Anda di halaman 1dari 12

Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pengelola Waduk Mrica untuk mempertahankan

sisa kapasitas tampung waduk dan agar elevasi ambang power intake (+206 m) tidak tertutup endapan
adalah dengan melakukan pembilasan. Bila outlet saluran pembilas (DDC,drawdown culvert) dibuka,
permukaan genangan waduk akan turun. Konsekuensinya, aliran dari dalam waduk akan menguras
dan membilas timbunan sedimen, terutama pada jarak 0 – 2,5 km dari dam.

Dari distribusi sedimen Gambar 5.8.i.4, menunjukkan sedimentasi di depan intake saluran
pembilas Waduk Merica sudah mencapai elevasi dasar saluran pintu, tahun 2004 sekitar elevasi
+190,0 m. Pembilasan teutama untuk menguras sedimentasi di daerah power intake. Untuk mencegah
sedimentasi menyumbat ambang pintu power intake. Dari volume sedimen yang terbilas maka akan
memberi tambahan umur layan waduk.

Apabila volume pembilasan ditingkatkan maka perlu penelitian tentang dampaknya apakah
akan dapat:

1. Mempercepat pendangkalan alur Sungai di Hilir Waduk Mrica dan akan menyebabkan banjir
di hilir alur Sungai Seruyan terutama di daerah Banyumas sampai Cilacap yang memang
sudah merupakan daerah rawan bencana banjir.
2. Memperlambat degredasi hilir dan, yaitu di alur sungai Seruyan bagian hilir, karena
diharapkan alur sungai akan terisi oleh sedimen yang dibuang dari waduk.

Dari data tabel 5.1.17 selama tahun 1999 – 2004, untuk membilas sedimen 0,73 juta m 3 melalui
drawdown curvert membutuhkan volume air total 8,63 juta m3 air. Gambar 5.8.m.11, mulai tahun
2012 direnanakan minimal 4,2 juta m3 pertahun, oleh karena itu hal ini perlu diperhitungkan
apakah volume air untuk membilas tidak mengurangi keperluan PLTA dan irigasi Banjarcahyana.
Hal ini perlu kajian mendalam tentang pola operasi waduk Mrica setiap bulan.
Upaya lain membuang endapan sedimen dari dalam suatu waduk adalah dengan melakukan
pelewatan sluicing, yaitu mengalirkan sedimen dari dalam waduk sebelum partikel sedimen
mengendap, umumnya untuk waduk kecil, berbentuk memanjang dengan ukuran partikel sedimen
kecil. Cara mengalirkan sedimen dengan menggunakan siphon dapat memanfaatkan beda tinggi
muka air hulu dan hilir dam sebagai tenaga untuk memyedot endapan sedimen.

B. MEMBUAT SUDETAN / BYPASS CHANNEL UNTUK MEMPERLAMA UMUR


WADUK

Alternatif lain untuk memperlama umur layan waeduk adalah dengan membuat sudetan dari
dalam waduk, yaitu berupa saluran atau kanal membuangsedimen dari dalam waduk, ataupun
membuat saluran atau kanal (bypass) untuk memindahkan aliran masuk waduk sebelum inflow
sungai yang membawa sedimen masuk waduk. Namun pembuatan bypass harus memperhatikan
topografi apakah sesuai untuk membuat saluran.

Membuat bypass ke arah hilir Waduk Wonogiri merupakan wacana yang perlu dikaji lebih
detail agar tidak menimbulkan berbagai masalah. Mengingat posisi muara Kali Kedung tepat di
depan intake bendung maka perlu dikaji membuang sedimen dengan cara membuat saluran
pembuang, misal dari waduk di lokasi wisata sisi kanan bendung langsung ke hilir bendung
masuk sungai B. Solo.

Dari pihak pengelola waduk Wonogiri diperoleh keterangan bahwa pada musim penghujan
saringan intake pernah tertutup oleh endapan sampah. Kondisi ini menyebabkan sekitar 10- 30
hari selama musim penghujan turbin tidak berfungsi penuh karena kehilangan tinggi tekan pada
turbin. Untuk mengaktifkan kembali maka pembersihan sampah yang dilakukan oleh penyelam.
Pembuangan sampah pernah dilakukan melalui spillway pada tanggal 29 Desember 2004 pada
saat elevasi + 133,40 m, ddengan volume sampah 1250 m 3, dengan cara membuka 3 pintu
spillway secara berurutan sekitar 50 menit.
Untuk waduk Mrica pernah ada pemikiran alternatif lain adalah membuang endapan dengan
cara mengalirkan sedimen dari dalam Waduk Mrica menuju ke arah Kali Pekacangan di sebelah
kanan waduk. Diperlukan bangunan di dalam waduk untuk mengarahkan aliran dari palung
sungai Seruyan di dalam Waduk di tepi kanan waduk menuju lokasi di dekat bangunan pelimbah
banjir peluang maksimum (PMF) di Wonodadi. Untuk lokasi sudetan pembuangan sedimen ini
perlu penelitian yang lebih khusus melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Gambar 5.8.m.26, menunjukan sketsa arah sudetan dari Waduk Mrica menuju ke arah Kali
Pekacangan dengan jarak sekitar 1,0 km. Namun karena sudetan ini akan mengubah struktur
tubuh waduk da tanggul serta bangunan pelimpah banjir PMF maka tidak disarankan untuk
dilaksanakan jika tanpa penelitian yang terpadu dari berbagai bidang ilmu terkait.

C. APLIKASI TEKNOSABO DALAM MEMPERLAMA UMUR WADUK

Teknosabo adalah teknologi untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan mempertahankan
daerah hulu terhadap kerusakan lahan, dengan prinsip mengurangi, menghambat dan mencegah
gerakan massa debris, aliran lahar dan atau angkutan sedimen sungai agar tidak membahayakan
dan tidak menimbulkan kerugian baik jiwa maupun harta benda.

Bencana sedimen merupakan bencana alam yang fenomena dan kejadiannya berkait dengan
proses sedimentasi. Bencana sedimen umumnya disebabkan oleh pergerakan masa tanah dalam
volume yang besar dan di luar kendali manusia, dengan pemicu curah hujan. Bencana sedimen
sewaktu waktu dapat terjadi, seperti tanah longsor, aliran debris, aliran lahar (bencana sekunder
gunung api), aliran percepat pendangkalan alur sungai dan laju sedimentsi waduk, danau, situ
dengan berbasis data hidrologi yang diukur dari jaringan hidrologi yang ada di daerah bencana.
Dengan semakin bertambahnya jumlah DAS kritis, maka pemodelan longsoran, aliran masa
sedimen (debris dan lahar). Erosi dan sedimentasi berbasis data hidrologi ( curah hujan, debit,
sedimen) dan karakteristik Das, sangat penting dikembangkan. Untuk memperlama umur layan
waduk maka teknosabo dapat diaplikasikan di:

a. Alur sungai yang masuk waduk, misal dengan membangun sabodam di suatu palung sungai.
Cara ini telah dan akan dilakukan, misal di DAS waduk: Wonogiri, Sengguruh, Wingi,
Selorejo, Sempor, Bili-Bili. Mrica dan sebagainya. Di samping itu aplikasi teknosobo di alur
sungai dapat dilakukan dengan cara mengupayakan mencegah longsoran atau erosi tebing alur
sungai.
b. Di dalam Das waduk, misal dengan cara:
i. Membangun waduk-waduk kecil di DAS waduk utama, misal DAS waduk utama,
misal DAS waduk Wonogiri antara lain dibangun waduk Parangjoho, Song putri,
Ngancar, Nekuk, Nawangan
ii. Melaksanakan pengelolaan Das untuk konservasi tanah dan air sehingga laju erosi
dan banjir bersedimen tinggi dapat direduksi.

Pengembangan perikanan di dalam waduk hendaknya dikaji secara serius tentang tata cara
pemberian pakan ikan agar limbahnya tidak mempercepat laju sedimentasi. Pemberdayaan
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan wawasan masyarakat
yang bermukim di DAS Waduk untuk terlibat melestarikan lingkungan, melalui pendidikan dan
sosialisasi, rembug desa dan sebagainya.

C.1 Sumber Sedimen

Sebagai langkah awal penerapan teknosabo adalah menentukan Das yang mana sebagai sumber
sedimen masuk waduk. Dengan cara melakukan pendataan debit dan angkutan sedimen di
seluruh pos duga air Das Waduk. Sebagai contoh, berdasarkan analisis data hidrometri, angkutan
sedimen total yang masuk waduk Mrica. Ternyata 55,93% berasal dari DAS Merawu, 43,88%
dari DAS Seruyan dan 0,18% dari DAS Lumajang (Soewarno,dkk.2006).

Kendala utama penentuan DAS sumber sedimen adalah belum semua DAS waduk telah
dilakukan pendataan hidrometri. Oleh karena itu, untuk menentukan DAS sumber sedimen sering
kali digunakan pendekatan dengan cara perkiraan besarnya erosi DAS, menggunakan metode
empiris. Metode prakiraan tersebut yang paling umum digunakan adalah metode USLE
(UniversalSoil Loss Equation) ysng dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith, 1965, normalnya
hanya diterapkan untuk luas DAS kurang dari 10 km2 dan hasilnya hanya dipandang sebagai
perkiraan kasar (rough estimate) (Anonim,1998). Penerapannya masih harus dikoreksi dengamn
nilai SDR ( sedimen delivery ratio) (Strand, R.I & Pembreton,E.L,.1982). Namun besarnya nilai
SDR tersebut masih perlu diteliti dan atau dikalibrasi lebih lanjut berbasis data hidrometri.

Cara lain untuk menentukan sumber sedimen pada DAS waduk yang belum dilakukan
pendataan hidrometri adalah dengan menggunakan model hidrologi. Seagai contoh, sebagai
langkah awal telah dibuat model berikut ini ( Soewarno & Petrus Syariman , 1999):

SED = 2411,8467- 73,6846 LHT + 0,2169 LDP + 28,3787 LSW – 6,4305 PSU (5.4.r)

Keterangan . SED adalah hasil sedimen (sediment yield,ton/tahun): LHT adalah prosentase luas
hutan terhadap luas DAS; dan PSU adalah panjang sungai utama (km)
Model tersebut dapat digunakan di Pulau Jawa apabila suatu DAS luas hutannya kurang dari
33 % dengan curah hujan berkisar antara 2122- 4050 mm pertahun, panjang sungai utama berkisae
antara 30 – 332 km, kemiringan sungai urtama berkisar antara 2,72 – 36,6 m/km, luas wilayah
berkisar antara 3,5- 36,2% dengan indek genangan kurang dari 14%.

C.2 Membangun Sabodam di Alur Sungai

Sabodam diartikan sebagai bangunan melintang sungai untuk mengendalikan angkutan sedimen,.
Secara fisik kenampakan di alur sungai antara sabodam dengan dam irigasi hampir mirip, karena
sabodam kadang kadang dapat berfungsi juga sebagaiintake irigasi, yaitu sebagai sabodam multiguna.
Sabodam berfungsi menampung sedimen tetapi meloloskan air, sedangkan dam irigasi
berfungsi sebagai menampung air tetaoi meloloskan sedimen. Sabodam dibuat dengan
memperhatikan berbagai aspek persyaratan teknis, antara lain: sumber sedimen, kapasitas tampung
sedimen rencana sabodam. DAS sumber sedimen, tinggi muka air banjir terbesar yang pernah terjadi,
debit desain, geometri alur dan lembah sungai, geologi, kemudahan pencapaian lokasi untuk
kemungkinan dilakukan penambangan galian C, serta keseimbangan aliran sedimen agar tidak terjadi
degredasi alur dan erosi tebing sungai di hilir sabodam.
Beberapa jenis sabodam antara lain: dam kendali sedimen (checkdam), dam konsolidasi
(consolidation dam) dan kantong sedimen (sand pocket), dan ambang dasar (groundsill), dam
pengatur penyebar (dispersion dam). Bangunan sabodam terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe
tertutup, tipe bentuk antara lain betuk celah (slit) dan bentuk grid. Prinsip tipe terbuka adalah tubuh
maindam diberi lubang sesuai dengan persyaratan agar mampu mengalirkan sedimen ke hilir secara
perlahan dan bertahap pada saat banjir besar maupun banjir kecil. Bangunan sabodam tipe tertutup
dapat diletakan di sepanjang interval banjir. Sabodam multiguna dibangun di samping fungsi utama
untuk mengendalikan sedimen, juga berfungsi untuk berbagai kepentingan lainnya, misal sebagai
bendung irigasi, penyedia air untuk pembangkit listrik (PLTM), jalan penghubung dan sebagainya.

Apabila DAS sumber sedimen telah diketahui, maka pada alur sungai DAS tersebut dapat
dibangun sabodam. Beberapa sabodam telah dibangun di beberapa alur sungai DAS waduk,sebagai
contoh di antaranya, DAS Waduk Swempor tiga lokasdi, DAS Waduk Sengguruh lima lokasi, DAS
Waduk Wingi empat belas lokasi, DAS Waduk Wonogiri empat lokasi.

Efektifitas sabodam di antaranya dilakukan terhadap perubahan gradasi ukuran butiran


sedimen yang diendapkan di muara waduk oleh masing-masing sungai yang masuk waduk. Sebagai
contoh, di DAS waduk Wonogiri sebelum dibangun sabodam di Kali Keduang, butiran sedimen yang
mengendap di muara singai di waduk berukuran pasir sebanyak 22% dan yang berukuran lanau 45%
tetapi setelah dibangun sabodam ukuran pasir turun menjadi 1 % dan ukuram lanau 22% (Fauzi,
B.A.,2006). Oleh karena itu sabodam cukup efektif menahan sedimen berukuran butir kasar maupun
halus, sehingga mengurangi angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai masuk waduk.

Sabodam berfungsi menampung sedimen, oleh karena itu, dengan membangun sabodam
dapat mengurangi sedimentasi waduk. Bahkan sabodam juga multi fungsi, sehingga sering disebut
dengan sabodam multiguna. Segai contoh, sabodam: (1) Kali Lekso do Desa Babadan di DAS waduk
Wlingi.

Pada saat ini, belum semua DAS Waduk dirancang rencana lokasi sabodam, oleh karena itu,
sudah saatnya dibuat Peta Jaringan Lokasi Sabodam Alur Sungai DAS waduk. Peta tersebut harus
dibuat dengan memperjatikan berbagai aspek persyaratan teknis, antara lain: kapasitas tampung
sedimen rencana sabodam, DAS sumber sedimen, tinggi muka air banjir terbesar yang pernah terjadi,
debit desain, geometri alur dan lembah sungai, geologi, kemudahan pencapaian lokasi untuk
kemungkinan dilakukan
Penambangan galian C, serta keseimbangan aliran sedimen agar tidak terjadi degradasi alur dan erosi
tebing sungai di hilir sabodam.

Sebagai contoh, untuk mrngurangi laju sedimentasi Waduk mrica telah dibuat Peta Jaringan
Lokasi Rencana Sabodam. Dari peta tersebut dapat diketahui distribusi 47 sabodam (contoh lihat
gambar 5.8.n.5).

Dari analisis data sumber sedimen dan persyaratan teknis lokasi sabodam maka dapat
ditentukan 47 lokasi karena rencana lokasi sabodam yang digambarkan pada sebuah Peta Jaringan
Sabodam, terbesar di DAS Merawu 16, Tulis 10, Bleber 1, Songgoluang 4, Preng 1 Serayu Hulu 9
dan Begaluh 6 lokasi. Rencana tinggi sabodam tersebut lebih dari 10 m = 37,50 %, antara 5-10 m =
47,50% dan kurang dari 5 m sebanyak 25%. Kapasitas tampung total dari lokasi rencana sabodam
tersebut = 10 juta m 3, dengan rincian sabodam di DAS Merawu menampung 72,14%, Begaluh
10.57%, Serayu Hulu 9,41%, Songgaluang 3,56%, Tulis 3,07%, Bleber 0,89 % dan DAS Preng
0,37%. Volume sedimen yang terangkut aliran sungai di lokasi sabodam 3,52 juta m 3/ tahun atau
sebesar 83,80% dari total sedimen yang terendap di Waduk Mrica 4,19 juta m 3/tahun.

Luas DAS rencana sabodam mencakup 709,14% atau sebesar 69,38% dari luas total Das
waduk Mrica 1022 km2. Sisa luas DAS 30,62% adalah wilayah alur sungai Serayu mulai dai
Kecamatan Mojotengan Kab. Wonosobo ke hilir sampai Kota Banjarnegara, tidak sesuai untuk lokasi
sabodam, karena topografi relatif datar dan digunakan untuk olah raga arung jeram secara berkala.
Tabel 5.1.20, menunjukkan rencana sabodam das Wasduk Mrica yang diusulkan, dengan
kapasitas total 10,09 juta m3. Apabila sabodam tersebut dibangun dan disertai penambangan galian C
sebesarm 1,30 jutam m3/tahun maka umur layan waduk mrica yang menurut kondisi laju sedimentasi
saat ini berakhir tahun 2021, akan bertambah 10 tahun, sehingga diharapkan akan dapat berakhir
tahun 2031. Volume galian C tersebur adalah sekitar 70 % total sedimen dasar, 30 % sisanya untuk
menjaga keseimbangan aliran sedimen agar tidak terjadi degradasi alur dan erosi tebing sungai
(Soewarno, dkk,2007c).

Sampai saat ini, di indonesia, volume sedimen dasar masih diperkirakan sebesar 10% dari
volume sedimen suspens. Perkiraan itu bermakna bahwa sedimentasi di waduk sebesar 90% berasal
dari sedimen suspensi yang tidak tertahan oleh sabodam. Penelitian di DAS waduk Mrica
menunjukkan bahwa ternyata volume sedimen dasra adalah 45,23% dari volume sedimen suspensi
(Soewarno dkk,2007). Oleh sebab itu perkiraan sedimen dasar sebesar 10% tersebut masih perlu
diteliti lebih lanjut berbasis data hidrometri. Sedimen suspensi berasal dari erosi lahan yang terangkut
aliran sungai dab masuk waduk dapat dikurangi dengan melaksanakan konservasi DAS.

Penanganan sedimentasi di hulu waduk Mrica pada prinsipnya adalah mencegah terbawanya
lapisan tanah karena erosi dengan menggunakan teknik konservasi lahan. Namun secara alami hasil
erosi tersebut sebagian akan mengalir tebawa aliran permukaan masuk ke palung sungai. Hasil erosi
yang mengendap di waduk rata-rata 4,20 juta m3/tahun,terdiri dari:

 Angkutan sedimen suspensi (suspended load) : 2,30 juta m3/tahun (54,8%)


 Angkutan sedimen dasar (bed load) : 1,90 juta m3/tahun (45,2%)
2
Luas DAS rencana bangunan sabo = 709,14 km atau 69,38% dari luas DAS Waduk Mrica
maka dapat diperkirakan volume kegiatan penambangan galia C yang berasal dari angkutan
sedimen dasar adalah 69,38 – 190 juta m3/tahun = 1,32 juta m+3+/tahun.
Apabila penambang galian C sebesar 1,32 juta m3/tahun tersebut disertakan dengan kegiatan
penambangan galian C untuk 50 truk per hari dengan kapasitas 4 m 3/truk, yaitu sebesar 1,30 juta
m3/tahun.

Dalam prakteknya penambangan galian C tidak harus dilakukan di lokasi sabodom tetapi
dapat lainnya di DAS Waduk Mrica. Apabila penambangan galian C dapat dilakukan sebesar 1,30
juta m3/tahun maka berarti angkutan sedimen yang masuk ke waduk PLTA Mrica adalah sebsar 4,20
juta m3/tahun – 130 juta m 3/tahun = 2,90 juta m3/tahun.

Dengan fakta kalau:


- Debit aliran yang masuk waduk = 2715 juta m+3+/tahun (rata-rata tahun 1955-2004)
- Sedimwn masuk waduk = 2,90 juta m3/tahun
- Sisa kapasitas waduk pada tahun 2008 = 56,00 juta m3/tahun
- Volume 20% bagian sisa penampang = 11,20 juta m3/tahun

Berdasarkan fakta itu maka dapat diperkirakan sisa umur layan Waduk PLTA Mrica dapat
dihitung seperti tertera pada Tabel 5.1.21.

Dari tabel 5.1.21, maka dapat diketahui bahwa pengaruh penambangan galian C sebesar 1,30
3
juta m /tahun terhadap umur layan Waduk PLTA Mrica akan berakhir setelah 23 tahun ke depan
terhitung mulai tahun 2008, atau sampai 2031. Apabila sadodam tersebut dibangun dan atau dilakukan
penambangan galian C sebesar 1,30 juta m3/tahun maka umur laya waduk Mrica yang menurut
konsdisi laju sedimentasi saat ini 4,20 juta m3/tahun yang akan berair tahun 2021, maka akan
bertambah 10 tahun, sehingga diharapkan akan dapat berakir tahun 2031. Volume galian C tersebut
adalah sekitar 70% total sedimen dasar, 30% sisanya untuk menjaga keseimbangan aliran sedimen
agar tidak terjadi degradasi alur dan erosi tebing sungai.
C.3 Inovasi Prototipe Sabodam Tipe Tertutup

Tim peneliti dari Balai Sabo tahun 2007 telah ,emgembangkan inovasi struktur protipe sabodom tipe
tertutup di DAS Waduk Mrica tepatnya di Kali Lumajang, seperti ditunjjukan pada Gambar 5.8.n.6
dan Gambar 5.8.n.7. Dam sabo K. Lumajang didesain dengan inovasi struktur yakni tubuh main dam
dibuat dari pasangan batu kali, 1 semen: 4 pair dikombinasikan dengan selimut beton, campuran 1
semen : 3 pasir: krikil tanpa tulangan. Bagian mercu/spillway dibuat dari beton, campuran semen : 2
pasir : 3 kerikil sebagai pematah energi aliran dan di bagian paling hilir ditutup dengan sub dam.

Stabilitas bangunan dam sabo ditentukan dengan cara mengamati secara langsung kondisi
bendung utama (main dam) dan sub dam serta sayap bangunan. Banjir maksimum tahun 2007/2008
adalah 35,2 m3/s atau sekitar 85% dari banjir maksimum yang pernah terjadi 41 m 3/s pada tahun 1998.
Kurang dari 5% dalam waktu setahun terjadi debit banjir antara 10 – 30 m 3/s. Dari pengamat di
lapangan, ternyata meskipun terjadi beberapa kali banjir, prototipe sabodam tidak mengalami
kerusakan, tidak ada tanda-tanda kerusakan struktur bangunan, serta tidak terjadi longsoran
tebing,juga tidak terjadi degradasi alur sungai hilir dan sabo dam Di bagian hilir main dam dibuat
kolom olakan sebagai pematah energi aliran dan di bagian paling hilir ditutup dengan sub dam,
sehingga tidak meyebabkan degrasi di hilir dam sabo dan tidak meyebabkan erosi atau longsornya
tebing alur sungai. Dengan demikian dam sabo K Lumajang sampai akhir tahun 2009 adalah
bangunan dan sabo yang stabil.

Musim hujan 2007/2008 prototipe sabodam K. Lumajang telah berfungsi menampung


sedimen 1350 m3 dan 2008/2009 sebesar 1390 m3, melebihi kapasitas rencana 1009 m3. Volume
sedimen rata-rata DAS Lumajang yang masuk ke Waduk Mricas 7600 m 3/th, maka sabodam K.
Lumajang mempunyai efektifitas rata-rata sbesar 18%. Volume sedimen total yang masuk ke Waduk
Mrica dari DAS Serayu, Merawu, dan Lumajang 4,20 juta m 3/tahun maka efektifitas prototipe
sabodam hanya 0,034%, hal itu karena luas DAS Lumajang hanya 0,8% dari luas DAS Waduk Mrica.

Anda mungkin juga menyukai