Anda di halaman 1dari 8

HECTING

Jahitan,simpul,insisi dan ekstirpasi


Tujuan:
 Mahasiswa mampu melakukan aseptik dan antiseptik sebelum melakukan
tindakan
 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan jenis jahitan dan simpul
 Mahasiswa mampu melakukan teknik menjahit dan membuat simpul
 Mahasiswa mampu melakukan teknik melepaskan jahitan
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan insisi
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan ekstirpasi

Alat dan Bahan:


 Set aseptic dan antiseptic (Doek sudah dalam keadaan terpasang)
 Minor set
 Needle
 Benang jahit (Siede)
 Busa
 Handschoen

Dasar Teori :

Penjahitan luka dilakukan untuk merapatkan tepi-tepi luka sebagai usaha


penyembuhan luka per primum dengan edema minimal dan tidak ada infeksi loka.
Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan teknik menjahit yang lige artis. Teknik
menjahit sangat tergantung dari beberapa hal antara lain luka (bentuk sayatan,
bersih atau kotor, ada tidaknya kehilangan jaringan) dan juga pada instrumen,
benang, jarum, jahitan dan simpul. Dan semuanya memnentukan penyembuhan
luka dan perawatannya

Peralatan yang digunakan:


1. Tissue forceps (pinset) terdiri dari dua bentuk yaitu pinset yang bergigi di ujungnya
(surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu atraumatic tissue forceps
2. Needle holders yaitu pemegang jarum, seperti klem tetapi biasanya mempunyai lubang di
tengah
3. Suture needle (jarum)
4. Hemostatic forceps ujung tak bergigi (pean) dan ujung bergigi (kocher)

Sebelum melakukan penjahitan luka, tahapan yang harus dilakukan adalah


1. Prinsip aseptik dan antiseptik pada baik pada tenaga medis dan pasien
2. Melakukan pembersihan luka dahulu apabila lukanya kotor dengan menggunakan
antiseptic
3. Melakukan anestesi lokal dengan teknik infiltrasi
4. Melakukan esksisi jaringan apabila ada jaringan yang rusak, mati, atau kotor,
apabila ada perdarahan maka dilakukan hemostasis perdarahan (penghentian
perdarahan)

1
Peralatan dengan pegangan berbentuk cincin:
Semua peralatan ini harus digunakan oleh tangan dalam posisi setengah supinasi
atau supinasi sempurna; bila tangan diputar menjadi supinasi.

Menggunakan Benang halus dan pemegang jarum :


Sebagian besar jahitan sederhana yang paling baik dikerjakan menggunakan
jarum kecil jenis cutting berbentuk setengah lingkaran pada sebuah pemegang
jarum. Sebaiknya menggunakan jarum tanpa mata kecuali pada keadaan yang
tidak memungkinkan.
(1) Angkat dan sedikit balikkan keluar lipatan dengan pinset bergigi
(2) Pegang pemegang jarum baik dengan cara memegang standar melalui
cincin, atau bila dengan telapak tangan Anda
(3) Arahkan jarum pertama kali vertikal menembus lipatan dan diikuti
gerakan memutar sementara anda menahan jaringan dengan
menggunakan pinset

(4) tangkap ujung jarum dengan pinset atau pemegang jarum dan tarik
jarum. Kemudian masukkan jarum menembus belahan yang kedua

Gambar 1-A Gambar 1-B

2
Gambar 1-C Gambar 1-D

Gambar 1-A s/d 1-D Teknik penjahitan

Gambar 2

Gambar 2-B

3
Gambar 2-C

Gambar 2-D Gambar 2-E

Gambar 2-E Gambar 2-F

Gambar 2-A s/d 2-F Teknik Simpul

4
Pemilihan Jarum
Jarum terdiri dari :
o Jarum traumatis : jarum yang mempunyai „mata‟ untuk memasukkan
benang di bagian ujung tumpulnya sehingga benangnya bisa diganti.
Pada bagian yang bermata ukurannya lebih besar dari bagian ujung
yang tajam.
o Jarum atraumatis : jarum yang tidak memiliki mata sehingga ujung
jarumnya langsung dihubungkan dengan benang dan memiliki ukuran
penampang yang sama.
o Jarum cutting : jarum yang penampangnya berbentuk segitiga atau pipih dan tajam.
Dipakai untuk menjahit kulit dan tendon
o Jarun non-cutting (tappered) : jarum yang penampangnya bulat dan
ujungnya saja yang tajam. Dipakai untuk menjahit jaringan yang lunak

Pemilihan Benang
Benang terdiri dari :
o Benang yang dapat diserap (absorbable) digunakan untuk menjahit
jaringan di bawah kulit ,contoh :
 catgut : terbuat dari usus halus dan kucing
 benang sintesis : multifilamen (asam poliglikoliat dan asam
 poliglaktik) dan monofilamen (polidiaksone)
o Benang yang tidak diserap (non aborbable) digunakan untuk menjahit kulit
 Sutera
 Poliester (dacron)
 Polipropilene (prolene)
 Kawat baja

Teknik Penjahitan Luka :


1. Penjahitan terputus (Interrupted suture):
 Merupakan standar baku dan jenis jahitan yang paling sering digunakan.
 Bisa dilakukan pada semua jenis luka.
 Memiliki kekuatan tarik lebih besar dan kecenderungan minimal
dalam menyebabkan edema luka dan gangguan sirkulasi kulit
 Bisa berupa jahitan terputus sederhana (simple interrupted suture)
2. Penjahitan continuous
 Sering digunakan untuk menjahit luka yang lama dimana ketegangan
kulit dapat diminamalisasi dengan penjahitan yang dalam.
 Sering digunakan untuk penutupan kulit kepala
 Memberikan keuntungan dalam hemostasis dengan mengkompresi tepi luka.
3. Penjahitan Matras
 Jahitan matras vertikal teknik ini digunakan jika eversi tepi luka tidak
bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan terputus, misalnya
di daerah yang lemak sunkutannya tipis dan tepi luka cenderung
masuk ke dalam.
 Jahitan matras horizontal teknik ini digunakan untuk menautkan
fascia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk
menjahit lemak subkutan karena membuat kulit di atasnya
bergelombang.

5
4. Penjahitan Subcuticular
 Dapat dilakukan secara terputus atau kontinyu.
 Pada penutupan subkutan kontinyu, jarum lewat secara horizontal
pada dermis superfisial sejajar permukaan kulit untuk mendekatkan
permukaan kulit
 Teknik ini menghindari perlunya jahitan kulit luar dan mengurangi
kemungkinan timbulnya bekas jahitan pada kulit

Pengangkatan Jahitan (Angkat Jahitan) :


Pengangkatan jahitan dapat dilakukan dapat dilakukan setelah kira-
kira 7-10 hari. Pengangkatan jahitan bisa dipengaruhi lokasi penjahitan luka,
dan ada atau tidaknya infeksi. Sebelum pengangkatan jahitan, adanya crusta
pada jahitan dilakukan debridemen menggunakan hidrogen peroksida yang
dilapisi kasa.

Gambar Pencabutan Simpul

Tabel 1. Lama Waktu Penjahitan Luka sampai Pelepasan Jahitan

Lokasi Lama
Hari
Wajah 3-5
Kulit Kepala 10
Dada 8-10
Punggun 10-14
Lengan 10-14
Jari 8-10
Telapak tangan 8-10
Ekstermitas bawah 8-12
Telapak kaki 10-12

Sumber : Tintinalli,JT dkk. 2004. Tintinalli's Emergency Medicine: A


Comprehensive Study Guide, seventh edition. The McGraw-Hill
Companies, Inc

6
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN
“ KESDAM II / SRIWIJAYA “
YWBKH Alamat : Jln. Sultan Mahmud Badaruddin II No. 1 Palembang 30132 Telp. 0711-368191

CEK LIST KETERAMPILAN HECTING DAN ANGKAT JAHITAN


NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
Interaksi Perawat-Pasien
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Informed consent
Prosedural
A. Penjahitan (Hecting)
1 Mencuci tangan WHO, pemasangan Handchoen
2 Ambil needle holder, needle, pasangkan benang
3 Tepi jaringan Dipegang dengan dengan pinset,
lakukan traksi
4 Tusukkan jarum dengan arah tegak lurus pada permukaan kulit dan tepi luka. Posisi
lengan bawah
dalam pronasi lalu lakukan gerakan rotasi lengan menjadi supinasi
5 Tembuskan jarum sampai kurang lebih mencapai
pertengahan lengkung, sambut dengan pinset lalu sambut dengan needle holder, tarik

6 Siapkan jarum pada posisi semula (forehand,ujung


needle holder, 1/3 bagian distal jarum) untuk memulai manuver selanjutnya
7 Ulangi hal yang sama pada tepi luka lain, dimulai dari
bagian dalam luka dan diarahkan ke permukaan kulit
8 Selesai melakukan manuver ini, benang ditarik menyisakan ujung benang kurang lebih 2-3
cm dari
needle bite untuk membuat simpul
9 Lakukan manuver pembuatan simpul.
Simpul pertama dengan sekali puntiran backhand dan simpul kedua dengan dua kali
puntiran forehand
10 Tegangkan kedua ujung benang dan potong dengan menyisakan kurang lebih 0,5-1 cm
dari simpul
11 Jahitan ketiga, keempat dan seterusnya dikerjakan
secara berutuan sehingga mencapai ujung luka
12 Ambil needle holder, needle, pasangkan benang
13 Tepi jaringan Dipegang dengan dengan pinset,
lakukan traksi
B. Mengangkat jahitan (Angkat Jahitan)
1 Lakukan prosedur A dan antisepsis pada daerah luka
Pegang benang jahitan yang akan diangkat pada
2 simpulnya menggunakan pinset anatomic
3 Lakukan sedikit traksi ,lakukan pemotongan benang
4 Menarik keseluruhan benang, jangan sampai benang
yang terpapar di permukaan masuk ke dalam jaringan melalui jalur benang
Jumlah bobot nilai yang didapat
Total Nilai
Keterangan :
Bobot Nilai : 0 = Tidak dilakukan
1. = Dilakukan, tidak sempurna
2. = Dilakukan, sempurna
Total Nilai : Jumlah bobot nilai yang didapat x 100
16
Kriteria Penilaian :
1. Nilai Batas lulus : 75
2. Nilai Borderline : ≥ 60 – 74
7
3. Nilai Tidak Lulus : ≤ 59
DAFTAR PUSTAKA

1. Dudley,HAF dkk. 1995. Pedoman tindakan praktis medik dan


bedah. EGC. Jakarta
2. Anonim. Prinsip-prinsip Dasar Bedah Minor.
3. Tintinalli,JT dkk. 2004. Tintinalli's Emergency Medicine: A
Comprehensive Study Guide, Seventh edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc.
4. Anonim. ETHICON Wound Closure Manual. Ethicon,Inc.
5. Coffee, H.L. 1993 .Ditch Medicine: Advanced Field
Procedures for Emergencies. Paladin Press. USA
6. Musliha.2010.Keperawatan Gawat Darurat (Plus Contoh Askep Dengan
Pndekatan Nanda Nic Noc).Nuha Medika:Yogyakarta
7. Depkes Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) /
General Emergency Life Support (GELS) : Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga. Dirjen Bina Yanmed
RI, 2014.
8. Karo, Santoso.dkk. (2009) Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung

Anda mungkin juga menyukai