Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ners Volume 4 Nomor 1 Tahun 2020 Halaman 7 – 12

JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA


DI DESA TAMBANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBANG
KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019
Erma Kasumayanti1, Muhnil Aulia 2
Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
erma.nabihan@gmail.com

Abstrak
Status gizi balita merupakan suatu hal yang menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas
sumber daya manusia. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab tertinggi terjadinya gizi kurang, dengan
kondisi pendapatan yang rendah menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi yang
berdampak pada pemenuhan gizi pada balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan
pendapatan keluarga dengan status gizi balita di desa Tambang Wilayah Kerja Puskesmas Tambang
kabupaten kampar tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di desa Tambang wilayah Kerja Puskesmas Tambang kabupaten
kampar tahun 2019 sebanyak 278 orang. Dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 74 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan simple random sampling. Alat pengumpulan data yang dugunakan adalah kuisioner.
Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian di dapatkan bahwa ada hubungan
pendapatan keluarga dengan status gizi balita dengan nilai p-value 0,002. Hasil penelitian ini diharapkan bagi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi balitanya dengan pemanfaatan lahan yang ada untuk menambah
kebutuhan makanan dan adanya dukungan puskesmas dalam memberikan penyuluhan kepada ibu balita
khususnya tentang gizi balita
Kata Kunci: Pendapatan Keluarga, Status Gizi Balita
Abstract
The nutritional status of children under five is something that determines the level of community welfare and
the quality of human resources. Poverty is one of the highest causes of malnutrition, with low income
conditions causing families to be unable to meet nutritional needs that have an impact on fulfilling nutrition in
infants. The purpose of this study was to analyze the relationship between family income and the nutritional
status of children under five in the village of Tambang, the Work Area of the Tambang Health Center in
Kampar district in 2019. This study used a cross sectional design. The population in this study were all
mothers who had children under five in the village of Tambang, the working area of the Tambang Health
Center in Kampar district in 2019 were 278 people. With a total sample of research as many as 74 people.
Sampling is done by simple random sampling. The data collection tool used is a questionnaire. Data analysis
uses univariate and bivariate analysis. The results of the study found that there is a relationship between
family income and the nutritional status of children under five with a p-value of 0.002. The results of this
study are expected for families to meet the nutritional needs of their toddlers with the use of existing land to
increase food needs and the support of community health centers in providing counseling to mothers of
toddlers, especially regarding toddler nutrition
Keywords: Family Income, Toddler Nutrition Status

@Jurnal Ners Prodi Sarjana Keperawatan & Profesi Ners FIK UP 2020

Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang
Email : erma.nabihan@gmail.com
Phone : 08117670308

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


8 | HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA TAMBANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMBANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019

PENDAHULUAN kasus gizi buruk dan 17 % balita kekurangan Gizi


Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, (malnutrisi), angka tersebut menurun jika
dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dibandingkan dengan tahun 2013 (19,6%) balita
dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun kekurangan gizi, akan tetapi target SDGS masih
pertama kehidupan merupakan masa penting, belum tercapai (Kemenkes RI, 2014).
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan Dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi dilaksanakan pada tahun 2013 dari 53.633 balita
yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, yang ditimbang terdapat 6 balita dengan gizi
tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi buruk. Pada tahun 2014 dari 53.161 balita yang
pada masa selanjutnya terpenuhi. Masa anak-anak ditimbang terdapat 6 orang balita gizi buruk dan
merupakan salah satu masa kehidupan yang sangat semuanya mendapat perawatan. Pada tahun 2015
penting dan perlu perhatian. Pada masa ini dari 56.581 balita yang ditimbang terdapat 6 balita
berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat yang bergizi buruk dan semuanya mendapat
pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan perawatan. Pada tahun 2016 dari 56.568 balita
psikomotorik, mental, dan sosial (Wati, 2011). yang ditimbang, terdapat 11 orang balita yang
Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh bergizi buruk dan mendapat perawatan. Pada
zat gizi yang cukup sehingga memungkinkan tahun 2017 dari 59.242 balita yang ditimbang,
pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak kemampuan terdapat 19 orang balita yang bergizi buruk dan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat mendapat perawatan.
setinggi mugkin. Status gizi kurang terjadi bila Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi
tubuh mengalami kekurangan salah satu atau Balita Provinsi Riau Tahun 2016 diperoleh
lebih zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi prevalensi status gizi buruk 1,1%, meningkat
apabila tubuh memperoleh zat gizi berlebih sedikit dibandingkan dengan hasil PSG tahun
sehingga menimbulkan toksin yang 2015, yaitu 1,03%. Prevalensi status gizi kurang
membahayakan (Almatsier, 2001). tahun 2016 adalah 7,9%, terjadi peningkatan dari
Konsumsi makanan merupakan salah satu 7.7% hasil PSG tahun 2015, kemudian balita
faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap bergizi baik 88,2%, sedangkan balita dengan status
status gizi seseorang, keluarga, dan masyarakat. balita gizi lebih 2,1%.
Rendahnya konsumsi pangan atau kurang Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Rencana
seimbangnya masukan zat-zat gizi dari makanan Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Riau pada
yang dikonsumsi mengakibatkan terlambatnya tahun 2016, diketahui bahwa prevalensi gizi buruk
pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, terjadinya balita tahun 2016 berada dibawah target yang telah
penyakit, dan lemahnya daya tahan tubuh terhadap ditetapkan yaitu 1,3%. Sedangkan gambaran status
serangan penyakit serta menurunnya kemampuan gizi buruk di kabupaten/kota pada tahun 2016
kerja Wati, 2011). Oleh karna itu, status gizi balita dapat dilihat dari 12 kabupaten/kota masih terdapat
perlu perhatian khusus karena status gizi yang baik 2 kabupaten/kota yang Status gizi buruknya di atas
akan menentukan kualitas Sumber Daya Manusia. target 1,3%, yakni Kabupaten Kuantan Singingi
Sedemikian strategisnya status gizi dalam 1,9% dan Kabupaten Indragiri Hulu (2,9%). Dan
upaya pembangunan manusia Indonesia, sehingga Kabupaten Rokan Hulu dan Kota Dumai
ditetapkan sebagai salah satu sasaran dan target merupakan daerah yang prevalensi gizi buruknya
Rencana Pembangunan Jangka Menengah paling rendah masing-masing 2,0%. Diikuti
Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan, yaitu Kabupaten Kep. Meranti sebesar 0,4% dan
menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan kabupaten Kampar sebesar 0,6%. Prevalensi gizi
prevalensi balita pendek, untuk pencapaiannya kurang juga mengalami peningkatan dibanding
telah ditetapkan 6 indikator kinerja kegiatan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, prevalensi
perbaikan gizi yang prioritas untuk dilaksanakan gizi kurang meningkat 0,2% dibanding tahun
sebagaimana dijabarkan dalam Rencana Strategis sebelumnya. Akan tetapi, prevalensi gizi kurang
Kementerian Kesehatan 2015-2019. tersebut masih berada dibawah target propinsi
Riskesdas tahun 2014 menunjukkan bahwa di pada tahun 2015 yaitu sebesar 8,7%.
Indonesia terdapat 32.521 (14%) balita dengan

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


9 | HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA TAMBANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMBANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019

Prevalensi gizi kurang di kabupaten/kota di jumlah anggota keluarga > 4 orang, umur ibu rata-
Provinsi Riau pada Tahun 2016 ada sekitar 7 rata ≥ 26 tahun.
kabupaten/kota atau 50 % kabupaten/kota Berdasarkan permasalahan diatas peneliti
prevalensi kurang sudah dibawah target yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang “
ditetapkan pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Hubungan pendapatan dengan status gizi balita di
Riau. Dan Kabupaten Rokan Hulu merupakan desa Tambang Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten yang prevalensi gizi kurangnya paling Tambang kabupaten kampar tahun 2019”
rendah yakni 2,4% dan diikuti Kota Dumai 2,5%,
Kabupaten Pelalawan 6,%. Kabupaten Indragiri
METODE PENELITIAN
Hilir merupakan prevalensi gizi kurang yang
Desain Penelitian
tertinggi yakni sebesar 10,4 % diikuti oleh
Penelitian ini menggunakan desain cross
Kabupaten Kampar 10% dan Kabupaten Indragiri
sectional yaitu pengumpulan data baik variabel
Hulu 9,8%.
dependent maupun independent dilakukan dalam
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Kesehatan Kabupaten Kampar bulan April s/d Juni
Penggunaan desain ini sesuai dengan tujuan
2019 dari 31 puskesmas yang ada dikabupaten
peneliti yaitu melihat “Hubungan pendapatan
Kampar diketahui bahwa puskesmas Tambang
keluarga dengan status gizi balita di desa
memiliki jumlah status gizi tidak normal tertinggi
Tambang Wilayah Kerja Puskesmas Tambang
yaitu sebanyak 411 orang, gizi normal 2831
kabupaten kampar tahun 2019”.
orang, kemudian disusul puskesmas Tapung Hilir
dengan gizi tidak normal 147 orang dan 761 orang
Lokasi dan Waktu Penelitian
gizi normal, urutan ketiga yaitu puskesmas XIII
Lokasi penelitian dilakukan di desa
Koto Kampar III dengan jumlah status gizi tidak
Tambang Wilayah Kerja Puskesmas
normal sebanyak 90 orang sedangkan gizi normal
Tambang kabupaten kampar pada tanggal pada
446 orang.
tanggal 01 Juli s/d 15 Juli 2019.
Dari data yang diperoleh dari UPTD
Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar diketahui
Populasi Penelitian
bahwa Desa Tambang memiliki jumlah status gizi
Populasi adalah keseluruhan objek yang
tidak normal tertinggi yaitu sebanyak 76
akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam
orang,gizi normal 202 orang.
penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki
Menurut penelitian Gusman (2002) dan Khair
balita yang ada di desa Tambang Wilayah Kerja
(2007) dalam Lisbet Sebataraja (2014). Masalah
Puskesmas Tambang yang berjumlah 278 balita.
kekurangan gizi di Indonesia salah satunya
dikarenakan dari kehidupan masyarakat Indonesia
Sampel
yang cenderung masih di bawah standar. Keadaan
Sampel bagian dari jumlah dan
demikian sangat berpengaruh pada kecukupan gizi
karakteristik yang memiliki oleh populasi tersebut
dalam suatu keluaga. Keluarga yang masuk dalam
(Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini
kategori miskin, rentan terkena masalah
adalah ibu yang memiliki balita di desa Tambang
kekurangan gizi. Hal ini dikarenakan karena
Wilayah Kerja Puskesmas Tambang yang
rendahnya kemampuan untuk memenuhi gizi yang
berjumlah 74 balita.
baik.
Teknik pengambilan sampel dalam
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang
penelitian ini menggunakan teknik simple
dilakukan peneliti di desa Tambang pada bulan
random sampling, yaitu pengambilan sampel
juni 2019 ditemukan 14 balita memiliki status gizi
secara acak dimana setiap anggota atau unit dari
normal, 6 balita memiliki status gizi tidak normal,
populasi mempunyai kesempatan yang sama
dari 20 ibu balita terdapat 14 ibu (70%) dengan
untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo,
pendapatan keluarga kurang dari Rp 4.500.000.00,
2012).
dan pengeluaran dalam sebulan Rp 1.131.371
perkapita, dengan mata pencaharian sebagai
Alat Pengumpulan Data
petani, pedagang, wiraswasta, PNS dan IRT, 9 ibu
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
(45%) dengan status pendidikan terahir
adalah kuisioner untuk variabel dependen, status
SMP/sederajat kebawah, 11 ibu (55%) dengan
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
10 | HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA TAMBANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMBANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019

gizi tidak normal jika nilai -3SD sampai < -2SD yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-
diberi skor 0, status gizi normal jika nilai -2SD square. Hasil penelitian disajikan dalam
sampai 2SD diberi skor 1. Variabel independen, bentuktabel sebagai berikut:
pendapatan diukur berdasarkan perkapita, jika 1. Hubungan Pendapatan dengan Status
responden dengan pengeluaran < Rp. 1.131.371 Gizi Balita
perkapita diberi skor 0, jika responden dengan
pengeluaran ≥ Rp. 1.131.371 perkapita diberi skor Tabel 2: Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status
Gizi Balita di desa Tambang
1.
Wilayah Kerja Puskesmas Tambang
Kabupaten Kampar Tahun 2019
Analisa Data Status Gizi
Analisis data dalam penelitian dilakukan Tidak Total P
No Pendapatan Normal POR
dengan menggunakan program komputer dimana normal Value

akan dilakukan 2 macam analisis data, yaitu N % N % N %


Tidak
analisis univariat dan analisis bivariat.
1 terpenuhi 35 68,9 16 31,4 51 100 0,002 6,1
HASIL DAN PEMBAHASAN
2 Terpenuhi 6 26,1 17 73,9 23 100
AnalisaUnivariat
Total 41 55,4 47 44,6 74 100
Analisa data dilakukan secara univariat yaitu
dengan menilai persentase data yang dikumpulkan
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
pendapatan keluarga dan status gizi .sebagai dari 51 responden yang memiliki pendapatan
berikut: tidak terpenuhi, terdapat 16 balita (31.4%)
yang memiliki gizi normal. Sedangkan dari 23
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden responden yang memiliki pendapatan
Berdasarkan Pendapatan Keluarga, Status Gizi di terpenuhi, terdapat 6 balita (26.1%) yang
desa Tambang Wilayah Kerja Puskesmas Tambang
memiliki status gizi tidak normal. Berdasarkan
Kabupaten Kampar Tahun 2019
No Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
uji statistik diperoleh nilai p value = 0.002 (p
1. Pendapatan 51 68,9% value ≤ 0,05), dengan derajat kemaknaan ( α =
a. Tidak terpenuhi 23 31,1%
b. Terpenuhi
0.05). Ini berarti ada hubungan pendapatan
Total 74 100% keluarga dengan status gizi balita di Desa
2.Status Gizi
a. Tidak Normal 41 55,4%
Tambang Wilayah Kejra Puskesmas Tambang
b Normal 33 44,6% Kabupaten Kampar Tahun 2019. Dari hasil
penelitian juga diketahui bahwa POR
Total 74 100%
Sumber: Penyebaran kuesioner 2019 prevalence = 6.1 hal ini berarti responden
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 74 yang pendapatan tidak terpenuhi berpulang 6
responden tedapat 51 responden (68.9%) yang kali memiliki balita mengalami status gizi
memiliki pedapatan tidak terpenuhi, 41 balita tidak normal.
(55.4%) yang memiliki status gizi tidak normal di
desa Tambang Wilayah Kerja Puskesmas PEMBAHASAN
Tambang Tahun Berdasarkan hasil penelitian dengan judul
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa dari 74 “Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status
responden terdapat 51 responden (68.9%) yang Gizi Balita di desa Tambang Wilayah Kerja
memiliki pedapatan tidak terpenuhi, 41 balita Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar Tahun
(55.4%) yang memiliki status gizi tidak normal di 2019 maka dapat diuraikan pembahasan sebagai
desa Tambang Wilayah Kerja Puskesmas berikut:
Tambang Tahun 2019. A. Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi
Balita
Analisa Bivariat Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Analisis bivariat dilakukanuntuk melihat ada diketahui bahwa dari 51 responden yang memiliki
tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu pendapatan tidak terpenuhi, terdapat 16 balita
variabel independen (pendapatan keluarga) dan (31.4%) yang memiliki gizi normal. Sedangkan
variabel dependen (status gizi balita). Uji statistik dari 23 responden yang memiliki pendapatan
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
11 | HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA TAMBANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMBANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019

terpenuhi, terdapat 6 balita (26.1%) yang memiliki karena rendahnya kemampuan untuk memenuhi
status gizi tidak normal. gizi yang baik.
Menurut asumsi peneliti, responden Selain itu, seorang ibu rumah tangga yang
dengan pendapatan tidak terpenuhi tetapi memiliki sehari-harinya terbiasa menyiapkan makanan bagi
balita dengan gizi normal yaitu sebanyak 16 balita anggota keluarganya harus mempunyai
(31.4%), hal ini terjadi karena, 8 ibu bisa pengetahuan dan ketrampilan tentang menu sehat
memamfaatkan perkarangan rumah untuk dan gizi seimbang, sehingga makanan yang
menanam bahan makanan yang mengandung nilai disajikan menarik untuk dikonsumsikan dan balita
gizi untuk balitanya, 5 ibu bisa memvariasikan tidak bosan, (Sediaoetama, 2006). Keterampilan
macam-macam masakan yang bergizi dari bahan ibu sangat diperlukan dalam upaya peningkatan
makanan yang dimamfaatkan di perkarangan status nutrisi balitanya secara baik, dalam
rumah, 3 ibu suaminya sering menangkap ikan di mengatur makanan agar menjadi lebih berguna
sungai untuk dikonsumsi sendiri, sehingga balita bagi tubuh, secara umum dinegara berkembang ibu
gizi balita dapat terpenuhi. Sedangkan responden memegang peranan penting dalam memilih dan
dengan pendapatan keluarga yang terpenuhi mempersiapkan pangan untuk dikonsumsi
namun memiliki balita dengan gizi tidak normal keluarga (Hardiansyah, 2007).
sebanyak 6 balita ( 26.1), hal ini dapat disebabkan Pendapatan yang rendah dapat
ibu tidak bisa mengelola keuangan dengan baik mempengaruhi banyak hal seperti pola konsumsi
meskipun pendapatan terpenuhi, namun tidak makanan kurang bergizi, pemeliharaan kesehatan,
membelajakan uang sesuai dengan kebutuhan gizi. dsb. Menurut Emil Salim, bahwa kemiskinan
Tingkat pendapatan merupakan faktor adalah merupakan suatu keadaan yang dilukiskan
yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
yan dikonsumsi. Kemampuan keluarga untuk kebutuhan hidup yang paling pokok seperti
membeli bahan makanan tergantung pada besar pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain.
kecilnya pendapatan, keluarga dengan pendapatan Salah satu akibat kurangnya kesempatan kerja
terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat adalah rendahnya pendapatan masyarakat (Ahmadi
memenuhi kebutuhan makananya terutama untuk Abu, 2003). Salah satu yang menyebabkan
memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh pendapatan keluarga menjadi rendah adalah
(Depkes RI, 2000 : 3). Umumnya jika pendapatan tingkat pendidikan yang terlampau rendah
naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut (Ahmadi Abu, 2003). Tingkat pendidikan
bervariasi. Tingkat penghasilan ikut menentukan khususnya pendidikan ibu dapat berpengaruh pada
jenis pangan apa yang akan dibeli dengan adanya kualitas pengasuhan anak selain itu juga
tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur
semakin besar pula persentase dari penghasilan pendidikan ibu sangat bepengaruh terhadap
tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat
mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan
jadi penghasilan merupakan factor penting bagi orang untuk menyerap informasi dan
kualitas dan kuantitas antara penghasilan dan gizi mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya
jelas ada hubungan yang menguntungkan. hidu sehari-hari. (Depkes RI, 2004 : 27).
Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap Hal ini sesuai dengan Penelitian yang
perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain dilakukan oleh Hartiwi (2011) yaitu terdapat
yang mengadakan interaksi dengan status gizi hubungan antara tingkat pendapatan keluarga
yang berlawanan hampir universal. dengan status gizi balita di dusun ngentak banjar
Menurut penelitian Gusman (2002) dan arum kalibawang kulon progo dengan nilai p value
Khair (2007) dalam Lisbet Sebataraja (2014). 0.009.
Masalah kekurangan gizi di Indonesia salah Pada kondisi pendapatan yang terbatas,
satunya dikarenakan dari kehidupan masyarakat pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi
Indonesia yang cenderung masih di bawah standar. prioritas utama, sehingga pada kelompok
Keadaan demikian sangat berpengaruh pada masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat
kecukupan gizi dalam suatu keluaga. Keluarga bahwa hasil pendapatan sebagian besar digunakan
yang masuk dalam kategori miskin, rentan terkena untuk membeli makanan.
masalah kekurangan gizi. Hal ini dikarenakan
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
12 | HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA TAMBANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMBANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019

PENUTUP Fikawati S dkk, (2017). Gizi Anak dan Remaja.


Kesimpulan Depok: Rajawali Pers.
Berdasarkan pada hasil penelitian dan Hidayat A, (2007). Riset Keperawatan dan Teknik
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
1. Sebagian besar responden memiliki Indah (2014), Hubangan Penyakit Infeksi dengan
pendapatan tidak terpenuhi Status Gizi pada Balita di Puskesmas
2. Sebagian besar balita memiliki status gizi Jambon Kecamatan Jambon Kabupaten
tidak normal Ponogoro Tahun 2014,
3. Adanya hubungan pendapatan dengan status https://www.google.co.id/url?q=https://lifest
gizi balita di desa Tambang Wilayah Kerja yle.kompascom/read/2012/01/30/13325976/
Puskesmas Tambang Kabupaen Kampar Faktor.Utama.Penyebab.Gizi.Buruk.Anak7s
tahun 2019. a=u&ved. Diperoleh tanggal12 juli 2019.
Saran Istiono, (2009), analisis faktor-faktor yang
1. Bagi responden ( Ibu balita) mempengaruhi status gizi balita, jurnal
diharapkan bagi keluarga untuk memenuhi kesehatan, nomor 3 halaman 5-6.
kebutuhan gizi balitanya dengan pemanfaatan Kemenkes Republik Indonesia. Pemantauan Status
lahan yang ada untuk menambah kebutuhan Gizi (PSG). Tahun 2017.
makanan. Marinda (2010), Hubungan Pendaatan Keluarga,
2. Bagi Institusi Kesehatan Pengetahuan Gizi Ibu, dan Pola Makan
Diharapkan kepada Puskesmas untuk dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
meningkatan penyuluhan kesehatan terkait Puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sregen,
gizi balita http://www.google.co.id/urul?q=http://eprins
.ums.ac.id/24014/9/naskah
DAFTAR PUSTAKA publlikasi.pdf&sa=U&ved=. Dipreroleh
Aeda E, (2006). Penyakit Menular dan Infeksi. tanggal 11 juli 2019.
Yogyakarta: Kanisius Muazlimah (2017), Hubungan Pendapatan
Ambarwati R, (2015). Ilmu Gizi dan Kesehatan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa
Reproduksi: Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih
Amiruddin R, (2014). Determinan Kesehatan Ibu Kabupaten Kediri,
dan Anak. Jakarta: Buku Kesehatan. https://www.google.co.id/url?=http://unpked
Ariani P, (2017). Ilmu Gizi. Yogyakarta: Nuha iri.ac.id/index.php/efektor-
Medika. e/article/download/965/656/7sa=&ved=.
BPS Kabupaten Kampar (2017). Pengeluaran rata- Diperoleh tanggal 14 juli 2019.
rata Per Kapita. Sasenas Notoatmodjo, (2012). Metedologi Penelitian dan
https://www.google.co.id/url?q=https://wwwb Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
ps.go.id/rata-rata-pengeluaran-perkapita- Nursalam, (2008). Konsep Dan Penerapan
sebulan-menurut:kelompok-barang:2017. Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Di peroleh tanggal 14 Mei 2019. Jakarta: Salemba Medika.
Depetermen Kesehatan Republik Indonesia. Sri (2010), Faktor-Faktor yang Berhubungan
Laporan Hasi Riset Kesehatan Dasar dengan Status Gizi Balita pada Keluarga
(Riskesdas). 2014. Buruh Tani di Desa Situwangi Kecamatan
Devi, (2010). Kecendrungan Masalah Gizi dan Rakit Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010,
Tantangan di Masa Depan. Jakarta: Dirjen http://www.google.co.id/url=http://lib.unnes.
Kesehatan Masyarakat Depetermen ac.id/2880/1/3320.pdf&sa=U&ved=
Kesehatan. diperoleh tanggal 10 juli 2019.
Dinkes Riau (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Pendidikan.
Tahun 2016. Bandung: Alfabeta.
Dinkes Riau (2017) Profil Kesehatan Kabupaten Wati, (2011), Ilmu Gizi Keperawatan dan
Kampar. Tahun 2017. Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai