Anda di halaman 1dari 4

Nama : Syahrul Aziz Athariq

NPM : 1402174056
Topik Atau Judul Artikel : Kinerja Keuangan
ABSTRAK
Pada dasarnya, kinerja perusahaan selalu menjadi salah tolak ukur dalam menilai perusahaan. Kinerja
perusahaan sendiri memiliki definisi sebagai sebuah hasil yang dibuat oleh pihak manajemen dalam suatu
periode secara terus menerus. Likuiditas dalam teori berhubungan positif dengan nilai perusahaan. Semakin
tinggi likuiditas maka nilai perusahaan tinggi dan semakin rendah likuiditas maka nilai perusahaan rendah.
Kemampuan kas yang tinggi akan berdampak terhadap kemampuan kewajiban jangka pendek perusahaan dan
berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa likuiditas tidak terlalu dipertimbangkan oleh pihak eksternal
perusahaan dalam melakukan penilaian sebuah perusahaan dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan harga saham sebuah perusahaan.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan
I. Pendahuluan
Pada dasarnya, kinerja perusahaan selalu menjadi salah tolak ukur dalam menilai perusahaan.
Kinerja perusahaan sendiri memiliki definisi sebagai sebuah hasil yang dibuat oleh pihak manajemen
dalam suatu periode secara terus menerus. Dalam hal ini, hasil yang dimaksud merupakan hasil dari
keputusan banyak individu (Helfert, 1996).
Walapun sempat anjok pada bulan Februari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat
di awal bulan Maret 2020 yang melonjak 57 poin atau 1,02% ke 5.707. Industri dasar masih memiliki
daya saing yang tinggi dalam peristiwa kenaikan IHSG ini. Terbukti industri dasar yang merupakan
bagian dari sektor manufaktur memimpin dalam kenaikan gain sebesar 1,91%. Pada LQ45 sendiri,
2 dari top 3 gainers merupakan perusahaan manufaktur, yaitu PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang
menghasilkan kenaikan gain sebesar 4,71% dan diikuti oleh PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
(TKIM) yang menghasilkan kenaikan gain sebesar 4,70%. Pada top 3 losers LQ45 sendiri tidak
terdapat perusahaan manufaktur, melainkan sektor dagang dan jasa (Rahmawati, 2020).
Pada fenomena yang terjadi, perusahaan manufaktur yang terdapat pada indeks LQ45
memiliki kinerja yang baik. Dalam indeks LQ45 juga, selalu terdapat perusahaan manufaktur.
II. Tijauan Pustaka
Pada dasarnya, kinerja keuangan selalu menjadi salah tolak ukur dalam menilai perusahaan.
Kinerja perusahaan sendiri memiliki definisi sebagai sebuah hasil yang dibuat oleh pihak manajemen
dalam suatu periode secara terus menerus. Dalam hal ini, hasil yang dimaksud merupakan hasil dari
keputusan banyak individu (Helfert, 1996).
Pengertian lainnya, kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya (Sucipto, 2003).
Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis
keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2006):
a Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara
membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan,
baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).
b Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi
keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
c Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total
aktiva maupun utang.
d Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang
dibandingkan.
e Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi
kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
f Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan
di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun
secara simultan.
g Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan
sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang
harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Riyanto (2010) juga mengelompokan rasio kedalam rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio leverage,
rasio-rasio aktivitas, dan rasio-rasio profitabilitas:
1. Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan
(current ratio, acid test ratio).
2. Rasio Leverage Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. (debt to total assets ratio, net worth to debt ratio dan
lain sebagainya)
3. Rasio-rasio Aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dayanya (inventory
turnover, average collection period, dan lain sebagainya).
4. Rasio-rasio Profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales. Return on total assets, return
on net worth dan lain sebagainya).
III. Pembahasan
Likuiditas dalam teori berhubungan positif dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi likuiditas
maka nilai perusahaan tinggi dan semakin rendah likuiditas maka nilai perusahaan rendah.
Kemampuan kas yang tinggi akan berdampak terhadap kemampuan kewajiban jangka pendek
perusahaan dan berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Likuiditas secara parsial hasil dalam
penelitian ini menemukan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini
mengindikasikan bahwa likuiditas tidak terlalu dipertimbangkan oleh pihak eksternal perusahaan
dalam melakukan penilaian sebuah perusahaan dan memiliki pengaruh positif tidak signifikan
terhadap perubahan harga saham sebuah perusahaan. Semakin kecil kepemilikan kas yang
disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki oleh perusahaan maka akan berdampak pada peningkatan
nilai perusahaan karena dengan adanya nilai kas yang berlebihan atau kepemilikan kas yang tinggi
pada cenderung membuat penurunan akuisisi dan merger (Harford, 1999). Hasil penelitian ini tidak
mendukung teori yang menyatakan informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi
pemakai laporan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Proses
pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai informasi perlu melakukan evaluasi terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Ervin (1998) yang menemukan laba lebih relevan daripada operasi,
investasi, atau arus kas pembiayaan dalam siklus perusahaan maturity.
Masuknya kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh likuiditas
terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Erlangga (2009), dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan
pada saat likuiditas tinggi dan kebijakan dividen tidak dapat menurunkan nilai perusahaan pada saat
likuiditas rendah.
IV. Kesimpulan dan Saran
Simpulan
Likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini mengindikasikan
bahwa likuiditas tidak terlalu dipertimbangkan oleh pihak eksternal perusahaan dalam melakukan
penilaian sebuah perusahaan dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga
saham sebuah perusahaan.

Saran
Berdasarkan simpulan penelitian maka pengaruh variabel likuiditas tidak signifikan dengan
kajian teori dan penelitian terdahulu. Variabel profitabilitas perlu mendapat perhatian baik bagi
investor maupun calon investor untuk menilai sebuah perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Harford, J. (1999). Corporate Cash Reserves and Acquisitions. The Journal of Finance, 1969-1997.
Helfert, E. A. (1996). Teknik Analisis Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rahmawati, W. T. (2020, Maret 5). IHSG melambung ke 5.700 pada Kamis pagi. Retrieved from
KONTAN.CO.ID: https://investasi.kontan.co.id/news/ihsg-melambung-ke-5700-pada-
kamis-pagi
Riyanto, B. (2010). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Sucipto. (2003). Penilaian Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai