KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’alaa kami
dapat menyusun Proposal UKL dan UPL sebagai salah satu kelengkapan persyaratan izin
penambangan untuk menormalisasikan aliran sungai Cisanggarung akibat adanya sedimentasi
dan penumpukkan bahan material sirtu dan batu belah.
Laporan ini berisi telaan tentang Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C
(Sirtu) yang terleteak di Desa Datar Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan dalam
kaitannya belum kepedulian kami terhadap lingkungan hidup.
Penyusun Laporan UKL dan UPL ini disesuaikan dengan pedoman umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sebagaimana Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-12/Men LH/1993 dan Surat
Keputusan Bupati Kuningan Nomor : 20 Tahun 1999 serta hasil konsultasi dengan Dinas /
Instansi yang berkompeten.
Isi dan materi proposal ini masih sangat sederhana namun demikian apa yang kami
tampilkan dnapat memberikan ilustrasi tentang rencana kegiatan kami, khususnya usaha
penambangan, sehingga harapan kami Dinas / Instansi yang berwenang memberikan
pertimbangan secara bijaksana untuk memberikan Surat Izin Penambangan serta buku ini
akan menjadi panduan kami dilapangan .
Datar, April 2013
Hormat Kami,
BAB I
PENDAHULUAN
Identitas Pemrakarsa
Nama : WARTONO
Alamat : Jl. Ds. Datar No.16 Cidahu Kuningan
Nama Pengusaha :
Alamat Kantor : Desa Datar
Jenis Usaha : Sirtu
Lokasi Usaha : Bantar Muncang
Blok : Datar
Desa Kecamatan : Cidahu
Kabupaten : Kuningan
Latar Belakang
Hutan, tanah dan air besrta kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk ke
dalam sumber daya alam dimaksud sifatnya ada yang tergolong dalam sumber daya alam
yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui Sirtu beserta kandungan lainnya
merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang karena sifat prosesnya tidak dapat
diperbaharui.
Untuk itu pendayagunaannya harus dilaksanakan secara bijaksana dan efisien mungkin.
Sirtu merupakan salah satu jenis bahan galian C mempunyai peranan yang cukup strategis
dalam era pembangunan saat ini. Karena selain merupakan salah satu komponen yang
mempunyai efek samping terhadap komponen lainnya. Yaitu : menyangkut kondisi sosial
ekonomi masyarakat maupun terhadap sifat areal penambangan perlu dilakukan sedini
mungkin sesuai standar teknis system pertambangan terbuka pada umumnya, khususnya pada
system Penambangan Bahan Golongan C (Sirtu).
Selain itu dalam rangka efektifitas pemanfaatan sumber daya alam dan mengantisipasi
adanya penyimpangan kegiatan pembangunan, maka upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan menjadi sangat penting, guna merancang suatu kegiatan pengelolaan sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan.
Upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan merupakan
tanggung jawab kami selaku pengusaha / pemrakarsa kegiatan, namun demikian dukungan
dan pembinaan dari Dinas / Instansi sangat diharapkan dalam rangka untuk
meminimalisasikan dampak negatif dan berusaha mengembangkan dampak positif.
Areal penambangan Sirtu yang direncanakan merupakan tanah pengairan Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan Luas kurang lebih 0,2 Ha terletak di blok Bntar Muncang Desa Datar
Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan.
Lokasi Kegiatan merupakan awal dari penambangan sirtu yang belum dimanfaatkan secara
optimal.
Pemilihan lokasi penambangan di Desa Datar Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan
berdasarkan pertimbangan:
Menormalisasikan aliran sungai Cisanggarung yang sering adanya banjir terhadap
lingkungan penduduk sekitar wilayah Desa Datar
Merupakan dalam hal penambangan sirtu
Karena sering adanya banjir ke persawahan dan masyarakat sekitar Desa Datar
Deposit masih cukupk tersedia untuk egiatan selama kurang lebih 2 tahun
Bongkahan sirtu cukup menunjang dan akses jalan cukup menunjang
Memaksimalkan deposit sirtu yang ersedia, kemudian melakukan reklamasi berkas areal
tambang untuk kegiatan kebun campuran
Bahan tambang diminati oleh konsumen lokal. Untuk keperluan bangunan, jalan dan
pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah Desa Datar Kecamatan Cidahu.
Dasar Hukum
Dasar acuan yang digunakan dalam penyusunan proposal UKL dan UPL ini, yaitu :
Undang – undang Nomor 11 Tahun 1997 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati
beserta ekosistemnya ;
Undang – undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ;
Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tengan Pengelolaan Lingkungan Bahan Galian C ;
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengelolaan Lingkungan Bahan Galian
C;
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang analisis Mengenai Dampak Lingkungan
;
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-112/ Men LH / 3 / 1994 tentang
Ketentuan Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Penmantauan Lingkungan ;
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1991 tentang Pedoman Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C ;
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pengelolaan Lingkungan
Lahan Usaha Pertambahan Bahan Galian C ;
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pengelolaan
Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C ;
Keputusan Bupati Kuningan Nomor 20 tahun 1999 Ketentuan Pengajuan Proposal UKL dan
UPL bagi pengusaha yang akan melakukan izin usaha diwilayah Kabupaten Kuningan
Maksud
Untuk memberikan gambaran secara riil dan Memberikan informasi yang jelas tentang usaha
pertambangan dan batas kemampuan pemrakarsa dalam mengelola lingkungan sekitar
wilayah / masyarakat di Desa Datar.
Tujuan
Mengidentifikasi dampak – dampak yang akan terjadi pada saat penambangan bahan galian
golongan C (sirtu) ;
Merumuskan kegiatan serta tindakan yang diperlukan serta meminimalkan dampak negatif
dan mengembangkan dampak positif akibat usaha penambangan. Menentukan institusi yang
menangani pengelolaan lingkungan dan pihak yang berkompeten dalam melakukan
penambangan pembinaan pengelolaan lingkungan
Kegunaan
Merupakan standar prosedur pemantauan semua pihak dalam mengelola lingkungan guna
menjaga kelestarian lingkungan hidup ;
Untuk memperkirakan dampak negatif yang akan muncul serta upaya – upaya penangannya
termasuk mengembangkan dampak positif akibat usaha penambangan.
Berperan serta dalam pengelolaan sumber daya alam secara tepat guna dan bijaksana guna
mendukung program pembangunan berkelanjutan.
Sebagai alat acuan pengelolaan dilapangan dalam mengelola lingkungan pertambangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sebagai alat ukur untuk dilaksanakan pemantauan dan pembinaan oleh Dinas / Instansi yang
berkompeten berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.
Sebagai salah satu prasyarat untuk pembuatan dan perpanjangan / mendapatkan Surat Ijin
Penambangan.
BAB II
RENCANA KEGIATAN / USAHA
Jenis kegiatan
Jenis Kegiatan / Usaha yang akan dilakukan yaitu merupakan awal dalam hal pertambangan
bahan galian golongan C jenis sirtu yang akan digunakan untuk keperluan konsumen lokal
guna mendukung pembangunan sarana prasarana fisik.
Lokasi Kegiatan
Lokasi pertambangan terletak di Desa Datar Keacmatan Cidahu Kabupaten Kuningan dengan
luas areal 20.000 m2 (dua puluh ribu meter persegi).
Lokasi penambangan merupakan daerah peruntukkan pertambangan sirtu sesuai dengan Tata
Ruang Kabupaten Kuningan Sebagaimana yang telahd itetapkan oleh pemerintah Daerah
Kabupaten Kuningan lokasi pertambangan terletak di tengah – tengah kebun tanah tegalan
dengan jarak 300 meter dan jalur jalan umum desa dan berjauhan dari pemukiman penduduk.
Penambangan merupakan jenis penambangan sirtu galian C, sesuai Surat Ijin Bupati
Kuningan.
Proses produksi
Proses produksi yang akan dilakukan untuk saat ini yaitu meliputi optimalisasi sumber sirtu
yang belum dikelola secara baik, sekaligus melaksanakan penataan areal penambangan dan
penggalian lokasi tambang yang belum dimanfaatkan dan mengoptimalkan / normalisasi
aliran sungai Cisanggarung.
Penataan areal penambangan lebih difokuskan di areal penambangan terutama pada areal
lahan yang berbatasan dengan tanah milik penduduk.
Pelaksanaan penambangan sirtu diawali dengan pengupasan lapisan tanah pucuk atau bagian
atas dengan kedalaman antara 1 meter sampai dengan 3 meter dan ditempatkan pada suatu
tempat, kemudian melakukan penggalian lokasi yang mengandung sirtu dan batu pada areal
penambangan sampai pada lapisan yang mengandung sirtu dan batu pada areal penambangan
sampai pada lapisan yang mengandung sirut sedalam kurang lebih 1 meter.
Untuk selanjutnya kegiatan penambangan diarahkan kepada perbaikan system penambangan
yaitu mempergunakan system teras dengan kemiringan < 400 dengan kedalaman maksimal 4
meter.
Teknik penambangan dilakukan dengan penggunaan alat berat, yaitu menggunakan escavator
dengan system gali – tutup.
Bekas galian kemudian ditutup kembali dengan tanah pucuk yang disimpan di sekitar areal
penambangan dengan tujuan sebagai dasar untuk mereklamasi lahan bekas penambangan.
Sistem ini digunakan untuk mengatur penempatan Limbah dan mempermudah pelaksanaan
reklamasi lahan pertambangan dikemudian hari setelah usaha penambangan selesai.
Lapisan tanah bagian atas atau tanah pucuk terdiri dari tanah limbah dan sirtu dengan
kedalaman 1 sampai dengan 2 meter, dan pada kedalaman selanjutnya terdiri dari lapisan batu
Blontas, batu kasar dan batu halus yang berselang seling (keras dan lembut) dengan warna
abu kehitam – hitaman.
Penggunaan system penggalian pada lokasi penambangan disamping menjaga ketentuan
penempatan limbah, diharapkan juga untuk menekan kehilangan nilai kesuburan tanah yang
pada saatnya areal penambangan dapat ditanami kembali, dengan tanaman atau tumbuhan
produktif sesuai dengan kebutuhan dan keserasian lingkungan.
Eksploitasi sirtu selanjutnya lebih diarahkan keapda pemanfaatan sisa galian yang hingga saat
ini belum terjual kepada konsumen secara efektif.
Volume sirtu yang dieksploitasi selama 25 hari kerja untuk tiap bulan rata – rata kurang lebih
260 m3 per bulan yang terdiri dari jenis sirtu dan sirtu untuk kebutuhan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat disekitar wilayah tambah Galian C (Sirtu) .
BAB III
KOMPONEN LINGKUNGAN
Uraian komponen lingkungan dibatasi pada hal yang berkaitan dengan upaya perlindungan
alam dan komponen lainnya yang diperkirakan akan terkena dampak akibat kegiatan
penambangan khususnya bahan galian golongan C (sirtu)
Disekitar lokasi penambangan tidak terdapat sumber mata air untuk kebutuhan masyarakat
setempat, mengingat lokasi kegiatan berada ditengah – tengah kebun/hutan dan topografinya
datar dan merupakan perlimpahan air sungai Cisanggarung.
Lingkungan Hayati
Di Desa Datar Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan tidak terdapat satwa maupun flora
yang dilindungi Undang – undang Nomor 5 Tahun 1991.
Jenis flora yang berada di sekitar areal pembangunan umumnya berupa tanaman hasil budi
daya masyarakat dan tanaman gulma yang kurang mempunyai fungsi ekonomis, selain itu
tidak terdapat fauna yang secara langsung dipengaruhi oleh kegitan penambangan.
Mengingat areal penambangan sebelumnya merupakan areal kebun singkong dengan jenis
tanah podsolik merah kuning. Proses infiltrasi air hujan disektar areal pertambangan cukup
baik.
Sekaligus dapat menyerap tenaga kerja setempat serta selama ini pihak perusahaan cukup
membantu perbaikan prasarana jalan Desa melalui pemungutan secara langsung terhadap
para pengemudi untuk biaya pemeliharaan jalan desa serta adanya hubungan sosial antara
pengusaha dengan warga masyarakat; terbukti dengan adanya PJBM (Pengelolaan Jalan
Bersama Masyarakat) di wilayah Kecamatan Cidahu, dan peningkatan sumber daya alam,
dan sumber - sumber daya manusia, juga adanya peningkatan Pendapatan Asli Desa (PDAs)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Kuningan pada umumnya.
BAB VI
PRAKIRAAN DAMPAK
Dampak yang terjadi dari adanya kegiatan penambangan bahan galian golongan C
jenis sirtu, akan muncul atau terjadi di sekitar lokasi penambangan sampain diluar lokasi
penambangan.
Sumber dampak berasal dari tahapan persiapan, operasional penambangan, maupun pasca
penambangan.
Dampak yang terjadi dapat mengakibatkan dampak negatif maupun dampak positif terhadap
komponen lingkungan hidup, antara lain :
Selain itu dampak positif lainnya yaitu menyediakan bahan baku untuk kegiatan
pembangunan yaitu tersedianya material jenis sirtu dan sirtu untuk keperluan pembangunan
prasarana fisik masyarakat maupun pemerintah.
Untuk memudahkan dan menormalkan kembali aliran air sungai Cisanggarung karena adanya
sedimentasi dan bahan – bahan material sirtu dan limbah batu tersebut.
Namun demikian dampaknya terhadap masyarakat relative kecil, selain itu di sekitar lokasi
terdapat beberapa tanaman yang akan mampu menetralisir kualitas udara dan sangat jauh dari
lingkungan permukiman penduduk.
Adapun terhadap tingkat kebisingan relative kecil, karena lokasi penambangan jauh dari
pemukiman di samping itu dilakukan pemeliharaan peralatan terutama alat pembuangan gas
buangan.
Dampak negatif akan terjadi terhadap tata air terutama dilokasi penambangan, yaitu proses
peresapan air hujan kedalam lapisan bumi akan sedikit tertahan.
Untuk mengantisipasi dampak tersebut maka penggalian galian golongan C (sirtu) dibatasi
kedalamannya, yaitu tidak melakukan penggalian kearah lebih dalam (perut bumi) akan tetapi
hanya mengoptimalkan permukaan sirtu yang ada di dasar galian serta perbaikan di sekitar
dinding galian.
Lingkungan Hayati
Akan terjadi dampak negatif terhadap jenis flora, yaitu hilangnya flora jenis kayu – kayuan
(sengon) dan golongan rumput – rumput serta fauna jenis jangkrik, namun demikian
komponen flora dan fauna tersebut dampaknya relative kecil terhadap komponen lingkungan
hidup secara keseluruhan dan untuk saat ini belum mempunyai nilai ekonomi.
Sedangkan jenis tanaman budi daya, yaitu tanaman sengon direncanakan akan ditanam
kembali pada saat reklamasi lahan dilakukan (pasca penambangan).
BAB V
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UPL)
Pengelolaan Kebisingan
Untuk mengurangi tingkat kebisingan para pekerja dilokasi penambangan perlu dilengkapi
dengan alat penutup telinga serta pemeliharaan saluran pembuangan dan perlatan pada alat –
alat mekanik.
Sedangkan pengelolaan yang menyangkut tata air, yaitu membatasi lokasi penambangan
dengan areal lahan milik masyarakat minimal 5 meter selain itu dampak relative kecil
mengingat struktur tanah disekitar banyak mengandung fraksi batu / sirtu sehingga masih
memungkinkan air tetap masuk kedalam lapisan tanah dan tidak adanya pengikisan / abrasi.
BAB VI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)
Sumber dampak berasal dari prosess penggalina tanah, pengupasan lapisan tanah atas
maupun pada saat pengisian dump truck / armada pengangkut.
Robot dan tolak ukur yang dipakai yaitu tata cara teknik penambangan dan struktur tanah
galian.
Pemantauan dimaksud untuk pengendalian kegiatan apabila dilapangan terjadi sesuatu diluar
acuan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sumber dampak berasal dari proses penggalian tanah, pengupasan lapisan tanah atas maupun
pada saat pengisian dump truck / armada pengangkut
Bobot dan tolak ukur yang dipakai yaitu tata cara teknik penambangan dan struktur tanah
galian.
Sedangkan standar acuan yang digunakan yaitu sesuai dengan tolak ukur Surat Keputusan
Gubernur KDH Tk.1 Jawa Barat Nomor 38 Tahun 1991 serta criteria Buku Mutu Kerusakan
Lahan Bahan Galian C Jenis Daratan (Keputusan Ka. Bappeda Tahun 1997).
Jangka waktu dan Frekuensi pemantauan yaitu meliputi selama operasi penambangan dengan
interval pemantauan 1 minggu sekali. Lokasi pemantauan yaitu disekitar areal tambang.
Pemantauan Kualitas Udara
Pemantauan kualitas udara diarahkan terhadap aspek lingkungan yang terkena dampak, yaitu
meliputi kwalitas udara disekitar areal penambangan, dimana kwalitas udara tersebut akan
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat dan para pekerja
Sumber dampak berasal dari lokasi penambangan, asal kendaraan dan alat – alat mekanik
serta jalan kendaraan angkutan material sirtu.
Robot dan tolak ukur dampak dipantau dari derajat penurunan kesehatan saluran pernapasan
para pekerja ataupun masyarakat yang berkebun di sekitar lokasi tambang
Jangka waktu pemantauan dilakukan secara insidentil, yaitu sesuai keluhan dari masyarakat.
Lokasi Pemantauan yaitu para pekerja penambangan ataupun masyarakat yang mengeluh /
mengadukan permasalahan terhadap perusahaan sedangkan untuk lokasi jalan angkutan
kendaraan dilakukan pemantauan setiap minggu terutama pada jalan sekitar masuk lokasi
penambangan
Pemantauan Kebisingan
Pemantauan kebisingan difokuskan terhadap kesehatan para buruh terutama operator
excavator yaitu berkenaan dengan kemampuan alat pendengaran para karyawan
Gangguan kebisingan dapat mengakibatkan gejala – gejala penurunan kesehatan sebagai
berikut :
Bobot dan tolak ukur dampak didasarkan kepada penurunan derajat kesehatan
karyawan/pegawai terutama yang berdekatan dengan sumber bising
Pemantauan dilakukan secara insidentil yaitu sesuai kebluhan dari para karyawan / pegawai.
Lokasi pemantauan yaitu didalam areal penambangan.
BAB VII
PELAPORAN
Pelaporan merupakan salah satu alat pengendalian dalam manajemen yang gunanya untuk
memberikan informasi yang jelas dan mengembangkan hubungan komunikasi kepada semua
pihak yang terkait sebagai bahan masukan dan alat pembinaan terhadap para pemberi laporan
Pelaporan yang akan dilaporkan meliputi upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh
pihak pengusaha dalam kaitannya dengan komponen lingkungan yang terkena dampak.
Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari mulai tingkat desa, Kecamatan dan dinas
terkait di tingkat :
Kabupaten Kantor Pengadilan Dampak Lingkungan
Bagian Perekonomian
Kantor Satpol PP Kabupaten Kuningan
Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Kuningan
Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Propinsi Jawa Barat
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung
Seluruh biaya pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan sampai pelaporan merupakan
tanggungjawab pihak pengusaha/pengelola.
Mengingat : a. Bahwa dalam rangka mengurangi peengikisan lahan peersawahan masyarakat dan untuk
mengurangi banjir di daerah hunian penduduk yang terletak di daerah aliran sungai
Cisanggarung wilayah Desa Datar Kecamatan Cidahu.
b. bahwa dengan pertimbangan huruf a diatas untuk mengurangi pengikisan lahan persawahan
dan mengurangi banjir tersebut diatas, maka perlu adanya normalisasi aliran sungai.
c. bahwa tidak akan terjadi aliran sungai yang berpindah – pindah tempat sehingga akan
terjamin dari kikisan air dan banjir terhadap persawahan masyarakat dan wilayah tempat
tinggal penduduk.
d. bahwa dengan pertimbangan huruf a, b, c diatas untuk menjamin kepastian hukum dalam
normalisasi aliran sungai Cisanggarung tersebut dan pengerukannya perlu dituangkan dalam
peraturan Desa Datar.
gingat : 1. Undang – undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria.
2. Undang – undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 10 Tahun 2001 Tentang Pelaksanaan Otonomi
Daerah Di Bidang Pertahanan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
6. Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 3 Tahun 1999 Tentang
Tata Cara Pelimpahan Kewenangan dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah.
7. Keputusan Badan Pertanahan Nasional No.2 Tahun 2003 Tentang Norma dan Standar
Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.16 Tahun 2006 Tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.17 Tahun 2006 Tentang Badan Permusyawaratan
Desa;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.20 Tahun 2006 Tentang Keuangan Desa;
11. Peraturan Bupati Kuningan No.7 Tahun 2003 Tentang Tata Naskah Dinas di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Kuningan;
12. Peraturan Bupati Kuningan No.4 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Tanah Kas Desa
MEMUTUSKAN
enetapkan : Peraturan Desa Datar Kecamatan Cidahu tentang Normalisasi aliran sungai Cisanggarung
terletak di Blok Bantaran Muncang Desa Datar Kecamatan Cidahu dengan Persil No. 2 Luas
± 20.000 m2 dengan cara pengerukan aliran sungai.
PASAL 1
Melaksanakan pekerjaan normalisasi aliran sungai Cisanggarung terletak di Persil No. 2 Luas
± 20.000 m2 diwilayah Desa Datar Kecamatan Cidahu dengan Cara Pengerukan terhadap
Aliran Sungai,
PASAL 2
Pelaksanaan normalisasi aliran sungai Cisangarung di Blok Bantaran Muncang Persil No.2
Luas ± 20.000 m2 wilayah Desa Datar Kecamatan Cidahu dengan cara pengerukan aliran
sungai akan dilaksanakan oleh pemerintah Desa Datar dan Pihak Ketiga setelah ada
persetujuan dan Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabuapten Kuningan
PASAL 3
Limbah ari hasil pengerukan aliran sungai Cisanggarung wilayah Desa Datar tersebut
dimanfaatkan menjadi batu split, untuk kekepentingan masyarakat
PASAL 4
Akibat ari pasal 3 tersebut diatas Desa Datar Kecamatan Cidahu mendapatkan beberapa
keuntungan antara lain : Lahan sawah yang ada disekitar daerah aliran sungai akan dapat
dimanfaatkan lagi sebagai lahan masyarakat yang subur sehingga akan menambah
kesejahteraan masyarakat setempat.
Peraturan desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, agar setiap warga Desa
megnetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan menempatkan
dalam Berita Desa Datar Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan.
E.DARMAN
KEPUTUSAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DESA DATAR KECAMATAN CIDAHU
KABUPATEN KUNINGAN
Nomor : 05 / BPD / VII / 2010
TENTANG
TENTANG
enimbang : a. Bahwa dalam rangka mengurangi pengikisan lahan persawahan masyarakat dan imtuk
mengurangi banjir di daerah lahan persawahan masyarakat yang terletak di daerah aliran
sungai Cisanggarung yang melalui Desa Datar Teursama di Blok Bantar Muncang Luas ±
20.000 m2 (0,2 ha).
b. bahwa dengan pertimbangan huruf a diatas untuk mengurangi pengikisan lahan persawahan
dan mengurangi banjir tersebut diatas, maka perlu adanya normalisasi aliran sungai dengan
jalan pengerukan aliran sungai.
c. Bahwa tidak akan terjadi aliran sungai yang berpindah – pindah tempat sehingga akan
terjamin dan kikisan air dan banjir terhadap persawahan masyarakat.
d. Bahwa dengan pertimbangan huruf a, b, c diatas untuk menjami kepastian hukum dalam
normalisasi aliran sungai Cisanggarung tersebut dan pengerukannya perlu dituangkan dalam
peraturan desa Datar.
engingat : 1. Undang – undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar pokok – pokok Agraria;
2. Undang – undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 10 Tahun 2001 Tentang Pelaksanaan otonomi
Daerah dibidang Pertanahan;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 Tentang Desa
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah bagi
pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
6. Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Kewenangan dan Pembatalan
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah;
7. Keputusan Badan Pertanahan Nasional No.2 Tahun 2003 tentang Norma dan Standar
Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No. 16 Tahun 2006 Tentang SUsunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.17 Tahun 2006 Tentang Badan Permusyawaratan
Desa;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.20 Tahun 2006 Tentang Keuangan Desa;
11. Peraturan Bupati Kuningan No.7 Tahun 2003 Tentang Tata Naskah Dinas Dilingkungan
Pemerintah Kabupaten Kuningan;
12. Peraturan Bupati Kuningan No.4 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Tanah Kas Desa;
MEMUTUSKAN:
perhatikan : Surat dari Pemerintah Desa Datar Kecamatan Cidahu Kabupaten kuningan tanggal 18 Juli
2010 Nomor : 05/Perdes/VII/2010 tentang Normalisasi aliran Sungai Cisanggarung yang
melalui Desa Datar terutama di Blok Bantar Muncang Luas ± 20.000 m 2 dengan cara
pengerukan aliran sungai yang ditujukan kepada Kantor Dinas Sumber Daya Air dan
Pertambangan Kabupaten Kuningan.
etapkan :
TAMA : Menyetujui pelaksanaan normalisasi aliran sungai Cisanggarung yang melalui Desa Datar di
Blok Bantar Muncang Luas ± 20.000 m2dengan cara pengerukan aliran sungai.
UA : Persetujuan BPD ini untuk menjadi bahan dasar bagi pemerintah Desa Datar dalam rangka
menetapkan Peraturan Desa Datar tentang Normalisasi aliran sungai cisanggarung yang
dimaksud dalam dictum PERTAMA.
KETIGA : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
AYUB, S. Pd
Tembusan :
Yth. Bapak Camat Cidahu
AYUB, S.Pd