Anda di halaman 1dari 5

SUMBER : INTERNET

Perbedaan Negara Demokrasi dan Negara Otoriter

1. Perbedaan Dari Segi Kehidupan Rakyat  Dalam Bernegara


a. Perbedaan Dalam Penyampaian Pendapat

• Kebebasan Negara Demokrasi Dalam Menampung Aspirasi Rakyat : kebebasan rakyat dalam
demokrasi tidak terbatas. Dalam konteks kehidupan bernegara rakyat bisa menyampaikan pendapat
secara langsung melalui demonstrasi. Atau melalui cara tidak langsung dengan menampung aspirasi
kepada wakil rakyat menjabat. Dalam kehidupan negara demokrasi aspirasi rakyat sangat terbuka untuk
disuarakan. Pemerintahan menghormati rakyat sebagai pemegang pemerintahan tertinggi. Seperti pada
penjabaran kata dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat.

• Penyampaian Pendapat Yang Dibatasi Dalam Sistem Otoriter  : kebebasan rakyat dalam berpendapat
menjadi sangat terbatas di negara otoriter. Pemegang kekuasaan tertinggi di negara dengan sistem
pemerintahan ini bukan lagi rakyat, melainkan pemerintah. Sehingga aspirasi rakyat menjadi sangat
terbatas untuk disuarakan.Terlebih pendapat yang bertentangan dengan kebijakan publik yang dibuat
pemerintahan.

b. Perbedaan Dalam Peran Rakyat Dalam Pengambilan Kebijakan

Pengambilan kebijakan pun terdapat perbedaan negara demokrasi dan negara otoriter. Hal ini akan
membahas mengenai kaitan rakyat dengan pengambilan kebijakan dalam negara. Dengan penjelasan
sebagai berikut ;

Kebijakan Dari Suara Rakyat : kebijakan yang diambil pemerintahan yang memiliki sistem demokrasi
adalah berdasarkan aspirasi dari rakyat. Peran rakyat menjadi sangat penting dalam setiap kebijakan
yang diambil pemerintah.

Otoriter Tidak Mempertimbangkan Aspirasi Rakyat : perbedaan negara demokrasi dan negara otoriter
dalam segi pengambilan keputusan sangat jelas terlihat di hal ini. Pemerintah dalam pengambilan
keputusannya tidak melibatkan masyarakat sama sekali.
2. Perbedaan Negara Demokrasi Dan Negara Otoriter Dari Segi Pemerintahan

a. Berjalannya Masa Pemerintahan

• Demokrasi Memiliki Sistem Pergantian Pemerintahan Yang Periodik : negara demokrasi memiliki
sistem pergantian pemerintahan secara periodik sesuai dengan lama jabatan yang menjadi keputusan
negara. Proses pemilihan ulang akan dilaksanakan untuk memilih pemerintah baru atau memilih ulang
pemerintah lama. Semua keputusan tersebut bergantung dari pilihan rakyat. Serta keputusan yang  
muncul dari perhitungan suara rakyat ini bersifat mutlak dan final.

• Tidak Ada Batasan Pergantian Pemerintahan Bagi Negara Otoriter : pemerintah negara otoriter bisa
Memperpanjang masa kekuasaan melebihi dari masa jabatan semestinya. Misal terdapat pemilihan
umum hal itu hanya sebagai formalitas saja. Pemerintahan otoriter bebas memperpanjang masa jabatan
sesuai yang diinginkan.

b. Perbedaan Kekuasaan Pemerintahan Di Antara Keduanya

• Kekuasaan Tertinggi Ada Di Tangan Rakyat : kekuasaan tertinggi dalam suatu negara demokrasi berada
di tangan rakyat. Pemilihan umum digelar untuk menentukan siapa-siapa  yang berhak duduk dalam
lembaga negara dan memegang pemerintahan. Dan semua itu tergantung oleh suara rakyat. Dimana
rakyat mengambil kekuasaan penuh untuk mengatur kehidupan negara melalui wakil yang mereka pilih.

• Pemerintah Memiliki Kekuasaan Penuh : kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah mutlak.
Pemerintah memegang kekuasaan yang penuh. Dan memiliki hak untuk menindak rakyat yang tidak
patuh.Kebijakan yang diambil untuk pembangunan kehidupan negara dari pemerintahan yang sifatnya
mutlak menjadi lebih mudah untuk tercapai. Namun dibalik keserentakan rakyat menjalankan kebijakan
tersebut ada keterpaksaan yang dirasakan.

c. Perbedaan Pengaruh Partai Politik Bagi Pemerintahan

• Partai Politik Bersifat Majemuk Dan Memiliki Peran Penting Di Negara Demokrasi : kebebasan dalam
mendirikan partai politik membuat negara demokrasi memiliki banyak sekali partai. Kesemua partai
tersebut memiliki kesempatan yang sama untuk duduk dalam bangku pemerintahan. Suara rakyat yang 
menentukan partai mana yang akan turut mengambil bagian dari lembaga tinggi negara.

• Partai Politik Bersifat Tunggal Atau Lebih Sedikit Dan Sebagai Formalitas : keberadaan partai sebagai
formalitas dalam negara otoriter. Persyaratan pendirian yang sulit membuat hanya sedikit partai yang
ada di negara otoriter.
3. Perbedaan Negara Demokrasi Dan Otoriter Menurut Hubungan Pers Dan Pemerintahan

• Demokrasi Membebaskan Pers Bebas Untuk Melakukan Kritikan : pers memiliki kebebasan dalam
menyuarakan pujian, kritikan dan masukan kepada kebijakan pemerintahan. Pers dalam negara
demokrasi juga menjadi pengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

• Pers Hanya Sebagai Propaganda Pemerintahan Pada Kehidupan Negara Otoriter : dalam kehidupan
negara otoriter meski kebebasan pers sangat terbatas bukan berarti pers tidak ada. Negara otoriter
membuat pers sebagai penyalur propaganda pemerintahan. Kebijakan pemerintah tetap menjadi utuh
milik penguasa tanpa ada kontrol dari pers.

SUMBER : QUORA

Negara dikuasai sekelompok orang yang memiliki privilege tersendiri di atas rakyat biasa dan para
pemimpin ini akan mempergunakan kekuasaannya untuk keuntungan kelompoknya sendiri, sedangkan
rakyat gigit jari.

Bedanya:

rakyat di negara komunis yang dipimpin oleh kelompok otoriter dilatih untuk meyakini bahwa mereka
hidup dalam masyarakat ideal dan para pemimpinnya bukanlah orang ber-privilege, melainkan sejajar
dengan mereka, selama mereka taat aturan.

rakyat di negara demokrasi yang dikuasai oligarki dilatih untuk meyakini bahwa mereka memiliki
kebebasan dan suatu hari, kalau mereka bekerja keras dan beruntung, mereka akan menjadi bagian dari
penguasa negeri.

Kelemahan dan kelebihan negara demokrasi (SUMBER : QUORA)

Ini beberapa kelemahan sekaligus kelebihan.

Rakyat ikut aktif berpatisipasi.

Rakyat memilih siapa wakilnya.

Rakyat memilih siapa pemimpinnya.

Rakyat ikut aktif mengkampanyekan pilihannya bahkan hingga mendanai.

Rakyat harus tahu, mencari tahu dan diberi tahu seperti apa orang yang akan dipilihnya.

Rakyat menentukan arah kebijakan publik.


Rakyat menyuarakan aspirasinya.

Rakyat mengawal dan mengawasi aspirasinya.

Rakyat protes, turun ke jalan ketika aspirasinya tidak direalisasikan.

Rakyat bersengketa dengan negara jika kebijakan yang telah dibuat tidak sesuai aspirasi
mereka.

Jadi menjadi rakyat di negara demokrasi itu juga bertanggung jawab terhadap
negaranya. Jika pemimpin yang korup yang memerintah, itu bukan kesalahan siapa-siapa
tapi kesalahan rakyatnya karena mereka bisa memilih siapa pemimpin/wakilnya dan
mengawasi mereka.

Dan menjadi kelemahan demokrasi jika pemilihan wakil/pemimpin itu didasari atas dasar
SARA (bukannya tidak boleh) bukan visi orang tersebut. Karena kalau didasarkan atas
SARA yang terjadi adalah banyak-banyakan pendukung bahkan bisa memecah belah. Jika
kesamaan visi maka rakyat akan kritis dan ikut aktif mengawasi kinerjanya karena mereka
ingin visinya tercapai bukan kemudian menyerahkan kekuasaan pemerintahan begitu saja.
Menganggap bahwa kesamaan SARA itu serta merta membuat mereka yang dipilih akan
membela kepentingan yang memilihnya.

Kelemahan lain, semua suara dihitung sama. Ketika pemilihan, suara profesor dengan
suara remaja (yang baru boleh memilih dan masih labil) dihitung sama-sama satu suara.
Suara kelompok A dengan kelompok lainnya (per orangnya) sama-sama dihitung satu suara
tapi siapa yang lebih banyak anggotanya merekalah yang akan lebih banyak terwakilkan
suara dan aspirasinya. Di sisi lain, ini tidak memberi keistimewaan pada
golongan/kelompok tertentu (misalnya mayoritas suku, agama, ras, dll).

Semua aspirasi harus didengar. Aspirasi koalisi pekerja harus didengar, aspirasi asosiasi
pengusaha juga harus didengar begitu juga aspirasi lembaga konsumen juga harus
didengar. Disinilah muncul kompromi dan lobby-lobby. Kalau tidak diawasi dan dikawal
sangat rawan korupsi.

Juga harus memberi ruang kebebasan pada rakyat untuk berekspresi dan
berpendapat. Yang secara tidak langsung menjadi aspirasi mereka terhadap
wakil/pemimpinnya. Dalam ruang kebebasan berpendapat ini tidak menutup kemungkinan
yang disampaikan berupa kritikan-kritikan terhadap kebijakan pemerintah. Jadi pemerintah
tidak boleh anti kritik dan juga harus menjamin kebebasan dan kenetralan media. Bahkan
membuka informasi seluas-luasnya bagi publik, misalnya tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Uang yang dikumpulkan dari pajak digunakan untuk apa saja
dan kenapa harus digunakan untuk itu.

Masa pemerintahan yang pendek membuat yang dipilih akan cenderung mengangkat isu-
isu populer saja terutama yang bisa menaikkan suara seperti menurunkan harga-harga,
menaikkan upah dan sebagainya tapi kurang mempersiapkan pembangunan jangka
menengah dan panjang misalnya pendidikan dan pola hidup sehat. Seringnya berganti
rezim juga bisa berdampak pada seringnya berubah kebijakan.

Supaya demokrasi berjalan, hukum harus benar-benar ditegakkan dengan adil. Hak asasi
harus dijamin dan dilindungi. Terjadi pemisahan atau pembagian kekuasaan (Trias Politika)
yang intinya kekuasaan menjalankan konstitusi (eksekutif) harus dilepaskan dari kekuasaan
membuat konstitusi (legislatif) begitu juga kekuasaan penegakkan hukum (yudikatif).

Suatu negara yang demokrasinya berjalan baik, sulit menjadi negara otoriter, kalau tidak
maka ada yang salah dengan sistem demokrasinya.

Kelemahan lain, demokrasi itu selalu adaptif. Sistem demokrasi di negara A belum tentu


berhasil di negara B karena mereka negara yang berbeda dengan karakter rakyat yang
berbeda. Tidak bisa dengan mudah menyontek negera lain dan berharap mendapat nilai
sempurna.

Ini menjadi kelemahan jika rakyatnya itu kurang terdidik, apatis terhadap politik tapi justru
kelebihan bagi rakyat yang berpendidikan dan kritis.

Kunci demokrasi ada pada rakyatnya. Seperti apa karakter rakyatnya maka seperti itu juga
sistem demokrasi yang mereka bentuk. Semakin terdidik dan kritis rakyatnya maka
semakin sempurna sistem demokrasi, dan sebaliknya semakin mendekati feodalisme yang
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai