MAKALAH Atresia Esofagus 1
MAKALAH Atresia Esofagus 1
OLEH
KELOMPOK 5 :
Debi Sambak C12115005
Inggrid Aprilianty Rowa C12115308
Deka Khusnul Ainiyah C12115508
Andi Febrina Sosiawati C12115517
Mariani Afandy C12115013
Nurlaila Sari C12115040
Nurlia Rahma C12115326
Putri Yani C12115021
Ririn Andilolo C12115317
Sumita Rianti Bahris C12115031
Yunisa C12113025
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya sehingga makalah tentang “Asuhan Gangguan Pencernaan Anak
Atresia Esophagus” untuk mata kuliah system pencernaan dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada kami kelompok 5 sebagai mahasiswa
program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasnuddin.
Makalah ini berisi materi tentang gangguan pencernaan pada anak mengenai
dari Atresia Esophagus. Makalah ini dibuat untuk mengetahui materi tentang Atresia
Esophagus khususnya pada bayi/anak. Dengan makalah ini, diharapkan dapat
memudahkan kita dalam mempelajari materi system pencernaan khususnya mengenai
Atresia Esophagus pada bayi/anak. Kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami
siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen pembimbing dan pembaca demi
tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Penyusun
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pengertian Atresia Esophagus...........................................................................6
B. Etiologi Atresia Esophagus...............................................................................7
C. Manifestasi Klinis Atresia Esophagus...............................................................7
D. Komplikasi.........................................................................................................8
E. Pemeriksaan Diagnosic......................................................................................8
F. Penatalaksanaan Atresia Esophagus..................................................................9
G. Pengobatan Atresia Esophagus..........................................................................9
H. Prinsip Pengobatan dan Manajemen Perawatan................................................9
I. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Atresia Esofagus....................................11
J. Kasus..............................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................26
PENUTUP...................................................................................................................26
A. Kesimpulan......................................................................................................26
B. Saran................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum terjadi dalam bentuk fistula trakeoesofageal. Dari 95%
kasus ditemukan kantong esophagus berakhir buntu dan kantong bagian
bawah berhubungan langsung dengan bagian belakang trakea. Berbgai tipe
kelainan atresia esophagus dapat ditemukan, menurut Sacharin (1996) dalam
buku [ CITATION Sol11 \l 1033 ] ada 4 tipe yaitu : tipe A, B, C, dan D.
sedangkan Wong (1996) dalam buku [ CITATION Won081 \l 1033 ] menyebutkan
lima tipe yaitu : A, B, C, D san E. tipe-tipe tersebut berdasar kelainan pada
hubungan antara esophagus dan atresia.
Atresia esophagus dapat terjadi tanpa fistula, hal ini dibedakan dengan
tidak adanya udara didalam lambung saat perkusi dan foto polos abdomen,
terjadi pada 10% dari kasus ini (Catsel 1992) dalam buku [ CITATION Sol11 \l
1033 ]. Atresia esophagus sering disertai kelainan bawaan lain, biasanya
kelainan jantung, gastrointestinal (atresia duodeni, atresia ani), dan kelainan
tulang (hemivertebrata). Akibat atresia, saliva akan terkumpul diujung bagian
yang buntu, dan akan mengalir keluar atau masuk kedalam trakea (bila
terdapat fistula), hal ini akan lebih berbahaya bila melalui fistula
trakeoesofagus karena cairan lambung dapat mengalir kedalam paru-paru.
Kadang-kadang sebuah fistula dapat terjadi antara esophagus utuh
dnegan trakea, gelaja dapat terjadi setelah umur beberapa hari. Bayi atau anak
menunjukkan ciri khas seperti tercekik dan batuk setelah menelan cairan,
tidak terjadi setelah menelan makanan padat. Fistula trakeoesofagus
merupakan salah satu penyebab pneumonia berulang, fistula mungkin cukup
sulit untuk dideteksi, bahkan dengan cine radiografi.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian atresia esophgaus ?
2. Apa saja etiologi dari atresia esophgaus ?
3. Bagaimana tanda dan gejala atresia esophagus ?
4. Bagaimana kompikasi dari atresia esophagus ?
5. Bagaimana penatalaksanaan atresia esophagus ?
6. Bagaimana pengobatan atresia esophagus ?
7. Bagaimana prinsip pengobatan dan manajemen perawatan atresia
esophagus ?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mampu mengetahui pengertian atresia esophgaus
2. Mampu mengetahui etiologi dari atresia esophgaus
3. Mampu mengetahui tanda dan gejala atresia esophagus
4. Mampu mengetahui kompikasi dari atresia esophagus
5. Mampu meengetahui penatalaksanaan atresia esophagus
6. Mampu mengetahui pengobatan atresia esophagus
7. Mampu mengetahui Prinsip pengobatan dan manajemen perawatan atresia
esophagus
5
BAB II
PEMBAHASAN
Atresia esophagus
adalah malformasi
yang disebabkan oleh
kegagalan esophagus
untuk melakukan
pasase yang kontinu,
esophagus mungkin
tidak membentuk
sambungan dengan trakea (fistula trajeoesofagus).
6
4. Tipe D (jarang) kedua segmen esofagus atas dan bawah dihubungkan
ketrakea.
5. Tipe E (lebih jarang disbanding A atau C), trakea dan esofagus
normal diubungkan dengan fistula umum.
7
D. Komplikasi
1. Pneumonia aspirasi yang disebabkan karena usaha makan
2. Atelektasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Dismotilitas esophagus, terjadi karena kelemahan dinding otot
esophagus
4. Gastrosophagus refluks atau asam lambung naik
5. Fistula tracheosophagus berulang
6. Disfagia atau kesulian menelan [ CITATION Beh02 \l 1033 ]
E. Pemeriksaan Diagnosic
Dalam pemeriksaan USG pada usia kehamilan sekitar 26 mingu
ditemukan polyhidramnion tetapi pembesaran perut ibu tidak sesuai
dengan umur kehamilan (lebih kecil). Kesulitan memasukkan kateter ke
dalam lambung akan memperkuat kecurigaan. Kateter biasanya berhenti
mendadak pada 10-11 cm dari garis gusi atas, dan gambaran rontgen
menunjukkan kateter menggulung di kantong esophagus atas. Kadang-
kadang, pada foto rontgen polos dada terlihat esophagus melebar dengan
udara di dalamnya. Adanya udara dalam perut menunjukkan fistula
diantara trakea dan esophagus distal. Media kontras yang digunakan pada
foto rontgen seharusnya larut dalam air ; jumlah kurang dari 1 ml yang
diberikan di bawah pengamatan fluoroskopi cukup untuk memberikan
gambaran kebuntuan kantong bagian atas. Gambaran video esophagus,
saat pengisian bahan kontras, biasanya efektif. Lubang fistula pada trakea
mungkin dapat ditemukan dengan bronkoskopi. Pencarian malformasi
yang menyertai dengan teliti harus dilakukan. Banyak orang
menganjurkan ultrasonografi jantung praoperatif untuk mendeteksi yang
cukup berat. [ CITATION Beh02 \l 1033 ]
8
F. Penatalaksanaan Atresia Esophagus
1. Pada anak segera dipasangkan kateter ke dalam esophagus dan bila
mungkin dilakukan penghisapan terus-menerus.
2. Pemberian antibiotic pada kasus dengan resiko infeksi
3. Kadang-kadang keadaan bayi memerlukan tindakan bedah dalam 2
tahap, tahap pertama berupa pengikatan fistula serta pemasangan pipa
gastrostomi untuk pemberian makanan, tahap kedua berupa tindakan
anastomosis kedua ujung esophagus. [ CITATION Beh02 \l 1033 ]
9
Diagnose dini dan persiapan prabedah penting untuk keberhasilan
manajemen pengobatan. Jika diagnosis tidak dibuat segera setelah lahir,
maka akan terdapat derajat tertentu kerusakan paru, fisioterapi dapat
membantu melepaskan sekresi dalam. Hal ini dapat dilakukan dengan sika
gigi berlapis kasa yang dioprasikan dengan baterai yang digerakkan diatas
dada bayi. Fisioterapi yang lebih aktif secara normal diperlukan [ CITATION
Won081 \l 1033 ].
Pada anak dengan atresia esofagus dapat segera dipasang kateter
kedalam esofagus dan bila mungkin dilakukan pengisapan terus-menerus,
karena jika sekresi dibiarkan tertimbun dalam tenggorokan maka bayi atau
anak dalam bahaya tercekik. Oleh karena itu dilakukan penyedotan oral
dan nasofaringeal yang kemungkinan dapat dilakukan dalam interval jam.
Terkadang diperlukan aspirasi mucus setiap setengah jam, namun
penyedotan yang dilakukan terlalu sering akan mendorong sekresi dan
memaksa dilakukannya penanganan terlalu sering.
Anak dipersiapkan untuk segera dilakukan tindakan operasi, karena
pembedahan dapat menyelamatkan nyawa. Keputusan tindakan akan
dilakukan penutupan fistula dengan segera atau hanya dilakukan
gastrostomy, tergantung pada jenis kelaianan dan keadaan umum anak
pada saat itu. Anastomosis ujung ke ujung primer biasanya diusahakan
dengan eksisi fistula, bila tidak mungkin dilakukan anastmisis maka
dilakukan gastromi dan kantong buntu diekstresiorisasi, sehingga saliva
yang tertelan tidak memasuki paru.
Perawatan pascabeah terdiri atas pemberian makanan parenteral
selama 48 jam, kemudian dilanjtkan dengan pemberian makanan
gastrotomi dimulai dengan saline kekuatan setengah, lalu diikuti dengan
dekstrosa 5% dalam air selama 2-3 kali pemberian makanan, setelah itu
secara bertahap dapat diberikan susu. Biasanya penggunaan sonde (NGT)
10
dapat dihentikan pada hari ke-10 dan diganti dengan makanan per oral.
Penelanan barium haris dilakukan bila terdapat dispepsia untuk
menentukan apakah telah timbul stenosis atau tidak.
Posisi tidur anak tergantung pada ada tidaknya fistula karena aspirasi
cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula
trakeoesofagus ditidurkan setengah duduk, sedangan anak tanpa fistula
diposisikan dengan kepala lebih rendah (posisi Trendelenburg). Perawatan
bayi dalam posisi tengkurap merupakan metode lain yang dapat dipakai
untuk kemungkinan drainase sekresi yang adekuat dan mencegah sekresi
memasuki paru-paru, walaupun demikia anak tetap harus direposisi secara
teratur untuk membantu sirkulasi dan ekspansi paru[ CITATION Won081 \l
1033 ].
11
diteteskan melalui suatu kateter uretra, jhal ini akan memberikan
gambaran dari kantong esofagus yang buntu. Apabila memungkinkan,
diambil juga gambaran lateral untuk memperlihatkan adanya fistula.
Selama pemeriksaan bayi harus tidur terlengkup dan media diaspirasi
setelah selesainya pemeriksaan. Apabila terdapat
fistulatrakheoesofagus, seperti pada sembilan puluh persen kasus,
gmbaran sinar X-ray aka memeperlihatkan udara didalam lambung.
Diagnosa dan intervensi
12
distal dan ke dalam
trakea, serta bronkhi.
Beri oksigen bila bayi
sianosis, untuk
membentu
menghilangkan
distres pernapasan.
Jangan menggunakan
tekanan positif
(misalnya kantong
resusitasi atau
masker) karena dapat
memasukkan udara
ke dalam lambung
dan usus, yang
menimbulkan
tekanan tambahan
pada rongga torakal.
Puaskan anak untuk
mencegah aspirasi.
Pertahanankan
pengisap segmen
esofagus secara
intermiten atau
kontinu, bila
dipesankan pada asa
praoperasi, jaga agar
kantong buntu
13
tersebut tetap kosong.
Tinggalkan selang
gastrostomibila ada-
terbuka untuk
drainase gravitasi,
sehingga udara dapat
keluar dana
meminimalkan resiko
regurgitasi isis
lambung ke dalam
trakea.
2. Kerusakan (kasulitan) menelan erhubungan dengan obstruksi
menkanis
Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi
Anak Anak mendapat Beri makanan
mendapatkan nutrisi cukup dan melaluai
nutrisi adekuat menunjukkan gastrostomi
Anak belajar penambahan sesuai ketentuan
makan pe oral berat badan yang untuk
(setelah memuaskan memberikan
perbaikan nutrisi, sampai
selesai) pemberian oral
memungkinkan,
Lanjutkan
pemberian
makanan oral
sesuai ketentuan,
sesuai kondisi
anak dan
14
perbaikan
pembedahan.
Obsrvasi dengan
ketat untuk
memastikan
anak/bayi
mampu menelan
tanpa terdesak.
Pantau masukan,
keluaran, dan
berat badan,
untuk mengkaji
Anak keadekuatan
mengonsumsi masukan nutrisi.
jumlah nutrisi Beri empeng
yang adekuat dan pada bayi, untuk
tidak meberikan
menunjukkan pengisapan non-
penolakan nutrisi.
terhadap Ajarkan keluarga
makanan, tentang teknik
malnutrisi, atau pembarian
diplasia makan yang
tepat, untuk
mempersiapkan
diri terhadap
pemulang.
Kenalkan
15
makanan dengan
berbagai tekstur
dan bau, untuk
merangsang
minat makan.
Mulai dengan
makanan halus
dan lanjutkan
dengan makanan
yang lebih padat
sesuai kesiapan
anak.
Potong makanan
menjadi ukuran
yang lebih kecil,
bukan bentuk
bulat, untuk
mencegah resiko
tersedak.
Hindari makanan
speerti roti sosis
atau potongan
besar daging,
untuk
menurunkan
risiko tersedak
Ajarkan anak
untuk
16
mengunyak
makanan dengan
baik, mencegah
resiko tersedak
Rujuk pada ahli
terapi wicara
atau okupasi, bila
tepat, untuk
memudahkan
pembelajaran.
3. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan
Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi
Anak tidak mengalami Anak tidak Isap hanya dengan
trauma pada sisi menunjukkan bukti- kateter yang diukur
pembedahan bukti cedera pada sisi sebelum sampai ke jarak
pembedahan yang tidak mencapai sisi
pembedahan untuk
mencegah trauma pada
mukosa.
4. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan
karena pembedahan
Sasaran Hasil yang di harapkan Intervensi
Anak mengalami rasa Anak/bayi Beri stimulus
aman tanpa istirahat tenang, taktil (mislanya
ketidaknyamanan sadar bila membelai,
terjaga, dan mengayun),
melakukan untuk
pengisapan non- memudahkan
nutrisi perkembangan
Mulut optimal dan
17
tetapbersih dan meningkatkan
lembab kenyamanan.
Nyeri yang Beri perawatan
dialami anak mulut tetap
minimal atau bersih dan
tidak ada. memberan
mukosa lembab.
Beri empeng
dengan sering
untuk
memberikan
penghisap non-
nutrisi
Berikan
analgesik sesuai
ketentuan.
Motivasi orang
tua untuk
berpartisipasi
dalam perawatan
anak, untuk
membrikan rasa
nyaman dan
aman.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak dengan defek
fisik
Sasaran Hasil yang Diharapkan Intervessi
Keluarga deipersiapkan Keluarga menunjukkan Ajarkan pada
untuk perawatan anak kemampuan keluarga tentang
18
dirumah memberikan perawatan keterampilan dan
pada ana/bayi, observasi
memahami tanda-tanda kebutuhan
komplikasi dan tindakan rumah.
yang tepat. Beri posisi untuk
mencegah
aspirasi
Identifikasi
tanda-tanda
distres
pernapasan untuk
mencegah
keterlambatan
tindakan.
Kebutuhan alat
dan bahan yang
diperlukan
Perawatan
gastronomi dan
esofagus bila
bayi telah
dioprasi,
termasuk teknik-
teknik seperti
penghisap,
pemberian
makan,
perawatan sisi
19
operasi dan/atau
ostomi, serta
ganti balutn
untuk menjamin
perawatan yang
tepat setelah
pulang.
20
Kasus
Ny “A” datang membawa anaknya yang sedang sakit ke RS Melati . Ny “A”
mengeluh bayinya muntah setelah disusui, pada saat pasca persalinan bayi tidak mau
menyusu, dan bayi tersedak saat berupaya menelan makanan. Ny “A” juga mengeluh
bayinya kadang susah bernapas. Bayi Ny “A” berumur 14 hari dengan BB 2200 gram
dan PB 47 cm, dan berjenis kelamin laki-laki. Ny “A” berkata ada riwayat merokok
dan minum alcohol selama kehamilan. Pada pemeriksaan fisik di temukan bayi
terlihat dispnea, membrane mukosa pucat, sianosis, ditemukan suara nafas tambahan
(ronkhi basah), ditemukan retraksi dinding dada dan pada saat dilakukan palpasi,
perut bayi tampak kembung. Selain ditemukan pula suhu : 37 Pernafasan : 60x/menit
Nadi : 140x/menit pada bayi Ny “Ä”. Diagnosis klinis ditemukan bayi dengan sekresi
saliva berlebihan(ngiler). Setelah di periksa oleh dokter bayi Ny “A” di diagnosa
menderita Atresia Esophagus.
1. Identifikasi Pasien
Nama bayi : Bayi Ny “A”
Umur bayi : 14 hari
Tgl/jam lahir : 3 Maret 2013/ 10.00 WIB
Jenis Kelamin : laki-laki
BB : 2.200 gr
Panjang Badan : 47 cm
Diagnosa Medis : Atresia Esofagus
2. Keluhan Utama
Ny. A mengeluh bayinya muntah setelah disusui
Pada saat pasca persalinan bayi tidak mau menyusu
Bayi tersedak saat berupaya menelan makanan
Ny “A” juga mengeluh bayinya kadang susah bernapas
3. Riwayat
Ny.A memiliki kebiasaan merokok dan minum alcohol sewaktu hamil
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik di temukan bayi terlihat dispnea, membrane
mukosa pucat, sianosis
Ditemukan suara nafas tambahan (Ronkhi Basah)
Ditemukan retraksi pada dinding dada
Pada saat dilakukan palpasi, perut bayi tampak kembung
Suhu : 37oC
RR : 60x/menit
21
HR : 140x/menit
BB saat ini : 2500 gr
Panjang badan : 47 cm
Diagnosis klinis ditemukan bayi dengan sekresi saliva berlebihan
(ngiler)
5. Analisa Data
Diagnosa Keperawatan :
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d adanya obstruksi jalan napas dan
mucus berlebihan (Herdman & Kamitsuru , 2015)
Batasan Karakteristik :
Perubahan frekuensi napas
Dyspnea
Suara napas tambahan (ronkhi basah)
22
NOC :
1. Status pernapasan : Kepatenan Jalan Napas
Kriteria Hasil : Dalam 1x 24 jam bayi diharapkan bersihan jalan napas efektif
dengan kriteria hasil :
Frekuensi pernapasan dalam kisaran normal
Suara napas tambahan tidak ada
Dispnea tidak ada
NIC :
1. Manajemen jalan napas
Buka jalan napas dengan teknik chin lieft atau jaw thrust, sebagaimana
mestinya
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lender
Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada dan adanya suara tambahan
Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea, sebagaimana
mestinya
Posisikan untuk meringankan sesak nafas
Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya.
2. Monitor Pernafasan
Monitor kecepatan,irama,kedalaman, dan kesulitan bernafas
Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta
Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
Auskultasi suara nafas setelah tindakan, untuk dicatat
Monitor hasil pemeriksaan ventilasi mekanik, catat peningkatan tekanan
inspirasi dan penurunan volume tidal
Monitor sekresi pernafasan pasien
23
Monitor tekanan nadi yang melebar atau menyempit
Monitor suara paru-paru
Monitor oksimetri nadi
Monitor pola pernapasan abnormal
2) Gangguan menelan b.d abnormalitas jalan napas atas
Batasan Karakteristik :
Ngiler
Tersedak sebelum menelan
Muntah
Mengisap putting susu tidak efisien
NOC :
1. Status Menelan
Dalam 2x 24 jam bayi diharapkan gangguan menelan berkurang dengan
kriteria hasil :
Menangani sekresi mulut
Produksi ludah berkurang (Moorhead, Johnson, Mass, & Swanson,
2013)
NIC
1. Penghisapan Lendir pada Jalan Napas
Tentukan perlunya suksion mulut atau trakea
Auskultasi suara nafas sebelum dan setelah tindakan suksion
Pilih kanul suksion yang diameternya separuh dari diameter pipa
endotrakeal, pipa trakeostomi atau jalan nafas pasien
Bersihkan area sekitar stoma trakea setelah menyelesaikannya suksion
trachea, sebagaimana mestinya
Monitor dan catat warna, jumlah konsistensi secret(Bulechek , Butcher,
Dochterman, & Wagner, 2013).
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan
mencerna makanan
Batasan Karakteristik :
Berat badan 20 % atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
24
Membrane mukosa pucat
NOC :
1. Status Nutrisi Bayi
Dalam 1x 24 jam bayi diharapkan nutrisi yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil :
Intake nutrisi yang adekuat
Toleransi makanan adekuat
Perbandingan berat/tinggi badan
NIC :
1. Manajemen nutrisi
Tentukan status gizi anak dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
gizi
Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
Monitor kalori dan asupan makanan
Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat
badan.
NIC
1. Konseling laktasi
Bantu menjamin adanya kelekatan bayi ke dada dengan cara yang
tepat (misalnya monitor posisi tubuh bayi dengan cara yang tepat
Instruksikan posisi menyusui yang bervariasi (misalnya menggendong
bayi dengan posisi kepalanya berada di siku, menggendong abyi di
bawah lengan pada sisi yang digunakan untuk menyusui dan miring)
25
Monitor kemampuan bayi untuk menghisap menggunakan jari yang
bersih untuk menstimulasi reflex menghisap dan latch on/ perlekatan
mulut bayi ke aerola ibu dengan tepat.
Bantu dengan laktasi ulang, jika diperlukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan
esophagus untuk melakukan pasase yang kontinu, esophagus mungkin tidak
membentuk sambungan dengan trakea (fistula trajeoesofagus). Berbagai tipe
kelainan esophagus Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D dan Tipe E. Pada anak
dengan atresia esofagus dapat segera dipasang kateter kedalam esofagus dan
bila mungkin dilakukan pengisapan terus-menerus, karena jika sekresi dibiarkan
tertimbun dalam tenggorokan maka bayi atau anak dalam bahaya tercekik.
B. Saran
Mengingat penyakit atresia esophagus merupakan penyakit yang
membahayakan bagi keberlangsungan hidup bayi/anak-anak maka penanganan
penyakit ini diupayakan secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan baik melalui tenaga kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification (NOC). Singapore: ELSEVIER.
Rendle, J., Gray, O., & Dodge, J. (2005). Sinopsis Pediatri. Tanggerang : Binarupa
Aksara .
Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz,
P. (2008). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
27