Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN SITEM PEREDARARAN DARAH LEUKIMIA

DOSEN: HEYNI F. KEREH,S.Kep. Ns., M.M

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4


KLS2B :
1. VIRGINIA ROMPAS
2. NURSILISA DAUN
3. REGINA KUDATO
4. MISBAH HUROHMAN
5. ZAINUDIN MASWATU

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


T.A 2018/2019

1
Asuhan Keperawatan Anak dengan Leukemia

A. Definisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa,
dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus
gastrointestinal, ginjal, dan kulit. Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada
anak-anak. Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang
masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer
sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen
darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ lain.
Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan
sel muda (Tejawinata, 1996). Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital
yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.

B. Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar
karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras
3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)

2
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6. Kelainan kromosom
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan
mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut
sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk
oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir
yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen
jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A ). Sistem
HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan
faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
C. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik
dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan
karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang.
Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang
bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak
normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia,
yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini
diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah
normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses
infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk
mendapatkan elemen makanan metabolik.

3
D. Klasifikasi Leukimia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi
mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih
ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.

4
E. Tanda dan Gejala
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari
kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai
dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit,
jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia
mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya
perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan
bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat
rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
F. Gambaran Klinis
Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan
perdarahan disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta
limfadenopati. Perdarahan dapat didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis,
perdarahan gusi, dsb.
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat
disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai
akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit,

5
efusi pleura, kejang pada leukemia serebral.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya
pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran
darah tepi monoton dan terdapat sel blast (menunjukkan gejala patogonomik
untuk leukemia).
Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder).
Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal,
RES, granulosit, pulp cell.
70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan
kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1).
50 – 70% dari pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia
Mielogenus Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa:
- Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid
- Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid (2n+a)
- Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
- Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis
bukan merupakan kromosom normal, dari bentuk yang sangat besar sampai
yang sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis
kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil
darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast. Juga
diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan
mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.

6
H. Penatalaksanaan
o Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit
kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi
prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan
secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel
blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang
tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi
3 fase Pelaksanaan Kemoterapi:
1. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.

7
2. Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison
melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi
kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang menssgalami gangguan sistem
saraf pusat.
3. Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

o Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi
terus menerus.

8
Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d intake dan output cairan, kehilangan
berlebihan: muntah, perdarahan, diare, penurunan pemasukan cairan: mual, anoreksia,
peningkatan kebutuhan cairan: demam, hipermetabolik.
Tujuan: volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
- Volume cairan adekuat
- Mukosa lembab
- Tanda vital stabil: TD 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, RR 20x/menit
- Nadi teraba
- Pengeluaran urin 30 ml/jam
- Kapileri refill <2 detik
Intervensi:
a. Monitor intake dan output cairan
b. Monitor berat badan
c. Monitor TD dan frekuensi jantung
d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran mukosa
e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari
f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis;
perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feses
dan urin, perdarahan lanjut dari sisi tusukan invasif.
g. Implementasikan tindakan untuk mencegah cidera jaringan/perdarahan
h. Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila diindikasikan
i. Berikan diet makanan halus
j. Kolaborasi:
- Berikan cairan IV sesuai indikasi
- Awasi pemeriksaan laboratorium: trombosit, Hb/Ht, pembekuan
- Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan
- Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal (kateter arteri

9
subklavikula, tunneld, port implan)
- Berikan obat sesuai indikasi: allopurinol, kalium asetat atau asetat,
natrium bikarbonat, pelunak feses.
2. Nyeri b.d agen cidera fisik
Tujuan: nyeri teratasi
Kriteria hasil:
- Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
- Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
- Tampak rileks dan mampu istirahat
Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat nyeri (gunakan skala 0-10)
b. Awasi tanda vital, perhatikan petujuk non-verbal misal tegangan otot, gelisah
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres.
d. Tempatkan klien pada posisi nyaman dan ganjal sendi, ekstremitas dengan bantal.
e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut.
f. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan, kompres dingin dan dukungan psikologis)
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan klien
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping klien
i. Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri. Contoh: latihan relaksasi/nafas
dalam, sentuhan.
j. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
k. Kolaborasi:
- Awasi kadar asam urat, berikan obat sesuai indikasi: analgesik (asetaminofen),
narkotik (kodein, meperidin, morfin, hidromorfin), agen ansietas (diazepam,
lorazepam)

3. Risiko tinggi infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh sekunder (gangguan
pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, penekanan
sumsum tulang)
Tujuan: klien bebas dari infeksi

10
Kriteria hasil:
- Keadaan temperatur normal
- Hasil kultur negatif
- Peningkatan penyembuhan
Intervensi:
a. Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung
c. Awasi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan
kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi, perubahan
mentak samar.
d. Cegah menggigil: tingkatkan cairan, berikan kompres
e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk
f. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronchi; inspeksi sekresi
terhadap perubahan karakteristik, contoh peningkatan sputum atau sputum kental.
g. Inspeksi kulit untuk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Bersihkan kulit
dengan larutan antibakterial.
h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus.
i. Tingkatkan kebersihan perianal
j. Diet tinggi protein dan cairan
k. Hindari prosedur invasiv (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin
l. Kolaborasi
- Awasi pemeriksaan lab. Misal: hitung darah lengkap, apakah SDP turun atau tiba-
tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas. Kaji ulang seri foto
dada, berikan obat sesuai indikasi, hindari antipiretik yang mengandung aspirin,
berikan diet rendah bakteri, misal makanan dimasak.

11
4. Risiko terjadi perdarahan b.d trombositopenia
Tujuan: klien bebas dari gejala perdarahan
Kriteria hasil:
- TD 90/60 mmHg
- Nadi 100x/menit
- Ekskresi dan sekresi negatif terhadap darah
- Ht 40-54%(laki-laki), 37-47%(perempuan)
- Hb 14-18 gr%
Intervensi:
a. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ml, risiko terjadi perdarahan.
Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan.
b. Minta klien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan darah dari gusi
c. Inspeksi kkulit, mulut, hidung, urin, feses, muntahan, dan tempat tusukan IV
terhadap perdarahan.
d. Gunakan jarum ukuran kecil
e. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan berikan kompres dingin
dan tekan perlahan
f. Beri bantalan tempat tidur untuk mencegah trauma
g. Anjurkan pada klien untuk menggunakan sikat gigi halus atau pencukur listrik.

5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum


Tujuan: klien mampu menoleransi aktivitas
Kriteria hasil:
- Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
- Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi,
pernafasan, dan TD dalam batas normal
Intervensi:
a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.

12
b. Implementasikan teknik penghematan energi. Contoh: lebih baik duduk daripada
berdiri.
c. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Jaga kebersihan mulut. Berikan antiemetik
sesuai indikasi.
d. Kolaborasi: berikan oksigen tambahan

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DIAGNOSA LEUKIMIA LIMFOSITIK AKUT

PENGKAJIAN
I. Biodata
Leukemia Limfositik Akut (LLA) paling sering menyerang anak-anak di
bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun. Penderita
kebanyakan laki-laki dengan rasio 5:4 jika dibandingkan dengan perempuan.

II. Riwayat Keperawatan


1. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.
2. Riwayat Perawatan Sebelumnya
Riwayat kelahiran anak :
 Prenatal
 Natal
 Post natal
Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan
kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
3. Riwayat keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang
terlebih pada kembar monozigot (identik).

III. Kebutuhan Dasar


a. Cairan : Terjadi deficit cairan dan elektrolit karena muntah dan diare.
b. Makanan : Biasanya terjadi mual, muntah, anorexia ataupun alergi makanan. Berat
badan menurun.
c. Pola tidur : Mengalami gangguan karena nyeri sendi.

14
d. Aktivitas : Mengalami intoleransi aktivitas karena kelemahan tubuh.
e. Eliminasi : Pada umumnya diare, dan nyeri tekan perianal.

IV. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : dbn
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
c. Pemeriksaan Kepala Leher
Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri),
perdarahan gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke
SSP.
d. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi.
e. Pemeriksaan Dada dan Thorax
- Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
- Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat I
nfeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
- Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
- Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan
vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran
hepar dan limpa.
- Perkusi tanda asites bila ada.
g. Pemeriksaan Ekstremitas

15
Adakah cyanosis kekuatan otot.

V. Informasi Lain
* Perangkat Diagnostik
o Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik.
o Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan
penimbunan sel darah.
* Penatalaksanaan
- Kemoterapi dengan banyak obat
- Antibiotik untuk mencegah infeksi
- Tranfusi untuk mengatasi anemia

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN


1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan :
1) Tidak adekuatnya pertahanan sekunder
2) Gangguan kematangan sel darah putih
3) Peningkatan jumlah limfosit imatur
4) Imunosupresi
5) Penekanan sumsum tulang ( efek kemoterapi 0
Hasil yang Diharapkan :
Infeksi tidak terjadi,
Rencana tindakan :
1) Tempatkan anak pada ruang k husus. Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional ; Melindungi anak dari sumber potensial patogen / infeksi
2) Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf petugas
Rasional : mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko infeksi
3) Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan
chemoterapi.
Observasi demam sehubungan dengan tachicardi, hiertensi

16
Rasional : Hipertermi lanjut t erjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam terjadi
pada
kebanyakan pasien leukaemia.
4) Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.
Rasional ; Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko atelektasisi/
pneumonia.
5) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara periodic. Gnakan sikat
gigi halus
untuk perawatan mulut.
Rasional : Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
patogen
6) Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap
Rasional : Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan oleh proses
penyakit atau kemoterapo.
7) Berikan obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik
Rasional ; Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi secara khusus.
8) Hindari antipiretik yang mengandung aspirin
Rasional ; aspirin dapat menyebabkan perdarahan lambung atau penurunan jumlah
trombosit lanjut
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan :
1) Kehilangan berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
2) Penurunan pemasukan cairan : mual, anoreksia.
Hasil Yang Diharapkan :Volume cairan tubuh adekuat, ditandai dengan TTV dbn,
stabil, nadi
teraba, haluaran urine, BJ dan PH urine, dbn.
Rencana Tindakan :
1) Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata dan
keseimbangan
cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan adekuat. Ukur berat jenis urine
dan pH Urine.

17
Rasional ; Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah dan pencetusnya
pada tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan dengan
peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan retensi urine atau gagal
ginjal.
2) Timbang BB tiap hari.
Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian c airan sesuai fungsi ginjal.
Pemasukan
lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk / obstruksi ginjal.
3) Awasi TD dan frekuensi jantung
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik (perdarahan/dehidrasi)
4) Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik, perhatikan
perdarahan
gusi, darah warn karat atau samar pada feces atau urine; perdarahan lanjut dari sisi
tusukan invesif.
Rasional ; Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan pasien pada resiko
perdarahan spntan tak terkontrol.
5) Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.
Rasional ; Indikator langsung status cairan / dehidrasi.
6) Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan / perdarahan, ex : sikat
gigi
atau gusi dengan sikat yang halus.
Rasional ; Jaringan rapuh dan gangguan mekanis pembekuan meningkatkan resiko
perdarahan meskipun trauma minor. Berikan diet halus.
Rasional : Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.
8) Berikan cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada tak adanya
pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal.
9) Berikan sel darah Merah, tr ombosit atau factor pembekuan
Raional : Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2 untuk memperbaiki
anemia. Berguna mencegah / mengobati perdarahan.

18
3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan :
Agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikmas
dengan sel leukaemia.
Agen kimia ; pengobatan antileukemia.
Rencana Tindakan ;
1) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng, gelisah
Rasional ; Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan ketidakefektifan
intervensi.
2) Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress
Rasional ; Meingkatkan istirahat.
3) Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas denganan bantal
Rasional ; Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi
4) Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.
5) Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres
Rasional ; Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek o bat.
6) Berikan obat sesuai indikasi.
4. Intoleransi aktivitas sehubungan deengan transport O2 karena berkurangnya
jumlah sel darah merah
1) Kaji / tekanan darah dan ritme sekurang-kurangnya 4 jam sekali
2) Diskusikan dengan orang tua / anak tentang gejala dan tanda anemia serta pilihan
perawatan yang dapat dilakukan
3) Berikan PRBC sesuai dengan perintah
4) Atur tindakan untuk memberikan waktu istirahat
5. Resiko tinggi terhadap injuri (internal) sehubungan dengan inadequat faktor
penggumpalan (platelet)
1) Monitor jumlah platelet setiap hari
2) Amati sekresi hidung, sputum, emesis, urine dan feses
3) Minimmalkan / hindari tindakan invasive
- Injeksi IM, IV, SC, puncture

19
- Thermometer rektal
- Koordinasi tindakan invasive yang penting dengan IV
- Sediakan kompres dingin untuk diletakkan setelah dan sebelum tinakan
punctur
- Berikan tekanan selama 5 menit
- Gunakan fibrin atau foam gelatin untuk mengatasi perdarahan
- Ubah tempat / daerah untuk tourniquet dan cuff tekanan darah
- Gunakan sikat gigi yang lembut untuk oral care
- Hindari tahanan
4) Cegah konstipasi
5) Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang
- Menganjurkan anak memakai sepatu saat melakukan ambulasi
- Sediakan mainan yang lembut dan aktivitas yang menyenangkan
- Jaga kebersihan lingkungan, jauhkan dari hal-hal yang mengganggu
6) Instruksikan pasien untuk memperhatikan perubahan aktifittas yang t epat (sesuai
usia) untuk meminimalkan resiko trauma
6. Anxietas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang diagno sa baru dan
rencana perawatan
1) Beritahu informasi kepada orang tua mengenai diagnosa dan perawatan yang akan
diberikan
2) Perkenalkan keluarga pada keluarga yang lain yang memiliki anak dengan terapi
dan diagnosa yang sama
3) Sediakan instruksi secara lisan dan tertulis tentang :
- Tindsakan pencegahan yang dilakukan dirumah
- Kemungkinan atau alasan-alasan untuk memberitahu tim kesehatan

20

Anda mungkin juga menyukai