Anda di halaman 1dari 5

Nama 1 Febriyanti Br Purba

NIM 2 1402174088
Topik 3 Financial Distress

ABSTRAK
Tujuan penulisan topik mengenai Financial Distress ini yaitu bisa menjadi acuan dan
juga informasi deskriptif untuk membantu perusahaan ataupun pihak yang sedang mengalami
kesulitan keuangan dan atau perusahaan dapat mengukur tingkat kesulitan keuangannya
melalui metode Altman Z-score. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan
perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau rawan kebangkrutan, dimulai ketika perusahaan
tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas yang mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya. Tahapan dalam penelitian ini
yaitu dengan mengumpulkan data melalui data sekunder kemudian menganalisa data-data
yang sudah terjadi. Tahap terakhir yang dilakukan penulis yaitu dengan cara mengukur tingkat
kesulitan keuangan melalui metode Altman Z-score.

II. PENDAHULUAN
Financial distress adalah kondisi yang menggambarkan keadaaan sebuah perusahaan
yang sedang mengalami kesulitan keuangan, artinya perusahaan berada dalam posisi yang
tidak aman dari ancaman kebangkrutan atau kegagalan pada usaha perusahaaan tersebut
(Herianti & Juwita, 2018). Alat Ukur untuk financial distress menggunakan Altman Z-Score.
Altman Z-Score adalah pengukur kinerja dalam memprediksi kecenderungan, kebangkrutan
dan ketidakbangkrutan perusahaan. Apabila nilai hasil perhitungan menunjukkan angka yang
rendah, maka perusahaan tersebut termasuk dalam, perusahaan yang akan lebih berhati-hati
dalam mengelola keuangannnya, sehingga lebih memungkinkan untuk mencari suatu
mekanisme pengalihan resiko yaitu aktivitas hedging (Herianti & Juwita, 2018).
Kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik akan mendatangkan kesulitan
bagi perusahaan, sebab perusahaan akan kehilangan pelanggan dan pemasok maupun
kehilangan proyek baru karena manajemen hanya berkonsentrasi kepada
penyelesaian kesulitan keuangan (Cinantya & Merkusiwati, 2015). Financial distress dapat
menyebabkan pengurangan efisiensi manajemen. ntrol manajamenen. Untuk menghindari
buruknya kualitas laporan keuangan maka perusahaan sering kali berupaya memperbaikinya,
dan ini memakan waktu yang tidak sedikit sehingga sering kali menyebabkan keterlambatan
dalam penerbitan laporan keuangan (Paulalengan & Dwi Ratnadi, 2019).
Financial Distress sangatlah penting diketahui agar setiap perusahaan dapat mengatasi
apabila terjadi kesulitan keuangan dan dapat mengetahui apa-apa saja yang menyebabkan
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. faktor penyebab financial distress dapat berasal
dari dalam (internal) maupun di luar (external) perusahaan.Faktor internal perusahaan yang
dapat mempengaruhi kondisi financial distress yaitu likuiditas, leverage, dan ukuran
perusahaan. .Apabila kewajiban jangka pendek sebuah perusahaan dapat diatasi dengan baik
dan tepat waktu, maka memungkinkan perusahaan tersebut terhindar dari financial distress,
hal ini menunjukkan bahwa likuiditas yang tinggi akan menghindari perusahaan dari indikasi
kesulitan keuangan (Zhafirah, 2019). Disisi lain tujuannya supaya setiap perusahaan yang
terjebak financial distress agar perusahaannya tetap berdiri, mau tidak mau mengambil risiko
untuk lebih, dan lebih agresif (Alifianti et al., 2017).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Financial distress merupakan penurunan kondisi keuangan perusahaan sebelum
mencapai kebangkrutan (Yudha, 2014). Financial distress dapat dimulai dari kesulitan
likuidasi (jangka pendek) yang merupakan financial distress yang paling ringan sampai ke
pernyataan kebangkrutan yang merupakan financial distress yang paling berat serta bahwa
suatu perusahaan dapat dikatakan berada dalam kondisi financial distress apabila perusahaan
tersebut mempunyai laba bersih negatif selama beberapa tahun (Agustini & Wirawati, 2019).
Perusahaan dapat diindikasikan sedang mengalami kesulitan keuangan apabila perusahaan
tersebut menunjukkan laba operasi negatif, laba bersih negatif, EPS negatif dan melakukan
penggabungan usaha (Zhafirah, 2019).
Untuk mengukur tingkat kesulitan keuangan suatu perusahaan diperlukan beberapa
rasio. Rasio yang paling andal dalam memprediksi financial distress di perusahaan adalah
rasio leverage, likuiditas, aktivitas sedangkan rasio profitabilitas adalah satusatunya rasio yang
tidak signifikan dalam memprediksi financial distress (Maulida et al., 2018)
Metode pengukuran financial distress biasanya menggunakan metode Altman.
Pengukuran financial distress menggunakan metode Altman (1993), sebagai berikut :
Z Score = 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,42 MVE/BVD + 0,998 S/TA
WC/TA = working capital/total assets
RE/TA = retained earning/total assets
EBIT/TA = earning before interest and tax/total assets
MVE/BVD = market value of equity/book value of debt (Yudha, 2014).
S/TA = sales/total assets
Jika ditemukan: Z-score< 1,2 maka termasuk perusahaan yang mempunyai kemungkinan
bangkrut atau mengalami financial distress.
1,2 <Z-score< 2,90 maka termasuk dalam zone of ignorance atau grey area.

III. PEMBAHASAN
Financial Distress biasanya sering digunakan peneliti untuk melakukan penelitian
disuatu perusahaan sebagai salah satu variabel untuk melihat berbagai macam, daiantaranya
kelancaran suatu perusahaan tersebut ataupun tingkat persentasi perusahaan tersebut untuk
bangkrut. Financial distress itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek),
yang merupakan financial distress yang paling ringan sampai ke pernyataan kebangkrutan,
yang merupakan financial distress yang paling berat (Badung et al., 2017). Financial distress
merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau rawan
kebangkrutan, dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau
ketika proyeksi arus kas yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tidak dapat
memenuhi kewajibannya (Yudha, 2014).
Biasanya perusahaan yang sedang dan akan dilanda bangkrut biasanya disebabkan
karena adanya kesulitan keuangan. Dalam hal tersebut perusahaan harus mengetahui faktor-
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya financial distress. Terminologi financial distress
digunakan dalam beberapa konteks yang berbeda untuk mengindikasikan adanya kegagalan,
ketidakmampuan untuk melunasi utang dan kebangkrutan (Audrey, 2019). Financial distress
merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan
ataupun likuidasi (Audrey, 2019). Hal ini memaksa perusahaan untuk melakukan negosiasi
dengan kreditor mengenai kondisi penundaan pelunasan utang perusahaan selama periode
restrukturisasi financial distress. Mengingat hal tersebut, hanya sedikit investor yang
mempercayai bentuk investasi seperti ini. Ketidakpastian pendanaan finansial dari investor
menjadi ketiadaan jaminan untuk memberikan solusi jangka Panjang (Audrey, 2019).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Financial Distress merupakan kesulitan keuangan, dimana apabila perusahaan sudah
atau sedang mengalami kebangkrutan. Financial distress dapat dimulai dari kesulitan likuidasi
(jangka pendek) yang merupakan financial distress yang paling ringan sampai ke pernyataan
kebangkrutan yang merupakan financial distress yang paling berat serta bahwa suatu
perusahaan dapat dikatakan berada dalam kondisi financial distress apabila perusahaan
tersebut mempunyai laba bersih negatif selama beberapa tahun (Agustini & Wirawati, 2019).
Perusahaan juga dapat mengukur tingkat kesulitan keuangan dengan metode Altman Z-score.
4.2 Saran
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyarankan supaya pembaca mengetahui
dengan jelas mengenai financial distress dan juga faktor-faktor yang menyebabkan financial
distress. Financial distress dapat diukur dengan metode Altman Z-score agar pihak perusahaan
dapat mengetahui tingkat kesulitan keuangan yang sedang dihadapi.

TINJAUAN PUSTAKA

Agustini, N. W., & Wirawati, N. G. P. (2019). Pengaruh Rasio Keuangan Pada Financial
Distress Perusahaan Ritel Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). E-Jurnal
Akuntansi, 26, 251. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i01.p10
Alifianti, R., Putri, H., & Chariri, A. (2017). Pengaruh Financial Distress Dan Good Corporate
Governance Terhadap Praktik Tax Avoidance Pada Perusahaan M Anufaktur.
Diponegoro Journal of Accounting, 6(2), 56–66.
Audrey, L. (2019). ULTIMA Management | ISSN 2085-4587. 11(1), 55–76.
Badung, D. I. K., Nyoman, N., & Suhartiningsih, T. (2017). Prediksi Financial Distress Pada
Koperasi Simpan Pinjam Di Kabupaten Badung. E-Jurnal Akuntansi, 18(1), 176–188.
Cinantya, I. G. A. A. P., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2015). Pengaruh Corporate Governance,
Financial Indicators dan Ukuran Perusahaan pada Financial Distress. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 10(3), 897–915.
Herianti, S., & Juwita, R. (2018). PENGARUH LIQUIDITY, FINANCIAL DISTRESS,
GROWTH OPPORTUNITY DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
KEPUTUSAN HEDGING PADA SEKTOR MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2017 Syenni. Jurnal ST, 1(1), 1–13.
Maulida, I. S., Moehaditoyo, S. H., & Nugroho, M. (2018). Analisis Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia 2014-2016. Jurnal Ilmiah Administrasi Bisnis Dan Inovasi, 2(1), 179–
193. https://doi.org/10.25139/jai.v2i1.1149
Paulalengan, A. J., & Dwi Ratnadi, N. M. (2019). Pengaruh Financial Distress, Umur
Perusahaan, dan Good Corporate Governance pada Kecepatan Publikasi Laporan
Keuangan Tahunan. E-Jurnal Akuntansi, 27, 2010.
https://doi.org/10.24843/eja.2019.v27.i03.p14
Yudha, A. (2014). ANALISIS PENGARUH PENERAPAN MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KEMUNGKINAN PERUSAHAAN MENGALAMI
KONDISI FINANCIAL DISTRESS (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012). Diponegoro Journal of
Accounting, 0(0), 430–441.
Zhafirah, A. (2019). Analisis Determinan Financial Distress. Analisis Determinan Financial
Distress, 7(1), 195–202. https://doi.org/10.17509/jrak.v7i1.15497

Anda mungkin juga menyukai