Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan
pada faktor genetik.Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta
jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk
lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.

Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010, Lansia yang tinggal di
perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232
(9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan
dan di perdesaan. Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu
sebesar 28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan lebih
besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di
perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%). Kecenderungan meningkatnya lansia yang
tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan
urban.

Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU Kesejahteraan


Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan

4
dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap
warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan
kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Dan mereka
dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak
potensial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia Tidak
potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai
kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang
wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia
dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah pengertian lansia?
2. Bagaimana teori sosial pada lansia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian lansia
2. Mengetahui teori sosial pada lansia

1.4 Manfaat Penulisan


Diharapkan pembaca dan penulis bisa memahami mengenai teori sosial pada lansia
dan dapat memenuhi salah satu teori dari mata kuliah keperawatan gerontik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian lansia


Lanjut usia (lansia) adalah orang yang sistem - sistem biologisnya mengalami perubahan
- perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usianya yang sudah lanjut. Menua dalam proses
menua biologis adalah proses terkait waktu yang berkesinambungan dan pada umumnya
mencerminkan umur biologis namun sangat bervariasi dan bersifat individual, dengan
perubahan yang dapat berlangsung mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau
dapat terjadi sangat nyata dan berakibat ketidakmamapuan total (Tamher,2009).
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang
masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari
nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Ineko,
2012). Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini memiliki arti
bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan perubahan yang
mengarah perubahan yang bersifat regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fungsi fisik dan
psikologis (Pamungkas, 2009).

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang
kehidupan (Fatimah, 2010). Sedangkan menurut Affandi (2008), proses menua (aging)
adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial
adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi
penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia
a. Batasan Lanjut Usia
World Health Organization (WHO) membagi lansia menjadi 4 sebagai berikut
(Bandiyah, 2009):
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) yaitu antara 60 sampai 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) yaitu 75 sampai 90 tahun.

6
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.2 Teori sosial pada lansia


Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu proses interaksi
sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan dan
teori stratifikasi usia (Maryam, dkk, 2008).

a. Teori Interaksi Sosial


Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut bertindak kepada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal - hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan usia
lanjut untuk terus menjalini interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pada usia lansia
kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial
mereka juga berkurang yang tersisa adalah harga diri (Maryam, dkk, 2008).
b. Teori Penarikan Diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan
bertambahnya usia lanjut, ditambah dengan adanya kemiskinan, usia lanjut
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini menyebabkan interaksi sosial
usia lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering usia
lanjut mengalami kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya
komitmen (Nugroho, 2008).
c. Teori Aktivitas
Teori aktivitas tidak menyetujui teori disagement dan menegaskan
bahwa kelanjutan dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan sosial. Usia lanjut akan merasa puas bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin (Nugroho, 2008)
d. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
usia lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambaran

7
kelak pada saat menjadi usia lanjut. Pada teori kesinambungan ini pergerakan
dan proses banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang
terhadap status kehidupannya. Pokok - pokok pada teori kesinambungan ini
adalah, a) Usia lanjut disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, b) Peran usia lanjut yang hilang tidak perlu diganti, dan c) Usia
lanjut berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk beradaptasi
(Maryam, dkk. 2008).
e. Teori Perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami
oleh usia lanjut pada saat muda hingga dewasa. Erickson (1930), membagi
kehidupan menjadi delapan fase, yaitu: a) Usia lanjut yang menerima apa
adanya, b) Usia lanjut yang takut mati, c) Usia lanjut yang merasakan hidup
penuh arti,
d) Usia lanjut menyesali diri, e) Usia lanjut bertanggung jawab dengan merasakan
kesetiaan, f) Usia lanjut yang kehidupannya berhasil, g) Usia lanjut merasa
terlambat untuk memperbaiki diri dan h) Usia lanjut yang perlu menemukan
integritas diri melawan keputusasaan (Maryam, dkk, 2008).
f. Teori Stratifikasi Usia
Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang dilakukan bersifat
deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat usia lanjut secara
kelompok atau bersifat makro. Kelemahan pada teori ini adalah tidak dapat
dipergunakan untuk menilai usia lanjut secara perorangan (Stanley, 2006).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang sistem - sistem biologisnya mengalami
perubahan - perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usianya yang sudah lanjut.Batasan
Lanjut Usia
World Health Organization (WHO) membagi lansia menjadi 4 sebagai berikut
(Bandiyah, 2009):
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) yaitu antara 60 sampai 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) yaitu 75 sampai 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu proses
interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, teori
perkembangan dan teori stratifikasi usia (Maryam, dkk, 2008).

3.2 SARAN
Lansia merupakan masa dimana seseorang membutuhkan pertolongan dan
perhatian lebih.dari aspek sosial bahkan dari aspek fisik dan psikologisnya.hendaknya kita
sebagai perawat melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan baik dam benar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).


Edisi ke-3.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta

Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan


Informasi Kemenkes RI. Jakarta

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Reni Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi :


NANDA, NIC, NOC, Jilid 1, Jakarta

Sarif La Ode (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC,


NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha
Medika

Stanley, M &Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2.Jakarta:


EGC

Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas


Jember.

10

Anda mungkin juga menyukai