Anda di halaman 1dari 10

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

KINERJA MODULUS DINAMIS DARI CAMPURAN STONE


MATRIX ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN ASPAL
MODIFIKASI ELVALOY

Septian AS Bambang Sugeng Subagio Harmein Rahman


Program Studi Magister Sistem Program Studi Magister Sistem Program Studi Magister Sistem
dan Teknik Jalan Raya dan Teknik Jalan Raya dan Teknik Jalan Raya
Fakultas Teknik Sipil dan Fakultas Teknik Sipil dan Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan Lingkungan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung Institut Teknologi Bandung Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No 10 Bandung Jl. Ganesha No 10 Bandung Jl. Ganesha No 10 Bandung
40132 40132 40132
Telp: 08562657827 Telp: 0811196109 Telp: 0818427274
septian27as@gmail.com bssubagio@yahoo.com rahmanharmein@gmail.com

Abstract
Stone Matrix Asphalt (SMA)is a gap-graded mixture which has an advantage in retaining cracks and ruts in
the pavement. Elvaloy modified asphalt is used at this research as a comparison against the mixture using
conventional asphalt. Mix design carried out by Marshall method wherein the characteristic properties refers
to AASHTO specifications. The performance of the mixture is obtained by using a Dynamic Modulus Test
through the AMPT (Asphalt Mixture Performance Tester) apparatus. Dynamic Modulus Test can be used to
develop a master curve of each mixture. Based on its characteristics,Elvaloy modified asphalt gives stiffer
and less susceptible in case of temperature changes.In general, using Elvaloy modified asphalt mixture
indicates better performance, with optimum use Elvaloy levels as much as 1%. Overall, the SMA mixture
using Elvaloy modified asphalt can be considered to be an alternative solution to prevent the problems of
road damage in Indonesia.

Keywords: SMA, Elvaloy, AASHTO, Dynamic Modulus, master curve.

Abstrak
SMA (Stone Matrix Asphalt) merupakan campuran bergradasi senjang yang mempunyai keunggulan dalam
menahan retak dan alur pada perkerasan jalan. Pada penilitian ini digunakan campuran yang menggunakan
aspal modifikasi Elvaloy sebagai pembanding terhadap campuran yang menggunakan aspal konvensional.
Perencanaan campuran dilakukan dengan metode Marshall dimana sifat-sifat karakteristik campurannya
mengacu pada spesifikasi AASHTO. Kinerja campuran diperoleh melalui pengujian Modulus Dinamis
menggunakan alat AMPT (Asphalt Mixture Performance Tester). Modulus Dinamis dapat digunakan untuk
membangun master curve dari masing-masing campuran.Berdasarkan karakteristiknya, aspal modifikasi
Elvaloy menunjukkan sifat yang lebih kaku serta lebih tahan terhadap perubahan temperatur. Secara umum,
campuran yang menggunakan aspal modifikasi Elvaloy menunjukkan kinerja yang lebih baik, dengan
optimum penggunaan kadar Elvaloy sebanyak 1%. Secara keseluruhan, aspal modifikasi Elvaloy cocok
digunakan pada campuran SMA dan dapat dipertimbangkan menjadi alternatif solusi untuk mengatasi
permasalahan kerusakan jalan di Indonesia.

Kata kunci: SMA, Elvaloy, AASHTO, Modulus Dinamis, master curve.

PENDAHULUAN
Salah satu jenis perkerasan lentur yang ada saat ini adalahStone Matrix Asphalt (SMA).
Walaupun masih jarang digunakan di Indonesia, perkerasan ini dianggap mempunyai
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

kelebihan dibandingkan dengan jenis perkerasan lainnyakarena perkerasan SMA


mempunyai ketahanan terhadap alur,serta fleksibilitas dan durabilitas yang lebih tinggi.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan dari perkerasan
jalan adalah dengan menerapkan teknologi terbaru pada material aspal, salah satunya yaitu
penggunaan aspal modifikasi. Modifikasi dari campuran aspal ini juga menawarkan solusi
untuk mengurangi frekuensi pemeliharaan dan memperpanjang usia layan dari jalan.
Dalam penelitian ini digunakan aspal modifikasi Elvaloy yang dipercaya mampu mengatasi
masalah kerusakan perkerasan seperti rutting, stripping dan cracking (DuPont, 2014).

Kinerja campuran beraspal diukur dari pengujian Modulus Dinamis yang bertujuan untuk
mengetahui respon campuran terhadap tegangan dan regangan, dimana nilainya
dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan pembebanan lalu lintas. Pada pengujian
Modulus Dinamis terdapat proporsi bagian elastis dan bagian yang viskos atau dengan kata
lain nilai Modulus Dinamismengakomodasi sifat viskoelastis dari campuran. Berbeda
dengan pengujianModulus Resilien yang hanya memperhitungkan bagian yang elastis dan
tidak memperhitungkan bagian yang viskos. Selain itu analisis Modulus Dinamis dapat
digunakan untuk mengembangkan master curve dari campuran beraspal. Pengujian
Modulus Dinamis dilakukan dengan menggunakan alat Asphalt Mixture Performance
Tester (AMPT), sedangkan pembuatan benda ujinya menggunakan alat pemadat gyratory.

STONE MATRIX ASPHALT (SMA)


Campuran SMA mengandung dua komponen utama yaitu kerangka agregat kasar (coarse
aggregate skeleton) dan pengikat berupa aspal mortar. Kekuatan campuran SMA muncul
dari kandungan agregat kasarnya yang cukup tinggi sehingga memiliki banyak kontak
antar butiran batu dengan batu (stone-on-stone contact) dibanding jenis campuran lain,
yang berfungsi sebagai kerangka (skeleton) untuk menahan deformasi permanen. Kerangka
yang terbentuk dihasilkan melalui kontribusi agregat yang mendominasi, yaitu agregat
tertahan saringan nomor 4. Peningkatan durabilitas yang dimiliki SMA muncul dari
kandungan aspal yang lebih banyak dan lapisan aspal yang tebal. Tingginya kadar aspal ini
juga meningkatkan fleksibilitas yang memberikan ketahanan terhadap retak lelah (fatigue).

Kondisi stone-on-stone contact pada campuran SMA didefinisikan sebagai volume rongga
pada partikel agregat kasar, termasuk di dalamnya berupa filler, afregat halus, rongga
udara, aspal dan serat selulosa (apabila digunakan), disingkat sebagai VCA (Voids in
Coarse Agregat). Campuran SMA yang baik harus memenuhi persyaratan nilai VCA yang
ditetapkan (AASHTO, 2008).

VCAMIX ≤ VCADRC (1)

dengan:
VCAMIX = rongga di antara partikel agregat kasar pada campuran yang telah dipadatkan
VCADRC = rongga di antara partikel agregat kasar pada kondisi dry-rodded, sesuai
metode AASHTO T19
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

G mb
VCA MIX =100− ( G CA
× PCA ) (2)

dengan:
Gmb = berat jenis bulk campuran padat
GCA = berat jenis bulk agregat kasar
PCA = persentase agregat kasar pada campuran

G CA γ w −γ s
VCA DRC = × 100 (3)
G CA γ w

dengan:
GCA = berat jenis bulk agregat kasar
γs = berat isi agregat kasar dengan metode tusukan (dry-rodded)
γw = berat jenis air

MODULUS DINAMIS SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR


DAN FREKUENSI PEMBEBANAN
Secara matematis, Modulus Dinamis (|E*|) didefinisikan sebagai nilai absolut dari
Modulus Kompleks. Modulus Kompleks (E*) didefinisikan sebagai rasio antara amplitudo
dari tegangan sinusoidal {σ0 sin (ωt)} dan amplitudo dari regangan sinusoidal {ε0 sin (ωt-
ϕ)} pada temperatur dan frekuensi pembebanan tertentu (Yoder et al., 1975).

σ σₒ eiωt σₒsin ⁡(ω t )


E* ¿ = i(ω t−ϕ)
= (4)
ε εₒe ε ₒ sin( ωt - ϕ )

dengan:
σ0 = tegangan puncak
ε0 = regangan puncak
ϕ = phase angle, °
ω = kecepatan angular
t = waktu, detik

Analisis data pengujian Modulus Dinamisdapat digunakan untuk membuat master curve.
Master curve dibangun menggunakan prinsip superposisi waktu dan temperatur. Data pada
berbagai temperatur dialihkan sesuai dengan frekuensi hingga kurva bergabung menjadi
fungsi tunggal yang smooth. Master curveModulus Dinamis menunjukkan kepekaan
campuran terhadap perubahan temperatur dan frekuensi pembebanan. Untuk membuat
master curve perlu dilakukan analisis perhitungan lebih lanjut dari hasil pengujian dengan
menggunakan alat AMPT secara matematis. Secara umum, master curveModulus
Dinamisdapat dimodelkan secara matematis sebagai berikut.

{ log ( Max ) −log ⁡(Min)}


log |E ¿|=log ⁡( Min)+ (5)
1+ e β +γ ¿¿ ¿
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

dengan:
|E*| = nilai Modulus Dinamis, ksi
ωr = pengurangan frekuensi atau reduced frequency, Hz
Min = nilai E* minimum, ksi
Max = nilai E* maksimum, ksi
β,γ = parameter yang menjelaskan bentuk dari fungsi sigmoidal (berbentuk kurva-S)

Untuk membangun master curve diperlukan komponen reduced frequency yang


merupakan fungsi dari frekuensi pembebanan dan perubahan temperatur. Pergeseran
temperatur terhadap temperatur referensi yang dipengaruhi oleh energi aktivasinya (ΔEa)
didefinisikan sebagai shift factor.

Adapun perhitungan reduced frequency dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut


(Clyne et al., 2003).

∆ Ea 1 1
log ω r=log ω+
(

19,14714 T T r ) (6)

∆ Ea 1 1
(

19,14714 T T r )
¿ log [a (T ) ] (7)

dengan:
ωr = reduced frequency pada temperatur referensi, Hz
ω = frekuensi pembebanan pada temperatur pengujian, Hz
Tr = temperatur referensi (20°C)
T = temperatur pengujian, °C
ΔEa = selisih energi aktivasi
a(T) = shift factor sebagai fungsi dari temperatur

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat tiga variasi campuran yang merupakan kombinasi antara
aspal pen 60/70 dengan aspal polimer Elvaloy,yaitu:
 SMA-0 adalah campuran SMAmenggunakan aspal pen 60/70tanpa menggunakan
tambahan serat selulosa serta polimer Elvaloy sebagai zat aditif.
 SMA-1 adalah campuran SMA menggunakan aspal pen 60/70 dengan tambahan aspal
polimer Elvaloy 1% (terhadap berat) sebagai zat aditif.
 SMA-2 adalah campuran SMA menggunakan aspal pen 60/70 dengan tambahan aspal
polimer Elvaloy2% (terhadap berat) sebagai zat aditif.

Tabel 1 Penamaan campuran (AS, 2015)


Jenis campuran Komposisi
SMA-0 Campuran SMA menggunakan aspal Pen 60/70
SMA-1 Campuran SMA menggunakan aspal modifikasi Elvaloy 1%
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

SMA-2 Campuran SMA menggunakan aspal modifikasi Elvaloy 2%

Gradasi agregat yang digunakan pada campuran SMA adalah gradasi senjang dengan
ukuran agregat maksimum 12,5 mm sesuai spesifikasi AASHTO. Adapun perencanaan
campuran dilakukan menggunakan metode Marshall sesuai AASHTO T 245-97 dengan
jumlah pemadatan sebanyak 2×50 tumbukan.

Gambar 1 Contoh benda uji untuk pengujian Modulus Dinamis.


Sampel dari pemadat gyratory (kiri), hasil coring (kanan).
(Pusjatan, 2015)

Pengujian Modulus Dinamis menggunakan alat AMPT dilakukan sesuai metode AASHTO
PP 61-10 dimana sampel campuran diuji pada empat frekuensi pembebanan dan tiga
kondisi temperatur. Frekuensi pembebanan yang digunakan yaitu 10 Hz; 1 Hz; 0,1 Hz; dan
0,01 Hz. Sedangkan temparatur yang digunakan menyesuaikan dengan kondisi temperatur
perkerasan jalan di Indonesia yaitu masing-masing 10°C, 20°C dan 45°C untuk temperatur
rendah, sedang dan tinggi. Benda uji untuk pengujian Modulus Dinamis berbentuk silinder
dengan diameter 100 mm dan tinggi 150 mm yang merupakan hasil coring dari sampel
campuran beraspal yang berasal dari pemadat gyratory.

ANALISIS DATA
Pengujian Aspal
Pengujian aspal dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik atau karakteristik dari aspal
Pen 60/70, aspal modifikasi Elvaloy 1% dan aspal modifikasi Elvaloy 2%sesuai metode
yang ditentukan dalam AASHTO. Hasil pengujian karakteristik aspal ditunjukkan pada
Tabel 2.

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan polimer Elvaloy pada aspal terbukti
mampu memperbaiki sifat reologi aspal, yaitu dengan menurunnya nilai penetrasi dan
meningkatnya nilai titik lembek. Selain itu nilai daktilitas juga memenuhi persyaratan
AASHTO. Hal ini menunjukkan bahwa aspal menjadi semakin keras namun tidak mudah
putus. Selain itu dengan penambahan polimer Elvaloy terbukti mampu menambah
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

kekentalan aspal. Hal ini ditunjukkan dengan temperatur pencampuran dan pemadatannya
yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 2 Hasil pengujian karakteristik aspal (Hasil uji laboratorium, 2015)


Hasil Pengujian
No Jenis Pengujian Metode Elvaloy Elvaloy
Pen 60/70
1% 2%
1 Penetrasi, 25°C; 0,1 mm 67,80 61,90 56,20
AASHTO T49
2 Indeks penetrasi -0,201 0,854 1,431
3 Titik lembek, °C AASHTO T53 51 56,50 60,50
4 Daktilitas, 25°C, cm AASHTO T51 > 100 > 100 > 100
5 Kelarutan dalam Trichloro Ethylen, % AASHTO T44 99,926 99,778 99,851
6 Titik nyala, °C AASHTO T48 347 258 262
7 Berat jenis, kg/m3 AASHTO T288 1,032 1,034 1,026
8 Kehilangan berat TFOT, % ASTM D 1754 0,003 0,025 0,008
9 Penetrasi setelah TFOT, 25°C, % 90,71 75,61 81,32
AASHTO T49
  Penetrasi setelah TFOT, 25°C; 0,1 mm 61,5 46,80 45,70
10 Daktilitas setelah TFOT, 25°C, cm AASHTO T51 > 100 99 98,50
11 Elastic recovery, % AASHTO T301 - 49 67,50

Tabel 3 Temperatur pencampuran dan pemadatan tiap variasi komposisi aspal


(Hasil uji laboratorium, 2015)
Temperatur Aspal Pen 60/70 Elvaloy 1% Elvaloy 2%
Temperatur Pencampuran (°C) 153 - 159 174 - 180 179 - 185
Temperatur Pemadatan (°C) 144 - 148 164 - 169 169 - 174

Perencanaan Campuran SMAdengan Metode Marshall


Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) ditentukan berdasarkan metode grafik dari rentang
kadar aspal maksimum dan minimum yang memenuhi semua persyaratan.Dalam hal ini
AASHTO menggunakankriteria VIM sebesar 4% sebagai acuan awal dalam penentuan
nilai KAO. KAO merupakan rentang kadar aspal yang memenuhi semua syarat kriteria
campuran beraspal, yaitu VIM, , VMA, VFA, stabilitas, flow, dan VCAMIX.

Tabel 4 Nilai-nilai parameter Marshall (Hasil uji laboratorium, 2015)

Spesifikasi Hasil pengujian


Sifat-sifat campuran
AASHTO SMA-0 SMA-1 SMA-2
KAO; % Min.6 6,9 6,55 6,4
Kepadatan(density); g/cm3 - 2,328 2,339 2,342
V I M; % 4 4 4 4
V M A; % Min.17 18,10 17,40 17,20
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

V F A; % - 78,00 77,0 76,5


V C AMIX; % < VCADRC 37,30 37,00 36,80
Stabilitas; kg *) Min.620 610 820 1000
Flow; mm - 3,90 5,70 6,20

Dari hasil KAO pada masing-masing campuran dapat disimpulkan bahwa secara umum
telah memenuhi spesifikasi pada AASHTO. Hanya saja untuk persyaratan stabilitas
Marshall tidak terdapat batasan minimum yang pasti. Penentuan nilai stabilitas Marshall
dapat mengacu pada NCHRP Report 425, dimana ditentukan nilai stabilitas Marshall
minimum sebesar 620 kg. Namun persyaratan ini juga tidak mengikat karena dari beberapa
penelitian menunjukkan bahwa campuran SMA yang baik juga dapat diperoleh dengan
nilai stabilitas Marshall di bawah 620 kg(Brown et al., 1999).

Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dari pengujian Marshallterlihat bahwa campuran


SMA-2 mempunyai nilai VIM yang paling kecil. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
aspal modifikasi Elvaloy untuk mengisi rongga dengan cepat, sehingga campuran menjadi
semakin rapat. Dengan kata lain, aspal modifikasi Elvaloy lebih sukar terserap oleh agregat
akibat pengaruh kekentalanya. Dengan bertambahnya volume aspal maka nilai VIM
semakin menurun, dan kepadatan semakin meningkat. Berdasarkan parameter Marshall
dapat disimpulkan bahwa aspal modifikasi Elvaloy cocok digunakan pada campuran SMA.

Master Curve Modulus Dinamis


Pengujian Modulus Dinamis dilakukan untuk setiap variasi temperatur dan frekuensi
pembebanan terhadap masing-masing campuran. Pengujian dimulai dari kondisi
pembebanan yang paling tinggi ke kondisi pembebanan yang paling rendah dan dari
temperatur pengujian terendah ke temperatur pengujian tertinggi.

Tabel 5 Hasil pengujian Modulus Dinamis (Hasil uji laboratorium, 2015)


Kondisi SMA-0 SMA-1 SMA-2
Modulus Phase Modulus Phase Modulus Phase
Temperatur Frekuensi
Dinamis angle Dinamis angle Dinamis angle
(°C) (Hz)
(Mpa) (deg.) (Mpa) (deg.) (Mpa) (deg.)
10 11425 17,0 10764 14,6 11668 15,3
1 7050 23,2 6638 21,1 7364 21,5
10
0,1 3730 30,0 3650 25,9 4096 26,4
0,01 1739 33,1 2082 28,1 4203 25,1
10 7372 23,7 8081 19,4 6690 23,9
1 3849 31,3 4581 27,0 3459 30,3
20
0,1 1719 34,0 2314 31,0 1672 30,5
0,01 771 30,5 1030 30,2 1764 28,0
10 659 32,8 3655 28,7 1540 31,9
1 356 18,4 1780 33,7 792 27,7
45
0,1 308 2,4 829 31,3 524 22,6
0,01 265 25,3 386 26,4 475 18,5
.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Pada campuran beraspal, Modulus Dinamis dan phase angle berubah sesuai dengan
temperatur dan frekuensi pembebanan. Pada temperatur rendah akan menghasilkan nilai
Modulus Dinamis yang besar, sehingga mudah untuk mengatur gaya aksial untuk
memperoleh pergeseran yang kecil. Sementara pada temperatur tinggi seperti 45°C maka
material menjadi lunak, sehingga sangat sulit untuk mengatur gaya aksial untuk
memperoleh pergeseran yang kecil.

Data hasil pengujian Modulus Dinamis dapat dijadikan data masukan di program master
solver untuk membangun master curve. Adapun master curve Modulus Dinamis
didapatkan dengan memasukkan fitting parameter yang merupakan data masukan dalam
menganalisis rumus sigmoidal sesuai dengan Persamaan (5).

Tabel 6 Fitting parameter untuk membangun master curve (Hasil analisis, 2015)
Parameter SMA-0 SMA-1 SMA-2
|E*|maks (ksi) 3208,1 3327,1 3325,0
|E*|min (ksi) 28,3 6,6 36,3
β -0,37953 -1,08077 -0,44803
ɣ -0,67355 -0,50630 -0,43518
ΔEa 213557 101813 239884

10000
Modulus Dinamis (ksi)

1000
10°C
20°C
45°C
10
100 20
45
10
20
45
10
1E-06. 1E-04. 1E-02. 1E+00. 1E+02. 1E+04. 1E+06.
Reduced frequency (Hz)

Gambar 2 Perbandingan master curve untuk seluruh campuran (Hasil analisis, 2015)

Reduced frequency yang tinggi menunjukkan kondisi perkerasan pada temperatur yang
berdekatan dengan temperatur referensi dan kecepatan lalu lintas yang sangat tinggi.
Sebaliknya reduced frequency yang rendah menunjukkan kondisi perkerasan pada
temperatur yang berjauhan dengan temperatur referensi dan lalu lintas dengan kecepatan
yang sangat rendah. Namun, pada satu titik reduced frequency yang sama belum tentu
menunjukkan kondisi masing-masing campuran pada temperatur pengujian dan frekuensi
pembebanan yang sama.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Dari ketiga master curve dapat dilihat bahwa campuran SMA-2 menunjukkan kurva yang
relatif landai. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan aspal modifikasi Elvaloy pada
campuran SMA dapat mengurangi sensitifitas nilai Modulus Dinamis terhadap perubahan
temperatur dan pembebanan. Atau dengan kata lain, campuran SMA-2 mempunyai
ketahanan yang lebih baik terhadap perubahan temperatur dan frekuensi pembebanan,
walaupun performa terbaik ditunjukkan oleh campuran SMA-1.

Tabel 7 Fitting quality terhadap master curve (Hasil analisis, 2015)


Nilai SMA-0 SMA-1 SMA-2 Persyaratan
2
R 0,97 0,99 0,88 ≥ 0,99
Se/Sy 0,04 0,01 0,06 < 0,05

Kurva yang paling baik dihasilkan dari campuran SMA-1, dimana hasil pengujiannya
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh AASHTO. Berdasarkan Tabel 7 diketahui
bahwa campuran SMA-2 menunjukkan hasil yang kurang baik. Dapat dilihat bahwa garis
master curve tidak bersinggungan secara sempurna terhadap titik-titik hasil pengujian
Modulus Dinamis. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai R2 yang tidak memenuhi
persyaratan yaitu hanya sebesar 0,88.

Hasil yang kurang baik dapat disebabkan oleh nilai volumetrik campuran yang tidak sesuai
dengan perencanaan. Hal ini dapat terjadi karena campuran SMA-2 lebih sulit untuk
dicampur yang disebabkan oleh tingginya temperatur pencampuran dan pemadatan. Selain
itu, kadar Elvaloy yang tinggi menyebabkan aspal bersifat seperti gel. Fenomena ini umum
terjadi pada aspal modifikasi Elvaloy dimana akan berpengaruh pula pada menurunnya
performa dari campuran tersebut.

Sebaliknya, campuran SMA-1 menunjukkan performa yang paling baik dilihat dari master
curve yang dibentuk. Selain itu hasil pengujian menunjukkan bahwa campuran SMA-1
memberikan nilai yang paling baik, sesuai persyaratan AASHTO. Dari hasil ini cukup
membuktikan bahwa penggunaan Elvaloy optimum pada campuran SMA adalah sebesar
1%.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis data didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Penambahan polimer Elvaloy pada aspal terbukti mampu memperbaiki sifat reologi
dari aspal itu sendiri, yaitu dengan menurunnya nilai penetrasi dan meningkatnya nilai
titik lembek. Selain itu nilai daktilitas juga memenuhi persyaratan AASHTO. Hal ini
menunjukkan bahwa aspal menjadi semakin keras namun tidak mudah putus.
2. Hasil pengujian viskositas kinematik menunjukkan bahwa dengan penambahan
polimer Elvaloy maka aspal menjadi semakin kental. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya temperatur pencampuran dan pemadatan dengan bertambahnya kadar
Elvaloy.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

3. Dengan nilai KAO yang lebih kecil, campuran yang menggunakan aspal modifikasi
Elvaloy terbukti mampu menerima beban yang lebih besar. Hal ini dapat dilihat dari
nilai stabilitas campuran SMA-2 yang lebih tinggi dibandingkan campuran SMA-1
dan SMA-0. Campuran SMA-1 mampu meningkatkan nilai stabilitas sebesar 34% dari
campuran SMA-0. Sedangkan campuran SMA-2 mampu meningkatkan nilai stabilitas
hingga 64% dari nilai stabilitas pada campuran SMA-0.
4. Berdasarkan analisis terhadap master curve,campuran SMA-1 menunjukkan kinerja
Modulus Dinamis yang paling baik, hal ini dibuktikan dengan nilai-nilai yang
memenuhi persyaratan. Selain itu campuran SMA-2 tidak mampu mencapai performa
puncak dikarenakan dengan kadar Elvaloy yang semakin tinggi dimungkinkan aspal
akan bersifat seperti gel.
5. Aspal modifikasi Elvaloy cocok digunakan pada campuran SMA, dengan nilai
optimum penggunaan polimer Elvaloy sebanyak 1%.

DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. 2008.Standard Spesification for Transportation Materials and Methods of
Sampling and Testing. Washington DC.: AASHTO.
Brown, E.R., & Cooley Jr, L.A. 1999.Designing Stone Matrix Asphalt Mixtures for Rut-
Resistant Pavements. NCHRP Report 425. Washington DC: Transportation Research
Board.
Clyne, T.R. et al. 2003.Dynamic and Resilient Modulus of Mn/DOT Asphalt
Mixtures.Minnesota Department of Transportation.
DuPont. 2014. Modified Asphalt Made With Elvaloy® Ret Fight The Causes Of Pavement
Failure [Online] DuPont. Tersedia
di:http://www2.dupont.com/Asphalt_Modifier/en_US/products/modified-
asphalt.html [diakses 20/03/14].
PT. Jaya Trade Indonesia. 2014.Aspal Polimer JAP-57 [Online] PT. Jaya Trade Indonesia.
Tersedia di:http://www.jayatrade.com/aspal_polimer.php [diakses 20/03/14].
Subagio, B.S., Rahman, H., & Ismoyo, A.S. 2014.Resilient Modulus and Fatigue
Performance of Stone Mastic Asphalt (SMA) Mixture as Wearing Course with
Elvaloy® Polymer Modified Bitumen.CONCERN International Conference, ITB.
Bandung.
Subagio, B.S., dkk. 2013.The Resilient Modulus and Plastic Deformation Performance of
Hot Mix Recycling Asphalt (HMRA) using Modified Binder Elvaloy®. Journal of
the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol 10 (9).
U.S. Department of Transportation, Federal Highway Administration. 2013.Asphalt
Mixture Performance Tester (AMPT).Research Report FHWA-HIF-13-005. United
States: Federal Highway Administration.
Witczak, M.W. et al. 2002.Simple Performance Tests for Superpave Mix Design.NCHRP
Report 465. Washington DC: Transportation Research Board.
Yoder, E.J.,& Witczak, M.W. 1975.Principles of Pavement Design, Second Edition.New
York: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai