Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Maksitek Vol. 2 No.

2 Mei 2017
ISSN-2548 – 429x

ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF DENGAN LIMA PENDEKATAN


(BIOGRAFI, FENOMENELOGI, TEORI GROUNDED, STUDI KASUS, DAN ETNOGRAFI)

ERNIE BERTHA NABABAN


DOSEN TEKNIK INFORMATIKA, FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA DAN ELEKTRO,
INSTITUT TEKNOLOGI DEL
Email : ernie.nababan@del.ac.id

ABSTRACT

Research is a process or can be called a series of steps that Done in a planned and systematic
way to get answers to questions or Problems. In scientific research must meet certain conditions,
one of the conditions Which must be met is to be clear what approach to use. There are various
approaches Which is related to qualitative research. The purpose of this study is to explain the
five types Approaches, namely biography, phenomenology, grounded theory, case studies, and
ethnography. Generalization In qualitative research is usually interpreted as a statement or
recognition of Something that can also be applied to other groups. With regard to internal
validity, within Qualitative research often contains interpretations that include a relationship.
Qualitative research as well Attention to certain ethics, that is related to the consequences
arising from the research Qualitative to life. This study aims to describe five approaches Used in
qualitative research.
Keywords: qualitative research, approach, generalization, internal validity, ethics.

PENDAHULUAN
Penelitian ilmiah adalah suatu proses, suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis guna mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan atau masalah-masalah
tertentu. Penelitian memang sukar dilakukan oleh setiap orang. Dibutuhkan keterampilan menurut
aturan-aturan akademis yang baku dan memerlukan waktu untuk mempelajarinya di samping ketelitian
sebagai cirinya. Akan tetapi, bagi beberapa orang yang sudah terbiasa meneliti, penelitian bagi mereka
merupakan sesuatu hal yang menyenangkan dan memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan
daya intelektual akademis mereka. Penelitian memerlukan sistematika dan prosedur yang harus
ditempuh dengan tidak meninggalkan setiap unsur. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi
dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang
cukup memadai dan
memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Yang perlu ditekankan dalam penelitian
sebenarnya adalah memahami dan mengerti, serta berbuat menurut kerangka berpikir ilmiah untuk
mencari kebenaran. Hal dasar dalam kerangka berpikir ilmiah yang harus dilakukan dalam sebuah
penelitian adalah kemampuan seorang peneliti mengidentifikasi masalah-masalah dan potensi-potensi
penelitian yang biasanya diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman empiris yang dialaminya atau
terjadi pada orang lain di masyarakat, atau fenomena-fenomena alam dan sosial-budaya yang biasanya
disajikan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang
sedang digemari oleh para peneliti dan oleh para mahasiswa yang hendak melakukan penelitian dalam
tuntutan mencapai gelar akademik di setiap jenjangnya (S1, S2, dan S3). Pernyataan ini memang
terkesan subjektif, tetapi apabila kita menelusuri dan melakukan survey di beberapa perguruan tinggi kita
akan mendapatkan
data dan fakta bahwa ternyata penelitian kualitatif sudah mendapat apresiasi positif dari para
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian. Berkaitan dengan tingginya peminat pada jenis penelitian
kualitatif, maka makalah ini akan membahas lima pendekatan dalam penelitian kualitatif meskipun
tidak secara menyeluruh.
1
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol. 2 No. 2 Mei 2017
ISSN-2548 – 429x

PEMBAHASAN

1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dimaksdukan untuk mengungkapkan gejala atau fenomena secara
menyeluruh dan kontekstual dan mampu memberikan gambaran yang utuh tentang topik yang diteliti.
Dwiloka, (2012:78) menyatakan bahwa penelitian kualitatif disajikan secara lugas, objektif dan apa
adanya termasuk apa yang diteliti, bagaimana penelitan dilakukan, hasil yang diperoleh dan simpulan
penelitian.
Sejalan dengan itu, Creswell (2010: 28) membuat sebuah batasan yang lebih ringkas dengan
menyebutkan bahwa; penelitian kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan, pemahaman didasarkan
pada perbedaan tradisi-tradisi metodologis pada penelitian yang menjelaskan permasalahan sosial atau
manusia. Peneliti menjelaskan sebuah tempat, gambaran holistik, analisis kata-kata, laporan secara
detail menurut sudut pandang informan dan perilaku studi dalam seting alamiah (natural setting). Pada
penelitian kualitatif ini, peneliti diharapkan mampu memahami fakta atau keterangan-
keterangan di dalam konteks partisipan bertindak, serta pengaruh dari konteks tersebut terhadap
perilaku mereka. Oleh karena itu, dalam studi kualitatif ditekankan pada pemahaman individu yang
jumlah relatif lebih sedikit (kecil) ketimbang mengumpulkan data dari sejumlah besar orang
Berdasarkan pandangan di atas dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif besifat natural, apa adanya,
dan kontekstual. Hal ini membuat peneliti lebih bebas untuk memaparkan argumen terhadap topik yang
diteliti.

2. Pendekatan dalam Penelitian Kualitatif


Ada cara-cara yang digunakan orang untuk mencapai kebenaran. Bungin (2009: 10)
mengatakan bahwa cara untuk mendapatkan kebenaran (hasil akhir dari menjawab dorongan ingin tahu
seseorang) melalui unscientific maupun melalui cara scientific research, kedua-duanya dapat disebut
penelitian. Akan tetapi, cara yang pertama hanya dapat disebut dengan penelitian, sedangkan yang
kedua disebut dengan penelitian ilmiah. Dalam penelitian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, salah satu syarat yang mesti dipenuhi adalah harus jelas pendekatan apa yang digunakan. Ada
berbagai pendekatan yang berkaitan dengan penelitian kualitatif. Fraenkel (2006: 435-
439) telah menemukan 5 jenis pendekatan yang digunakan, yaitu biografi, fenomenelogi, teori
grounded, studi kasus, serta etnografi. Meskipun kelima jenis pendekatan ini tidak bermaksud untuk
membatasi penelitian ini, namun kita bisa katakan bahwa “pendekatan tersebut menyatakan tradisi
disiplin yang berbeda, memiliki prosedur yang rinci, dan yang populer bagi ilmu-ilmu sosial”. Sebagai
tambahan, kita juga bisa menggunakan penelitian historis sebagai salah satu bagian pendekatan dalam
penelitian kualitatif. Meskipun sangat terbuka keinginan adanya kombinasi antara dua atau lebih dari
pendekatan-pendekatan tersebut. Berikut gambaran singkat mengenai setiap pendekatan tersebut.

a. Biografi
Penelitian biografi adalah “penelitian tentang seseorang serta pengalamannya seperti
yang diceritakannya kepada peneliti atau yang ditemukan dalam dokumen atau arsip”. Aspek
penting dalam penelitian ini adalah subjek penelitian memiliki satu atau lebih kejadian
penting dan istimewa dalam hidupnya. Penulis biografi menuliskan secara rinci setting serta
konteks kapan kejadian-kejadian penting itu terjadi. Kemudian penulis biografi harus secara
aktif menyatakan, serta secara terbuka mengakui bahwa tulisannya benar-benar pengalaman
nyata dari subjek penelitiannya. Ada beberapa jenis penelitian biografi, yaitu biografi (cerita hidup
seseorang yang
ditulis oleh orang lain namun bukan individu yang sedang diteliti), autobiografi (cerita hidup
2
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol. 2 No. 2 Mei 2017
ISSN-2548 – 429x

seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri), sejarah hidup (kombinasi antara biografi dan autobiografi),
serta sejarah lisan (peneliti mengumpulkan koleksi pribadi seseorang, biasanya ragam individu yang
berbeda).

b. Fenomenologi
Peneliti yang mengambil pendekatan penelitian fenomenologi berusaha meneliti
berbagai reaksi serta persepsi terhadap fenomena tertentu (misalnya pengalaman guru-guru di
sebuah sekolah). Peneliti berharap untuk memperoleh kajian mendalam tentang partisipannya
serta menggambarkan reaksi dan persepsinya (misalnya bagaimana gambaran dalam mengajar
di sekolah tertentu). Data biasanya dikumpulkan melalui wawancara secara detail dan
terperinci. Peneliti kemudian berupaya mengidentifikasi dan menggambarkan aspek-aspek
mengenai persepsi dan reaksi setiap partisipan terhadap pengalamannya secara rinci. Para ahli penelitian
fenomenologi biasanya berasumsi bahwa selalu ada persepsi yang dimiliki seseorang dalam hal
bagaimana mereka menginterpretasikan pengalaman yang sama. Peneliti mencoba mengidentifikasi,
memahami, serta menggambarkan persamaan tersebut. Kesamaan persepsi ini biasa disebut
esensi (karakteristik penting) tentang pengalaman tersebut. Hal ini merupakan struktur penting dalam
suatu fenomena yang ingin
diteliti. Peneliti mengamati persepsi ganda tentang suatu fenomena yang dialami oleh orang-
orang yang berbeda, lalu menentukan apa kesamaan persepsi serta reaksi orang-orang
tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencari esensi suatu pengalaman yang merupakan
cornerstone (karakteristik yang dicari) dari suatu penelitian fenomenologi.

c. Grounded Teori
Penelitian yang menggunakan pendekatan grounded teori, peneliti berupaya
membuat suatu teori, yaitu “mendasari data secara sistematis dikumpulkan dandianalisis”.
Teorinya tidak dibuat sebelum penelitian berlangsung, namun diformulasikan secara induktif
dari data yang diperoleh selama penelitian. Dengan kata lain, peneliti harus memulai dengan
data yang telah dikumpulkan kemudian mereka harus mengembangkan generalisasi setelah
mereka mengamati data yang ada. Strauss dan Corbin menyatakan bahwa: “seseorang tidak
memulai dengan satu teori, kemudian membuktikannya. Namun, seseorang memulai dengan
satu bidang penelitian dan apa yang relevan dengan area tersebut dibiarkan masuk ke dalam
penelitian”. Peneliti yang menggunakan pendekatan grounded teori menggunakan apa yang
disebut metode komparatif konstan. Biasanya akan selalu terjadi hubungan yang
berkesinambungan antara peneliti, data, serta teori yang sedang dikembangkan. Kategori yang potensial
untuk mengelompokkan jenis data diciptakan, diujicobakan, serta dibuang sampai ada kesesuaian antara
teori dengan data yang diperoleh. Data dalam penelitian grounded teori dikumpulkan melalui wawancara
perorangan, wawancara kelompok fokus, serta peneliti bertindak sebagai partisipan observasi. Namun,
dalam prosesnya data dikumpulkan, teori dikembangkan, diperjelas, dan direvisi; dan proses berlanjut.

d. Studi Kasus
Apakah itu kasus? Kasus terdiri dari seorang individu, kelas, sekolah, atau program. Biasanya
yang dijadikan studi kasus adalah seorang siswa yang bermasalah dalam belajar membaca, sekolah
swasta, ataupun proyek kurikulum nasional. Tujuan penelitian ini adalah bisa mendapatkan data
mengenai individu atau sesuatu yang unik, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk membantu mereka
yang memiliki kasus yang sama.

3
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol. 2 No. 2 Mei 2017
ISSN-2548 – 429x

e. Penelitian Etnografi dan Historis


Penelitian etnografi berfokus pada penelitian tentang budaya. Sementara penelitian historis
berfokus pada apa yang telah terjadi dalam sejarah di masa lalu. Studi tentang entnografi, biasanya
dibagi ke dalam bagian-bagian tentang unsur-unsur kebudayaan menurut satu tata urutan yang sudah
baku yang disebut kerangka etnografi. Kerangka etnografi yang umum dipergunakan oleh para ahli
antropologi adalah memakai sistem dari unsur yang paling konkret ke yang paling abstrak. Disamping
itu, sebuah kerangka etnografi perlu didahului dengan suatu bagian permulaan yang mendeskripsikan
lokasi dan lingkungan geografi dan wilayah suku bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian
susunan kerangka etnografi dapat terdiri dari :
a) lokasi, lingkungan alam dan demografi
b) Asal mula dan sejarah suku bangsa
c) Bahasa
d) Sistem teknologi
e) Sistem ekonomi (sistem mata pencaharian
f) Organisasi social
g) Sistem pengetahuan
h) Kesenian
i) Sistem religi.

3. Generalisasi dalam Penelitian Kualitatif


Generalisasi biasanya diartikan sebagai suatu pernyataan atau pengakuan terhadap sesuatu yang
dapat juga diaplikasikan pada kelompok lain. Oleh karena itu, ketika peneliti membuat satu pernyataan
berdasarkan kajian pustaka bahwa terdapat korelasi negatif antara usia dengan minat belajar, peneliti
sedang membuat generalisasi.
Tujuan generalisasi adalah agar peneliti memiliki ekspetasi terhadap hasil penelitiannya yang
dapat berguna di masa yang akan datang. Semua peneliti berharap dapat membuat generalisasi yang
benar dari hasil penelitiannya. Eisner (Fraenkel, 2006: 440) menyatakan bahwa tidak hanya ide yang
dapat digeneralisasi namun gambar juga bisa. Kita menggeneralisasi suatu keterampilan jika kita bisa
mengaplikasikannya dalam situasi yang berbeda.
Para peneliti bidang kualitatif biasanya kurang definitif serta kurang yakin tentang
kesimpulan yang dibuatnya berdasarkan hasil penelitian. Oleh karena itu mereka lebih memandangnya
sebagai ide yang akan dibahas, didiskusikan, serta diteliti lebih lanjut. Lebih baik lagi jika ke depannya
dilakukan modifikasi dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

4. Validitas Internal dalam Penelitian Kualitatif


Dalam beberapa hal penelitian kualitatif tidak berupaya untuk mengeksplor arti suatu
hubungan, oleh karena itu validitas internal bisa dikatakan tidak relevan. Namun karena penelitian
kualitatif lebih tergantung pada peneliti dalam hal pengumpulan dan interpretasi informasi, maka
pertimbangan penting dalam deskripsinya akan selalu menimbulkan bias. Jadi mau tidak mau
penelitian kualitatif sering berisi interpretasi yang mencakup suatu hubungan.
Alwasilah (2008: 169) menyatakan bahwa validitas lebih merupakan tujuan bukannya hasil,
bukan sesuatu yang dapat dibuktikan atau dianggap biasa-biasa saja. Validitas juga relatif (nisbi)
dalam pengertian bahwa ia seyogyanya dinilai dalam kaitannya dengan tujuan dan lingkungan
penelitian itu sendiri, bukan sekadar persoalan metode atau kesimpulan yang terlepas dari konteksnya.
Ancaman terhadap validitas hanya mungkin ditangkis dengan bukti, bukan dengan metode.
4
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol. 2 No. 2 Mei 2017
ISSN-2548 – 429x

Untuk menghindari ancaman terhadap validitas dalam segala bentuknya (Alwasilah, 2008: 175-
184) mengemukakan teknik-teknik sebagai berikut:
1) Pendekatan modul operandi (MO)
2) Mencari bukti yang menyimpang dan kasus negatif
3) Triangulasi
4) Masukan, asupan atau feedback
5) Mengecek ulang atau member checks
6) “Rich” data atau data yang melimpah
7) Quasi-statistics
8) Perbandingan
9) Audit
10) Observasi jangka panjang (long-term observation)
11) Metode partisipatori (participatory mode of research) 12) Bias
peneliti
13) Jurnal refleksif (reflexive journal)

Validitas internal merujuk pada persoalan apakah temuan penelitian itu bersesuaian dengan
realitas yang ada (Alwasilah, 2008: 185). Apakah temuan itu menangkap (baca: memotret) realita
sebenarnya? Apakah peneliti itu betul-betul mengamati atau mengukur apa yang ia niati untuk
mengamati dan mengukurnya? Bila niat Anda mengukur kreatifiatas menulis, tidakkah Anda
melenceng, misalnya malah mengukur produk tulisan atau pengajaran menulis? Ihwal hubungan antara
realitas, data, dan pelaporan oleh peneliti, ada beberapa hal yang perlu dicermati sebagai berikut.
a. Data tidak dapat bicara, jadi ia memerlukan penerjemah yaitu peneliti sendiri.
b. Kita tidak dapat mengukur sebuah objek atau kejadian kecuali kita mengubahnya.
c. Angka-angka, persamaan, dan kata-kata bukanlah realitas yang sebenarnya, melainkan simbol
dari kenyataan itu sendiri (Alwasilah, 2008: 185).

Berdasarkan ketiga argumen di atas, Alwasilah (2008: 186) menyimpulkkan bahwa validitas
dalam penelitian kualitatif bukan dijelaskan dengan realitas itu sendiri, tetapi dengan mengevaluasi dan
menginterpretasi pengalaman peneliti sendiri.

5. Etika dalam Penelitian Kualitatif


Etika lebih berfokus pada akibat yang ditimbulkan dari penelitian kualitatif terhadap
kehidupan. Ada beberapa hal penting yang harus diingat, yaitu:
a. Identitas partisipan dalam penelitian kualitatif harus terjaga dengan baik.
b. Partisipan harus selalu diperlakukan dengan baik dan dihormati.
c. Peneliti harus berusaha keras memastikan bahwa tidak ada hal yang membahayakan baik fisik
maupun psikologis terhadap partisipan.

d. Kadangkala ada hasil penelitian yang mungkin akan menyinggung perasaan kelompok tertentu,
oleh sebab itu

5
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol. 2 No. 2 Mei 2017
ISSN-2548 – 429x

pastikan peneliti memiliki latar belakang serta alasan yang masuk akal Mengapa dia mengadakan
penelitian tersebut.

Dengan peneliti berperilaku etis, seseorang (subjek penelitian) akan melakukan apa yang
benar pada apa yang peneliti perlukan. Untuk melakukan penelitian terletak pada penilaian dan
pertimbangan oleh peneliti tentang bagaimana cara terbaik untuk berkontribusi untuk ilmu
pengetahuan dan kesejahteraan manusia. Sekali seseorang memutuskan untuk melakukan penelitian,
maka tujuan dan manfaat penelitian harus mendukung progresifitas bakat dan sumber daya banyak
orang. Peneliti melakukan penelitian dengan rasa hormat dan kepedulian bagi martabat dan
kesejahteraan orang-orang yang berpartisipasi dan siapun yang berkenaan dengan penelitian itu, serta
memahami dan mematuhi adanya peraturan dan standar profesional yang mengatur pelaksanaan
penelitian. Dalam merencanakan penelitian, peneliti memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi
dengan hati-hati segala prinsip-prinsip etis yang berlaku i lingkungan penelitian. Jika salah satu atau
beberapa prinsip etis dilanggar, maka peneliti memiliki kewajiban menetralisir dan bertanggung jawab
dengan melindungi hak-hak siapapun yang menjadi objek penelitian. Hal ini penting mengingat peserta
dalam sebuah penelitian yang direncanakan akan menjadi subjek dan akan terkandung risiko yang
berkaitan dengannya atas hasil penelitian yang dilakukan. Peneliti harus selalu mempertahankan jawaban
untuk memastikan kepada subjek penelitian dan kepada khalayak bahwa studi yang dilakukannya
adalah etis. Peneliti juga bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman etis kepada anggota peneliti
lainnya, misalnya asisten, mahasiswa, dan karyawan, ang semuanya bagaimanapun dikenakan
kewajiban serupa, yakni memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etis penelitian. Kecuali dalam
risiko minimal, peneliti menetapkan kesepakatan yang jelas dan adil dengan anggota peneliti
sebelum berpartisipasi, yang kemudian menjelaskan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing.
Peneliti emiliki kewajiban untuk menghormati semua janji-janji dan termasuk komitmen. Dalam
perjanjian itu, peneliti menginformasikan anggotanya dari semua aspek penelitian untuk berpartisipasi
dengan sepenuh hati
dan jujur pada setiap pertanyaan mereka tentang penelitian. Untuk membuat pengungkapan penuh
sebelum memperoleh informasi, diperlukan informasi tambahan untuk memperhatikan kesejahteraan
anggotanya penelitian. Peneliti menghormati hak setiap individu untuk menolak berpartisipasi dalam
penelitian atau
untuk menarik diri dari partisipasi kapan saja. Kewajiban peneliti dalam hal ini adalah penting ketika
terutama ia berada dalam posisi otoritas atau pengaruh atas studi peserta. Selanjutnya, peneliti
melindungi semua anggota dari ketidaknyamanan fisik dan mental, dan bahaya yang mungkin timbul dari
berpartisipasi dalam penelitian. Jika resiko konsekuensi seperti itu ada, penyidik
menginformasikan anggotanya bahwa prosedur penelitian cenderung menyebabkan bahaya serius
untuk mereka. Semua diberitahu bagaimana mereka dapat menghubungi peneliti dalam jangka waktu
yang wajar setelah partisipasi mereka. Setelah data dikumpulkan, peneliti menyediakan semua peserta
dengan informasi mengenai sifat dari penelitian dan melakukan sikap terbaik untuk membersihkan setiap
kesalahpahaman yang mungkin telah berkembang.

KESIMPULAN

a. Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secaraterencana
dan sistematis guna mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan atau masalah-masalah.
b. Dalam penelitian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satu syarat yang mesti dipenuhi
adalah harus jelas pendekatan apa yang digunakan. Ada berbagai pendekatan yang berkaitan dengan
penelitian kualitatif. Creswell telah menemukan 5 jenis pendekatan yang digunakan, yaitu biografi,
fenomenelogi, teori grounded, studi kasus, serta etnografi.
6
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol. 2 No. 2 Mei 2017
ISSN-2548 – 429x

c. Generalisasi biasanya diartikan sebagai suatu pernyataan atau pengakuan terhadap sesuatu yang
dapat juga
diaplikasikan pada kelompok lain.
d. Berkaitan dengan validitas internal, dalam penelitian kualitatif sering berisi interpretasi yang mencakup
suatu hubungan.
e. Penelitian kualitatif juga memperhatikan etika tertentu, yakni yang berkaitan akibat yang ditimbulkan
dari penelitian kualitatif terhadap kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar A. 2008. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Bungin, Burhan M. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Cresweel, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2002. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta

Pengajar Tata Tulis Karya Ilmiah. 2015. Metode Penulisan Ilteks. Bandung: ITB

Fraenkel, Jack R. & Norman E. Wallen. 2006. How To Design and Evaluate Research In Education
(Sixth Edition). New York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai