Anda di halaman 1dari 29

PENGERTIAN PERSALINAN

PENGERTIAN PERSALINAN
PENGERTIAN PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 sampai 42 minggu.
Ada berbagai tipe persalinan seperti (persalinan normal, persalinan buatan, persalinan induksi, dan
persalinan lama).
TANDA DAN GEJALA PERSALINAN
TANDA DAN GEJALA PERSALINAN
a.Penipisan dan pembukaan serviks.
b.Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2kali dalam 10 menit).
c.Cairan lendir bercampur darah (“bloody”) melalui vagina.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA I
PENGERTIAN KALA I
PENGERTIAN KALA I
Persalinan kala satu (kala pembukaan) dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). persalinan kala
satu terdiri atas dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
FASE LATEN
FASE LATEN
1)Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap.
2)Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3)Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
FASE AKTIF
FASE AKTIF
1)Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih)
2)Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara/primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
3)Terjadi penurunan bagian terbawah janin
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA I
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA I
1.Perasaan tidak enak
2.Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
3.Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
4.Menganggap persalinan sebagai percobaan
5.Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
6.Apakah bayinya normal apa tidak
7.Apakah ia sanggup merawat bayinya
8.Ibu merasa cemas
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DIPENGARUHI OLEH:
PERUBAHAN PSIKOLOGIS DIPENGARUHI OLEH:
1.Pengalaman sebelumnya
2.Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
3.Lingkungan
4.Mekanisme koping
5.Sikap terhadap kehamilan
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA II
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA II
PENGERTIAN KALA II
Persalinan kala dua (kala pengeluaran bayi) dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
a.Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b.Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan tekanan pada rektum dan atau vagina.
c.Perineum menonjol.
d.Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e.Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
PENGERTIAN KALA II
Persalinan kala dua (kala pengeluaran bayi) dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
a.Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b.Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan tekanan pada rektum dan atau vagina.
c.Perineum menonjol.
d.Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e.Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA II
1.Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat kontraksi uterus
yang semakin sering.
2.Metabolism ibu meningkat denyut jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu
berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa lelah sekali kehausan ketika bayi sudah di lahirkan
karena tenaga habis dipakai untuk meneran.
3.Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya terganggu. Hal ini
disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi pada
uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.
4.Efek yang dapat terjadi pada ibu karena mengedan ,yaitu Exhaustion , ibu merasa lelah karena
tekanan untuk mengejan sangat kuat. Dua, Distress ibu merasa dirinya distress dengan
ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak oleh kepala janin.Tiga, panik ibu akan panik jika
janinnya tidak segera keluar dan takut persalinannya lama.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA II
1.Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat kontraksi uterus
yang semakin sering.
2.Metabolism ibu meningkat denyut jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu
berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa lelah sekali kehausan ketika bayi sudah di lahirkan
karena tenaga habis dipakai untuk meneran.
3.Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya terganggu. Hal ini
disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi pada
uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.
4.Efek yang dapat terjadi pada ibu karena mengedan ,yaitu Exhaustion , ibu merasa lelah karena
tekanan untuk mengejan sangat kuat. Dua, Distress ibu merasa dirinya distress dengan
ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak oleh kepala janin.Tiga, panik ibu akan panik jika
janinnya tidak segera keluar dan takut persalinannya lama.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA III
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA III
PENGERTIAN KALA III
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA III
a)Bahagia
b)Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena persalinan di anggap
sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati
c)Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
d)Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA IV
PENGERTIAN KALA IV
PENGERTIAN KALA IV
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA IV
PERUBAHAN PSIKOLOGIS KALA IV
1) PHASE HONEYMOON
2)IKATAN KASIH
3) FASE PADA MASA NIFAS, terbagi menjadi 2: (TAKING IN dan TAKING HOLD)
4) BOUNDING ATTACHTMENT
5) RESPON ANTARA IBU DAN BAYINYA, terbagi menjadi: (TOUCH, EYE TO EYE CONTACT, ODOR,
BODY WARM, VOICE, ENTERTAIMENT, dan BIORHYTMICITY)

A. Persalinan
BAB II PEMBAHASAN
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-40 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Kala 1 adalah proses dimulainya dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang
bersemu darah (blood show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lender kanalis servikalis
karena serviks mulai membuka atau mendatar. Kanalis servikalis itu pecah karena pergerseran-
pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukannya serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase :
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
2. Fase aktif : dibagi menjadi 3 fase kembali , yakni :
a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap.
Fase- fase tersebut di jumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi
fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.

B. Sebab-sebab terjadi persalinan


Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui benar , tetapi ada dua hormon
yang mempengaruhi saat hamil :
1. Estrogen
a. Meningkatkan sensitivita otot rahim
b. Menerima rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin , prostaglandin serta rangsangan
mekanis .
2. Progesteron
a.Menurunkan sensitivitas otot rahim.
b.Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin ,prostaglandin dan mekanis.
c.Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Kedua hormon ini harus seimbang untuk mempertahankan kehamilan.Perubahan keseimbangan
kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior dapat
menimbulkan kontraksi Braxton Hicks.Kontraksi Braxton Hickx akan menjadi kekuatan dominan saat
mulainya persalinan.Dan hormon prostaglandin pada laki-laki juga mempengaruhi persalinan.
C. Tahapan Persalinan (KALA I , II , III , DAN IV)
Kala I (Kala Pembukaan)
persalinan dimulai sejak trjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks,hingga mencapai
pembukaaan lengkap (10cm)
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase , yaitu :
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap samapi pembukaan 3 cm, berlangsung 7-8
jam.
2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-1 cm), berlangsung selama 6jam.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.Pada primigravida
ostium uteri internium akan membuka lebih dulu , sehingga serviks akan mendatar dan menipis
,kemudian ostiu internum sudah sedikit membuka.
Kala II (Kala pengeluaran bayi)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
1. His semakin kuat , dengan interval 2-3menit.
2.Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. 3.Ibu merasakan makin
emningkatnya tekanan pada rektum dan vagina. 4.Perinium menonjol.
5.Vulva , vagina dan sfringter ani terlihat membuka.
6.Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban.Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Kala IV (Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut.
Observasi yang haru dilakukan :
1.Tingkat kesadaran.
2.Pemeriksaan tanda-tanda vital , Tekanan darah, suhu , nadi dan pernapasan.
3.Kontraksi uterus.
4.Perdarahan.Dianggap normal jika jumlahnya tidak melebihi 500 cc.
2.1 Pengaruh Perubahan Psikologis Pada Saat Melahirkan
Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan
Fase Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan
segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir
sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya ia ingin berbicara, perlu ditemani,
tidak tidur, ingin berjalan- jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari
bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Fase aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepatan maksimum rasa khawatir wanita
menjadi meningkat. Kontraksi semakin kuat dan fekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak
dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan lebih serius. Wanita tersebut menginginkan
seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut mampu beradaptasi dengan
kontraksinya.
Kebutuhan ibu selama persalinan: a. Kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan dicintai dan mencintai d. Kebutuhan harga diri
e. Kebutuhan aktualisasi diri
2.1 Pengertian Gangguan psikologi pada ibu bersalin
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang
menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan
menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan
muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu
PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA WANITA PADA SAAT PERSALINAN
DISUSUN OLEH : HILDA PEBRINA RAMBE 201207023
1
AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini, untuk melengkapi tugas psikologi dengan
judul “PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA WANITA PADA SAAT KEHAMILAN”. Penulis menyelesaikan
makalah ini guna menyesaikan tugas mata kuliah PSIKOLOGI. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Ahmad Dahro, selaku dosen mata kuliah Psikologi serta Ibu Nopa Utari , SST.selaku
pembimbing akademik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga tugas makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi
penyusun pada khususnya.
BANDAR LAMPUNG, JANUARI 2014
2

1.1. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup di dunia luar. Persalinan normal (WHO) adalah
dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada
awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah
persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik.
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikan informasi, memberikan
dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan, teman yang mendukung, mobilisasi,
makan dan minum selama persalinan, buang air kecil dan besar, kenyamanan, dan kebersihan
(Depkes RI, 2000).
Kematian dan kesakitan ibu dapat dicegah dengan memperbaiki bidang pelayanan kesehatan.Yaitu
dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil juga didukung sarana dan prasarana yang
memadai.Salah satu upayanya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas
kesehatan dalam menolong persalinan berdasarkan konsep asuhan persalinan normal.
Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
bayi baru lahir , serta upaya pencegahan komplikasi terutama pada perdarahan pascapersalinan,
hipotermi, dan asfiksia bayi baru lahir. Persalinan yang bersih dan aman ini sangat penting dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam
upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi.
3
Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui prinsip keamanan dan kualitas pelayanan yang optimal
,serta menangani gangguan psikologi ibu saat menghadapi persalinan.
4

A. Persalinan
BAB II PEMBAHASAN
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-40 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Kala 1 adalah proses dimulainya dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang
bersemu darah (blood show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lender kanalis servikalis
karena serviks mulai membuka atau mendatar. Kanalis servikalis itu pecah karena pergerseran-
pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukannya serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase :
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
2. Fase aktif : dibagi menjadi 3 fase kembali , yakni :
a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap.
Fase- fase tersebut di jumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi
fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
B. Sebab-sebab terjadi persalinan
5

Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui benar , tetapi ada dua hormon
yang mempengaruhi saat hamil :
1. Estrogen
a. Meningkatkan sensitivita otot rahim
b. Menerima rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin , prostaglandin serta rangsangan
mekanis .
2. Progesteron
a.Menurunkan sensitivitas otot rahim.
b.Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin ,prostaglandin dan mekanis.
c.Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Kedua hormon ini harus seimbang untuk mempertahankan kehamilan.Perubahan keseimbangan
kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior dapat
menimbulkan kontraksi Braxton Hicks.Kontraksi Braxton Hickx akan menjadi kekuatan dominan saat
mulainya persalinan.Dan hormon prostaglandin pada laki-laki juga mempengaruhi persalinan.
C. Tahapan Persalinan (KALA I , II , III , DAN IV)
Kala I (Kala Pembukaan)
persalinan dimulai sejak trjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks,hingga mencapai
pembukaaan lengkap (10cm)
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase , yaitu :
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap samapi pembukaan 3 cm, berlangsung 7-8
jam.
2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-1 cm), berlangsung selama 6jam.
6

Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.Pada primigravida


ostium uteri internium akan membuka lebih dulu , sehingga serviks akan mendatar dan menipis
,kemudian ostiu internum sudah sedikit membuka.
Kala II (Kala pengeluaran bayi)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
1. His semakin kuat , dengan interval 2-3menit.
2.Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. 3.Ibu merasakan makin
emningkatnya tekanan pada rektum dan vagina. 4.Perinium menonjol.
5.Vulva , vagina dan sfringter ani terlihat membuka.
6.Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban.Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Kala IV (Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut.
Observasi yang haru dilakukan :
1.Tingkat kesadaran.
2.Pemeriksaan tanda-tanda vital , Tekanan darah, suhu , nadi dan pernapasan. 3.Kontraksi uterus.
7

4.Perdarahan.Dianggap normal jika jumlahnya tidak melebihi 500 cc.


2.1 Pengaruh Perubahan Psikologis Pada Saat Melahirkan
Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan
Fase Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan
segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir
sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya ia ingin berbicara, perlu ditemani,
tidak tidur, ingin berjalan- jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari
bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Fase aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepatan maksimum rasa khawatir wanita
menjadi meningkat. Kontraksi semakin kuat dan fekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak
dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan lebih serius. Wanita tersebut menginginkan
seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut mampu beradaptasi dengan
kontraksinya.
Kebutuhan ibu selama persalinan: a. Kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan dicintai dan mencintai d. Kebutuhan harga diri
e. Kebutuhan aktualisasi diri
2.1 Pengertian Gangguan psikologi pada ibu bersalin
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang
menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan
menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan
muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu
8

baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu
banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Gangguan yang terjadi pada seorang ibu menjelang persalinan, yang bersumber pada rasa takut &
sakit pada fisik yg teramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan , baik fisik maupun
psikologis. Begitu jaga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi pada
setiap orang namun ia perlu memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia
dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala satu, beberapa keadaan dapat terjdi pada ibu dalam persalinan,
trauma bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan- perubahan yang di maksud adalah:
a. Perasaan tidak enak.
b. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang di hadapi.
c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan
normal.
d. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya. f. Apakah bayi
normal atau tidak.
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya. h. Ibu cemas.
9

Perlu diketahui, ketika mengandung bahkan setelah melahirkan terjadi "fluktuasi" hormonal dalam
tubuh. Hal inilah yang antara lain menyebabkan terjadinya gangguan psikologis pada ibu yang baru
melahirkan.
1. Kurangnya persiapan mental
Yang dimaksud di sini adalah kondisi psikis atau mental yang kurang dalam menghadapi berbagai
kemungkinan seputar peran ganda merawat bayi, pasangan, dan diri sendiri. Terutama hal-hal baru
dan "luar biasa" yang bakal dialami setelah melahirkan. Ini tentunya dapat menimbulkan masalah.
Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-minggu terakhir masa kehamilan itu
menimbulkan banyak gangguan psikis dan pada akhirnya meregangkan jalinan hubungan ibu dan
anak yang semula tunggal dan harmonis. Maka beban inilah yang menjadi latar belakang dari impuls-
impuls emosional yang diwarnai oleh sikap permusuhan terhadap bayinya. Lalu ibu tersebut
mengharapkan jika bayi yang dikandungnya untuk segera dikeluarkan dari rahimnya.
2. gangguan bounding attachment
pengertian bounding attachmet/ keterikatan awal/ ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai
hasil dari interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai,
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Bagaimana cara pencegahan Gangguan psikologi pada ibu bersalin ?
Tugas penting atau yang paling utama dari seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya, khusus
pada periode permulaan (periode mulai melebarnya saluran vagina dan ujung uterus) ialah sebagai
berikut:
a. Sepenuhnya patuh mengikuti kekuatan-kekuatan naluriah dari dalam
b. Memberikan partisipasi sepenuhnya
c. Dengan kesabaran sanggup menderita segala kesakitan.
10

Selanjutnya, jika proses kesakitan pertama-tama menjelang kelahiran itu disertai banyak ketegangan
batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan, atau disertai kecenderungan yang sangat kuat
untuk bertingkah super aktif, dan mau mengatur sendiri proses persalinan maka:
a. Proses kelahiran bayi bisa menyimpang dari pola normal dan spontan b. Prosesnya kan sangat
terganggu (merupakan kelahiran yang abnormal).
Situasi pada periode kedua berlangsung agak berbeda sekarang wanita harus berkerja keras
menahan kesakitan yang semakin hebat. Dan tekanan- tekanan dalam perut harus disertai usaha
merejan secara sungguh-sungguh.semua ini dibarengi dengan kontrak-kontraksi dari dalam,
diperkuat oleh kemamuan sendiri, dan dirangsang oleh dorongan serta sugesti dari luar yaitu dari
bidan, dokter dll maka segenap daya psikis dan fisik wanita benar-benar dikonsentrasikan pada
pengabdian diri untuk melanggenggkan generasi manusia dengan jalan melahirkan bayinya.
Bagaimana penatalaksanaan gangguan psikologi pada ibu bersalin ?
Adapun cara-cara mengatasi masalah psikologis pada saat persalinan, yaitu:
a. Kegiatan konseling pada ibu melahirkan.
Adapun konseling-konselingnya sebagai berikut:
1. Menjalin hubungan yang mengenakan (rapport) dengan klien.
2. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dukungan yang positif.
3. Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua
kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total kepada klien.
4. Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
5. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi
11

Misalnya: ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada daerah
pinggang, sehingga klien akan merasa nyaman.
6. Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan merupakan upaya untuk memberikan rasa
percaya diri pada klieb bahwa klien dapat menyelesaikan persalinanya.
7. Memandu persalinan. Misalnya dengan bidan menganjurkan klien meneran pasa saat his
berlangsung.
8. Mengadakan kontak fisik dengan klien. Misalnya: mengelap keringat, mengipasi, memeluk pasien,
menggosok klien.
9. Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya. Misalnya : bidan
mengatakan: “bagus ibu, pintar sekali menerannya”.
10. Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran anaknya dan mengatakan ikut
berbahagia.
b. Bila diperlukan alternatif pilihan yaitu melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode relaksasi
Hypnobrithing.
Hypnobrithing adalah suatu hipnoterapi yang dilakukan dengan melakukan kontak langsung dengan
alam bawah sadar sehingga mencapai kondisi rileks yang mendalam dan stabil, kita akan mampu
menanamkan suatu program atau konsep baru yang secara otomatis akan mempengaruhi
kehidupan dan tindakan kita sehari-hari.
c. Menggunakan media air guna mengurangi rasa sakit, seperti metode Water Birth
12

3.1 Contoh Kasus.


BAB V TINJAUAN KASUS
Seorang ibu GIP0A0 datang ke BPS Ny. HJ Esti Azhar dengan keluhan keluar darah bercampur lendir
dan sakit yg luar biasa di pinggangnya . Ibu kelihatan sangat takut sekali mengetahui itu sehingga ibu
cepat-cepat datang ke BPS. Setelah di Periksa Dalam ternyata pembukaan masih 2 cm sehingga ibu
harus menunggu sampai pembukaan nya lengkap .
Karena takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan , si Ibu sementara disuruh tinggal .Dan
keluarga nya mengiyakan .Karena ibu masih primigravida jadi menunggu pembukaan lengkap
membutuhkan waktu yg lama sekali . Dan ibu baru pertama kali menghadapi persalinan , ibu merasa
cemas dan selalu memanggil manggil bidan dan menanyakan kapan anak saya lahir.Ibu juga
menangis dan sangat takut sekali akan persalinan yang akan ibu hadapi.
3.2 Penanganan
Melakukan pendekatan kepada ibu ,yaitu dengan membrikan dukungan dan keprcayaan diri bahwa
ibu akan baik-baik saja saat menghadapi persalinan.Memberikan konseling kepada ibu yaitu
menjalin hubungan antara bidan dan ibu supaya si ibu dapat tenang dan siap dalam menghadapi
persalinan.
Serta mendengarkan keluhan ibu dan apa yang dirasakan ibu saat ini , dan tentunya bidan harus
membrikan jawaban yang dapat membuat ibu lega dan tidak takut dalam menghadapi persalinan.
Sifat-sifat dukungan dalam menghadapi persalinan antara lain sederhana , efektif , murah atau
terjangkau , beresiko rendah , kemajuan persalinan bertambah baik serta menjadikan hasil
persalinan akan bertambah baik. Dukungan persalinan bertujuan untuk :
1.mengurangi nyeri pada sumbernya
2. memberi perangsang alternatif yang kuat untuk mengurang nyeri.
13

3. mengurangireaksi negatif emosional atau reaksi fisik wanita terhadap rasa sakit. (Ahmad Dahro,
2011).
14

4.1 KESIMPULAN
BAB III PENUTUP
Dari pembahasan yang kita buat dapat disimpulkan bahwa pada setiap persalinan normal akan
terjadi perubahan yang cukup signifikan mulai dari tekanan darah , denyut jantung ,suhu , kontraksi
uterus , ketuban pecah hingga terbentuknya segmen bawah rahim.Persalinan adalah proses alamiah
yang dialami oleh setiap perempuan.Selain perubahan fisiologis , terdapat juga perubahan psikologis
pada saat persalinan yaitu rasa cemas , khawatir dan takut persalinan nya tidak normal serta bayinya
tidak sehat atau tidak selamat.Oleh sebab itu , kita sebagai bidan harus terampil dalam memberikan
asuhan kebidanan serta menerapkan komunikasi kepada klien supaya klien tidak merasa takut dan
cemas dalam menghadapi persalinan.
4.2 SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini , pembaca dan kita juga sebagai calon bidan dapat mengambil
manfaat dari topik dari makalah ini , karena banyaknya ilmu pengetahuan yang sangat penting
diketahui oleh pembaca .Pembaca dapat mengembangkan dan menerapkan dinamika psikologi pada
wanita masa pasca persalinan baik dalam praktik klinik ataupun kehidupan sehari-hari .
15

BAB V DAFTAR PUSTAKA


Kartono, kartini. Psikologi Wanita Jilid 2 ( Mengenal Wanita Sebagai Ibu & Nenek ). Jakarta : Mandar
Maju
Wiknjosastro,Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Wulandari Diah. 2009. Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.Yogyakarta :
Mitra Cendikia Offiset
Rohani,Reni Saswita,Marisah.2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.Jakarta: PT. Salemba
Medika
Dahro, Ahmad. 2011. Hal 81. Psikologi Kebidanan. Bandar Lampung : Salemba Medika.
16

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas?
2. Apa saja gangguan psikologi pada masa nifas?
3. Bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada masa nifas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas.
2. Untuk mengetahui gangguan psikologi pada masa nifas.
3. Untuk mengetahui cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada masa nifas.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa Nifas


Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun
setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah.
Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan
dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Perubahan
mood seperti sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan
yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai bagian
dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi
perubahan peran yang sebentar lagi akan dijalani. Perubahan tubuh yang biasanya terjadi juga dapat
mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Gambaran tentang
proses persalinan yang diceritakan orang lain dapat menambah kegelisahannya. Kehadiran suami
dan keluarga yang menemani selama proses berlangsung merupakan dukungan yang tidak ternilai
harganya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan tersebut.
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas juga merupakan
salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama
terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya.
Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumpahkan
segala kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok
saja, tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, sehingga kasih sayang ibu dapat terus
terjaga.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah
dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami
stres pasca persalinan, terutama pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
2. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini.
1. Taking in period
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah persalinan, ibu
masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
2. Taking hold period
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa
ini ibu menjadi sangat sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. Kita
perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
3. Letting go period
Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu”
dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Fisik
Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara yang segar, dan lingkungan yang
bersih.
2. Psikologi
Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukkan
rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.
3. Sosial
Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan
kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.
4. Psikososial
B. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
§ Post Partum Blues
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai
suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama pasca persalinan
atau merupakan kesedihan atau kemurungan pascapersalinan, yang biasanya hanya muncul
sementara waktu yakni sekitar 2 hari – 2 minggu sejak kelahiran bayi. Biasanya disebabkan oleh
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga
karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Gejala-gejalanya
sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab.
2. Reaksi depresi/sedih/ disforia.
3. Menangis tanpa sebab.
4. Tidak sabar.
5. Tidak percaya diri.
6. Sensitif, cepat marah dan mudah tersinggung (iriabilitas).
7. Merasa kurang menyayangi bayinya.
8. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira.
9. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya.
10. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
12. Kelelahan.
13. Sangat pelupa.
Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues adalah sebagai berikut:
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen progesterone, prolaktin, serta estriol yang
terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara tajam setelah melahirkan dan ternyata estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana
hati dan kejadian depresi.
2. Ketidaknyaman fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca
melahirkan misalnya, rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, seperti perubahan
fisik dan emosional yang kompleks.
4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6. Latar belakang psikososial wanita tersebut misalnya, tingkat pendidikan, kehamilan yang tidak
diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa pada wanita tersebut.
7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua dan keluarga.
8. Stres dalam keluarga misalnya, faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami, problem
dengan mertua atau orang tua.
9. Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya, karena belum bisa menyusui bayinya atau
ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, rasa bosan terhadap rutinitas barunya.
10. Kelelahan pasca melahirkan.
11. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang dialami ibu dan adanya rasa cemas terhadap
kemampuan merawat bayi
12. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.
13. Problem anak setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya,
sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.
§ Post Partum Depression/Neurosa Post Partum
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru akan
merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih oleh beban terhadap
tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan
perasaan itu. Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang
menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama saja tetapi di samping itu, ibu
mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Walaupun banyak wanita yang mengalami depresi post partum segera setelah melahirkan, namun
beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan
kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi post
partum mungkin saja berkembang menjadi post partum psikosis, walaupun jarang terjadi.
Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi
lainnya. Gejala-gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi post partum adalah
sebagai berikut :
1. Perasaan sedih dan kecewa.
2. Sering menangis.
3. Merasa gelisah dan cemas.
4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan dan sukar konsentrasi.
5. Nafsu makan menurun.
6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
7. Phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangakan (paranoid).
8. Tidak bisa tidur (insomnia) dan terkadang mimpi buruk.
9. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless), hingga pikiran mau bunuh diri.
10. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
11. Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya dan terkadang ingin menyakiti
bayinya atau dirinya sendiri.
Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah, kurangnya dukungan sosial dan dukungan
keluarga serta teman, kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat, kesulitan selama persalinan
dan melahirkan, merasa terasing, masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan, kehamilan yang
tidak diinginkan. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya neurosa post partum,
antara lain :
1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat kadar hormon
seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas
atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode
yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat
kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk
menjadi seorang ibu.
3. Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi
yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
4. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi, menghadapi tekanan sosial dan
konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua
dari anak-anak mereka.
5. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis
yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada
saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan
perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pasca persalinan.
6. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan,
dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
§ Psikosis Post Partum (Post Partum Psychosis)
Insiden terjadinya psikosis port partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus tersebut
sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang membahayakan seperti, menyakiti
diri sendiri atau bayinya. Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat serius dan merupakan
depresi yang paling berat, bahkan bisa sampai membunuh anak-anaknya.
Gejala psikosis port partum, diantaranya :
1. Gangguan tidur.
2. Gaya bicara yang keras dan cepat marah.
3. Inkoheren (berbicaranya kacau).
4. Menarik diri dari pergaulan.
5. Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang).
6. Impulsif (bertindak diluar kesadaran).
7. Curiga berlebihan.
8. Delusi dan halusinasi.
9. kebingungan.
10. Sulit konsentrasi.
Faktor pemicu psikosis post partum, antara lain :
1. Faktor keturunan atau adanya riwayat keluarga menderita kelainan psikiatri.
2. Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri.
3. Adanya masalah keluarga dan perkawinan
4. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)
5. Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)
6. Faktor psikososial (adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami depresi,
penyakit mental, problem emosional, dll)
7. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
8. Perubahan hormonal yang cepat.
9. Masalah medis dalam kehamilan (pre eklampsia, DM).
10. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya dukungan.
11. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
12. Merasa terisolasi dan adanya ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
C. Cara Mencegah dan Menangani Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
a. Pencegahan
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah
melahirkan.
· Pelajari Diri Sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum, sehingga ibu dan keluarga sadar
terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka ibu akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
· Tidur dan Makan yang Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur
yang cukup. Keduanya penting selama periode post partum dan kehamilan.
· Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi post partum. Lakukan peregangan selama 15 menit
dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat ibu merasa lebih baik dan menguasai emosi
berlebihan dalam dirinya.
· Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau Sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja,
sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga
dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan depresi post partum yang diderita.
· Beritahukan Perasaan Ibu
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang ibu inginkan dan butuhkan demi
kenyamanan ibu. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera
beritahukan kepada pasangan atau orang terdekat.
· Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan sangat diperlukan. Ceritakan
kepada pasangan atau orang tua, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik.
Yakinkan diri, bahwa mereka akan selalu berada di sisi ibu setiap mengalami kesulitan.
· Persiapkan Diri dengan Baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah kelas senam hamil yang sangat
membantu serta buku atau artikel lainnya yang ibu perlukan. Kelas senam hamil akan sangat
membantu ibu dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya ibu tidak
akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika ibu tahu apa yang diinginkan, pengalaman
traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
· Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu ibu melupakan gejolak perasaan yang terjadi
selama periode post partum. Kondisi ibu yang belum stabil bisa dicurahkan dengan memasak atau
membersihkan rumah.
· Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu ibu dalam mengatasi rasa
frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan
yang ibu alami, sehingga ibu merasa lebih baik setelahnya.
· Dukungan Kelompok Depresi Post Partum
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama
dengan ibu. Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi post partum yang bisa diikuti,
sehingga ibu tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
b. Penanganan
Cara untuk menangani gangguan psikologi post partum, antara lain :
· Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan
dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2) Dapat memahami dirinya
3) Dapat mendukung tindakan konstruktif
· Dengan cara peningkatan suport mental/dukungan keluarga kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih agar tidak merasa kehilangan perhatian.
· Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan
kelelahan.
· Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakan ibu, mintalah dukungan dan
pertolongannya.
· Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat
bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
· Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
· Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi cerita
dengan orang lain, bersikap fleksibel, bergabung dengan orang-orang baru.
· Respon yang terbaik dalam menangani kasus post partum depression adalah kombinasi antara
psikoterapi, dukungan sosial, dan medikasi seperti anti depresan. Suami dan anggota keluarga yang
lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling, sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-
orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkannya.
· Pada psikosis post partum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian
anti depresan atau lithium dan perawatan di rumah sakit, serta sebaiknya menyusui dihentikan
karena anti depresan disekresi melalui ASI.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya
beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting.
Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-
keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang
kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi
perubahan psikologis yang patologis.
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu periode taking in, periode
talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi
ke masa menjadi orang tua pada saat post partum antara lain, respon dan dukungan keluarga dan
teman, hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi, dan membesarkan
anak yang lalu, serta pengaruh budaya.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir,
sehingga dalam proses adaptasi masa nifas, ibu dapat mengalami gangguan psikologi post partum
diantaranya, post partum blues, post partum depression, dan psikosis post partum. Saat hal tersebut
terjadi maka, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya maupun petugas kesehatan
merupakan dukungan positif bagi ibu.
B. Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan agar persiapan diri baik
mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat melakukan proses adaptasi tanpa
gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga harus sangat diperhatikan, baik
keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai pembimbing dan pemberi
nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, dkk.2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
http://andinurfitri27.blogspot.com/2013/04/makalah-prose-adaptasi-psikologi-ibu.html
http://yolandavivian.blogspot.com/2014/06/gangguan-psikologis-ibu-pada-masa-nifas.html
http://himmah-atika.blogspot.com/2012/07/gangguan-psikologis-pada-masa-nifas.html
http://bnhina.blogspot.com/2013/10/gangguan-psikologi-pada-masa-nifas.html
http://yunivia88.blogspot.com/2013/03/nifas.html
http://khalilaturrozha.blogspot.com/2013/12/gangguan-psikologis-pada-masa-nifas.html
http://wwwnyantai.blogspot.com/2011/04/artikel-psikologi-depresi-post-partum.html

MASA MENYUSUI
Masa menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu dan bayinya. Pada
masa inilah hubungan emosional antara ibu dan bayinya terjalin atau yang disebut dengan bounding
attachment.
Bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara ibu dan bayi baru lahir, yang
meliputi pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian. Selain itu, pengertian bounding
attachment adalah suatu proses dari suatu hasil interaksi terus menerus antara ibu dan bayinya yang
bersifat saling mencintai serta memberi keduanya pemenuhan dan saling membutuhkan.
Proses ikatan batin antara ibu dan bayinya diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang
dikandung dan dapat dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara ibu dan bayinya berkaitan erat
dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain, keterkaitan atau ikatan batin ini tidak
dimulai saat kelahiran, tetapi ibu telah memelihara bayinya selama kehamilan, baik ibu maupun
ayahnya telah berangan-angan tentang bayi mereka. Hal ini dapat menimbulkan perasaan positif,
negatif atau netral.
Sejalan dengan perkembangan pada beberapa bulan pertama kehidupa, ibu dan bayinya saling
mengadakan hubungan dan ikatan batin. Jika seorang ibu konsisten dalam responnya terhadap
kebutuhan bayi dan mampu menafsirkan dengan tepat isyarat seorang bayi, perkembangan bayi
akan terpacu dan terbentuk ikatan batin yang kokoh. Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin
antara ibu dan bayinya dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa.
Dengan periode yang cukup panjang, masa menyusui sangat baik bagi perkembangan mental dan
psikis anak. Ketika air susu mengalir dari payudara ibu, si anak akan merasakan betapa besar
curahan cinta, kasih sayang dan kehangatan yang diberikan kepadanya.
B. ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU PADA MASA MENYUSUI
Periode postpartum atau periode menyusui menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua yaitu :
1. Respon dan dukungan dari suami, keluarga dan teman.
2. Hubungan antara pengalaman pertama melahirkan, harapan dan keinginan ibu yang telah
diangan-angankan selam hamil dengan keadaan yang dialami saat masa menyusui.
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain (bagi kehamilan yang lebih dari satu
kali).
4. Pengaruh budaya / mitos-mitos yang berkembang di masyarakat seputar masa manyusui.
Satu atau dua hari post partum, ibu cenderung akan mengalami pasif dan tergantung. Ia hanya
menuruti nasehat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Periode ini
diuraikan oleh Rubin terjadi dalam tiga tahap, yaitu taking in, taking hold dan letting go.
1. Taking In
a. Periode ini terjadi satu sampai dua hari setelah melahirkan. Ibu pada umumnya bersifat pasif
dan tergantung, perhatiannya masih tertuju pada kekhawatiran akan penampilan dirinya terutama
bagian tubuhnya.
b. Ibu akan mengulang-ulang membicarakan pengalamannya saat bersalin dan melahirkan.
c. Tidur tanpa ganguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
d. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu
makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal
2. Taking Hold
a. Berlangsung antara dua sampai empat hari postpartum, ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya.
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (kebutuhan eliminasi).
c. Ibu berusaha keras untuk mengusai ketrampilan merawat bayi misalnya menggendong dan
menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga
cenderung menerima nasehat dari bidan karen ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan
yang bersifat pribadi.
3. Letting Go
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab tentang perawatan bayi.
c. Pada periode ini mungkin terjadi depresi postpartum.
Namun begitu, masa nifas atau masa menyusui ini bukanlah hal yang mudah bagi ibu. Masa ini
termasuk masa yang paling sensitif dalam kehidupan ibu, baik secara fisik maupun emosional, begitu
ibu mulai menyusui, mereka akan di uji dengan segala hal yang berada dalam diri dan lingkungannya.
Tak jarang selama masa menyusui muncul kekhawatiran dan keraguan dalam pikiran ibu.
Pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang boleh dan tidak boleh, bagaimana menyusui saat sakit,
atau cara mengawetkan ASI, kerap muncul sebagai reaksi kekhawatiran ibu. Jika pada masa ini ibu
tidak dapat beradaptasi, maka akan timbul masalah psikologi yang dapat terjadi pada masa
menyusui, diantaranya :
a. Depresi Postpartum
Banyak ibu yang mengalami perasaan let down setelah melahirkan sehubungan dengan seriusnya
pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan mengatasi secara efektif dalam
membesarkan anak umumnya, depresi ini sedangkan dan mudah berubah dimulai dua sampai tiga
hari setelah melahirkan yang dapat diatasi satu sampai dua minggu kemudian.
b. Post Partum Blues/Baby Blues
Kondisi ini adalah periode emosional stress yang terjadi antara hari ke 3 dan ke 10 setelah persalinan
yang terjadi 80 % pada ibu postpartum. Karakteristik kondisi ini adalah iritabilitas meningkat,
perubahan mood, cemas, pusing, serta perasaan sedih dan sendiri ada beberapa faktor yang
berperan menyebabkan kondisi ini yaitu :
(1) Perubahan kadar kormon.
(2) Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeri persalinan).
(3) Kecemasan setelah pulang dari tempat bersalin.
(4) Menyusui ASI.
(5) Perubahan pola tidur.
Tidak ada perawatan khusus untuk postpartum blues, jika tidak ada gejala yang signifikan. Empati
dan dukungan keluarga serta staf kesehatan diperlukan. Jika gejala tetap ada lebih dari 2 minggu
diperlukan bantuan professional.
c. Kesedihan dan Duka Cita
Proses kehilangan menurut Klaus dan Kennell (1982) meliputi tahapan :
(1) Shock (lupa peristiwa)
(2) Denial (penolakan terhadap bayi)
(3) Depresi
(4) Equilibrium dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang
kronis)
(5) Reorganization (dukungan mutual antar orang tua)
C. PERUBAHAN PADA MASA MENYUSUI
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang
belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu
penting bagi ibu memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali
tanda bahaya secara dini.
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim
sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu.
Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya
rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak
teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan
muncul garis-garis putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang
berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya, senam nifas akan sangat
membantu mengencangkan kembali otot perut.
Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat
pelepasan plasenta.
3. Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal
ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal
pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:
Involusi Uteri
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Diameter Uterus
Plasenta lahir
Setinggi pusat
1000 gram
12,5 cm
7 hari (minggu 1)
Pertengahan pusat dan simpisis
500 gram
7,5 cm
14 hari (minggu 2)
Tidak teraba
350 gram
5 cm
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.
Gambar. Tinggi fundus uterus pada masa nifasGambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas
Involusi Tempat Plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum
uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada
permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti
pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di
tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini
berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan
lokia.
Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat
melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan
antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
2. Jalan lahir (servik,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan,
namun insyaalloh akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering
melahirkan), walaupun tetap lebih kendur dibanding sebelum melahirkan. Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah
dan terdapat nanah).
Perubahan pada Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong.
Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman
karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian,
selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium
eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya.
Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali
pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah
menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih
besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan.
Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi
tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan
dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium
dengan latihan harian.
3. Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa
darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning
kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas. Darah nifas yang berbau
sangat amis atau busuk dapat menjadi salah satu petunjuk adanya infeksi dalam rahim.
Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.
Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia
dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat
dilihat sebagai berikut:
Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada
berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia
sekitar 240 hingga 270 ml.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya
proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat
mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi
kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein,
sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk
bayi.
5. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga
karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun
usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang
terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus,
sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau
ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin
juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. Dengan memperbanyak
asupan serat (buah-sayur) dan senam nifas insyaalloh akan mengurangi bahkan menghilangkan
keluhan ambein ini.
7. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keeping darah) akan
berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan
lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
Tekanan darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara
90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
8. Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air
ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk
mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6
bulan, walaupun sebagian besar tetap akan lebih berat daripada sebelumnya.
9. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal.
Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi
atau tanda bahaya lain.Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan
suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38
derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
10. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat
menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
11. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum
umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok
12. Perubahan emosi
Emosi yang berubah-ubah (mudah sedih, khawatir, tiba-tiba bahagia) disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain adanya perubahan hormon, keletihan ibu, kurangnya perhatian keluarga,
kurangnya pengetahuan akan cara merawat bayi serta konflik dalam rumah tangga. Perubahan ini
memiliki berbagai bentuk dan variasi dan akan berangsur-angsur normal sampai pada pekan ke 12
setelah melahirkan. Yang perlu diingat, masa nifas bukan berarti ibu terlepas sama sekali dari nilai-
nilai ibadah, dzikir adalah salah satu ibadah lisan dan hati yang cukup efektif untuk membuat ibu
merasa tenang, sabar dan tegar menjalani masa nifas ini. Perbanyaklah berdoa kepada Alloh agar
dimudahkan dan diberi pahala atas kesabaran serta jerih payah ibu dalam merawat sang buah hati.

E. AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF


1. Pengertian
Yang dimaksud dengan ASI ekslusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi
dan tim (Utami Roesli, 2002 : 2).
2. Keunggulan ASI terhadap susu lainnya
a. Murah, sehat dan mudah memberikannya
b. Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap penyakit.
c. Mengandung cukup banyak makanan yang diperluka oleh bayi.
d. Menyusui berarti menjalin kasih sayang Ibu terhadap anak.
e. Menyusui mempercepat Ibu menjadi langsing kembali sesudah melahirkan.
3. Bayi sampai dengan umur 4 bulan cukup diberi Air Susu Ibu (ASI)
a. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk anak. Susuilah anak IBU sampai berumur 2
tahun.
b. Susuilah setiap kali anak merasa lapar (menangis).
c. Susuilah dari susu kanan dan kiri bergantian.
d. Air Susu Ibu yang keluar pertama kali (susu JOLONG), jangan dibuang, karena menjadikan anak
lebih tahan terhadap penyakit.
e. Sampai umur 4 bulan jangan diberikan : pisang, bubur atau makanan lunak lainnya,
menyebabkan anak merasa kenyang sehingga mengurangi kemauan bayi untuk menyusu.
f. Agar Air Susu Ibu (ASI) bisa mencukupi kebutuhan bayi, ibu harus makan dan minum yang
cukup (ikuti petunjuk makan bayi Ibu menyusui).
g. Asal Ibu sehat, dan mengikuti petunjuk makan bagi Ibu menyusui, air susu saja cukup untuk
bayi sampai umur 4 bulan.
4. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting, mengingat :
a. Air Susu Ibu adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa empat
bulan pertama kehidupannya.
b. Bayi harus segera disusui setelah lahir. Pada dasarnya setiap ibu dapat menyusui anaknya dan
hendaknya disusui secara tepat.
c. Ibu hendaknya sesering mungkin menyusui anaknya karena dengan demikian Air Susu Ibu
bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi.
d. Pemberian susu botol yang penanganannya tidak bersih, dapat menimbulkan sakit dan
kematian.
e. Ibu hendaknya menyusui anak-anaknya hingga tahun kedua kehidupan anak, dan jika mungin,
untuk waktu yang lebih lama.
F. INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
1. Pengertian Insiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran. Hal ini
merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak
sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar
dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan
program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu.
Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus
dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.
Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung
skin to skin antara bayi dan ibu.
2. Proses Insiasi Menyusu Dini
a. Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada si ibu tanpa
membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis
melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi
naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah
mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah
diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini
terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
b. Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-
gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena
ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini
bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
c. Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya,
ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si
ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk
mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika
sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi
untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan
diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi
karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu.
d. Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan untuk
kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
e. Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu
3. Manfaat Insiasi Menyusu Dini
a. Untuk Bayi
a. Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang diletakan dalam boks
ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat
dan stabil.
b. Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di bandingkan dengan bayi-bayi
yang dipisahkan dari ibunya.
c. Kualitas Perlekatan
Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini mempunyai
kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu.
b. Untuk Ibu
Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan bayi pada putting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin
yang penting karena :
(1) Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi
perdarahan ibu.
(2) Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih
kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa
sukacita/bahagia.
(3) Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat
lebih cepat keluar.

c. Manfaat Kontak Kulit Bayi Ke Kulit Ibu


(1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan
kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia
(kedinginan).
(2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih
stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
(3) Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik
ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari
lingkungan.
(4) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat
kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika
dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
(5) Asi yang pertama (colostrums) mengandung beberapa Antibodi yang dapat mencegah infeks
pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
(6) Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan
alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu
hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
(7) Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan
mempertahankan menyusu setelah 6 bulan
4. Insiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan
a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin
b. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak menggunakan obat
kimiawi.
c. Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.
d. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di TENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT
bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat
diberi top
e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri
f. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu
g. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1
jam
h. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING
tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU kulit melekat pada kulit 30 MENIT atau
1 JAM lagi
i. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal,
bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit
j. RAWAT GABUNG BAYI: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24
jam
k. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot
atau empeng
5. Insiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan
b. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk DINILAI, dikeringkan secepatnya terutama
kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi,
talipusat diikat
c. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada
ibu kemudian mencium ibu
d. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit
serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi top
e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari
puting sendiri
f. Biarkan KULIT Bayi bersentuhan dengan kulit ibu PALING TIDAK selama SATU JAM, bila
menyusu awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam
g. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg MENDEKATKAN BAYI KE PUTING
tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu,
beri tambahan WAKTU melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lag
h. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan
dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan bayi
tetap didadanya
i. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan
mendoakan anaknya saat di kamar pulih
j. RAWAT GABUNG: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24
jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot
atau empeng
6. Insiasi Menyusu Dini Pada Bayi Gemelli
a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin
b. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi. Bayi di TENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT
bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat
diberi topi
d. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri
e. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk
bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya
ditutupi baju ayah
f. Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat
g. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua DITENGKURAPKAN di dada-perut ibu
dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu
berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
h. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1
jam
i. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING
tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU 30 MENIT atau 1 JAM lagi kulit melekat
pada kulit
j. RAWAT GABUNG BAYI :Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24
jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot
atau empeng
7. Lima tahap perilaku bayi yang mendapatkan IMD
a. Dalam 30 menit pertama : Stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga (rest/ qualte alert
stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang
istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kendungan ke keadaan diluar
kandungan. Bonding (hubungan kasih saying) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana
aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik
bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-
sama.
b. Antara 30-40 menit mengeluarkan suara, gerakan mulut sperti mau minum, mencium, menjilat
tangan. Byai mencium dan merasakan cairan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini
akan membimbing bayi untuk menentukan payudara dan putting susu ibu.
c. Mengeluarakan air liur
Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
d. Bayi mulai bergerak kea rah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, degan kaki
menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat ibu, menghentak-hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke
kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan
tangannya mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.
(Utami Roesli, 2008)
8. Faktor-faktor pendukung Inisiasi Menyusu Dini
a. Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan
b. Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi menyusu dini
c. Tempat bersalin dan tenaga kesehatan
9. Penghambat Inisiasi menyusu Dini
Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi :
a. Bayi kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Menakjubkan suhu
payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit juka bayi diletakkan di dada ibu. Setelah
melahirkan, ibu terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keduanya oksitosin saat
kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
b. Tenaga kesehatan kurang tersedia
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasya. Bayi dapat menemukan
sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi
dukungan pada ibu.
c. Kamar berrsalin atau kamar operasi sibuk
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri
kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencpai payudara dan menyusu dini.
d. Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari peyudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah
tubuh ibu.
e. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera
diberikan setelah lahir
Menurut Amercan Colloge of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine
(2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu
sendiri tanpa membahayakan bayi.
a. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. Menunda memandikan bayi
berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap,
melunakan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai selesai.
b. Bayi kurang siaga
Justru pada jam 1-2 jam pertama kelahirannya bayi sangat siaga (alert).
Setelah itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu,
kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk boonding.
c. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi lahir. Karena dilahirkan dengan membawa bekal
air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
d. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh- kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan
mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang
masih muda.
10. Faktor yang memotivasi Ibu melakukan IMD
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui menurut Bianccuzzo (1999) adalah sosial
budaya, psikologis dan biologis ibu sendiri. Sementara menurut Arbon dan Byrne (2001) faktor-
faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusu adalah
1. Faktor Psikologi
Status psikologi mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk percaya
diri ibu dan komitmen untuk menyusui, bayi merasa kenyang merupakan kepuasan bagi ibu
menyusui. Psikologi ibu termasuk disekitarnya yang dekat dalam struktur dukungan. Jenis dari
dukungan termasuk memberi informasi, emosi dan memberi pertolongan. Dukungan informasi
termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui. Dukungan
emosi termasuk memberi pengertian, membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan
termasuk memberi pertolongan fisik untuk dapat memyusui bayinya. Pemberi dukungan termasuk
keluarga, teman, suami atau teman dekat, tenaga kesehatan dan lingkungan budaya.
2. Faktor Dukungan Tenaga Kesehatan
Dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk
membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang perawatan pada masa hamil, lamanya
menyusui, keuntungan menyusui, kontak awal-bayi, petunjuk-petunjuk menyusui, tipe bantuan yang
dibutuhkan oleh ibu adalah merupakan dukungan tenaga kesehatan untuk menyukseskan
kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
3. Faktor Biomedik
Faktor biomedik terdiri dari jumlah kelahiran, kesehatan bayi dan kesehatan ibu (selama hamil,
melahirkan dan setelah melahirkan) dan status merokok. Kesiapan fisik yang mendukung ibu dalam
melakukan inisiasi menyusui dini, salah satunya adalah kondisi payudara dan puting susu yang sehat
dan baik

DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agoes, 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT. Refika
Aditama
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
YBPSP.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/MENKES/SK/IV/2004
Varney, Helen, Jan. M Kriebs dan Carolyn L. Gegor. 2002. Buku Saku Bidan. EGC : Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa (Editor), 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai