, dan “direct reading” atau metoda instrumental.
Setiap metoda mempunyai kelebihan dan kekurangan baik ditinjau dari kecepatan, ketelitian, harga
peralatan dan suku cadang.
Di antara tiga metoda di atas, metoda impinger merupakan metoda yang sesuai untuk kita. Metoda
“test tube detector” amat praktis, cepat dalam pengukuran, tetapi kurang teliti serta amat bergantung pada
pengadaan “tube detector yang sekali pakai terus dibuang. Metoda “direct reading”, juga amat praktis,
tetapi memerlukan sensor “high-tech” yang rawan kerusakan, berharga mahal dan perlu kalibrasi setiap
saat. Sedangkan metoda “impinger”, memang memerlukan waktu lebih lama tetapi menghasilkan data
cukup teliti (handal), dan luas pemakaian.Peralatan “impinger” dapat dibuat sendiri, demikian pula reagen
penangkap gas.Impinger sebagai alat sampling udara dapat dikombinasikan dengan metoda analisa biasa
(titrasi, gravimetri, elektrometri, spektrofoto meter dan kromatografi) sebagai alat ukur.
Teknik analisa udara dengan impinger pada hakekatnya terdiri dari beberapa langkah:
1. Menarik udara contoh dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi larutan penangkap.
2. Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan penangkap baik dengan metoda
konvensional maupun instrumental.
3. Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang dipompa
Cara Kerja metode pengisapan udara dengan alat impinger.
a. Persiapan
Periksa batterai melalui indicator Flow Rate (tingkat akhir) 2,0 Lpm (liter/menit) apabila indicator
kisaran naik turun 0,2 L-m perlu diganti batterai.
Isi Impinger dengan larutan fisiologis NaCl 0,9% atau media buffer pepton 1 % sebanyak 10 ml.
Tutup tabung impinger dengan rapat, jangan sampai terdapat gelembung.
Sterilisasi tabung impinger yang sudah berisi media penyerap dengan sterilisasi basah pada suhu 121 ºC,
selama 15 menit.
Tempatkan impinger pada badan alat.
b. Pelaksanaan.
• Impinger yang telah berisi larutan media atau NaCl 0,9% dihubungkan denganFlow meter.
• Hidupkan alat dan atur flow meter 1-2 Lpm (tergantung luas ruangan)
• Baca dan catat flow meter pada skala indicator
• Lakukan pengambilan sampel selama 15-30 menit, sesuai dengan kondisi kebersihan ruangan.
• Matikan alat dan lepaskan impinger dari badan alat.
• Masukan sampel kedalam Cool Box dan bawa ke laboratorium
A. Pengaruh Iklim Mikro
1. Suhu
Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi bahan pencemar di udara sesuai dengan
cuaca tertentu. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang
sehingga konsentrasi bahan pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin
keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar diudara makin tinggi.
2. Kelembaban
Kelembaban udara juga mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada kelembaban yang tinggi
maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar di udara, menjadi zat lain yang tidak
berbahaya atau menjadi pencemar sekunder.
3. Tekanan udara
Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara
pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat
bertambah atau berkurang.
4. Angin
Angin adalah udara bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu
proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemar udara, sehingga kadar
suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumber akan mempunyai kadar berbeda. Demikian juga halnya
dengan arah dan kecepatan angin mempengaruhi kadar bahan pencemar setempat.
5. Sinar Matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi kadarbahan pencemar di udara karena dengan adanya sinar matahari
tersebut maka beberapa pencemar udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat laindi
udara sehingga kadarnya dapatberbedamenurutbanyaknyasinarmatahariyangmenyinaribumi.Demikian
juga banyaknya panas matahari yang sampaikebumi dapat mempengaruhi kadar pencemar diudara.
6. Curah Hujan
Hujan merupakan suatu partikel air di udarayangbergerakdariatasjatuhke bumi.Dengan adanya hujan
maka bahan pencemar berupa gas tertentu dapat diserap ke dalam partikel air. Begitu pula partikel debu
baik yang inert maupun partikel debu yang lain dapat ditangkapdan menempel pada partikel air dan
dibawa jatuhke bumi. Dengan demikian bahan pencemar dalam bentukpartikel dapat berkurang akibat
jatuhnya hujan (dirjen PPM dan PLP, 1993).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Skema Kerja
Adapun skema kerja dari praktikum ini ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
a. Alat
Absorber / Impinger 1 buah
Bubble Flow meter
Spektrofotometer
Glassware
Neraca analitik
Anemometer
Hygrometer
b. Bahan
Aquadest bebas nitrit.
Larutan stock N- (1-Naphtyl ) –Ethylene Dihidro Chloride
Larutan Penyerap
Larutan Pengoksidasi
Larutan Standart Nitrit
Sabun
2. Pengukuran NH4
a. Alat
Absorber / Impinger 1 buah
Bubble Flow meter
Spektrofotometer
Glassware
Anemometer
Hygrometer
b. Bahan
Aquadest
Larutan Nessler
Larutan Baku Amoniak
Larutan Stok Amoniak
Sabun
3. Pengukuran SOx
a. Alat
Absorber / Impinger 1 buah
Bubble Flow meter
Spektrofotometer
Glassware
Neraca analitik
Anemometer
Hygrometer
b.Bahan
Asam Sulfat 0.1 N
Larutan Penyerap
Aquadest
Sabun
4. Pengukuran CO
a. Alat
Absorber / Impinger 2 buah
Bubble Flow meter
Spektrofotometer
Glassware
Neraca analitik
Anemometer
Hygrometer
b.Bahan
Larutan Penyerap
Larutan Baku Iodine 0.01 N
Larutan Standar Iodine 0.0025 N
Aquadest
Sabun
2. Impinger, caranya :
Dirangkai alat impinger dan setiap parameter terdapat 2 tabung, masing - masing diisi dengan
larutan penyerap yang sesuai dengan parameter yang akan diamati
Masing-masing selang dihubungkan pada botol yang berisi larutan penyerap sesuai dengan
parameternya
Flowmeter dihubungkan pada impinger dengan memasukkan selang ke dalam lubang yang berada
pada sambungan masing - masing parameter.
Dibaca flowrate awal dengan menekan karet pemompa pada hingga air sabun naik
Setelah 30 menit, dibaca flowrate akhir pada masing-masing parameter dengan memompa larutan
sabun pada flowrate
Mematikan impinger setelah 30 menit proses sampling
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Larutan penyerap O3
Larutan penyerap SOx yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan penyerap SO2 karena
diasumsikan bahwa SOx yang terkandung dalam udara ambien adalah SO2. Larutan penyerap SO2 yang
digunakan, dibuat dengan cara sebagai berikut:
Diambil KH2PO4 sebanyak 1.361 gram
Ditambahkan Natrium Dihidroksida Fosfat sebanyak 3.582 gram
Ditambahkan Kalium Iodida sebanyak 1 gram
Diencerkan hingga 100 ml
Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 20 mL.Kemudian alat impinger
dihubungkan dengan sumber listrik dan dinyalakan.Saat dinyalakan, pada batang orifice muncul banyak
gelembung udara kecil. Selanjutnya adalah pengukuran debit udara ambien yang masuk ke dalam
impinger.
Pengukuran debit udara yang masuk ke dalam impinger dilakukan dengan menggunakan
flowmeter. Flowmeter terdiri dari karet pemompa, skala volume udara dan tempat busa atau bubble.
Ketika udara dipompa, maka bubbleakan naik sesuai dengan tekanan udara. Debit udara diukur dengan
menghitung waktu yang diperlukan bubble tersebut untuk mencapai skala tertentu.
Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh data rata-rata besarnya debit udara ambien yang masuk
ke dalam impinger pada menit awal dan menit ke 30 ke dalam setiap tabung penyerap dapat dilihat
pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil pengukuran debit udara
No Tabung Waktu (s) Debit rata-rata Debit udara
penyerap (mL/detik) ambient (L/menit)
1 NOx 1,4 7,14 0,42
2 SOx 1,2 8,33 0,49
3 NH3 1,7 5,88 0,35
4 O3 1,0 10 0,6
Sumber : Hasil Perhitungan
Cara kerja impinger berbeda untuk setiap parameter yang akan diukur. Perlakuan disesuaikan
dengan kebutuhan pengukuran parameter tertentu.Besarnya konsentrasi senyawa tidak bisa diukur secara
langsung dengan menggunakan impinger.Penggunaan impinger hanya untuk menangkap kontaminan
yang terdapat di udara dengan menggunakan larutan penyerap yang spesifik.Larutan penyerap hasil
pengukuran diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi
kontaminan tersebut.Besarnya konsentrasi ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi kontaminan tertentu. Proses penyerapan yang terjadi tiap larutan
penyerap pada impinger adalah sebagai berikut.
Analisis NO2
Penyerapan NO2 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap NOx, karena diasumsikan bahwa
NOx yang terserap mengandung NO dan NO2.Mula-mula, udara ambien yang diserap masuk ke dalam
tabung dengan larutan penyerap NO2.Kemudian senyawa NO2 terserap, sedangkan senyawa NO dan
senyawa non-nitrogen lainnya tidak ikut terserap.Senyawa NO harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi
NO2 agar dapat diserap oleh larutan penyerap.Untuk mengosidasi NO digunakan larutan oksidator yang
ada pada salah satu tabung.Larutan oksidator mengandung kalium permanganate (KMnO4) yang
merupakan oksidator kuat.Hasil oksidasi NO yaitu NO2 menuju larutan penyerap
NOx selanjutnya.Besarnya NOx yang terserap pada larutan penyerap kedua merupakan besarnya
konsentrasi NO yang terkandung dalam udara ambien yang masuk.Larutan penyerap yang mengandung
kontaminan NO2 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi larutan penyerap.
Pengukuran absorbansi dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih
dahulu dalam pendingin.Pengukuran absorbansi bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang
terkandung dalam suatu larutan.Absorbansi menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan.Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah larutan penyerap NOx tanpa
perlakuan.Panjang gelombang yang digunakan adalah 540 Nm. Hasil pengukuran absorbansi NOX dapat
dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Hasil pengukuran NOx
Parameter Panjang Blanko Sampel
Gelomban (A) (A)
g (Nm)
NO2 tabung 1 540 0 0,011
NO2 setelah oksidator 540 0 0,007
Sumber : Hasil Perhitungan
Dimana :
V = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1 = alir awal (L/menit)
F2 = laju alir akhir (L/menit);
T = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298 = konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin;
760 = tekanan udara standar (mmHg)
Ta = 35° + 273° = 308 °K
Volume udara sampling :
1. Konsentrasi NOx
Konsentrasi NOx di udara ambient dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kalibrasi NOx. Berikut ini
adalah grafik kalibrasi NOx beserta data konsentrasi dan absorbansi larutan :
y = 0.663x
dimana x = absorbansi, y = konsentrasi (µg/ml), maka :
Konsentrasi NO2 tabung 1 = 0,663 x 0,01 = 6,63 x 10-3 µg/ml
Konsentrasi NO2 setelah oksidator = 0,663 x 0,008 = 5,3 x 10-3 µg/ml
Konsentrasi NOx total = 0,663 x (0,01 + 0,008) = 0,011934 µg/ml
Konsentrasi NO = 0,011934 µg/ml - 5,3 x 10-3 µg/ml = 6,634 x 10-3 µg/ml
NOx yang ditangkap dalam 20 ml larutan penyerap
NO2 tabung 1 = 6,63 x 10-3 µg/ml x 20 ml = 0,1326µg
NO2 setelah oksidator = 5,3 x 10-3 µg/ml x 20ml = 0,106 µg
NOx total = 1,1934 x 10-2 µg/ml x 20ml = 0,23868 µg
NO = 0,23868 µg - 0,106 µg = 0,1308 µg
Kadar NOx di udara (µg/m³)
Menurut Peraturan Gubernur Jatim no. 10 tahun 2009 tentang baku mutu udara ambient provinsi, batas
konsentrasi NO2 udara ambient maksimal adalah 3,85 µg/Nm³ dalam selang waktu 1 jam (92,5µg/Nm³ per
24 jam). Pada percobaan ini, konsentrasi NO2 udara ambient di lokasi sampling sebesar
µg/Nm³ dalam selang waktu 1/2 jam.Konsentrasi percobaan masih bisa bertambah karena penambahan
NO2 pada oksidator.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada lokasi sampling sangat tercemar oleh NO2
Analisis SO2
Penyerapan SO2 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap SO2, karena diasumsikan bahwa
SO2 yang terserap mengandung SO2.Mula-mula, udara ambien yang diserap masuk ke dalam tabung
dengan larutan penyerap SO2.Kemudian senyawa SO2 terserap akibat reaksi dengan larutan penyerap
SO2.Besarnya SO2 yang terserap pada larutan penyerap merupakan besarnya konsentrasi SO2 yang
terkandung dalam udara ambien yang masuk.Larutan penyerap yang mengandung kontaminan
SO2 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran daya hantar listrik
dengan menggunakan DHL meter.
Pengukuran DHL dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih dahulu
dalam pendingin.Pengukuran DHL bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang dapat
menghantarkan listrik dalam suatu larutan.DHL menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan. Pengukuran DHL dilakukan karena senyawa SO2 yang bereaksi dengan air akan menghasilkan
larutan elektrolit. Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah larutan penyerap
SO2 tanpa perlakuan.Hasil pengukuran DHL SO2dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil pengukuran DHL
Senyawa DHL
Blanko 0,288 µm/cm
Sampel SO2 0,279µm/cm
Sumber : Hasil Perhitungan
Dimana :
V = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1 = alir awal (L/menit)
F2 = laju alir akhir (L/menit);
T = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298 = konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin;
760 = tekanan udara standar (mmHg).
1. Konsentrasi SO2 (µg/m³)
Konsentrasi SO2 dapat diperoleh melalui grafik kalibrasi sebagai berikut:
Penyerapan NH3
Penyerapan NH3 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap NH3.Mula-mula, udara ambien yang
diserap masuk ke dalam tabung dengan larutan penyerap NH3.Larutan penyerap yang mengandung
kontaminan NH3 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi larutan penyerap.
Pengukuran absorbansi dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih
dahulu dalam pendingin.Pengukuran absorbansi bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang
terkandung dalam suatu larutan.Absorbansi menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan.Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah 20 ml larutan penyerap NH3 yang
ditambahkan dengan 1 ml larutan Nessler.Panjang gelombang yang digunakan adalah 410 Nm. Hasil
pengukuran absorbansi NH3dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Hasil pengukuran NH3
Panjang Gelombang
Parameter Blanko (A) Sampel (A)
(Nm)
NH3 410 0 0,005
Sumber : Hasil Perhitungan
Dimana :
V = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1 = alir awal (L/menit)
F2 = laju alir akhir (L/menit);
T = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298 = konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin;
760 = tekanan udara standar (mmHg).
Ta = 35° + 273° = 308°K
Volume udara sampling :
2. Konsentrasi NH3
Konsentrasi NH3 di udara ambient dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kalibrasi NH3. Berikut ini
adalah grafik kalibrasi NH4 beserta data konsentrasi dan absorbansi larutan :
y = 8,5331x
dimana x = absorbansi, y = konsentrasi (mg/L)
Konsentrasi NH3 = 8,5331x 0,35 = 2.986 mg/L
Kadar NH3 (ppm)
Menurut Peraturan Gubernur Jatim no. 10 tahun 2009 batas konsentrasi NH3 maksimal adalah 2 ppm
per 24 jam. Pada percobaan ini, konsentrasi NH3 di lokasi sampling sebesar 0.016 ppm sehingga dapat
disimpulkan NH3 tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
Penyerapan O3
Penyerapan O3 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap O3.Mula-mula, udara ambien yang
diserap masuk ke dalam tabung dengan larutan penyerap O3.Larutan penyerap yang mengandung
kontaminan O3 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi larutan penyerap.
Pengukuran absorbansi dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih
dahulu dalam pendingin.Pengukuran absorbansi bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang
terkandung dalam suatu larutan.Absorbansi menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan.Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah larutan penyerap O3 tanpa
perlakuan.Panjang gelombang yang digunakan adalah 390 Nm. Hasil pengukuran absorbansi O3dapat
dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Hasil pengukuran O3
Parameter Panjang Sampel Blanko (A) (A)
Gelombang (Nm)
O3 390 0,300 0,017
Sumber : Hasil Perhitungan
Dimana :
V = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1 = alir awal (L/menit)
F2 = laju alir akhir (L/menit);
T = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298 = konversi temperatur pada kondisi normal (25 oC) ke dalam Kelvin;
760 = tekanan udara standar (mmHg).
2) Konsentrasi O3
Konsentrasi O3 di udara ambient dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kalibrasi
O3. Berikut ini adalah grafik kalibrasi O3 :
y = 0.0871
dimana x = absorbansi, y = konsentrasi (µg/ml), maka :
Konsentrasi O3 = (0.0871x0,6) = 0.052 µg/ml
Kadar O3 (ppm)
Menurut Peraturan Gubernur Jatim no. 10 tahun 2009 tentang baku mutu udara ambient
nasional, batas konsentrasi O3 udara ambient maksimal adalah 200 µg/Nm³ dalam selang
waktu 1 jam. Pada percobaan ini, konsentrasi O3udara ambient di lokasi sampling
sebesar 119,78µg/Nm³ dalam selang waktu 1/2 jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
lokasi sampling kandungan O3diambang batas baku mutu, karena jika dalam 1 jam pengambilan
sampel, bisa jadi melebihi baku mutu.
Analisa PM2,5
Partikulat merupakan padatan maupun cairan halus yang tersuspensi dalam udara
ambient. Contoh dari partikulat yaitu debu. Debu merupakan salah satu bahan yang sering
disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan
ukuran 1 mikron sampai 500 mikron, termasuk di dalamnya PM 2,5. Particulat Matter 2,5
(PM) adalah partikel debu yang berukuran ≤ 2,5 mikron. PM2,5 ini termasuk suspended
partikulat, yaitu debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap serta melayang
di udara. Sehingga dalam analisis ini dapat ditentukan total partikulat tersuspensi yang diukur
dengan alat High Volume Air Sampler dan dengan metode gravimetric melalui filter kertas
saring.
Alat High Volume Air Sampler (HVAS) menggunakan filter kertas saring berbentuk
lingkaran (bulat). Cara kerja alat HVAS ini yaitu filter kertas saring yang berbentuk bulat
dimasukkan ke dalam HVAS tersebut. Kemudian blower akan menghisap partikel tersuspensi
total di udara. Pengoperasian alat ini dilakukan selama 10 menit.Dan dilakukan bersama saat
impinger telah dinyalakan.
Sebelum menggunakan alat ini, kertas saringnya didesikator terlebih dahulu selama 24
jam dengan tujuan kertas saring yang digunakan nantinya telah terbebas dari pengganggu yang
mungkin mempengaruhi hasil perhitungan. Lalu ditimbang kertas saringnya pada neraca
analitik.
Kemudian pada waktu di lapangan sebelum melakukan percobaan, ditentukan terlebih
dahulu arah angin, kecepatan, suhu, dan kelembaban.Kemudian barulah kertas saring
diletakkan di dalam alat HVAS, kemudian HVAS dinyalakan bersamaan dengan impinger. Saat
setelah dinyalakan diamati debit udara melalui tabung debit (di belakang alat).
Setelah alat tersebut digunakan, kertas saringnya diambil dan didesikator 15 menit untuk
menyamakan suhu dengan kondisi ruangan, kemudian ditimbang dengan neraca analitik.Pada awal dan
akhir praktikum dilakukan penimbangan kertas saring sebagai filter dengan neraca analitik. Sehingga
didapatkan hasil :
Berat awal kertas saring = 0,6773gram
Berat akhir kertas saring = 0,6834gram
Jadi, berat partikulat yang terkandung dalam kertas saring tersebut adalah 0,0057 gram
Debit Pompa = 1L/detik
Volume partikulat = 1L/detik x 20 menit = 1L/detik x 1200 detik= 1200L
Konsentrasi partikulat =0,057gram/1200L = 4,75 X 10-6 gram/L
= 4,75 X gram/L x 106 microgram/gram = 4,75mikrogram/liter
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data – data dan hasil penelitian di atas dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai
berikut :
Impinger adalah alat untuk mengukur parameter pencemar di udara yang terdiri dari
parameter NOx, SO2, O3 dan NH3. Dalam penggunaannya digunakan larutan penyerap yang
berbeda – beda dari masing – masing parameter.
High Air Volume Sampler (HVS) merupakan alat untuk mengukur parameter pencemar udara
yang berupa partikulat (debu)
Konsentrasi yang diperoleh pada setiap senyawa :
Senyawa NO2, sudah mencemari udara di sekitar lokasi sampling karena melebihi baku mutu
Senyawa SO2, mencemari udara di sekitar lokasi sampling karena masih dibawah baku mutu
Senyawa NH3, belum mencemari udara di sekitar lokasi sampling karena masih dibawah baku
mutu
Senyawa O3, belum mencemari udara di sekitar lokasi sampling, namun diambang batas baku
mutu
Berat partikulat yang terkandung dalam kertas saring tersebut adalah 0,0061 gram
Konsentrasi partikulat = 0,0057gram/120L = 4,75 X 10^-6gram/L = 4,75
mikrogram/liter
DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta. Penerbit Andi.
Dahlan. 2010. Pemantauan Kualitas Udara Di Daerah Yang Terkena Dampak Bencana Merapi.
BPPLTP YPM YOGYAKARTA
Neiburger. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfir Kita. ITB
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010
Karim, Kamarlis. 1986. Dasar-Dasar Klimatologi FP Unsyiah. Banda Aceh
Lee, Richard. 1988. Hidrologi Hutan UGM. Press.Yokyakarta.
Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta