Anda di halaman 1dari 7

Oleh Bantu Hotsan Simanullang | Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan semakin banyaknya

masyarakat pengguna Transjakarta, jumlah armada yang ideal harus segera direalisasikan serta
membuka rute baru terutama ke sumber muasal datangnya kendaraan penyebab macet ke Jakarta.
Dengan prioritas mulai dari yang paling banyak kendaraannya.

Sebagai masyarakat biasa yang juga pengguna TransJakarta dapat melihat dan menyaksikan serta
mendengarkan, sedikit banyaknya persoalan yang dihadapi TransJakarta. Pada tulisan ini,
penulis mencoba memberikan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan TransJakarta.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

***

Macet masih menjadi salah satu persoalan serius yang dihadapi pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Dan sebagaimana diperkirakan pada tahun 2014 Jakarta akan mengalami macet total
akibat jumlah kendaraan yang terus meningkat. Salah satu penyebab tingginya keinginan
masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi adalah akibat layanan
transportasi massal yang kurang memadai. Dan karena itu, sejak 15 Januari 2004, Pemrov DKI
Jakarta telah meluncurkan satu konsep transportasi massal, yaitu Pola Transportasi Makro (PTM)
yang diberi nama TransJakarta Busway.

TransJakarta menjadi salah satu anggkutan favorit warga Jakarta dikarenakan berbagai
kelebihannya. Diantaranya sistem Transjakarta Busway dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadai, operasi dan pengendalian bus yang efektif, tiket yang terkomputerisasi dan
pengamanan yang lebih baik. Sementara faktor lain dari sisi konsumen itu sendiri, TransJakarta
Busway dapat memberikan kenyamanan bagi penumpangnya, ber pendingin AC, murah, cepat,
tidak mengalami kemacetan dan dapat menempuh sejumlah banyak perjalanan hanya dengan
sekali membeli tiket. Semuanya itu dilakukan untuk mengurai kemacetan di Jakarta, dengan
harapan masyarakat beralih menggunakan transportasi berpelat merah tersebut.

Di bawah ini terdapat visi dan misi TransJakarta Bus way yaitu:

Visi
Busway sebagai angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan publik yang cepat, aman,
nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya dan bertaraf internasional

Misi

• Meningkatkan kualitas hidup pengguna jasa layanan Sistem Transjakarta dan masyarakat DKI
Jakarta pada umumnya
• Menyediakan layanan transportasi publik yang aman, nyaman dan terjangkau di DKI Jakarta
• Mengoptimalisasikan layanan transportasi publik yang efisien dari sisi biaya dan investasi,
sehingga dapat berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan dalam jangka panjang
• Mengefisiensikan waktu dari pengguna jasa layanan dan masyarakat pada umumnya, dengan
berkurangnya waktu tempuh perjalanan
• Mengurangi pencemaran udara dan menjaga kesehatan lingkungan di DKI Jakarta;
Memberikan kualitas pelayanan yang baik, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan
pengguna jasa layanan
• Mengusahakan tarif yang terjangkau bagi pengguna jasa layanan;
• Meningkatkan penggunaan Sistem Transjakarta Busway seluas-luasnya bagi masyarakat
• Menjadikan BLUD Transjakarta Busway sebagai pengelola Sistem Transjakarta Busway yang
profesional, kompeten, dan mandiri dari segi ekonomi
• Mendorong penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi masyarakat melalui berbagai
instansi dan perusahaan yang terkait dengan Sistem Transjakarta Busway; dan
• Mendorong perubahan budaya transportasi di masyarakat yang menghargai kualitas hidup,
efisiensi waktu dan kesetaraan.

Namun demikian dalam mewujudkan visi dan misinya, TransJakarta menghadapi tantangan
dengan segelumit problematikanya, baik dari internal perusahaan maupun eksternal. Namun
perusahaan terus mengupayakan perbaikan-perbaikan dalam rangka mencapai tujuan (visi) yang
telah ditetapkan. Semuanya dilakukan semata-mata dalam meningkatkan mutu serta kualitas
layanan angkutan bagi masyarakat pengguna Transjakarta. Di antaranya adalah dengan
menambah rute perjalanan untuk memperluas jangkauan mengangkut penumpang. Kurang lebih
11 koridor telah dibangun, 215 halte dengan didukung pengoperasian armada bus sebanyak 524
unit.

Maka dengan kondisi tersebut, sejalan dengan visi dan misi yang diemban pihak TransJakarta,
penulis mencoba membuat analisa SWOT untuk TransJakarta dalam menggambarkan kondisi
yang dialami perusahaan dalam membuat strategi perubahan untuk meningkatkan layanan
Transjakarta.

Untuk mengumpulkan data atau untuk mengindentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan
ancaman yang dihadapi perusahaan TransJakarta, penulis menghimpun data dari berbagai
sumber baik dari perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal) yang diperoleh dari
beberapa situs media online dan juga pengamatan secara langsung. Sehingga dapat dipetakan
matriks analisis SWOT TransJakarta.

Internal Factor Evaluation (IFE)

Strength (kekuatan)

1. Loyalitas yang tinggi dari pengguna TransJakarta


2. Tiket yang terjangkau, jalur khusus, bebas macet, ber-AC, nyaman dan bersih

Weakness (Kelemahan)

1. Ukuran halte yang kurang besar


2. Sejumlah sopir Transjakarta dan penumpang tidak disiplin
3. Petugas tidak mampu menjawab atau menjelaskan secara rinci rute Transjakarta dan rusaknya
destinition voice
4. Jalur busway belum sepenuhnya steril
5. Struktur organisasi belum otonom atau tidak independen
External Factor Evaluation (EFE)

Opportunities (Kesempatan)

1. Di kelas transportasi yang sama TransJakarta menjadi pemain tunggal dan memiliki jalur
khusus (tidak ada pesaing)
2. Terintegrasi dengan angkutan umum lainnya seperti Kopaja
3. Menggunakan tiket elektronik (e-ticketing system)

Threat (Ancaman)

1. Adanya Acaman mogok operator atau konsorsium

Berdasarkan analisa SWOT tersebut di atas, maka untuk meningkatkan perlayanan perusahaan
TransJakarta perlu dilakukan beberapa strategi perubahan untuk mewujudkan visi Transjakarta
Busway sebagai angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan publik yang cepat, aman,
nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya dan bertaraf internasional.

A. Strength (kekuatan)

1. Loyalitas yang tinggi dari pengguna

Belum adanya adanya alternatif pilihan transportasi massal yang memadai bagi warga Jakarta
menjadikan Transjakarta Busway tetap menjadi pilihan utama masyarakat untuk melakukan
perjalanan, meski para pengguna sering mengantri panjang. Namun pengguna tetap loyal bahkan
cenderung terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Ini menandakan bahwa keinginan masyarakat
untuk beralih mengunakan TransJakarta, sebenarnya sangat tinggi di tengah kondisi macet saat
ini. Persoalannya adalah terjadinya antrian panjang dan penumpukan jumlah penumpang akibat
keterlambatan bus way, dari yang direncanakan tiba di setiap halte, 5 sampai 10 menit. Namun,
berubah tidak menentu yang bisa lebih dari 30 menit. Salah satu langkah yang perlu dilakukan
adalah untuk segera merealisasikan jumlah armada yang ideal. Seperti direncanakan di bawah
pemerintahan yang baru pemerintah DKI, akan menyediakan sebanyak 600 unit.

2. Tiket yang terjangkau, jalur khusus, bebas macet, ber-AC, aman, enak dan bersih

Sebagaimana misi Transjakarta, menyediakan layanan transportasi publik yang aman, nyaman
dan terjangkau di DKI Jakarta, hal ini perlu tetap dipertahankan sebagai ciri khas yang
membedakan dari transportasi umum lainnya. Jangan sampai di tengah peminat yang tinggi,
harga tiket turut dinaikkan yang justru akan mengurangi antusiasme masyarakat dan beralih ke
kendaraan pribadi. Jikapun langkah tersebut harus ditempuh, harus dinaikkan, maka disesuaikan
dengan pertumbuhan atau keadaan ekonomi masyarakat.

Hal lain yang perlu segera direalisasikan adalah memperluas rute baru. Sebagaimana diketahui
bahwa jumlah kendaraan yang masuk ke Jakarta tiap harinya mencapai 800 ribu kendaraan yang
datang dari daerah penyangga DKI Jakarta, yakni Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi)
yang semakin memperparah macetnya Jakarta. Maka untuk mengurangi jumlah kendaraan yang
masuk ke Jakarta dapat dilakukan dengan segera merealisasikan rute baru untuk daerah Bogor,
Depok, terutama Bekasi, sedangkan pemerintah Tangerang sudah menyatakan kesiapannya
menyambung rute TransJakarta.

B. Weakness (Kelemahan)

1. Ukuran halte yang kurang besar

Untuk ukuran halte sekarang sebenarnya belum menjadi prioritas untuk diperbesar. Masalah ini
muncul ketika antrian dan jumlah penumpang yang banyak. Memang kelihatan menjadi tidak
manusiawi, ketika melihat penumpang berdesak-desakan. Maka upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi antrian ini adalah dengan cepat mensosialisasikan penggunaan tiket elektronik (e-
ticketing). Dengan penerapan teknologi ini, efesiensi waktu dapat ditingkatkan, sehingga
pengguna tidak perlu lagi mengantri tiket, tinggal langsung menuju bus way. Namun perlu
diperhatikan efektifitas penggunaan e-ticketing menjadi tidak berarti, jika kedatangan bus way di
setiap halte tetap molor, yang menjadi penyebab terjadinya penumpukan penumpang.

2. Sejumlah sopir Transjakarta dan penumpang tidak disiplin

Masih adanya sejumlah sopir yang tidak disiplin (ugal-ugalan), lazimnya sopir angkutan yang
kejar setoran, seharusnya tidak terjadi lagi karena Transjakarta sudah memiliki lintasan khusus.
Selain membahayakan keselamatan penumpang juga membahayakan orang lain yang tidak
secara sadar atau tidak sadar atas ancaman bahaya masuk lintasan bus way. Seperti kejadian
yang sudah terjadi, adanya korban meninggal dan kesrempet di jalur bus way. Begitu juga
dengan masyarakat perlu berhati-hati agar tidak berjalan dijalur bus way. Oleh karena itu sopir
perlu meningkatkan kapasitasnya untuk senantiasa menyadari bahwa yang menjadi prioritas
adalah untuk mengutamakan kenyamanan penumpang.

Begitu juga dengan penumpang agar tidak berdesak-desakan saat mengantri. Kejadian ini dapat
dikurangi dengan membuka atau membagi beberapa jalur yang dipisahkan dengan pembatas.
Seperti sudah dikemukakan di atas, hal ini dapat di atasi dengan mensosialiasikan tiket
elektronik. Meski demikian, membuka jalur dan pembatas ini harus tetap dilakukan untuk
mencegah, terjadinya lonjakan penumpang. Dan pada saat masuk, penumpang harus langsung
mengisi sisi jauh yang kosong yang tidak berdekatan dengan pintu masuk, sehingga tidak
menghambat penumpang. Dalam hal ini petugas memiliki kapasitas untuk mengarahkan
penumpang mengambil tempat duduk yang kosong.

Strategi lain untuk mengantisipasi hal ini, ketika di depan pintu penumpang sudah mendapatkan
informasi tempat duduk, sehingga kala masuk tidak memilih-milih tempat duduk lagi. Lalu
bagaimana dengan yang berdiri? Tetap dianggap sama dengan yang posisi duduk sama-sama
mendapatkan nomor urut. Aturan ini dapat dijalankan, pertama jika bus way tidak melebihi
kapasitas angkut. Kedua, terpenuhinya jumlah armada yang ideal, sehingga penumpang tetap
tenang, tidak perlu khawatir dan buru-buru apalagi sampai rela berdesak-desakan.

3. Petugas tidak mampu menjawab atau menjelaskan secara rinci rute Transjakarta dan rusaknya
destinition voice
Bus way sebenarnya sudah melengkapi peta rute Tranjakarta, baik di dalam halte dan di dalam
bus way itu sendiri. Namun permasalahnya, tidak semua penumpang bisa memahami hal
tersebut. Menyadari hal tersebut, petugas wajib menguasai rute-rute yang dilalui dan
konsistensinya memberikan informasi kepada penumpang bahwa telah disediakan peta rute di
dalam bus way untuk diperhatikan dan dijelaskan. Hal ini yang belum dilakukan, di sediakan
namun belum dilmanfaatkan dengan maksimal.

Maka strategi yang dilakukan untuk mengantisipasi hal ini, seperti halnya fungsi destination
voice untuk memberitahukan halte berikutnya, alat ini dapat ditingkatkan lagi fungsinya. Jika
destination voice hanya untuk memberitahukan posisi satu tempat, maka destination voice dapat
ditingkatkan untuk memberikan informasi, dua atau tiga rangkaian rute - lebih banyak lebih baik
- tujuan yang bisa ditempuh dari halte pemberhentian yang disinggahi dengan menyediakan jeda
waktu berhenti untuk memberikan kesempatan bagi penumpang untuk mengambil tindakan.

Sementara mengenai masalah rusaknya destination voice yang dijalankan secara otomatis,
mengantisipasi hal ini dapat dilakukan dengan mengeceknya sebelum bus way dioperasikan
apakah berfungsi dengan baik, jika tidak segera dilakukan perbaikan. Bagaimana jika alat ini
rusak ketika sedang beroperasi. Ada dua hal yang dilakukan, menyiapkan teknisi (audio) untuk
memperbaikinya, jika mungkin dilakukan saat beroperasi, dilakukan perbaikan. Jika rusak berat,
masuk bengkel. Kedua, bus way sebaiknya dilengkapi dengan mikrofon. Bilamana destination
voice tidak berfungsi, petugas mengantikan fungsinya dengan mikrofon.

4. Jalur busway belum sepenuhnya steril dan tidak adanya SPM

Banyak usaha yang dilakukan agar jalur bus way steril dari kendaraan yang lain. Dengan
memberikan pembatas sepanjang jalur, membuat palang pintu yang dijaga petugas. Namun
demikian belum sepenuhnya bisa steril. Dan inilah yang dinilai para pakar, dimana Transjakarta
belum memiliki SPM (Standar Pelayanan Minimal) walaupun usaha ke sana sudah mulai
dilakukan. Seharusnya, sejak 5 tahun pertama Transjakarta beroperasi, melihat berbagai kendala
yang dihadapi, PSM Transjakarta sudah dapat diformulasikan.

Namun demikian keterlambatan membuat SPM ini mungkin disebabkan beberapa faktor.
Pertama, bahwa karena system transportasi diadobsi dari beberapa negara seperti, Bogota,
Jepang dan Australia, yang mana pelaksanaanya barangkali berhasil di sana. Namun di Indonesia
tidak bisa diterapkan secara murni - masih adaptasi – akibat faktor kultur yang berbeda.

Kedua, ketidaksiapan sarana pendukung, infrastruktur, karena harus memakai jalan yang sudah
ada. Karena ada sistem baru yang masuk. Ini berarti mempersempit jalur transportasi yang sudah
ada. Sementara jalur yang sempit tetap sempit yang tidak dibarengi dengan pelebaran jalan.
Ketidak siapan inilah yang membuat jalur bus way tidak bisa steril.

Strategi yang pernah diusulkan adalah membuat jalur bus way, melawan arah (contra flow) agar
tidak diserobot kendaraan lain. Namun hal itu urung dilakukan dengan pertimbangan
keselamatan berlalulintas.
Maka strategi yang bisa dilakukan untuk menjaga jalur bus way agar steril. Pertama, menegaskan
bahwa jalur bus way hanya untuk bus way. Jikapun pada situasi tertentu penggunaan jalur bisa
untuk yang lain, harus dituangkan dengan jelas. Siapa-siapa saja yang bisa menggunakan jalan
tersebut dan pada kondisi apa. Sehingga tidak ada keraguan petugas di lapangan dalam
menegakkan aturan. Kedua, jalur bus way yang tidak ada pembatasnya, satu jalur dengan
kendaraan lain, diperlebar. Atau jika dimungkinkan membangun jalan layang di atasnya.
Contohnya di jalan dekat Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Mulai perempatan Pasar Grosir
Cililitan hingga pasar Kramat Jati apalagi di depan Rayamana, bus way tidak bisa berjalan
dengan lancar. Ketiga, koordinasi antara petugas, baik pihak transjakarta, Kapolri (1968-1971)
polisi, dan DLLAJ, harus memiliki satu komitmen. Keempat, strategi yang dilakukan,
meningkatkan fungsi palang pintu yang terpasang dari manual menjadi otomatis. Barangkali
seperti model palang pintu saat mengantri tiket di toll atau mal-mal.

5. Struktur organisasi belum otonom atau tidak independen

Banyak kalangan menilai bahwa pengelolaan Transjakarta sebaiknya dikelola secara otonom
atau berdiri sendiri. Para pengamat menilai, belum maksimalnya pelayanan Transjakarta akibat
birokrasi pengambilan keputusan yang terlalu panjang. Sehingga ketika ada masalah, tidak bisa
dieksekusi dengan cepat.

Dilihat dari hirarkhi struktur organisasi yang menjadi penanggungjawab Transjakarta adalah
gubernur DKI Jakarta. Kemudian di bawahnya ada, dinas perhubungan DKI Jakarta, Unit
pengelola Transjakarta Bus way. Kemudian di antara Unit pengelola Transjakarta Bus way,
secara secara sejajar dibawahnya ada sub bagian tata usaha, sub bagian keuangan, seksi
pengendalian, seksi operasional, seksi prasarana, seksi system tiket, terdapat satuan pengawas
internal.

Sebenarnya, apakah langsung di bawah kendali gubernur maupun otonom sama-sama memiliki
kelemahan dan keunggulan. Otonom tanpa kontrol juga memiliki kekurangan. Kuncinya tetap
terletak pada kemauan pemimpinnya. Namun demikian karena ini, menyangkut kepentingan
umum untuk rakyat banyak, seyogyanya tetap di bawah kendali gubernur walaupun pada
akhirnya, jikapun harus menunjuk salah satu badan usaha, hendaknya badan yang ditunjuk
tersebut harus professional memiliki komitmen dan mengedepankan kepentingan untuk
pelayanan publik.

C. Opportunities (Kesempatan)

1. Terintegrasi dengan angkutan umum lainnya seperti Kopaja

Terintegrasinya Transjakarta dan angkutan umum Kopaja dimaksud agar masyarakat semakin
banyak menggunakan Transjakarta. Ini berarti penumpang Kopaja di bawa migrasi
menggunakan Transjakarta. Suksesnya migrasi penumpang, maka hal yang yang perlu
disosialisasikan adalah, pertama, kejelasan mengenai tarif ketika masuk awal naik dari Kopaja
dan beralih ke Transjakarta atau sebaliknya. Kedua, sosialiasi kepada penumpang Kopaja agar
menunggu di halte bus way. Hal ini untuk mencegah Kopaja masuk ke luar jalur Transjakarta
akibat penumpang masih ada yang menunggu di luar halte.
2. Menggunakan tiket elektronik (e-ticketing system)

Manfaat yang bisa dirasakan adalah akan meningkatkan efesiensi waktu mengantri. Kedua,
mendukung transparansi keuangan, kemungkinan untuk menyalahgunakan dapat diperkecil.
Tentu dengan dukungan financial yang semakin membaik diharapkan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. Dan hal ini juga dapat mencegah terjadinya mogok oleh konsorsium
Transjakarta.

Sementara itu mengenai modal awal 50 ribu untuk mendapatkan tiket eletronik ini perlu
dipertimbangkan kembali, dengan alasan, harga promosi atau sosialiasi. Hal ini dilakukan untuk
menarik jumlah pengguna lebih banyak. Setelah itu, harga perubahan dapat disesuaikan.

Sebagaimana tujuan dari penggunaan teknologi ini untuk menghindari antrian. Dan mengulang
pernyataan di atas, suksesnya e-ticketing, armada ideal harus terpenuhi, untuk mencegah antrian
dan penumpukan penumpang.

Threat (Ancaman)

1. Adanya Acaman mogok operator atau konsorsium

Sebagaimana diketahui bahwa operator Transjakarta terdiri dari beberapa konsorsium. Maka
ancaman yang memungkin adalah adanya salah satu atau dua pihak konsorsium yang mogok
yang bisa merembet kemana-mana, sehingga mengakibatkan terbengkalainya kenyamanan
masyarakat pengguna transportasi. Adapun strategi yang dilakukan adalah perlunya ada
konsensus, kesepahaman bersama seluruh operator untuk mengedepankan pelayanan masyarakat.
Jikapun ada masalah bisa diselesaikan dengan musyawarah.

Dari beberapa strategi yang dibuat di atas diambil kesimpulan bahwa untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan semakin banyaknya masyarakat beralih menggunakan Transjakarta adalah
pertama, jumlah armada yang ideal merupakan hal yang sangat penting untuk direalisasikan dan
di dukung dengan penerapan teknologi e-ticketing. Karena dengan e-ticketing turut serta
mendukung tata kelola perusahaan yang bersih yang berujung pada meningkatnya pendapatan
perusahaan. Kedua, segera membuka rute baru terutama ke sumber muasal datangnya kendaraan.
Dengan prioritas mulai dari yang paling banyak ke Jakarta (BODETABEK). Jakarta, 30 Januari
2013 ( bantuhotsan@gmail.com)
- See more at: http://www.tokohindonesia.com/citizen-journalism/entry/meningkatkan-
pelayanan-transjakarta-busway#sthash.XVqlrqjL.dpuf

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/citizen-journalism/entry/meningkatkan-pelayanan-
transjakarta-busway
Copyright © tokohindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai