Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN”

Disusun Oleh:

Zahra Luthfiyani Tauhid

NPM 202012500600

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Universitas Indraprasta PGRI

Jakarta

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat iman, nikmat sehat, serta nikmat panjang umur sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah “Landasan dan Asas-asas Pendidikan serta Aliran-aliran

Filsafat Pendidikan” tepat pada waktunya. Terima kasih pula saya tujukan kepada

Bapak Selamat H. Napitupulu, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan

yang telah membimbing dan mengarahkan saya.

Makalah ini membahas mengenai pengertian landasan dan asas-asas

pendidikan serta macam-macam asas-asas pendidikan. Saya juga menuangkan materi

aliran-aliran filsafat pendidikan mulai dari definisi hingga macam-macam aliran

filsafat pendidikan yang ada.

Saya menyadari adanya kekurangan di dalam makalah ini. Meskipun seperti

itu, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang

membangun pun saya harapkan dari pembaca untuk evaluasi dan perbaikan ke

depannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 20 November 2020

Zahra Luthfiyani Tauhid


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan
masyarakat suatu bangsa tertentu.
Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat
tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan
asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam
merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Pendidikan juga tidak lepas dari aliran-aliran filsafat yang ada. Filsafat adalah studi tentang
seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam
konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi
untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Maka dari itu, landasan dan asas pendidikan sangat berperan penting di dalam dunia
pendidikan. Begitu juga dengan aliran-aliran filsafat pendidikan, dimana pendidikan
mengikuti aliran yang filsafat pendidikan yang dianggap paling baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apakah yang dimaksud Landasan Pendidikan?
2. Apa sajakah landasan pendidikan?
3. Apakah yang dimaksud asas-asas pendidikan?
4. Apa sajakah asas-asas Pendidikan?
5. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan?
6. Apa sajakah aliran-aliran filsafat pendidikan yang ada?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Landasan Pendidikan
2. Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan
3. Untuk mengetahui pengertian dari asas-asas Pendidikan
4. Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan
5. Untuk mengetahui pengertian aliran filsafat pendidikan
6. Untuk mengetahui macam-macam aliran filsafat pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Landasan Pendidikan
A. Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar, atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan
ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual
(contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut
praktek (praktek pendidikan) dan yang kedua dari sudut pandang studi (studi pendidikan).
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam
membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan
bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun
mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).
Sedangkan studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan
dan atau studi pendidikan.

B. Macam-macam Landasan Pendidikan


1. Landasan Filosofis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat
pendidikan, meyangkut tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat
yang kita kenal sampai saat ini adalah Esensialisme, Perenialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme, dan Ekstensialisme.
1. Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
2. Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3. Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah atau
lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional


Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Sedangkan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia,
dan dasar negara Indonesia.

2. Landasan Sosiologis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang
proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang
lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain,
2. Hubungan kemanusiaan,
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya,
4. Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi
sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan
pendidikan semakin meningkat dan komplek. Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat
terutama dalam hal menumbuhkembangkan Ke-Bhineka Tunggal Ika-an, baik
melalui kegiatan jalur sekolah (dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa,
dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4,
pemasyarakatan P4 nonpenataran).

3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalur mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara
formal maupun informal. Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-
perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola
tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial
yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah
lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu
melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari ke-bhineka tunggal ika-an masyarakat
dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan
kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan
anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama
kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan
kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang
akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan.

b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis


Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar
untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang
tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologi


a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik
untuk mengadopsi teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses
penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam
bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan
IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar
IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, yang dimulai pada permulaan kehidupan manusia.
Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar yang menjadi
hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan
informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.

C. Fungsi Landasan Pendidikan


Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka
prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya,
efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang dipilihnya. Dengan demikian landasan yang
kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat
dihindarkan sehingga praktek pendidikan diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta
dapat dipertanggungjawabkan.

Asas-asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.

1. Asas Tut Wuri Handayani


Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sistem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo
dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu
kesatuan asas yaitu:

 Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh),


 Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat),
 Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang
dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal.

 Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan


antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan.
 Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar
itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam
peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan
peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar
Siwa Aktif).

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Definisi Aliran Filsafat Pendidikan


Filsafat merupakan induk ilmu. Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu
“philein” atau “philos” yang berarti cinta atau sahabat dan “shopia” atau “sophos” yang
berarti kebijaksanaan, maka filsafat memiliki arti yaitu cinta terhadap kebijaksanaan.
Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang berusaha menjadi bijak, selanjutnya filsafat mulai
menyempit yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan
intelektual (intelectual curiosity), juga filsafat pada masa ini ialah menjawab pertanyaan yang
tinggi yaitu pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains. Secara terminologi filsafat
banyak diartikan oleh para ahli secara berbeda, perbedaan konotasi filsafat disebabkan oleh
pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat
itu sendiri.
Definisi lain dari filsafat adalah sebagai hasil berfikir dan sikap hidup atau pandangan hidup.
Peran utama dari filsafat yaitu:
1. Filsafat telah mampu mengubah pengetahuan, tradisi, dan kebiasaan masyarakat.
2. Dengan berfikir pula manusia telah terbebas dari kebodohan.
3. Filsafat juga membimbing manusia untuk berfikir secara masuk akal.

Jadi, filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan
hakikat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan
pendidikan antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Kebenaran filsafat tidak
bersifat mutlak, karena pikiran setiap filsuf tidak sama.

B. Macam-macam Aliran Filsafat Pendidikan


1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran
ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar,
cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tujuan pendidikan
idealisme adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri siswa.
Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume,
Al Ghazali.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat
bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi
realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan
di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek
pengetahuan manusia.
Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc
Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3. Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada
filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Menurut aliran ini bahwa segala sesuatu yang telah terjadi dan dialami
manusia atau pengalaman itu merupakan hal yang terjadi ketika adanya hubungan dan
interaksi yang didalamnya individu tersebut terlibat dan pengalaman tersebut terus menerus
berubah.
Dalam bidang pendidikan aliran Pragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus memiliki
tujuan untuk menyediakan pengalaman yang dapat berguna untuk memecahkan permasalahan
ataupun hal-hal baru dalam kehidupan individu itu sendiri ataupun kehidupan sosialnya.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diharapkan kurikulumnya pun dapat
menunjang, dengan tujuan pendidikan yang seperti itu maka kurikulumnya pun harus berisi
tentang pengalaman-pengalaman yang memang sudah teruji yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa. Oleh karena itu pendidik diharapkan untuk dapat membimbing siswa agar
dapat menemukan pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran dan berharga bagi individu
namun tidak terlalu ikut campur dengan minat dan kebutuhan yang dimiliki oleh siswa.
Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John
Dewey, Heracleitos.

4. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum,
eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan
kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau
realitas.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin
Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.

5. Filsafat Pendidikan Progresivisme


Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatugerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran
ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa
mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau
bidang muatan.
Progesivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa
manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan
mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan dan mengancam adanya manusia itu
sendiri. Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statement progresivisme, maka
beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan
bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu hayat, antropologi, psikologi, dan ilmu
alam.
Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan
lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar dunia nyata, dan
juga pengalaman teman sebaya.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley,
Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.

6. Filsafat Pendidikan Esensialisme


Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat
bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara
kaum muda.
Filsafat Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-niali yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan
kestabilan dan nilai-niali terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Prinsip-prinsip
Esensialisme adalah :
1. Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme objektif yang
modern, yaitu alam semesta diatur oleh hukum alam. Sehingga tugas manusia memahami
hukum alam adalah dalam rangka menyesuaikan diri dan pengelolaannya.
2. Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam dan warisan
budaya. Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil.
3. Nilai kebenaran bersifat korespondensi, yaitu adanya hubungan antara gagasan dan
fakta secara objektif.
4. Bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan humanisme klasik
yang berkembang pada zaman renaissance.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan
Isac L. Kandell.

7. Filsafat Pendidikan Perenialisme


Di zaman kehidupan modern ini, banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan
manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka
Perenialisme memberikan jalan keluar yaitu kembali kepada kebudayaan masa lampau yang
dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak
mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang teruji dan tangguh. Jelaslah
bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kepada masa lampau.
Karena dengan mengembalikan keadaan masa lampau ini, kebudayaan yang dianggap krisis
ini dapat teratasi melalui Perenialisme. Karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya
pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.
Dari pendapat ini, sangatlah tepat jika dikatakan perenialisme memandang bahwa pendidikan
itu sebagai jalan kembali, yaitu sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang
(zaman modern) ke masa lampau.
Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana
susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang
untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan
menemukan arah tujaun yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya
filsafat pendidikan.
Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan Ortimer Adler.

8. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir
didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh
George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru,
masyarakat yang pantas dan adil.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan
satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi
suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk
memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan
secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
Setiap aliran-aliran filsafat mempunyai pengertian tersendiri yang dapat dipelajari, diamati
bahkan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap aliran mempunyai makna yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
membuat pendidikan yang lebih baik lagi, maka dari itu baik siswa maupun guru dapat
menela’ah secara baik dan apa saja yang pantas untuk dipelajari dan dikembangkan. Aliran
ini juga mengajarkan kita dapat menghargai dan mengenal nilai-nilai budaya yang telah ada
sejak peradaban umat manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

M. Noor Syam. 1987. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional.

Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Djumransyah, H. M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayu Media Publishing.

http://forum.indonesiamengajar.org/discussion/115/aliran-aliran-dalam-filsafat-pendidikan/p1

http://lenysyilvianingsih.blogspot.com/2012/12/aliran-dalam-filsafat-pendidikan.html

http://mayaoscarina00.blogspot.com/2013/04/aliran-aliran-filsafat-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai