Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP – PRINSIP

UNIVERSAL DESIGN

PERANCANGAN ARSITEKTUR 04
R. Puspito Harimurti, ST.,M.Sc
DASAR ATURAN
Jenis bangunan gedung berdasarkan fungsi yang ditetapkan oleh pemerintah
(Permen PU no : 30/PRT/M/2006) untuk memiliki fasilitas aksesibilitas bagi kaum
difabel adalah bangunan yang berfungsi sebagai :
Bangunan gedung fungsi hunian, meliputi: rumah susun, rumah flat, asrama, panti asuhan,
apartemen, hotel, dll;

Bangunan gedung fungsi keagamaan meliputi: masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng serta
bangunan keagamaan lainnya;

Bangunan gedung fungsi usaha, meliputi: gedung perkantoran, kantor pos, bank, gedung
pelayanan umum lainnya, bidang perdagangan, gedung pabrik perindustrian, perhotelan, wisata
dan rekreasi, restoran, terminal, bandara, pelabuhan laut, stasiun kereta api;

Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya meliputi: bangunan untuk pendidikan, kebudayaan,
museum, perpustakaan, pelayanan kesehatan, laboratorium, bioskop, tempat pertunjukan, gedung
konferensi;

Bangunan gedung fungsi khusus meliputi: bangunan gedung untuk reactor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan;

Fasilitas umum seperti taman kota, kebun binatang, tempat pemakaman umum dan ruang publik
lainnya.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 14/PRT/M/2017 TENTANG PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN GEDUNG (terbaru)
KATEGORI WAJIB DAN TIDAK WAJIB

Kategori wajib dan tidak wajib pada bangunan gedung yang disyaratkan adalah sebagai
berikut :

KATEGORI WAJIB

Bangunan gedung yang telah ada. minimal pada lantai dasar,

Bangunan gedung yang akan dibangun.

Bangunan gedung yang mengalami perubahan dan penambahan.

Bangunan gedung yang dilindungi.

Bangunan gedung yang merupakan bangunan darurat (Bangunan sementara, yang


didirikan tidak dengan konstruksi permanen tapi dimaksudkan untuk digunakan
secara penuh oleh masyarakat umum selama lebih dari 5/lima tahun)
KATEGORI TIDAK WAJIB

Bangunan yang dapat dibuktikan, berdasarkan pendapat ahli yang berkompeten dan
disetujui oleh pemerintah daerah, bahwa pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas
tidak dapat dipenuhi karena adanya kondisi site bangunan, kondisi sistem struktur dan
kondisi lainnya yang spesifik.

Bangunan sementara yang tidak digunakan oleh masyarakat umum dan hanya
digunakan dalam waktu terbatas.

Bangunan penunjang struktur dan bangunan untuk peralatan yang digunakan secara
langsung di dalam suatu proses pelaksanaan pembangunan, seperti perancah, gudang
material dan direksi keet.

Bangunan dan bagian bangunan yang dimaksudkan untuk tidak dihuni secara tetap
dalam waktu yang lama, yang dicapai hanya melalui tangga, dengan merangkak, gang
yang sempit, atau ruang lif barang, dan bagi ruang ruang yang hanya dapat dicapai
secara tertentu oleh petugas pelayanan untuk tujuan pemeliharaan dan perawatan
bangunan.
FASILITAS BAGI AKSESIBILITAS
Standar sarana fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Persyaratan
teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan tersebut
meliputi :
Ukuran dasar ruang;
Jalur pedestrian;
Jalur pemandu;
Area parkir;
Pintu;
Ram;
Tangga;
Lif;
Lif tangga (stairway lift)
Toilet;
Pancuran;
Wastafel;
Telepon;
Perlengkapan dan Peralatan Kontrol;
Perabot;
Rambu dan Marka.
PRINSIP – PRINSIP UNIVERSAL DESIGN
Universal design sebagai sebuah cara berfikir telah diterapkan pada sejumlah negara
seperti Australia, Brazil, Canada, Perancis, Jerman, India, Irlandia, Itali, Belanda, Norwegia,
Swiss serta sejumlah negara di kawasan Asia Selatan. Prinsip-prinsip rancang bangun
bangunan gedung yang memenuhi kaidah prinsip universal design mengacu pada karya
Molly Follette Story yang berjudul Universal Design Handbook (2011).

Pada bagian 4.3, Molly menuliskan tujuh prinsip Rancangan yang bersifat universal ( Story,
M. Follette, 2011 : 4.3):

Prinsip dapat digunakan oleh semua jenis pengguna ( Equitable Use)


Prinsip fleksibel dalam penggunaannya (Flexibility in Use)
Prinsip sederhana dan mudah digunakan (Simple and Intuitive Use)
Prinsip informasi yang memadai (Perceptible Information)
Prinsip toleransi atas kesalahan (Tolerance for Error)
Prinsip minimalisasi usaha fisik (Low Physical Effort)
Prinsip ketepatan ukuran dan ruang bagi pencapaian dan penggunaan ( Size and Space for
Approach and Use)
Prinsip Equitable Use
1
Rancangan dapat digunakan dan dipasarkan kepada semua jenis kelompok masyarakat
dengan kemampuan yang berbeda ( diverse abilities). Panduan terhadap rancang
bangun :

Menyediakan fasilitas yang bermakna guna sama bagi semua pengguna, identik
bila memungkinkan, setara bila tidak memungkinkan.

Menghindari adanya pemisahan atau labelisasi terhadap seluruh pengguna

Ciptakan kesetaraan pewilayahan atas privasi, keamanan, dan keselamatan yang


tersedia bagi seluruh pengguna

Menciptakan rancangan yang menarik bagi seluruh pengguna


Prinsip Flexibility in Use
Rancangan dapat mengakomodir kecenderungan dan kemampuan individu secara luas.
2
Panduan terhadap rancang bangun :

Memberikan sejumlah pilihan atas metode penggunaanya

Mengakomodasikan fasilitas bagi pengguna lengan kanan maupun kiri (kidal)

Memfasilitasi keakurasian dan ketepatan pengguna

Memberikan kemampuan beradaptasi terhadap kecepatan pengguna.


Prinsip Simple and Intuitive Use
Kemudahan dalam memahami cara penggunaan rancangan, terlepas dari tingkat
3
pengalaman, pengetahuan, kemampuan bahasa, maupun konsentrasi pengguna.
Panduan terhadap rancang bangun :

Menghapuskan kompleksitas atas cara penggunaan rancangan yang dirasa


tidak perlu

Konsisten terhadap harapan dan intusi pengguna

Mengakomodasi kemampuan bahasa dan literasi yang lebih luas

Menata secara konsisten akan pentingnya informasi

Memberikan umpan balik dan dorongan yang efektif selama dan pasca
penggunaan
Prinsip Perceptible Information
Rancangan dapat mengkomunikasikan informasi yang diperlukan secara efektif
4
kepada pengguna, terlepas dari faktor kondisi sekitar maupun kemampuan
sensorik pengguna. Panduan terhadap rancang bangun :

Tampilan yang mencolok dengan menggunakan modus yang beragam (visual,


verbal, taktil) atas suatu informasi yang penting.

Memaksimalkan kemampuan terbaca suatu obyek rancangan atas suatu


informasi penting.

Membedakan sejumlah elemen rancangan sedemikian rupa agar ia dapat


dipahami (kemudahan untuk memberikan arah dan instruksi).

Menyediakan sejumlah kompatibilitas terhadap beragam teknik atau alat yang


digunakan bagi kelompok pengguna dengan keterbatasan sensorik.
Prinsip Tolerance for Error
Rancangan meminimalkan faktor konsekuensi dan ancaman bahaya yang merugikan
5
dari tindakan disengaja atau tidak disengaja yang dilakukan oleh seluruh kelompok
pengguna. Panduan terhadap rancang bangun :

Merancang elemen yang dapat meminimalkan faktor ancaman bahaya dan kesalahan
pada elemen yang paling sering digunakan, elemen yang paling mudah diakses, hingga
pada penghilangan, pengisolasian maupun perlindungan terhadap unsur-unsur yang
dapat memberikan ancaman bahaya bagi pengguna.

Memberikan peringatan terhadap unsur-unsur yang potensial memberikan ancaman


bahaya maupun kesalahan.

Menyediakan fitur-fitur pengamanan (fail-safe features)

Meminimalkan munculnya tindakan bawah sadar terutama pada komponen yang


membutuhkan kewaspadaan tinggi
Prinsip Low Physical Effort
Rancangan meminimalkan faktor konsekuensi dan ancaman bahaya yang merugikan
6
dari tindakan disengaja atau tidak disengaja yang dilakukan oleh seluruh kelompok
pengguna. Panduan terhadap rancang bangun :

Memungkinkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral.

Memungkinkan pengguna mengoperasikannya dengan tenaga yang wajar.


Prinsip Size and Space for Approach and Use
Rancangan dengan menyediakan ukuran dan ruang yang memadai bagi pengguna
7
dalam menjangkau, memanipulasi serta menggunakannya yang disesuaikan berdasar
postur, ukuran tubuh maupun pergerakkan pengguna. Panduan terhadap rancang
bangun :

Rancangan memberikan kejelasan visual terhadap elemen penting bagi


pengguna duduk maupun pengguna berdiri

Rancangan memberikan kenyamanan pencapaian terhadap setiap komponen,


baik bagi pengguna duduk maupun pengguna berdiri

Rancangan mengakomodir keberagaman terhadap ukuran lengan maupun


genggaman

Rancangan menyediakan ruang yang cukup bagi pengguna yang menggunakan


alat bantu, maupun pengguna yang mendapatkan bantuan pribadi dari orang
lain

Anda mungkin juga menyukai