Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTAURAN DAN PAJAK

HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA


YOGYAKARTA

Oleh:
Wahyu Indro Widodo1 dan Bambang Guritno2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak


Restoran dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta
periode 2010 sampai dengan 2014. Pelaksanaan penelitian ini lakukan di Dinas
Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) kota Yogyakarta. Jenis
penelitian ini adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi berganda dengan menggunakan alat analisis uji t dan uji F dengan
tingkat signifikasi sebesar 5%
Hasil analisis regresi menunjukan bahwa ada pengaruh yang simultan dan
signifikan antara Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta periode 2010 sampai dengan 2014.

Kata Kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan
Asli Daerah.

ABSTRACT

This study is aimed to find out the influence of Hotel Tax, Restaurant Tax
and Entertainment Tax versus The Original Regional Revenue on period 2010
until 2014. This study is carried out in the local tax offices and financial
management of Yogyakarta City. The type of this research was case study with
interview and documentation as the data collecting techniques. The data
analysis technique was multiply regression analysis using the analysis tools
of t-test and f-test at 5% significance level.
The result of regression analysis showed that there were simultaneous and
significantly influenced among of Hotel Tax, Restaurant Tax and Entertainment
Tax versus The Original Regional Revenue of Yogyakarta City period 2010 to
2014 .

Keywords: Hotel Tax, Restaurant Tax and Entertainment Tax versus The
Original Regional Revenue
1
Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pariwisata Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang
2
Staf Pengajar Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 128


PENDAHULUAN

Dalam menjalankan roda pemerintahan daerah dan kelangsungan


pembangunan daerah maka pemerintah daerah sangat memerlukan pembiayaan
yang dapat diandalkan, hal ini untuk menjaga kelangsungan jalannya roda
pemerintahan. Kebutuhan untuk mendapatkan sumber-sumber pembiayaan yang
dirasa semakin tahun semakin meningkat, apalagi sejak diberlakukannya Otonomi
Daerah yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai
penyempurnaan UU Nomor 1999 tentang Pokok-Pokok Pemerintah Daerah dan
UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah dipacu untuk dapat
berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan
pengeluaran daerah. Hal ini didapat dari berbagai alternatif sumber penerimaan
yang sedapat mungkin dipungut oleh daerah. Undang-Undang tentang
Pemerintahan Daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu
sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan
sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Pajak daerah terdiri dari berbagai
jenis pajak yang terkait dengan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Masing-
masing jenis pajak dan retribusi daerah memiliki objek, subjek, tarif, dan
berbagai ketentuan pengenaan tersendiri, yang mungkin berbeda dengan jenis
pajak atau retribusi daerah lainnya. Di sisi lain semangat otonomi daerah yang
diberlakukan di Indonesia memungkinkan setiap daerah provinsi atau
kabupaten/kota mengatur daerahnya sendiri.
Menurut Abdul Halim, 2002, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Mardiasmo, 2002, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah.
Pendapat Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah
(PAD) dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu:
Pertama, Pajak Daerah; Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang
berasal dari pajak. Pajak secara umum adalah pungutan dari masyarakat oleh
Negara atau pemerintah berdasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat
dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung.
Berdasarkan UU No 34 Tahun 2000 yang dimaksud dengan “Pajak Daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepala daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah’’. Dari defenisi
diatas jelas bahwa pajak merupakan iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada
setiap orang (wajib pajak) tanpa terkecuali. Ditegaskan pula bahwa hasil pajak
daerah ini diperuntukkan bagi penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 129


daerah.
Kedua, Retribusi Daerah; Disamping pajak daerah sebagai mana disebutkan
sebelumnya, sumber Pendapata Asli Daerah (PAD) juga meliputi retribusi atau
perizinan yang diperoleh dalam Undang-Undang. Retribusi daerah merupakan
salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau
imbalan langsung atas pelayanan yang di berikan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat. Yang dimaksud retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan
atau diberikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk kepentingan orang atau
badan. Perbedaan antara Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak hanya
didasarkan atas objeknya, tetapi juga perbedaan atas pendekatan tarif. Oleh
karena itu, tarif retibusi bersifat fleksibel sesuai dangan tujuan retribusi dan
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk
melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik di daerahnya.
Ketiga, Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang di Pisahkan; Sebagai
contoh, Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban
tambahan bagi masyarakat, karena selama ini jenis retribusi tersebut telah
dipungut oleh sejumlah pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Sebagaimana halnya dengan jenis retribusi lainnya, pemungutan Retribusi Izin
Usaha Perikanan dimaksudkan agar pelayanan dan pengandalian kegiatan di
bidang perikanan dapat terlaksanan secara terus menerus dengan kualitas yang
lebih baik.
Keempat, Pendapatan Asli Daerah (PAD) lain lain yang sah; Pendapatan ini
merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemerintah
Daerah (Pemda). Rekening ini disediakan untuk membukukan penerimaan
daerah selain yang disebutkan diatas. Pendapatan Asli Daerah lainnya yang
disahkan seperti penjualan asset tetap daerah, pendapatan denda pajak dan jasa
giro. Dari banyak komponen pajak daerah yang dikelola kota Yogyakarta yang
menarik untuk diteliti oleh penulis adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak
Hiburan. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/beristirahat, memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan
dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, kecuali pertokoan
dan perkantoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan atau minuman
yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan
catering. Adapun Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran. Sedangkan Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
badan yang menikmati hiburan.
Pertumbuhan kunjungan wisata ke provinsi D.I. Yogyakarta, khususnya di
kota Yogyakarta dalam beberapa tahun ini meningkat secara signifikan,
sehingga dalam memenuhi kebutuhan akomodasi bagi para wisatawan maka
tingkat pertumbuhan Hotel, Restoran dan tempat hiburan berbanding lurus dengan
permintaan yang juga secara otomatis makin meningkatkan jumlah besaran pajak
yang di tarik dari subyek tersebut diatas yang berada di kawasan kota Yogyakarta.

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 130


METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan kombinasi penelitian yaitu :


Berdasarkan segi tujuan yang mempelajari (purpose of study) adalah
penelitian deskriptif presentase dan uji hipotesis yaitu dengan mendeskriptifkan
variabel dan pengetahuan tentang Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. (PAD)
Berdasarkan tipe penelitian termasuk penelitian deskriptif dan verifikasi
penelitian ini bertujuan untuk meperoleh gambaran parameter yang diukur dari
kontribusi setiap item serta indikator variabel, yang terdiri dari variabel Pajak
Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kodya Yogyakarta. Untuk memperjelas uraian diatas dapat
digambarkan dalam bagan gambar desain penelitian sebagai berikut.

Pajak Hotel (X1)

Pajak Restoran (X2) Pendapatan Asli Daerah


(Y)
Pajak Hiburan (X3)

Gambar 1. Desain Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisys multiple regression


atau regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear berganda untuk
menguji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut, maka didapat persamaan regresi

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 131


sebagai berikut : Y = + 1.385X1+2.704X2 + 2.024X3
Berdasarkan persamaan tersebut diatas maka dapat dijelaskan bahwa variabel
Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan mempunyai pengaruh yang
positif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Artinya semakin adanya peningkatan
penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan maka akan semakin
peningkatan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Uji t ( parsial )
Uji t ini merupakan pengujian untuk menunjukan pengaruh secara parsial
variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini meliputi
Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan sedangkan variabel terikat
Pendapatan Asli Daerah. Kriteria penerimaan hipotesis yaitu apabila nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05 (< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel
bebas secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
Penjelasan hasil uji t masing- masing variabel adalah sebagai berikut :
Pajak Hotel
Hasil statistik uji t pada variabel Pajak Hotel diperoleh nilai t hitung sebesar
3,961 dengan tingkat signifikansi 0,015. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (< 0,05), maka hipotesis diterima. Artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah di Pemerintah
Kota Yogyakarta.
Pajak Restaurant
Hasil statistik uji t pada variabel Pajak Restoran diperoleh nilai t hitung
sebesar 4,346 dengan tingkat signifikansi 0,014. Oleh karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 (< 0,05), maka hipotesis diterima. Artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Pemerintah KotaYogyakarta.
Pajak Hiburan
Hasil statistik uji t pada variabel Pajak Hiburan diperoleh nilai t hitung sebesar
4,264 dengan tingkat signifikansi 0,014. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (< 0,05), maka hipotesis diterima. Artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Pemerintah
KotaYogyakarta.

Uji f ( Simultan )
Uji F digunakan untuk membuktikan pengaruh simultan keseluruhan
variabel bebas dalam
penelitian terhadap variabel terikat. Kriteria penerimaan hipotesis yaitu apabila
nilai signifikan f lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) maka model regresi berpengaruh
signifikan secara simultan. Hasil uji F apada analisis regresi ganda dilihat pada
tabel berikut.

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 132


Tabel 2

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah


b. Predictors: (Constant), Pajak Hiburan, Pajak Hotel, Pajak Restoran

Hasil analisis regresi linear berganda diperoleh F hitung sebesar 9,095


dengan taraf signifikansi sebesar 0,002. Oleh karena nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05 ( < 0,05), maka hipotesis diterima. Artinya terdapat pengaruh
yang signifikan apabila ketiga variable tersebut digabung yakni Pajak Hotel,
Pajak Restoran dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota
Yogyakarta.

Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya persentase
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Nilai Koefisien Determinasi(R2)
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate

1 ,982a ,965 ,859 2,517


a. Predictors: (Constant), Pajak Hiburan, Pajak Hotel, Pajak Restoran

Hasil analisis diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,859. Hal ini


menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak Hiburan yakni sebesar 85,90% sedangkan sisanya di pengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menguji adakah pengaruh secara signifikan dan positif Pajak
Hotel terhadap pendapatan asli daerah di Kota Yogyakarta, berdasarkan nilai t
hitung sebesar 3,961 dengan tingkat signifikansi 0,015 maka oleh karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (< 0,05), maka hipotesis diterima. Hipotesis
pertama yang menyatakan “ada pengaruh secara positif dan signifikan Pajak
Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta” diterima. Artinya
jika variabel Pajak Hotel meningkat, maka Pendapatan Asli Daerah tentu akan

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 133


meningkat. Sekaligus menyatakan bahwa HA diterima.
Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menguji adakah pengaruh secara signifikan dan positif pajak
restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kota Yogyakarta. Berdasarkan nilai
t hitung sebesar 4,346 dengan tingkat signifikansi 0,014. maka oleh karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (<0,05), maka hipotesis diterima. Hipotesis
pertama yang menyatakan “ada pengaruh secara positif dan signifikan Pajak
Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta” diterima. Artinya
jika variabel Pajak Restoran meningkat, maka Pendapatan Asli Daerah tentu akan
meningkat. Sekaligus menyatakan bahwa HA diterima.
Uji Hipotesis Ketiga
Hipotesis Ketiga menguji adakah pengaruh secara signifikan dan positif Pajak
Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Yogyakarta. Berdasarkan nilai
t hitung sebesar 4,264 dengan tingkat signifikansi 0,014. Maka oleh karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (<0,05), maka hipotesis diterima. Hipotesis
pertama yang menyatakan “ada pengaruh secara positif dan signifikan Pajak
Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta” diterima. Artinya
jika variabel Pajak Restoran meningkat, maka Pendapatan Asli Daerah tentu akan
meningkat. Sekaligus menyatakan bahwa HA diterima.
Uji Hipotesis Keempat
Hipotesis Keempat menguji pengaruh variabel bersamaan yaitu Pajak Hotel,
Pajak Restoran dan pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
kota Yogyakarta. Berdasarkan nilai F hitung sebesar 9,095 dengan tingkat
signifikansi 0,002 oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (< 0,05),
maka hipotesis diterima. Hipotesis keempat yang menyatakan “ada pengaruh
positif dan signifikan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan terhadap
pendapatan asli daerah” dapat diterima. Artinya secara keseluruhan ada pengaruh
jika peningkatan seluruh variable diuji secara bersama-sama atau diuji secara
simultan bahwa variable, pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.
Sekaligus menyatakan bahwa HA diterima.

PEMBAHASAN

Pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah


Berdasarkan tabel hasil penelitian yang diperoleh ternyata pajak hotel
berpengaruh pengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli
daerah, dengan nilai menunjukkan nilai t sebesar 2,213. Dari hasil pengujian
dengan SPSS diperoleh nilai t untuk variabel X1 yaitu pajak hotel dengan
tingkat signifikansi 0,015. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 yang
berarti lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) dapat dikatakan bahwa Ha diterima.
Kota Yogyakarta yang sering disebut dengan kota pelajar sekaligus sebagai
destinasi wisata mampu menarik minat wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara untuk datang ke Yogyakarta sehingga tingkat kunjungan wisatawan
mengalami peningkatan. Peningkatan kunjungan wisatawan yang datang ke
Yogyakarta tentunya di ikuti dengan perkembangan jumlah hotel dan kemudian

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 134


dapat menunjang pemasukan pajak hotel, penginapan sehingga meningkatkan
kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
Pendapatan pajak hotel dapat ditingkatkan melalui efektifitas pemungutan
pajak hotel, maka potensi pajak hotel perlu digali lagi sehingga realisasi pajak
hotel kota Yogyakarta dapat optimal. Namun, jika realisasi pajak hotel masih
di bawah potensi sebenarnya, maka penerimaan pajak hotel dianggap tidak
efektif.
Realisasi capaian pajak hotel Kota Yogyakarta pada 2014 sulit memenuhi
target. Hingga Oktober, dari target Rp88 miliar, capaian yang diraih baru 73,3%
atau senilai Rp64,57 miliar. "Realisasi pajak hotel sampai Oktober saja belum
mencapai target periodik, sehingga dimungkinkan target pajak tidak akan
tercapai hingga akhir tahun," kata Kepala Bidang Pajak Daerah DPDPK Kota
Yogyakarta, Tugiyarto.
Jika memperhitungkan periodisasi, capaian target hingga Oktober
seharusnya sudah Rp 73 miliar. Sementara data yang masuk menyebutkan
perolehan atas pajak tersebut baru mencapai Rp 64,57 persen atau masih cukup
jauh dari target. Sementara mempertimbangkan, perolehan dua bulan terakhir,
rata-rata pemasukan pajak hotel dan restaurant hanya mencapai Rp 7 miliar
perbulan. Sehingga jika dua bulan di akhir 2014 hanya ada pemasukan Rp 14
miliar, realisasi pemasukan pajak hotel hingga akhir tahun hanyalah sekira Rp 78
miliar

Pengaruh Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah


Berdasarkan tabel hasil penelitian yang diperoleh ternyata Pajak Restoran
belum pengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah,
dengan nilai menunjukkan nilai t sebesar 4,346. Dari hasil pengujian dengan
SPSS diperoleh nilai untuk variabel X2 yaitu produk domestic regional dengan
tingkat signifikansi 0,014. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 yang
berarti lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) dapat dikatakan bahwa Ha diterima. Pajak
Restoran adalah pajak yang dipungut atas pembayaran pelayanan restoran.
Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan
dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering.

Pengaruh Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah


Berdasarkan tabel hasil penelitian yang diperoleh ternyata pajak hiburan tidak
mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli
daerah, dengan nilai menunjukkan nilai t sebesar 4,264. Dari hasil pengujian
dengan SPSS diperoleh nilai t untuk variabel X3 yaitu Pajak Hiburan dengan
tingkat signifikansi 0,014. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 yang
berarti lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) dapat dikatakan bahwa Ha diterima.

Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak HiburanTerhadap


Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan tabel hasil penelitian yang diperoleh ternyata secara bersamaan
yakni Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan mempunyai pengaruh
secara positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, dengan nilai

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 135


menunjukkan nilai f sebesar 9,095. Dari hasil pengujian dengan SPSS diperoleh
nilai t untuk variable X1, X2 dan X3 yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran dan
Pajak Hiburan dengan tingkat signifikansi 0,002. Dengan menggunakan batas
signifikansi 0,05 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) dapat dikatakan bahwa
Ha diterima

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:
1. Pajak Hotel berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah di kota Yogyakarta periode tahun 2010-2014. Dengan hal ini
menunjukan hipotesis yang diajukan diterima.
2. Pajak Restoran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di kota Yogyakarta periode tahun 2010-2014.
Dengan hal ini menunjukan hipotesis yang diajukan diterima.
3. Pajak Hiburan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah di kota Yogyakarta periode tahun 2010-2014. Dengan hal ini
menunjukan hipotesis yang diajukan diterima.
4. Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan secara bersama -sama dan
simultan ada pengaruh yang signifikan terhadap signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di kota Yogyakarta periode tahun 2010-2014.
Dengan hal ini menunjukan hipotesis yang diajukan diterima.
Adapun secara umum dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah di
pengaruhi secara positif dan signifikan oleh masing masing Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak Hiburan, maupun secara simultan dan bersama-sama.
Sumbangan ketiga variable tersebut dalam rentang 5 kali periode pelaporan
berada di kisaran 20-30% atau rata rata kontribusi dalam 5 periode pelaporan
adalah 24.97%. Dengan demikian ketiga variable tersebut bukan merupakan
faktor utama dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kota Yogyakarta.

Saran
1. Peningkatan kontribusi pajak hotel pajak restoran dan pajak hiburan terhadap
Pendapatan Asli daerah yang tejadi hendaknya terus dipertahankan, namun
terjadinya penurunan kontribusi pajak hotel, pajak restoran dan pajak
hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah, diharapkan agar pemerintah kota
lebih mengoptimalkan penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak
Hiburan. Sehingga penerimaan daerah yang berguna bagi pembangunan
dapat terus menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan membangun daerah di kota
Yogyakarta.
2. Perlu kirannya mereview atau updating wajib pajak baik Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak Hiburan secara berkala, sehingga dengan demikian
potensi pajak dapat tergali dan terupdate secara maksimal sesuai dengan
perubahan potensi riil yang terjadi di lapangan.
3. Melakukan pendataan yang lebih intensif terhadap berbagai sektor-sektor

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 136


yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
khususnya di sector pariwisata seperti misalnya pendataan terhadap restoran-
restoran dan hotel-hotel yang baru dibangun namun belum dimasukkan
sebagai wajib pajak. Dengan demikian selanjutnya akan memperbaiki
tingkat pertumbuhan produk domestik regional yang selanjutnya diharapkan
akan ikut mendorong peningkatan pendapatan asli daerah dan akan
berdampak pada anggaran pembangunan di Kota Yogyakarta.
4. Melakukan studi potensi pajak secara berkala, melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pendapatan kepada SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) pemungut pajak, sehingga SKPD pemungut pajak mampu
memberikan data potensi yang valid.
5. Peneliti selanjutnya disarankan dapat melakukan penelitian bukan hanya
dari pajak hotel dan restoran saja tetapi dapat melakukan penelitian dari
sektor-sektor lain yang sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.


Babel.bps.go.id,. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Yogyakarta Tahun 2005-2014.
http//yogyakarta.bps.go.id/index.php?r=publikasi/view&id=4. Diakses
pada tanggal 6 Juli 2016.
Badrudin, Rudi. 2001.“Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Daerah Istimewa Yogyakarta Melalui Pembangunan Industri Pariwisata”.
Kompak. No.3.Hal.1-13.
Bawasir, Revrisond. 2000. Agenda Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Brata, Aloysius Gunadi.2004.Komposisi Penerimaan Sektor Publik Dan
Pertumbuhan Ekonomi Regional. Lembaga Penelitian Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2016. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisata.
Jakarta.
Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemda. Studi Kasus Kabupaten
dan Kota di Jawa dan Bali. Jurnal Ekonomi STEI No.2/Tahun XIII/25.
Kadjatmiko. 2002. Dinamika Sumber Keuangan bagi Daerah dalam Rangka
Otonomi Daerah. Makalah Disampaikan dalam Matching National
Policy Agenda with Local Fiscal Practices:International Workshopon
Fiscal Desentralization.Bandung.
Koswara,2000. Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999; Suatu Telaahan Menyangkut

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 137


Kebijaksanaan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya, Analisis CSIS Tahun
XXIX/2000,No.1,36–53.
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga.
Mahi.2000.Prospek Desentralisasi di Indonesia ditinjau Dari Segi Pemerataan
Antar Daerah dan Peningkatan Efesiensi. Analisis CSI8 Tahun
XXIX/2000 Nomor I, 55-66.
Mangkoesoebroto,Guritno.2001. Ekonomi Publik. BPFE,Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis
Perekonomian Daerah. Makalah. Disampaikan dalam seminar pendalaman
ekonomi rakyat.
Pendit,S.Nyoman.2000.Inventarisasi Industri Pariwisata Indonesia,Indonesia
dalam Era Globalisasi, Bank Summa.Jakarta.
______________.2002.Ilmu Pariwisata Sebuang Pengantar Perdana. PT
PradnyaParamita. Jakarta.
Salah,Wahab.2003. Manajemen Kepariwisataan, PT.Pradnya Paramita,Jakarta.
Samuelson, Paul A. & Wiliam D. Nordhaus, 2002. Marko Ekonomi. Erlangga,
Jakarta.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Ghalia Indonesia.
Sukimo, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan
Dasar Kebijakan Pembangunan. UI-Press, Jakarta.
Soekadijo,R.G,2000.AnatomiPariwisata,PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Spillane, James J. DR. 2004. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung
Todaro,MichaelP,2000.Pembangunan Ekonomi diDunia Ketiga, Buku1 Edisi
Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yani,Ahmad.2002.Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Yoeti,Oka A .2001.Pengantar Ilmu Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung.
___________.2008.Ekonomi Pariwisata. Jakarta:Kompas.

Jurnal Visi Manajemen Vol 2 No 2 2017 138

Anda mungkin juga menyukai