Anda di halaman 1dari 9

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Matheus Siswanto

NIM : 11190038SPWMRPL

Program Studi : D-III Keperawatan Program RPL

Institut : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil penelitian saya dengan judu

“Studi Kasus pada Pasien Pneumonia dengan Masalah Hiprtermi di Rumah Sakit

Panti Waluya Sawahan Malang”, disetujui untuk dipublikasikan di Jurnal

Keperawatan Malang dan Website Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat STIKes Panti Waluya Malang dengan mencantumkan nama

pembimbing dan saya sebagai peneliti.

Malang, September 2020


Yang membuat pernyataan

Matheus Siswanto
NIM : 11190038SPWMRPL
ABSTRAK
STUDI KASUS PASIEN PNEUMONIA DENGAN MASALAH
HIPERTERMI DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN
MALANG
Mateus Siswanto
Program Studi D-III Keperawatan Program RPL Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Panti Waluya Malang
Email : msisrpl2019@gmail.com

Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut parenkim pada saluran


pernafasan bagian bawah yang disebabkan oleh adanya bakteri atau virus.
Pneumonia terjadi karena infeksius maupun non infeksius. Pneumonia infeksius
dapat disebabkan oleh bakteri dan pneumonia non infeksius dapat disebabkan oleh
reflux isi lampung, dan inhalasi gas yang dapat mengiritasi paru-paru dan tubuh
merespon dengan meningkatkan suhu tubuh sehingga menyebabkan hipertermi.
Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko
untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari
37,5oC karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal. Penelitian
yang digunakan adalah studi kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia dengan masalah hipertermi. Berdasarkan pengkajian pasien
terdiagnosa pneumonia dengan masalah hipertermi, pada pemeriksaan fisik
didapatkan pasien teraba panas, akral teraba panas, mukosa bibir tampak kering
dan pecah-pecah, muka tampak kemerahan. Berdasarkan kriteria hasil yang
ditetapkan, intervensi yang dilakukan efektif pada pasien, terbukti pada evaluasi
hari ke tiga kondisipasien membaik sehingga pasien tidak mengalami masalah
hipertermi. Tindakan yang diberikan memberikan kompres hangat dan kolaborasi
dengan pemberian obat penurun panas.

Kata Kunci : Hipertermi,, Pneumonia, Studi Kasus

ABSTRACT
Pneumonia is an acute parenchymal inflammatory disease of the lower
respiratory tract caused by bacteria or viruses. Pneumonia occurs due to
infectious and non-infectious causes. Infectious pneumonia can be caused by
bacteria and non-infectious pneumonia can be caused by reflux of Lampung
contents, and gas inhalation can irritate the lungs and the body responds by
increasing body temperature causing hyperthermia. Hyperthermia is a condition
where a person experiences or is at risk of experiencing a continuous increase in
body temperature higher than 37.5oC due to increased susceptibility to external
factors. The research used is a case study of nursing care in pneumonia patients
with hyperthermic problems. Based on the assessment of a patient diagnosed with
pneumonia with hyperthermic problems, the physical examination found that the
patient felt hot, the acral felt hot, the lip mucosa looked dry and cracked, the face
looked red. Based on the established outcome criteria, the intervention was
effective in the patient, it was proven that on the third day of evaluation the
patient's condition improved so that the patient did not experience hyperthermic
problems. The action given provides warm compresses and collaboration with
febrifuge.

Keywords: Hypertherm, Pneumonia, Case Study

Pendahuluan tahun 2018 terdapat 146 kasus


pneumonia pada dewasa (RM
Pneumonia merupakan penyakit Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
peradangan akut parenkim pada Malang, 2018).
saluran pernafasan bagian bawah Ketika penulis melakukan praktek
yang disebabkan oleh adanya bakteri klinik bulan Desember 2019 di ruang
atau virus yang sering mengganggu St. Ana bawah Rumah Sakit Panti
pertukaran gas meliputi hipoksemia, Waluya Sawahan Malang, terdapat
gagal respiratorik, efusipleura, satu pasien yang di diagnosa
empyema, abses paru, dan bakteri pneumonia. Nama: Tn. A, umur: 50
(A. Price, 2010). Pneumonia terjadi tahun, lima hari batuk, sesak nafas,
karena infeksius maupun non serta tidak dapat mengeluarkan
infeksius. Pneumonia infeksius dapat dahak, kemudian panasnya naik
disebabkan oleh bakteri, virus, dan turun, sudah tiga hari kulit terlihat
jamur, sedangkan pneumonia non merah hangat. Suhu 38°C-39,6°C.
infeksius dapat disebabkan oleh tekanan darah = 140/90 mmHg,
reflux isi lampung, dan inhalasi gas denyut nadi = 120x/menit, RR =
yang dapat mengiritasi paru-paru 120/menit.
(LeMone et al, 2016). Hipertermi dialami pada pasien yang
Menurut Global Burden Disease menderita pneumonia karena
(GBD) mencatat, pada tahun 2017, mikroorganisme masuk ke paru-paru
sebanyak 1,1 juta kematian dari sampai di alveoli dan melepaskan
kasus pneumonia di dunia, pirogen eksogen maka terjadilah
diantaranya orang dewasa umur inflamasi. Maka tubuh merespon
diatas enam puluh tahun (IHME, dengan melepaskan pertahanan tubuh
2017). Dari data yang diambil berupa makrofog, limposit, dan sel
Institute for Health Metries and darah putih. Sel darah putih akan
Evaluation (IHME) pada tahun 2017, melepaskan pirigen endogen (IL-I)
di Indonesia terjadi peningkatan 92% yang memicu pengeluaran
dari tahun 2000 (IHME, 2017). Dari prostaglandin pada hipotalamus yang
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa menaikkan suhu tubuh lebih tinggi,
Timur, didapatkan insiden yang mengakibatkan demam
pneumonia naik menjadi 80% dari (Mubarak et al, 2015).
79,61% ditahun 2016 (Kemenkes RI, ketika pasien mengalami hipertermi
2017). Berdasarkan profil kesehatan tubuh akan merespon dengan
kota Malang tahun 2016 didapatkan mengeluarkan panas melalui proses
peningkatan penderita pneumonia vasodilatasi dan melalui keringat.
sebesar 64,44% yang sebelumnya Ketika seseorang mengalami
pada tahun 2015 sebesar 63,80% diaphoresis (mengeluarkan keringat
(Pratiwi et al, 2016). Di Rumah Sakit berlebihan), dapat terjadi dehidrasi.
Panti Waluya Sawahan Malang Demam karena infeksi umumnya
disertai dengan rasa tidak nyaman, Pada penelitian ini yang menjadi
pusing, mual, muntah, gelisah. partisipan adalah 1 pasien yaitu Ny
Pasien dengan pneumonia yang T usia 80 tahun yang terdiagnosa
mengalami hipertermi harus segera medis pneumonia dengan masalah
ditangani secara cepat ( Zahroh dan keperawatan hipertermi di RS Panti
Kasanah, 2017) Perawat harus bisa Waluya Sawahan Malang penelitian
bertindak untuk mengatasi masalah dilaksanakan pada tgl 06 – 09 juni
hipertermi kepada pasien pneumonia, 2020.
dengan cara memberikan kompres
hangat pada area dahi (mekanisme Hasil
biofeedback) dan pembuluh darah- Pada studi kasus ini didapatkan data
pembuluh darah besar (mestimulasi sebagai berikut:
vasodilatasi) dengan tujuan
mengembalikan suhu tubuh dengan Pengkajian
rentan normal, sehingga pasien
kembali merasa nyaman. Perawat Berdasarkan hasil pengkajian
dapat berkolaborasi pemberian terapi menunjukkan bahwa pasien di
cairan RL Intravena guna mencegah diagnosa Pneumonia dan didapatkan
dehidrasi dan memberikan anti keadaan umum lemah, kesadaran
peritik guna menurunkan tinggunya composmentis, GCS 4-5-6, TTV:
suhu tubuh (Cahyaningrum dan TD: 120/69 mmHg, N: 84 x/mnt,
Putri, 2017; Zahroh dan Kasanah, Suhu: 380c, RR: 22 x/mnt, Saturasi
2017) O2: 99%. Pasien mengeluh badan
Berdasarkan latar belakang diatas terasa menggigil sejak jam 17.00
maka peneliti bermaksud untuk WIB, badan pasien teraba panas,
melakukan penelitian tentang asuhan akral teraba panas, mukosa bibir
keperawatan pasien pneumonia tampak kering dan pecah-pecah,
dengan masalah hipertermi di Rumah muka tampak kemerahan, pasien
Sakit Panti Waluya Sawahan tampak batuk-batuk dan sesak nafas.
Malang. Diagnosa Keperawatan

Metode Penelitian Pada pasien ini dapat ditegakkan


diagnosa keperawatan hipertermi
Studi kasus ini adalah studi untuk berhubungan proses infeksi
menggali lebih dalam masalah
asuhan keperawatan pada klien yang Intervensi keperawatan
mengalami Pneumonia dengan Tujuan : Setelah diberikan asuhan
masalah hipertermia di Rumah Sakit keperawatan selama 3x24 jam
Panti Waluya Sawahan Malang. pasien tidak mengalami hipertermi.
Maka penulis menjabarkan kritria Mengigil menurun, Kulit merah
pasien adalah menurun, Takikardi menurun,
1) Pasien dewasa dengan diagnosa Takipnea menurun, Suhu tubuh
medis pneumonia membaik, Suhu kulit membaik.
2) Suhu tubuh diatas kisaran Dapat ditetapkan rencana
normal lebih tinggi dari 37,5oC keperawatan : monitor TTV, berikan
3) Badan teraba hangat dan kulit kompres hangat, longgarkan atau
kemerahan lepaskan pakaian, berikan cairan
4) Pasien pneumonia dengan oral, anjurkan tirah baring, Beri
takikardi
edukasi pada keluarga tentang di sesuaikan dengan kondisi pasien.
pemberian kompres hangat. Maksud dan tujuan dari intervensi
keperawatan adalah membantu
Implementasi mengatasi masalah yang dialami
pasien saat ini yaitu hipertermi
Pada pasien ini telah dilakukan
Implementasi Keperawatan
tindakan keperawatan sesuai
rencana keperawatan Sesuai dengan intervensi
keperawatan yang
sudahdirencanakan maka
Evaluasi implementasi keperawatan sesuai
dengan keadaan pasien. Setelah
Pada pasien inididapatkan masalah pasien dilakukan implementasi
keperawatan Hipertermia teratasi pasien mengalami penurunan suhu
dengan tercapainya 6 krtieria hasil tubuh kembali normal (360c-37.50c).
yang sudah ditetapkan
Dalam melakukan implementasi
Pembahasan tidak ada kendala karena kriteria
hasil tercapai terutama dalam
Pengkajian
menurunkan suhu pasien kembali ke
Menurut penulis dari data hasil suhu normal. Namun tindakan
pengkajian didapatkan pasien implementasi tidak bisa langsung
mengalami pneumonia dan mengeluh dilakukan oleh peneliti karena
demam naik turun sejak 16 Mei2020, terkendala situasi yang melarang
dan badan terasa panas dan mahasiswa untuk bertemu langsung
didapatkan suhu 38,00c kulit tampak dengan pasien karena masih berada
kemerahan, bibir kering. dalam situasi pandemi corona
Berdasarkan data pasien ini ditinjau namun sebagai gantinya peneliti
dari teori sesuai dengan tanda dan setiap hari memantau perkembangan
gejala dari hipertermi. asuhan keperawatan dengan perawat.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Penulis memprioritskan diagnosa Intervensi manajemen hipertermi ini
hipertermi karena merupakan efektif karena kompres hangat
kebutuhan dasar manusia yang harus berpengaruh terhadap pembuluh tepi
dipenuhi hal ini dapat menyebabkan dikulit melebar dan mengalami
dehidrasi berat dan dapat merusak vasodilatasi sehingga pori-pori kulit
bagian-bagian tubuh lainnya. akan membuka dan mempermudah
Demikian pada hasil penelitian pengeluaran panas, sehingga terjadi
sesuai dengan teori. Hipertermi perubahan suhu tubuh. Oleh dari itu
adalah suhu inti tubuh diatas kisaran penelitian ini peneliti mengambil
normal karena kegagalan kesimpulan bahwa kompres hangat
termoregulasi. berpengaruh terhadap perubahan
suhu tubuh pada pasien. Setelah
Rencana Keperawatan dilakukan tindakan keperawatan baik
Pada pasien diatas intervensi secara farmakologi dan non
keperawatan yang diberikan sesuai farmakologimasalah hipertermi
dengan tinjauan pustaka, tetapi juga teratasi terbukti dari terpenuhinya
beberapa kriteria hasil yaitu Suhu Sakit Sajur Rujukan daerah
dalam batas nornal (36OC-37,5OC), Surakarta. Journal Od
Suhu kulit membaik. Pharmaceutical Science and
Clinical Research. Vol. 02 No.
Kesimpulan 01
Asuhan keperawatan pada pasien Hidayat, Azis Alimul & Uliyah,
Pneumonia yang mengalami masalah Masrifatul (2016). Buku Ajar
Hipertermia di Rumah Sakit Panti Ilmu Keperawatan Dasar,
Waluya Sawahan Malang telah Salemba Medika, Jakarta
dilaksanakan pada pasien dengan
waktu 3x24 jam. Pada pasien ini Kemenkes (2018). Profil Kesehatan
masalah teratasi karena pada evaluasi provinsi Jawa Timur 2017,
terakhir pasien sudah tidak demam, Jakarta : Kemenkes RI
kulit sudah tidak kemerahan, akral
hangat. Kemenkes (2018). Riset Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Dasar 2018, Jakarta : Badan
Peneliti dan Pengembangan
Ackley, Betty. J (2014). Nursing Kesehatan Kementrian
Diagnosis Handbook an Kesehatan RI
Evidence Based Guide to
Planning Care, Edisi 10, Kozier, Erb, Berman, Snyder (2016).
Amerika. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Edisi 7. ECG,
Ardiansyah, Muhamad (2012). Jakarta
Medikal Bedah Untuk
Mahasiswa, DIVA Press, Lemone, Burke, Bauldoff (2016).
Jogjakarta. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Vol 1, ECG,
Arif Muttaqqin (2014). Asuhan Jakarta
Keperawatan Gangguan Sistem
Pernafasan, Salemba Medika Nurarif, Amin Huda & Kusuma,
Hardhi (2016). Asuhan
Cahyaningrum, Etika Dewi, & Putir, Keperawatan, Ed. 7 Buku 2,
Diannike (2017). Perbedaan Mediaction, Jakarta
Suhu Tubuh Anak demam
Sebelum dan Sesudah Kompres Potter, Patricia A & Perry, Anne G.
Bawang merah. Jurnal Ilmu- (2010). Fundamental
ilmu Kesehatan, Vol 15 No 2 Keperawatan, Ed. 7 Buku 2,
Salemba Medika, Jakarta
Corwin Elizabeth J (2015). Buku
Saku Patofisiologi, Mitra PPNI (2017). Standart Diagnosa
Cendekia Press, Yogyakarta Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator
Farida, yeni, Trisna, Ayu & Nur W., Diagnostik, Edisi 1, DPP PPNI,
Deasy (2017). Studi Jakarta
Penggunaan Antibiotik pada
Pasien Pneumonia di Rumah
PPNI (2018). Standart Intervensi Price, S.A Wilson, L.M (2013).
Keperawatan Indonesia : Patofisiologi Konsep Klinis
Definisi dan Tindakan Proses Penyakit Edisi Vol 1.
Keperawatan, Edisi 1, DPP ECG, Jakarta
PPNI, Jakarta
Sudoyo (2015). Buku Ajar Ilmu
PPNI (2018). Standart Luaran Penyakit Dalam, Balai Penerbit
Keperawatan Indonesia : FKUI,Jakarta
Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, DPP Wahit Iqbal Mubarak (2015). Buku
PPNI, Jakarta Ajar Ilmu Keperawatan Dasar
1,Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai