Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN EMISI DAN AMBIEN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perwujudan kualitas udara yang bersih dan sehat khususnya di luar ruangan, merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan.Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagimakhluk hidup untuk hidup
secara optimal.
Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Akan tetapi, karena
seiring dengan perkembangan zaman yang diikuti oleh beragamnya aktifitas manusia, kualitas udara
cenderung mengalami penurunan. Beragam aktifitas manusia seperti kegiatan industri, transportasidan
kegiatan lainnya memiliki peranan yang signifikan dalam mendorongnyaterjadi pencemaran udara.
Kualitas udara di luar ruangan juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang, karena dimana
orang tersebut berada setiap harinya jugamerupakan penggambaran dari kualitas lingkungannya. Suhu,
kelembapan,kebisingan, kecepatan angin, debu dan beberapa parameter kimia (SOx,
NOx,  dll) merupakan parameter kualitas udara di luar ruangan.
Peraturan Pemerintah  No.  41  tahun  1999  tentang  Baku  Mutu Udara Ambien   Nasional menjelaskan
beberapa pengertian yang berkaitan dengan kegiatan pemantauan kualitas udara, diantaranya adalah
mengenai batas – batas ambien maksimal  yang berada di udara. Batas maksimal  yang telah ditentukan
adalah batas dimana suatu polutan akan berdampak negatif bagi lingkungan, sehingga suatu kota akan
dapat dikatakan tercemar oleh suatu senyawa polutan apabila telah melewati batas tersebut.
Pengukuran yang tepat, penggambaran keadaan yang detail, danpengamatan yang hati-hati dapat
memberikan hasil yang maksimal dalampengukuran kondisi udara di luar ruangan.Sehingga dapat
terwujuddiketahuinya kualitas udara bersih dan sehat di luar ruangan.

B.     Prinsip Percobaan
Pemantauan kualitas udara ambien merupakan salah satu upaya untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan. Hasil pemantauan kualitas
udara ambien dapat dijadikan indikator untuk menentukan prioritas program pengendalian pencemaran
udara yang perlu dilakukan.
Kualitas data yang baik tergantung dari tingkat akurasi data serta tata cara pemantauan   yang  
dilakukan.   Untuk menstandarkan prosedur pemantauan agar diperoleh hasil pemantauan yang akurat,
perlu disusun pedoman teknis pemantauan kualitas udara ambien. (Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 12 Tahun 2010)
Pada percobaan ini, pengukuran konsentrasi polutan – polutan tersebut dilakukan dengan
beberapa metode. Untuk pengukuran NOx, NH4 dan CO digunakan metode kolorimetri/
spektrofotmetri.Dan untuk pengukuran SOx digunakan metode DHL (Daya Hantar Listrik) /
Konduktivitas larutan dimana untuk masing – masing polutan menggunakan larutan penyerap yang
spesifik (khusus).

C.    Tujuan
1.      Mengetahui prosedur dan teknik pengambilan sample udara
2.      Melakukan pemantauan kualitas udara yang ada di kawasan kampusTeknik Lingkungan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
3.      Mengetahui pencemaran udara di area sekitar kampus Teknik Lingkungan
4.      Mengetahui kualitas udara di area sekitar kampus Teknik Lingkungan

D.    Manfaat
1.      Mahasiswa mampu mengoperasikan alat sampling udara seperti flow meter, higrometer dan impinger
2.      Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sample udara dengan teknik yang benar
3.      Mahasiswa mampu memantau kualitas udara area sekitar kampus Teknik Lingkungan

4.      Mahasiswa dapat mengkategorikan kualitas udara area sekitar kampus Teknik Lingkungan tersebut sesuai
baku mutu yang berlaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah terdapatnya satu atau lebih kontaminan (yaitu ; debu, jelaga, gas, kabut, bau,
asap atau uap) di atmosfir dalam jumlah yang cukup, yang bersifat dan dalam jangka waktu terentu akan
membahayakan kehidupan manusia, tumbuhan, dan binatang.
Sumber pencemaran dapat dibagi dalam empat kelompok utama yaitu:
1. Transportasi kendaraan (motor, pesawat, kereta api, kapal, dan penanganan dan evaporasi
minyak)
2. Pembakaran tetap (perumahan, tempat komersial, tenaga imdustri termasuk pemanas, termasuk
pusat tenaga listrik).
3. Proses Industri (kimia, metalurgi, industri kertas, dan kilang minyak)
4. Disposal limbah padat (bahan dari rumah, batu bara, pembakaran daerah pertanian).
Pencemaran udara adalah hadirnya satu atau lebih kontaminan di atmosfer pada jumlah atau
durasi tertentu sehingga dapat atau cenderung menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia, hewan,
tumbuhan atau meterial serta dapat mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan hidup.

B.     Jenis-jenis Pencemar Udara


1.      Pencemar indikatif
Zat pencemar indikatif merupakan zat pencemar yang telah dijadikan indikator pencemaran udara secara
umum, yang biasa tercantum di dalam peraturan kualitas udara.
         suspended particulate matter (debu), karbon monoksida, total hidrokarbon (THC), Oksida-oksida
nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan Oksidan, fotokimia (ozon).
2. Pencemar spesifik
zat pencemar udara yang bersifat spesifik yang diemisikan dari sumbernya
         gas klor, ammonia, hidrogen sulfida, merkaptan, formaldehida
Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat dibedakan di zat pencemar
primer dan zat pencemar sekunder. Zat pencemar primer dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang
terbentuk di sumber emisinya (SO2, NOx), sedangkan zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar
yang terbentuk di atmosfer, yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar (seperti
senyawa oksidan dan ozon).Sedangkan berdasarkan fasanya, zat pencemar di udara dibedakan atas zat
pencemar berupa aerosol, atau partikulat (debu) dan zat pencemar berupa gas (SO2, NOx, Ozon).
Adapun zat pencemar yang diukur dalam praktikum ini antara lain:
1.      Partikulat (Debu)
Debu adalah partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan atau mekanis seperti
pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan alami yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari
bahan-bahan, baik organik maupun anorganik (Suma’mur, 1995).
Sifat-sifat debu diantaranya adalah mengendap karena pengaruh gaya gravitasi bumi, selalu basah karena
dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis, mudah menggumpal, mempunyai listrik statis yang mampu
menarik partikel lain yang berlawanan serta dapat memancarkan sinar (Achmadi, 1990).
Jumlah debu berubah-ubah bergantung pada lokasi.Konsentrasi debu pada umumnya berkurang dengan
bertambahnya ketinggian.Debu dapat menyerap, memantulkan, dan menghamburkan radiasi yang
datang.Debu atmosferik dapat tersapu turun ke permukaan bumi oleh curah hujan tetapi kemudian
atmosfer dapat terisi partikel debu kembali (Tjasyono, 2004).
2.      Gas
a.      SO2 (Sulfur Dioksida)
Sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber-sumber
SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat
secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akancepat berubah menjadi
SO2 sebagai berikut :

Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi rendah tetapi
akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil, fosil seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik adalah
sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas dan
peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif tinggi. SO2 adalah
kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO2 mengalami konveksi menjadi asam
sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer.
Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batubara yang
mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber ini diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiganya
saja dari seluruh SO2 atmosfir/tahun. Akan tetapi, karena hampir seluruhnya berasal dari buangan
industri, maka hal ini dianggap cukup gawat. Apabila pembakaran bahan bakar fosil ini bertambah
dikemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak
SO2 daripada sumber alamiah.
Sulfur dioksida atau SO2 adalah bagian dari SOx. Gas ini dengan mudah larut dalam air. Sumber
SO2 dapat berasal dari pembakaran batubara, industri, dan kendaraan umum.
a.      NOx
Gas nitrogen monoksida (NO) memiliki sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi tinggi juga
dapat menimbulkan keracunan.Disamping itu, gas oksida nitrogen juga dapat menjadi penyebab hujan
asam.Keberadaan gas nitrogen monoksida (NO) di udara disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar
bersama dengan oksigen (O2), yang terjadi pada suhu tinggi.Reaksinya adalah: 

Pada saat kontak dengan udara, maka gas nitrogen monoksida (NO) akan membentuk gas NOx
dengan reaksi sebagai berikut

Gas NOx merupakan gas yang beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau seperti asam nitrat
yang sangat menyengat dan merangsang.Keberadaan gas NOx lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan
terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NOx
dalam kadar 20 ppm akan dapat menyebabkan kematian. Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor,
bagian pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai konverter. Prinsip
kerjanya adalah mengubah gas buang yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan
maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut dapat dilihat pada reaksi berikut.

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 bentuk yang
sifatnya berbeda, yakni gas NO dan gas NOx. Sifat gas NOx berwarna dan berbau, sedangakn gas NO
tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NOx adalah merah kecokelatan dan berbau tajam menyengat.
Kadar NOx diudara daearh perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah
pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang
kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik,
pembuangan sampah dan lain-lain.
Keberadaan NOx diudara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi
fotolitik NOx sebagai berikut :
NOx + sinar matahari                      →        NO + O
O + O2                                             →        O3 (ozon)
O3 + NO                                          →        NOx+ O2
Ada dua cara untuk menghindari pembakaran tidak sempurna, maka dilakukan 2 proses pembakaran yaitu
:
1.      Bahan bakar dibakar pada temperatur tinggi dengan sejumlah udara sesuai dengan persamaan
stoikiometri, misalnya dengan 90-95% udara. Pembakaran NO dibatasi tidak dengan adanya kelebihan
udara.
2.      Bahan bakar dibakar sempurna pada suhu relatif rendah dengan udara berlebih. Suhu rendah
menghindarkan pembentukan NO.
Kedua proses ini menurunkan pembentukan NO sampai 90%. NOx pada manusia dapat meracuni paru-
paru, kadar 100 ppm dapat menimbulkan kematian, 5 ppm setelah 5 menit menimbulkan sesak nafas.
a.      NH3
Gas NH3 adalah gas yang dihasilkan dari dekomposisi kotoran ternak dan dari material sumber N
yang ada. Kandang yang tidak baik ventilasinya akan menimbulkan bahaya bagi ternak. Kandungan NH3
sebanyak 10 mg/m3 dalam udara dapat dideteksi oleh manusia melalui baunya yang khas. Pada
konsentrasi 14 mg/m3 produksi telur layer mulai turun.
Konsentrasi 17-24 mg/m3 menimbulkan rasa pedas pada mata dan ternak menjadi stress. Pada
konsentrasi 40-50 mg/m3 akan menyebabkan iritasi mata dimana korneamata akan mengalami erosi
(pelarutan).
Gas Amoniak (NH3) adalah gas yang mempunyai bau. Gas ini dapat dibuat dengan mereaksikan
Ammonium Khlorida (NH4Cl) dengan larutan Natrium Hiidroksia (NaOH) yang dipanaskan dalam
tabung reaksi. Adanya gas ini dapat diketahui dari baunya, jadi kita dapat mengenalnya dengan jalan
membau. Dalam membau jangan sekali-kali mendekatkan hidung kita pada mulut tabung reaksi, lebih-
lebih untuk gas yang berbahaya. Cara membau adalah dengan mengibas-ngibaskan tangan diatas mulut
tabung dan hidung kita pada jarak yang relative jauh berusaha membau gas yang keluar. Kertas pH
dipakai sebagai indikator atau petunjuk apakah senyawa tersebut bersifat asam atau basa dengan melihat
perubahan warnanya.
Reaksi lain dapat dilihat dengan mengamati perubahan yang terjadi seperti timbulnya gelembung
gas. Bila logam dimasukkan ke dalam larutan  reaksi asam maka akan terjadi reaksi yang menghasilkan
gas H2 melalui reaksi redoks. Kecepatan reaksi redoks ini berbeda antara logam satu dengan yang lain.

b.      O3
Ozon (O3) adalah gas yang terdiri dari tiga buah atom oksigen Berbeda dengan gas oksigen (O2)
yang tidak berbau dan berwarna, gas ozon berwarna biru dan berbau tajam.Ozon terbentuk secara alami
saat gas oksigen terkena sinar ultraviolet.
Ozon juga dapat dihasilkan dengan metode electrical discharge.Elektron yang dihasilkan
oleh electrical discharge bertumbukan dengan molekul gas oksigen, membuatnya terpisah menjadi dua
atom oksigen. Atom ini bertumbukan dengan molekul oksigen lain, dan terbentuk ozon. Metode seperti
ini banyak digunakan untuk kegiatan industri yang membutuhkan penggunaan ozon.
90 persen gas ozon berada di lapisan stratosfer bumi, membentuk lapisan ozon.Ozon stratosfer ini
memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu melindungi bumi dari radiasi matahari yang
berbahaya.Menipisnya lapisan ozon menyebabkan masuknya radiasi berbahaya matahari yang
berlebihan.Akibat negatif radiasi tersebut bagi manusia yaitu katarak, penurunan kekebalan tubuh,
penuaan dini, dan kanker kulit.
Gambar 2.1 Lapisan Ozon

10 persen sisanya berada di lapisan troposfer, lapisan atmosfer paling bawah tempat penghuni bumi
beraktivitas.Ozon di sini sebagian adalah yang dimanfaatkan manusia.
Pemanfaatannya antara lain untuk pengolahan air minum dan air limbah, sterilisasi peralatan kedokteran,
dan mengawetkan bahan makanan. Gas ozon sebenarnya bersifat racun.Dalam konsentrasi yang cukup
tinggi, ozon dapat mengganggu sistem pernapasan.Jadi, ozon hanya bermanfaat jika dipakai secara hati-
hati dan tidak lepas ke udara bebas.
Saat ini penipisan lapisan ozon sudah terjadi, kebanyakan disebabkan oleh CFC, yang digunakan antara
lain sebagai bahan pendorong cat semprot, atau bahan pendingin pada AC dan kulkas. Saat CFC
mencapai ke stratosfer, radiasi ultraviolet matahari memecah molekul CFC dan membuat atom klorin
terlepas, kemudian bereaksi dengan molekul ozon.Satu atom klorin dapat merusak 10.000 hingga 100.000
molekul ozon dan dapat bertahan di stratosfer selama bertahun-tahun. Dapat dibayangkan kerusakan
lapisan ozon akibat CFC ini

A.    Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien


Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara ambien saat ini
terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan secara
pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan gas dan
partikulat.

Gambar 2.2 Skema sampling udara


Sumber : Google Image
Dalam pengukuran kualitas udara dengan menggunakan metode dan peralatan yang manual dan
metode konvensional, maka tahap pertama adalah dilakukan sampling yang dilanjutkan dengan analisa di
laboratorium. Untuk pengumpulan debu biasanya digunakan teknik filtrasi dimana debu di tahan pada
permukaan filter dengan porositas tertentu, sedangkan untuk mengumpulkan gas dari udara ambien
diperlukan suatu teknik pengumpulan tertentu. Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk
menangkap gas pencemar di udara ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi, pendinginan dan
pengumpulan pada kantong udara.
Efisiensi pengumpulannya sangat dipengaruhi oleh :
         Karakteristik dari gas pencemar, yaitu kemampuan/kecepatan absorpsi zat pencemar pada larutan spesifik
         Waktu kontak antara gas pencemar dengan pereaksi spesifik
         Luas permukaan bidang kontak / ukuran gelembung.
1)      Sampling Debu
Peralatan yang dipakai untuk melakukan pengukuran debu adalah HVS (High Volume Sampler), cara ini
dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk segi empat seukuran kertas A4  yang
mempunyai  porositas 0,3 - 0,45 µm dengan kecepatan pompa berkisar 1.000–1.500 lpm. Pengukuran
berdasarkan metoda ini untuk penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapat
digunakan selama 24 jam setiap pengambilan contoh udara ambien.  Bentuk alat HVS dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini :

 Cara operasional alat ini adalah sebagai berikut :


1.      Panaskan kertas saring pada suhu 105ºC, selama 30 menit. 
2.      Timbang kertas saring, dengan neraca analitik pada suhu 105ºCdengan menggunakan pinset (Hati-hati
jangan sampai banyak tersentuh tangan)
3.      Pasangkan pada alat TSP, dengan membuka atap alat TSP. Kemudian dipasangkan kembali atapnya.
4.      Simpan alat HVS tersebut pada  tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.
5.      Operasikan alat dengan cara, menghidupkan (pada posisi ”On”) pompa hisap dan mencatat angka flow
ratenya (laju alir udaranya).
6.      Matikan alat sampai batas waktu yang telah ditetapkan.
7.      Ambil kertasnya, panaskan pada oven listrik pada suhu,  timbang kertas saringnya.
8.      Hitung kadar TSPnya  sebagai mg/NM3
9.      Metoda penggunaan alat ini bisa juga dilakukan, terhadap pm 10 ataupun dilanjutkan pada pengukuran
parameter logam.

Peralatan Pengumpulan Gas/Debu diperlukan peralatan pengambilan contoh udara yang pada umumnya
terdiri dari
-          collector, flowmeter dan pompa vacuum Collector berfungsi untuk mengumpulkan gas /debu yang
tertangkap
-          Kertas filter untuk menangkap debu
-          Tabung impinger, fritted bubbler untuk mengumpulkan gas dengan metode absorpsi
-          Tube adsorbent karbon aktif untuk mengumpulkan gas hidrokarbon dengan metode adsorpsi.
-          Flowmeter (rotameter) berfungsi untuk mengetahui laju aliran udara ambien yang terkumpul, sehingga
volume gas /udara yang dikumpulkan dapat diketahui.
-          Pompa vacuum berfungsi untuk menarik gas /udara dari luar masuk ke dalam colletor dan flowmeter.
Teknik Pengumpulan partikulat/debu dari udara berbeda dengan pengumpulan gas, yang perlu
diperhatikan dalam pengumpulan partikulat adalah ukuran diameter dari partikulat tersebut. Ukuran
partikulat di dalam matrik gas /udara bervariasi dari ukuran lebih besar dari ukuran molekul (0.0002
mikron) sampai mencapai ukuran 500 µm. Setiap teknik pengumpulan mempunyai kemampuan
mengumpulkan range ukuran partikulat yang tertentu.
Teknik pengumpulan yang umum digunakan adalah :
a.    Teknik pengumpulan secara impaksi
  Gas atau udara yang mengandung partikulat di hisap/ ditarik melalui nozzle
dengan laju aliran udara tertentu, kemudian ditumbukan ke permukaan plate,
maka partikel dengan diameter tertentu tidak bisa mengikuti aliran gas yang
dibelokkan (karena gaya inertia), sehingga partikel debu tersebut tertahan
pada permukaan plate. Sedangkan untuk partikel debu yang lebih kecil akan
mempunyai kemampuan mengikuti aliran gas masuk kedalam plate berikutnya, yang
selanjutnya akan terperangkap dalam plate yang berikutnya. Dengan demikian
terjadi pemisahan debu berdasarkan ukuran partikel.
b.    Teknik Filtrasi
  Pengumpulan partikulat/debu dengan teknik filtrasi merupakan teknik yang paling populer. Jenis filter yang digunakan
adalah filter fiber glass, cellulose, polyurthen foam. Setiap jenis filter mempunyai karateristik tertentu yang cocok
untuk penggunaan tertentu. Filter fiber glass merupakan filter yang paling banyak digunakan untuk pengukuran
SPM (suspended particulate mater) atau TSP (Total Suspended Particulate), terbuat dari mikro fiber gelas dengan
porositas < 0,3 µm, yaitu mempunyai efisensi pengumpulan partikulat dengan diameter 0,3 µm sebesar 95%. Filter
ini tahan korosif dan dapat digunakan pad temperatur 540º C. Tetapi kelemahannya, filter ini mudah sobek.

1)      Sampling Gas
Dalam melakukan pengumpulan gas pencemar dengan metode ini, perlu diperhatikan efisiensi
pengumpulan gas pencemar.Untuk itu, dalam pelaksanaannya harus digunakan alat absorber, pereaksi
kimia, waktu sampling dan laju aliran yang sesuai dengan prosedur standarnya. Contoh teknik absorpsi
adalah :
 - Pengukuran SO2 dengan metode pararosaniline,
 - NOx dengan metode Saltzman
 - Pengukuran ozon /oksidan dengan metode NBKI. 

Gambar 2.4 Impinger
Sumber : google Image
Analisis dan evaluasi kadar kontaminan udara semakin penting mengingat pengaruh polutan
terhadap kesehatan. Cemaran kimia seperti gas SO2, H2S, NH3, NOx, dan debu dapat mengganggu
kesehatan para pekerja pabrik, laboratorium, maupun masyarakat sekeliling.
Metoda analisa kontaminan udara tidak banyak berbeda dengan analisa kimia lainnya, kecuali
diperlukan alat khusus untuk pengambilan contoh dari udara. Ada beberapa cara sampling dan analisa
udara seperti metoda “test tube detector”,“impinger”, dan “direct reading” atau metoda instrumental.
Setiap metoda mempunyai kelebihan dan kekurangan baik ditinjau dari kecepatan, ketelitian, harga
peralatan dan suku cadang.
Di antara tiga metoda di atas, metoda impinger merupakan metoda yang sesuai untuk kita. Metoda
“test tube detector” amat praktis, cepat dalam pengukuran, tetapi kurang teliti serta amat bergantung pada
pengadaan “tube detector yang sekali pakai terus dibuang. Metoda “direct reading”, juga amat praktis,
tetapi memerlukan sensor “high-tech” yang rawan kerusakan, berharga mahal dan perlu kalibrasi setiap
saat. Sedangkan metoda “impinger”, memang memerlukan waktu lebih lama tetapi menghasilkan data
cukup teliti (handal), dan luas pemakaian.Peralatan “impinger” dapat dibuat sendiri, demikian pula reagen
penangkap gas.Impinger sebagai alat sampling udara dapat dikombinasikan dengan metoda analisa biasa
(titrasi, gravimetri, elektrometri, spektrofoto meter dan kromatografi) sebagai alat ukur.
Teknik analisa udara dengan impinger pada hakekatnya terdiri dari beberapa langkah:
1.    Menarik udara contoh dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi larutan penangkap.
2.    Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan penangkap baik dengan metoda
konvensional maupun instrumental.
3.    Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang dipompa
Cara Kerja metode pengisapan udara dengan alat impinger.
a.    Persiapan
         Periksa batterai melalui indicator Flow Rate (tingkat akhir) 2,0 Lpm (liter/menit) apabila indicator
kisaran naik turun 0,2 L-m perlu diganti batterai.
         Isi Impinger dengan larutan fisiologis NaCl 0,9% atau media buffer pepton 1 % sebanyak 10 ml.
         Tutup tabung impinger dengan rapat, jangan sampai terdapat gelembung.
         Sterilisasi tabung impinger yang sudah berisi media penyerap dengan sterilisasi basah pada suhu 121 ºC,
selama 15 menit.
         Tempatkan impinger pada badan alat.
b.    Pelaksanaan.
•         Impinger yang telah berisi larutan media atau NaCl 0,9% dihubungkan denganFlow meter.
•         Hidupkan alat dan atur flow meter 1-2 Lpm (tergantung luas ruangan)
•         Baca dan catat flow meter pada skala indicator
•         Lakukan pengambilan sampel selama 15-30 menit, sesuai dengan kondisi kebersihan ruangan.
•         Matikan alat dan lepaskan impinger dari badan alat.
•         Masukan sampel kedalam Cool Box dan bawa ke laboratorium
A.    Pengaruh Iklim Mikro
1.      Suhu
Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi bahan pencemar di udara sesuai dengan
cuaca tertentu. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang
sehingga konsentrasi bahan pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang  dingin 
keadaan  udara  makin  padat  sehingga konsentrasi pencemar diudara makin tinggi.
2.      Kelembaban
Kelembaban udara juga mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada kelembaban  yang  tinggi 
maka  kadar  uap air di udara  dapat bereaksi  dengan pencemar di udara, menjadi zat lain yang tidak
berbahaya atau menjadi pencemar sekunder.
3.      Tekanan udara
Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara
pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat
bertambah atau berkurang.
4.      Angin
Angin adalah udara bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu
proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemar udara, sehingga kadar
suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumber akan mempunyai kadar berbeda. Demikian juga halnya
dengan arah dan kecepatan angin mempengaruhi kadar bahan pencemar setempat.
5.      Sinar Matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi kadarbahan pencemar di udara karena dengan adanya sinar matahari
tersebut maka beberapa pencemar udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat laindi
udara sehingga kadarnya dapatberbedamenurutbanyaknyasinarmatahariyangmenyinaribumi.Demikian
juga banyaknya panas matahari yang sampaikebumi dapat mempengaruhi kadar pencemar diudara.
6.      Curah Hujan
Hujan merupakan suatu partikel air di udarayangbergerakdariatasjatuhke bumi.Dengan adanya hujan
maka bahan pencemar berupa gas tertentu dapat diserap ke dalam partikel air. Begitu pula partikel debu
baik yang inert maupun partikel debu yang lain dapat ditangkapdan menempel pada partikel air dan
dibawa jatuhke bumi. Dengan demikian bahan pencemar dalam bentukpartikel dapat berkurang akibat
jatuhnya hujan (dirjen PPM dan PLP, 1993).

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Skema Kerja
Adapun skema kerja dari praktikum ini ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

A.    Lokasi  dan Waktu Penelitian


Lokasi Sampling yang dilakukan pada percobaan ini adalah Jln. Taman Alumni depan parkiran Teknik
Lingkungan (Koordinat:). Dilaksanakan pada tanggal 12 November 2015. Untuk analisis data
dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. Adapun lokasi sampling dapat
ditunjukkan oleh Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian

Sumber : Google Earth


B.     Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengukuran NOx

a.    Alat
  Absorber / Impinger 1 buah
  Bubble Flow meter
  Spektrofotometer
  Glassware
  Neraca analitik
  Anemometer
  Hygrometer
b.   Bahan
  Aquadest bebas nitrit.
  Larutan stock N- (1-Naphtyl ) –Ethylene Dihidro Chloride
  Larutan Penyerap
  Larutan Pengoksidasi
  Larutan Standart Nitrit
  Sabun

2.      Pengukuran NH4

a.     Alat
  Absorber / Impinger 1 buah
  Bubble Flow meter
  Spektrofotometer
  Glassware
  Anemometer
  Hygrometer
b. Bahan
  Aquadest
  Larutan Nessler
  Larutan Baku Amoniak
  Larutan Stok Amoniak
  Sabun

3.      Pengukuran SOx

a.    Alat
  Absorber / Impinger 1 buah
  Bubble Flow meter
  Spektrofotometer
  Glassware
  Neraca analitik
  Anemometer
  Hygrometer
b.Bahan
  Asam Sulfat 0.1 N
  Larutan Penyerap
  Aquadest
  Sabun

4.      Pengukuran CO

a.       Alat
  Absorber / Impinger 2 buah
  Bubble Flow meter
  Spektrofotometer
  Glassware
  Neraca analitik
  Anemometer
  Hygrometer
b.Bahan
  Larutan Penyerap
  Larutan Baku Iodine 0.01 N
  Larutan Standar Iodine 0.0025 N
  Aquadest
  Sabun

C.    Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data ini ketika di lapangan dilakukan dengan cara pemasangan hingga penggunaan
alat secara benar dan penambahan alat yaitu stopwatch sebagai timer penghitung waktu pengamatan di
lapangan. Pada penggunaan alat di bawah ini :
1.      HVS, caranya :
-          kertas saring dipasangkan pada High Air Volume Sampler (HVS),  nyalakan.
-          HVS dinyalakan selama 15 menit untuk mengambil sampel udara ambient. Selama proses sampling,
diukur debit yang terukur pada HVS
-          Ulangi kedua prosedur tersebut pada kertas saring yang kedua

2.      Impinger, caranya :
  Dirangkai alat impinger dan setiap parameter terdapat 2 tabung, masing - masing diisi dengan
larutan penyerap yang sesuai dengan parameter yang akan diamati
  Masing-masing selang dihubungkan pada botol yang berisi larutan penyerap sesuai dengan
parameternya
 Flowmeter dihubungkan pada impinger dengan memasukkan selang ke dalam lubang yang berada
pada sambungan masing - masing parameter.
 Dibaca flowrate awal dengan menekan karet pemompa pada hingga air sabun naik
 Setelah 30 menit, dibaca flowrate akhir pada masing-masing parameter dengan memompa larutan
sabun pada flowrate 
 Mematikan impinger setelah 30 menit proses sampling

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A.    Sampling Udara Dengan Impinger


PROSES SAMPLING
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
NOx
1 Dirangkai alat impinger yang terdiri dari-       Larutan penyerap
tabung - tabung dan selang - selang. 2 NOx : jernih
tabung diisi dengan larutan penyerap
NOx masing - masing 20 ml dan 1 -       Larutan oksidator :
tabung diisi dengan larutan oksidator. 1 coklat kehitaman 
tabung kosong berisi silica gel sebagai
penangkap sisa NOx  
2 Keempat tabung tersebut diletakkan ke Rangkaian selang harus
dalam lubang pada impinger dan benar dan diusahakan
dirangkai selangnya tidak ada selang yang
terlipat agar aliran
udara dapat masuk
dengan lancar.
3 Flowmeter dihubungkan pada impinger -   Flowmeter berupa
dengan memasukkan selang ke dalam rangkaian tabung kaca
lubang yang berada pada sambungan yang terdiri dari karet
NOx.  pemompa dan busa
sabun
-   Apabila karet tersebut
dipompa, maka busa
sabun pada flowmeter
akan naik akibat
tekanan udara dari
impinger 
4 Dibaca flowrate awal dengan menekan  Analisa NOx
karet pemompa paad flowrate sehingga flowrate yang diperoleh
air sabun naik = 1,4 ml/ detik

SOx, O3, NH3


1 Dirangkai alat impinger dan Larutan penyerap SOx, O3,
setiap parameter terdapat 2 NH3: jernih
tabung, masing - masing diisi
dengan larutan penyerap yang
sesuai dengan parameter yang
akan diamati sebanyak 20 ml  
dan satu tabung lagi berisi silika
gel sebagai penangkap

2 Masing - masing selang Rangkaian selang harus benar


dihubungkan pada botol yang dan diusahakan tidak ada selang
berisi larutan penyerap sesuai yang terlipat agar aliran udara
dengan parameternya dapat masuk dengan lancar. 
 
3 Flowmeter dihubungkan pada -       Flowmeter berupa rangkaian
impinger dengan memasukkan tabung kaca yang terdiri dari  
selang ke dalam lubang yang karet pemompa dan busa sabun
berada pada sambungan masing -       Apabila karet tersebut
- masing parameter. dipompa, maka busa sabun pada
flowmeter akan naik akibat
tekanan udara dari mpinge  

4 Dibaca flowrate awal dengan Data pengukuran flowrate awal:


menekan karet pemompa paad Analisa SOx
flowrate sehingga air sabun naik flowrate SOx = 1,2 ml/detik
Analisa NH3
flowrate NH3 = 1,7 ml/detik
Analisa O3
flowrate O3 = 1,0 ml/detik
6 Mematikan impinger setelah 30 Alat impinger dimatikan dengan
menit proses sampling cara menekan tombol ON/OFF 
7 Sampel udara yang terserap oleh Sampel dianalisa dengan
larutan penyerap kemudian menggunakan spektrofotometer 
dianalisa di laboratorium

Sumber :  Hasil Perhitungan


A.    Sampling Udara Dengan High Air Volume Sampler
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 2 buah kertas saring         Berat kertas saring
ditimbang menggunakan pertama : 0,6773 gram.
neraca analitik         Berat kertas saring kedua :
0,6703 gram.

2 Kertas saring kemudian Suhu kertas saring menjadi


dimasukkan ke dalam stabil (sesuai dengan suhu
desikator selama 24 jam ruang)

3 Salah satu kertas saring Posisi alat HVS di letakkan


dipasangkan pada High Air berlawanan dengan arah
Volume Sampler (HVS), anginya agar mendapat
HVS kemudian sampel udara maksimal
disambungkan pada
sumber listrik
5 HVS dinyalakan selama 10 Debit yang terukur : 1.85
menit untuk mengambil m3/menit
sampel udara ambient.
Selama proses sampling,
diukur debit yang terukur
pada HVS

6 Kertas saring dilipat untuk Berat kertas saring


        
menjaga sampel udara dan pertama setelah
dimasukkan ke dalam ditimbang 0,6834 gram
desikator kembali,
kemudian diukur beratnya
dengan neraca analitik.
Sumber :  Hasil Perhitungan
BAB V
PEMBAHASAN

            Praktikum Pengendalian emisi dan ambien adalah mengenai pengukuran konsentrasi


senyawa SOx, NOx, NH3 dan O3 pada udara ambien. Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumát,
tanggal 12 Oktober 2015 dan berlokasi di depan portal jurusan Teknik Lingkungan. Kegiatan dimulai
pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00WIB.
Pada saat kegiatan praktikum berlangsung cuaca cerah.Dari sampling keadaan sekitar didapatkan
kelembapan sekitar sebesar 45-45.3%, dengan suhu lokasi 35oC. Kecepatan anginnya sebesar 0,0-1,7 m/s,
dan kebisingan yang terdapat disekitar lokasi memiliki range sekitar 57,0 dB A – 87,7 dB A (terendah-
tertinggi)
Pada praktikum kali ini digunakan beberapa peralatan dan bahan yang telah disediakan di
laboraturium.Peralatan dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Alat dan bahan yang digunakan
Alat Bahan
Impinger Larutan penyerap NOx
Flowmeter Larutan penyerap SOx
Selang Larutan penyerap O3
Sumber listrik Larutan penyerap NH3
Spektrofotometer Larutan Oksidator
Kuvet Akuades
Botol plastic Silika gel
Sumber :  Hasil Perhitungan
Kegiatan praktikum pengukuran parameter SOx, NOx, NH3 dan O3.Alat utama yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah impinger.Alat tersebut memiliki prinsip menarik udara ambien melalui
pompa penghisap menuju ke larutan penyerap yang spesifik.Alat tersebut terdiri dari pompa vakum,
tabung impinger, penyerap kelembaban (trap), dan flowmeter.Pompa vakum berfungsi untuk menghisap
udara ambien agar masuk menuju larutan penyerap. Tabung impinger merupakan tempat larutan penyerap
yang menjadi tempat terjadinya reaksi antara larutan penyerap dengan kontaminan udara, misalnya
larutan penyerap O3akan bereaksi dengan O3 yang terkandung dalam udara ambien yang dipompa masuk.
Pada tabung tersebut terdapat batang panjang yang memiliki lubang-lubang kecil (orifice).Lubang-lubang
kecil tersebut berfungsi untuk memecah udara yang masuk sehingga mempermudah penyerapan
kontaminan yang sesuai dengan larutan penyerapnya.
Penyerap kelembaban merupakan penyerap kandungan air dalam udara sehingga melindungi
pompa dari korosi.Silika gel biasanya digunakan sebagai penyerap kelembaban karena merupakan
penyerap kelembaban yang baik.Flowmeter merupakan bagian alat yang digunakan untuk mengukur
besarnya udara ambien yang masuk setiap satuan waktu.Pada bagian ini, digunakan busa
atau bubble sebagai penunjuk tekanan udara yang dipompa masuk ke dalam alat impinger.Untuk
menghubungkan antar tabung penyerap, tabung trap dan pompa, digunakan selang bening.Alat impinger
terdiri dari sepuluh tempat tabung. Pada pengukuran satu parameter, digunakan sepasang tabung yang
berisi larutan penyerap dan trapping. Setiap pasang alat dan pompa dihubungkan dengan menggunakan
selang.Selang pertama dihubungkan dari pompa menuju tabung yang berisi larutan penyerap.Selang
kedua menghubungkan antara tabung berisi larutan penyerap dengan tabung yang berisi bahan penyerap
kelembaban yang berfungsi untuk menyerap kelembaban untuk mencegah terjadinya korosi pada pompa.
Sebelum digunakan, tabung pada impinger yang dihubungkan dengan pompa diisi dengan 20 mL
larutan penyerap yang sesuai dengan parameter yang ingin diukur.Larutan penyerap yang digunakan
bersifat spesifik atau harus sesuai dengan parameter yang ingin diukur. Larutan yang digunakan
diantaranya adalah:
  Larutan penyerap NOX
Larutan penyerap NOx yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan penyerap NOx karena
diasumsikan bahwa NOx yang terkandung dalam udara ambien adalah NOx dan NO. Larutan penyerap
NOX yang digunakan, dibuat dengan cara sebagai berikut:
       Diambil 2.5 gram sulfanik acid
       Di tambah 70 ml asam asetat
       Ditambah aquades hingga 500 ml
       Di panaskan sampai larut lalu didinginkan
       Ditambah 5 ml asetat
       Ditambah 10 mg NED (larutan berwarna jernih)
Karena diasumsikan bahwa NOx yang terkandung dalam udara ambien adalah NOx dan NO, maka
diperlukan oksidator yang dapat mengubah NO menjadi NOx. Larutan yang digunakan sebagai oksidator
NO, dibuat dengan cara berikut:
       Diambil 1.25 gram KMnO4
       Ditambah 30 ml asam fosfat
       Ditambah 5 ml asam sulfat
       Ditambah aquades hingga 50 ml (larutan berwarna cokelat kehitaman)

  Larutan penyerap SO2


Larutan penyerap SOx yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan penyerap SO2 karena
diasumsikan bahwa SOx yang terkandung dalam udara ambien adalah SO2. Larutan penyerap SO2 yang
digunakan, dibuat dengan cara sebagai berikut:
       Diambil 1 ml H2SO4 0.001N
       Diencerkan hingga 1 L
       Ditambah H2O2 0.25 ml 20%

  Larutan penyerap NH3


Larutan penyerap SOx yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan penyerap SO2 karena
diasumsikan bahwa SOx yang terkandung dalam udara ambien adalah SO2. Larutan penyerap SO2 yang
digunakan, dibuat dengan cara sebagai berikut:
       Diambil 1 ml asam sulfat 0.001 N

  Larutan penyerap O3
Larutan penyerap SOx yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan penyerap SO2 karena
diasumsikan bahwa SOx yang terkandung dalam udara ambien adalah SO2. Larutan penyerap SO2 yang
digunakan, dibuat dengan cara sebagai berikut:
       Diambil KH2PO4 sebanyak 1.361 gram
       Ditambahkan Natrium Dihidroksida Fosfat sebanyak 3.582 gram
       Ditambahkan Kalium Iodida sebanyak 1 gram
       Diencerkan hingga 100 ml
Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 20 mL.Kemudian alat impinger
dihubungkan dengan sumber listrik dan dinyalakan.Saat dinyalakan, pada batang orifice muncul banyak
gelembung udara kecil. Selanjutnya adalah pengukuran debit udara ambien yang masuk ke dalam
impinger.
Pengukuran debit udara yang masuk ke dalam impinger dilakukan dengan menggunakan
flowmeter. Flowmeter terdiri dari karet pemompa, skala volume udara dan tempat busa atau bubble.
Ketika udara dipompa, maka bubbleakan naik sesuai dengan tekanan udara. Debit udara diukur dengan
menghitung waktu yang diperlukan bubble tersebut untuk mencapai skala tertentu.
Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh data rata-rata besarnya debit udara ambien yang masuk
ke dalam impinger pada menit awal dan menit ke 30 ke dalam setiap tabung penyerap dapat dilihat
pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil pengukuran debit udara
No Tabung Waktu (s) Debit rata-rata Debit udara
penyerap (mL/detik) ambient (L/menit)
1 NOx 1,4 7,14 0,42
2 SOx 1,2 8,33 0,49
3 NH3 1,7 5,88 0,35
4 O3 1,0 10 0,6
Sumber :  Hasil Perhitungan
Cara kerja impinger berbeda untuk setiap parameter yang akan diukur. Perlakuan disesuaikan
dengan kebutuhan pengukuran parameter tertentu.Besarnya konsentrasi senyawa tidak bisa diukur secara
langsung dengan menggunakan impinger.Penggunaan impinger hanya untuk menangkap kontaminan
yang terdapat di udara dengan menggunakan larutan penyerap yang spesifik.Larutan penyerap hasil
pengukuran diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi
kontaminan tersebut.Besarnya konsentrasi ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi kontaminan tertentu. Proses penyerapan yang terjadi tiap larutan
penyerap pada impinger adalah sebagai berikut.
     Analisis NO2
Penyerapan NO2 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap NOx, karena diasumsikan bahwa
NOx yang terserap mengandung NO dan NO2.Mula-mula, udara ambien yang diserap masuk ke dalam
tabung dengan larutan penyerap NO2.Kemudian senyawa NO2 terserap, sedangkan senyawa NO dan
senyawa non-nitrogen lainnya tidak ikut terserap.Senyawa NO harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi
NO2 agar dapat diserap oleh larutan penyerap.Untuk mengosidasi NO digunakan larutan oksidator yang
ada pada salah satu tabung.Larutan oksidator mengandung kalium permanganate (KMnO4) yang
merupakan oksidator kuat.Hasil oksidasi NO yaitu NO2 menuju larutan penyerap
NOx selanjutnya.Besarnya NOx yang terserap pada larutan penyerap kedua merupakan besarnya
konsentrasi NO yang terkandung dalam udara ambien yang masuk.Larutan penyerap yang mengandung
kontaminan NO2 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi larutan penyerap.
Pengukuran absorbansi dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih
dahulu dalam pendingin.Pengukuran absorbansi bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang
terkandung dalam suatu larutan.Absorbansi menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan.Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah larutan penyerap NOx tanpa
perlakuan.Panjang gelombang yang digunakan adalah 540 Nm. Hasil pengukuran absorbansi NOX dapat
dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Hasil pengukuran NOx
Parameter Panjang Blanko Sampel
Gelomban (A) (A)
g (Nm)
NO2 tabung 1 540 0 0,011
NO2 setelah oksidator 540 0 0,007
Sumber :  Hasil Perhitungan

Dari data-data di atas, maka dapat diperoleh :


1.         Volume udara sampling

Dimana :
V        = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1      = alir awal (L/menit)
F2      = laju alir akhir (L/menit);
T        = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa       = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta       = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298     = konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin;
760     = tekanan udara standar (mmHg)
         Ta = 35° + 273° = 308 °K
         Volume udara sampling :

                     V = 6,095 N mL = 6,095x 10 -6N m³ 

1.         Konsentrasi NOx
Konsentrasi NOx di udara ambient dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kalibrasi NOx. Berikut ini
adalah grafik kalibrasi NOx beserta data konsentrasi dan absorbansi larutan :

      y = 0.663x
dimana x = absorbansi, y = konsentrasi (µg/ml), maka :
Konsentrasi NO2 tabung 1  = 0,663 x 0,01 = 6,63 x 10-3 µg/ml
Konsentrasi NO2 setelah oksidator  = 0,663 x 0,008 = 5,3 x 10-3 µg/ml
Konsentrasi NOx total = 0,663 x (0,01 + 0,008) = 0,011934 µg/ml
Konsentrasi NO = 0,011934 µg/ml - 5,3 x 10-3 µg/ml = 6,634 x 10-3 µg/ml
      NOx yang ditangkap dalam 20 ml larutan penyerap
NO2 tabung 1    = 6,63 x 10-3 µg/ml x 20 ml = 0,1326µg
NO2 setelah oksidator  = 5,3 x 10-3 µg/ml x 20ml = 0,106 µg
NOx total            = 1,1934 x 10-2 µg/ml x 20ml = 0,23868 µg
NO = 0,23868 µg - 0,106 µg = 0,1308 µg
      Kadar NOx di udara (µg/m³)

      Kadar NOx (ppm)

Menurut Peraturan Gubernur Jatim no. 10 tahun 2009 tentang baku mutu udara ambient provinsi, batas
konsentrasi NO2 udara ambient maksimal adalah 3,85 µg/Nm³ dalam selang waktu 1 jam (92,5µg/Nm³ per

24 jam). Pada percobaan ini, konsentrasi NO2 udara ambient di lokasi sampling sebesar 
µg/Nm³ dalam selang waktu 1/2 jam.Konsentrasi percobaan masih bisa bertambah karena penambahan
NO2 pada oksidator.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada lokasi sampling sangat tercemar oleh NO2

     Analisis SO2
Penyerapan SO2 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap SO2, karena diasumsikan bahwa
SO2 yang terserap mengandung SO2.Mula-mula, udara ambien yang diserap masuk ke dalam tabung
dengan larutan penyerap SO2.Kemudian senyawa SO2 terserap akibat reaksi dengan larutan penyerap
SO2.Besarnya SO2 yang terserap pada larutan penyerap merupakan besarnya konsentrasi SO2 yang
terkandung dalam udara ambien yang masuk.Larutan penyerap yang mengandung kontaminan
SO2 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran daya hantar listrik
dengan menggunakan DHL meter.
Pengukuran DHL dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih dahulu
dalam pendingin.Pengukuran DHL bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang dapat
menghantarkan listrik dalam suatu larutan.DHL menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan. Pengukuran DHL dilakukan karena senyawa SO2 yang bereaksi dengan air akan menghasilkan
larutan elektrolit. Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah larutan penyerap
SO2 tanpa perlakuan.Hasil pengukuran DHL SO2dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil pengukuran DHL
Senyawa DHL
Blanko 0,288 µm/cm
Sampel SO2 0,279µm/cm
Sumber :  Hasil Perhitungan

Dari data-data diatas, maka dapat dihitung :


1.         Volume udara sampling

Dimana :
V        = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1      = alir awal (L/menit)
F2      = laju alir akhir (L/menit);
T        = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa       = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta       = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298     = konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin;
760     = tekanan udara standar (mmHg).

         Ta = 35° + 273° = 308°K


         Volume udara sampling :

1.         Konsentrasi SO2 (µg/m³)
Konsentrasi SO2 dapat diperoleh melalui grafik kalibrasi sebagai berikut:

dimana :    Cob      = konduktansi sampel, µmhos


                                Cb      = konduktansi blanko, µmhos
                              B         = faktor respon, slope dari kalibrasi
                              Vso1      = volume reagen absorbing, mL
                  V0      = volume udara sampling terkoreksi, L
Menurut Peraturan Gubernur Jatim no. 10 tahun 2009tentang baku mutu udara ambient nasional,
batas konsentrasi SO2 udara ambient maksimal adalah 10,91 µg/Nm³ dalam selang waktu 1 jam
(262µg/Nm³ per 24 jam). Pada percobaan ini, konsentrasi NO2 udara ambient di lokasi sampling
sebesar 127,7µg/m³ dalam selang waktu 1/2 jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada lokasi
sampling tercemar oleh polutan SO2 karena masih dibawah baku mutu.

     Penyerapan NH3
Penyerapan NH3 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap NH3.Mula-mula, udara ambien yang
diserap masuk ke dalam tabung dengan larutan penyerap NH3.Larutan penyerap yang mengandung
kontaminan NH3 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi larutan penyerap.
Pengukuran absorbansi dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih
dahulu dalam pendingin.Pengukuran absorbansi bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang
terkandung dalam suatu larutan.Absorbansi menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan.Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah 20 ml larutan penyerap NH3 yang
ditambahkan dengan 1 ml larutan Nessler.Panjang gelombang yang digunakan adalah 410 Nm. Hasil
pengukuran absorbansi NH3dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5  Hasil pengukuran NH3
Panjang Gelombang
Parameter Blanko (A) Sampel (A)
(Nm)
NH3 410 0 0,005
Sumber :  Hasil Perhitungan

Dari data-data diatas, maka dapat dihitung :


1.         Volume udara sampling

Dimana :
V        = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1      = alir awal (L/menit)
F2      = laju alir akhir (L/menit);
T        = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa       = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta       = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298     = konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin;
760     = tekanan udara standar (mmHg).
         Ta = 35° + 273° = 308°K
         Volume udara sampling :

                     V = 5.079 N mL = 5.079 x 10 -6N m³

2.         Konsentrasi NH3
Konsentrasi NH3 di udara ambient dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kalibrasi NH3. Berikut ini
adalah grafik kalibrasi NH4 beserta data konsentrasi dan absorbansi larutan :

         y = 8,5331x
dimana x = absorbansi, y = konsentrasi (mg/L)
Konsentrasi NH3 = 8,5331x 0,35 = 2.986 mg/L

         NH3 yang ditangkap dalam 20 ml larutan penyerap


NH3 = 2.986  mg/L x 20 mL x 1L/1000 mL = 0.059 mg

         Kadar NH3 di udara (mg/m³)

         Kadar NH3 (ppm)

Menurut Peraturan Gubernur Jatim no. 10 tahun 2009 batas konsentrasi NH3 maksimal adalah 2 ppm
per 24 jam. Pada percobaan ini, konsentrasi NH3 di lokasi sampling sebesar 0.016 ppm sehingga dapat
disimpulkan NH3 tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

     Penyerapan O3
Penyerapan O3 dilakukan dengan menggunakan larutan penyerap O3.Mula-mula, udara ambien yang
diserap masuk ke dalam tabung dengan larutan penyerap O3.Larutan penyerap yang mengandung
kontaminan O3 selanjutnya disimpan dalam botol plastik kecil.Selanjutnya dilakukan pengukuran
absorbansi larutan penyerap.
Pengukuran absorbansi dapat dilakukan langsung setelah penggunaan impinger atau disimpan terlebih
dahulu dalam pendingin.Pengukuran absorbansi bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel yang
terkandung dalam suatu larutan.Absorbansi menunjukan besarnya konsentrasi kontaminan dalam
larutan.Blanko yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah larutan penyerap O3 tanpa
perlakuan.Panjang gelombang yang digunakan adalah 390 Nm. Hasil pengukuran absorbansi O3dapat
dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Hasil pengukuran O3
Parameter Panjang Sampel Blanko (A) (A)
Gelombang (Nm)
O3 390 0,300 0,017
Sumber :  Hasil Perhitungan

Dari data-data praktikum, maka dapat diperoleh :


Volume udara sampling

Dimana :
V        = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg;
F1      = alir awal (L/menit)
F2      = laju alir akhir (L/menit);
T        = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa       = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta       = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298     = konversi temperatur pada kondisi normal (25 oC) ke dalam Kelvin;
760     = tekanan udara standar (mmHg).

         Ta = 35° + 273° = 308°K


         Volume udara sampling :

2)      Konsentrasi O3
Konsentrasi O3 di udara ambient dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kalibrasi
O3. Berikut ini adalah grafik kalibrasi O3 :

      y = 0.0871
dimana x = absorbansi, y = konsentrasi (µg/ml), maka :
Konsentrasi O3  = (0.0871x0,6) = 0.052 µg/ml

      O3 yang ditangkap dalam 20 ml larutan penyerap


O3  =0.052µg/ml x 20 ml = 1.045 µg

      Kadar O3 di udara (µg/m³)

      Kadar O3 (ppm)

Menurut Peraturan Gubernur Jatim no. 10 tahun 2009 tentang baku mutu udara ambient
nasional, batas konsentrasi O3 udara ambient maksimal adalah 200 µg/Nm³ dalam selang
waktu 1 jam. Pada percobaan ini, konsentrasi O3udara ambient di lokasi sampling
sebesar 119,78µg/Nm³ dalam selang waktu 1/2 jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
lokasi sampling kandungan O3diambang batas baku mutu, karena jika dalam 1 jam pengambilan
sampel, bisa jadi melebihi baku mutu.

Analisa PM2,5
            
Partikulat merupakan padatan maupun cairan halus yang tersuspensi dalam udara
ambient. Contoh dari partikulat yaitu debu. Debu merupakan salah satu bahan yang sering
disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan
ukuran 1 mikron sampai 500 mikron, termasuk di dalamnya PM 2,5. Particulat Matter 2,5
(PM) adalah partikel debu yang berukuran ≤ 2,5 mikron. PM2,5 ini termasuk suspended
partikulat, yaitu debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap serta melayang
di udara. Sehingga dalam analisis ini dapat ditentukan total partikulat tersuspensi yang diukur
dengan alat High Volume Air Sampler dan dengan metode gravimetric melalui filter kertas
saring.
Alat High Volume Air Sampler (HVAS) menggunakan filter kertas saring berbentuk
lingkaran (bulat). Cara kerja alat HVAS ini yaitu filter kertas saring yang berbentuk bulat
dimasukkan ke dalam HVAS tersebut. Kemudian blower  akan menghisap partikel tersuspensi
total di udara. Pengoperasian alat ini dilakukan selama 10 menit.Dan dilakukan bersama saat
impinger telah dinyalakan.
Sebelum menggunakan alat ini, kertas saringnya didesikator terlebih dahulu selama 24
jam dengan tujuan kertas saring yang digunakan nantinya telah terbebas dari pengganggu yang
mungkin mempengaruhi hasil perhitungan. Lalu ditimbang kertas saringnya pada neraca
analitik.
Kemudian pada waktu di lapangan sebelum melakukan percobaan, ditentukan terlebih
dahulu arah angin, kecepatan, suhu, dan kelembaban.Kemudian barulah kertas saring
diletakkan di dalam alat HVAS, kemudian HVAS dinyalakan bersamaan dengan impinger. Saat
setelah dinyalakan diamati debit udara melalui tabung debit (di belakang alat).
Setelah alat tersebut digunakan, kertas saringnya diambil dan didesikator 15 menit untuk
menyamakan suhu dengan kondisi ruangan, kemudian ditimbang dengan neraca analitik.Pada awal dan
akhir praktikum dilakukan penimbangan kertas saring sebagai filter dengan neraca analitik. Sehingga
didapatkan hasil :
Berat awal kertas saring = 0,6773gram
Berat akhir kertas saring = 0,6834gram
Jadi, berat partikulat yang terkandung dalam kertas saring tersebut adalah 0,0057 gram
Debit Pompa = 1L/detik
Volume partikulat = 1L/detik x 20 menit       = 1L/detik x 1200 detik= 1200L
Konsentrasi partikulat             =0,057gram/1200L  = 4,75 X 10-6 gram/L
= 4,75 X gram/L x 106 microgram/gram = 4,75mikrogram/liter

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data – data dan hasil penelitian di atas dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai
berikut :
         Impinger adalah alat untuk mengukur parameter pencemar di udara yang terdiri dari
parameter NOx, SO2, O3 dan NH3. Dalam penggunaannya digunakan larutan penyerap yang
berbeda – beda dari masing – masing parameter.
         High Air Volume Sampler (HVS) merupakan alat untuk mengukur parameter pencemar udara
yang berupa partikulat (debu)
         Konsentrasi yang diperoleh pada setiap senyawa :

         Senyawa NO2, sudah mencemari udara di sekitar lokasi sampling karena melebihi baku mutu
         Senyawa SO2, mencemari udara di sekitar lokasi sampling karena masih dibawah baku mutu
         Senyawa NH3, belum mencemari udara di sekitar lokasi sampling karena masih dibawah baku
mutu
         Senyawa O3, belum mencemari udara di sekitar lokasi sampling, namun diambang batas baku
mutu
         Berat partikulat yang terkandung dalam kertas saring tersebut adalah 0,0061 gram
         Konsentrasi partikulat             = 0,0057gram/120L = 4,75 X 10^-6gram/L = 4,75
mikrogram/liter

DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta. Penerbit Andi.
Dahlan. 2010. Pemantauan Kualitas Udara Di Daerah Yang Terkena Dampak Bencana Merapi.
BPPLTP YPM YOGYAKARTA
Neiburger. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfir Kita. ITB
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010
Karim, Kamarlis. 1986. Dasar-Dasar Klimatologi FP Unsyiah. Banda Aceh
Lee, Richard. 1988. Hidrologi Hutan UGM. Press.Yokyakarta.
Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai