Anda di halaman 1dari 5

PENGHINDARAN PAJAK

Adisti Fernanda

Universitas Telkom

ABSTRAK

Jumlah pendapatan negara yang didominasi oleh penerimaan pajak mengindikasikan bahwa
pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar di Indonesia. Penerimaan pajak
berperan banyak dalam realisasi pembangunan nasional dan pendanaan pengeluaran negara yang
bertujuan untuk kemakmuran bangsa. Namun diketahui bahwa angka penerimaan pajak beberapa
tahun ini mengalami penurunan. Dimana salah satu faktor yang mendorong penurunan penerimaan
pajak ialah praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.
Penghindaran pajak bukan merupakan tindakan yang ilegal, karena praktik ini hanya
memanfaatkan kelemahan atau grey area dalam peraturan perpajakan dengan tujuan untuk menekan
jumlah pajak terhutang, sehingga tidak ada unsur yang bertentangan dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tindakan ini dapat menyebabkan kerugian untuk
negara. Semakin banyak wajib pajak yang melakukan penghindaran pajak, maka semakin berkurang
penerimaan negara yang diperoleh dari sektor pajak.
Tujuan dari penulisan artikel ini ialah untuk memberikan pemaparan mengenai praktik
penghindaran pajak di Indonesia. Melalui pemaparan tersebut, diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi bagi pemerintah untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak dengan menekanan angka
praktik penghindaran pajak dan supaya wajib pajak dapat meminimalisir upaya pelaksanaan
penghindaran pajak yang dapat merugikan negara.
Kata Kunci: Penerimaan Pajak, Penghindaran Pajak, Wajib Pajak

I. Pendahuluan

Pajak dapat diartikan sebagai iuran rakyat yang dibayarkan pada negara oleh orang
pribadi maupun badan, sifatnya memaksa, dengan tidak adanya timbal balik yang dirasakan
secara langsung, dan sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pajak memiliki
peran yang sangat penting khususnya dalam kehidupan bernegara. Hal ini dibuktikan oleh
jumlah pendapatan negara Republik Indonesia yang didominasi oleh penerimaan pajak
sebesar 70 persen tiap tahunnya, dimana pendapatan tersebut akan digunakan sebagai sumber
pendanaan dalam pembangunan infrastruktur maupun fasilitas umum yang ditujukan untuk
meningkatkan perekonomian negara (Harris, 2020).

Oleh karena itu, maka dari sisi pemerintah perlu meningkatkan atau melakukan
optimalisasi dengan memaksimalkan penerimaan pajak demi percepatan pembangunan
ekonomi. Lain halnya bila dilihat dari sisi perusahaan sebagai wajib pajak. Perusahaan
menganggap pajak sebagai beban yang akan mengurangi laba bersih perusahaan (Ayesha &
Majidah, 2019). Sehingga berlawanan dengan kepentingan pemerintah sebagai fiskus yang
ingin mendapatkan penerimaan pajak sebanyak-banyaknya, maka perusahaan yang berperan
sebagai agent ingin melakukan efisiensi terhadap beban pajak guna memaksimalkan laba
sesuai dengan yang target yang telah ditentukan dengan memanfaatkan peluang dari
peraturan perpajakan Oleh karena itu, perusahaan melakukan perencanaan pajak dengan
penghindaran pajak atau Tax Avoidance.

Adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah yang ingin memperoleh


penerimaan pajak yang maksimal dan kepentingan perusahaan yang ingin mengefisiensikan
beban pajak mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat
menemukan alternatif penyelesaian untuk tindakan penghindaran pajak.

II. Tijauan Pustaka

Terdapat beberapa definisi mengenai pajak yang dikemukakan oleh para ahli
perpajakan di Indonesia. Salah satunya menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro yang
mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat yang dibayarkan kepada negara berdasarkan aturan
perundangan yang sifatnya memaksa dan tidak terdapat timbal balik yang secara langsung
diterima dan fungsinya untuk membayar keperluan umum negara. Ada pula Prof. Dr. P. J. A.
Adriani yang menyatakan bahwa pajak merupakan iuran warga terhadap negara yang sifatnya
terutang bagi pihak yang wajib membayarnya, menurut undang-undang dan tidak mendapat
prestasi yang secara langsung didapatkan, serta digunakan untuk keperluan negara.

Tax avoidance atau penghindaran pajak adalah upaya dalam menghindari pajak yang
dilakukan dengan legal dan tidak melanggar aturan perpajakan, oleh karena itu praktik
penghindaran pajak diperbolehkan untuk mengurangi jumlah pajak terutang dengan teknik
yang condong memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam undang-undang dan
peraturan perpajakan (Pohan, 2019). Tax Avoidance sendiri seringkali dianggap sebagai
suatu persoalan yang rumit namun menarik. Karena dalam satu sudut pandang diperbolehkan
namun di sudut pandang lainnya tidak diinginkan bahkan dicegah terjadi.

Menurut Hanlon dan Heitzman (2010), terdapat beberapa metode pengukuran yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penghindaran pajak. Dimana salah satu dari
metode tersebut terdapat ETR atau Effective Tax Rate. Menurut Rani (2017), ETR
merupakan proksi terbaik yang dapat digunakan untuk menguku angka penghindaran pajak
karena ETR memberi gambaran mengenai beban pajak berdasarkan ketentuan akuntansi
dengan menggunakan tarif pajak yang telah ditentukan oleh pemerintah.
III. Pembahasan

Penghindaran pajak merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan


beban pajak seminimal mungkin dengan upaya pemanfaatan celah pada peraturan perpajakan,
sehingga dapat diartikan pula bahwa praktik penghindaran pajak ini tidak bersifat ilegal
karena tidak ditemukan adanya pelanggaran ketentuan perpajakan (Nugraha & Mulyani,
2019).

Menurut Palan (2002), sebuah tindakan wajib pajak dapat dianggap sebagai penghindaran
pajak apabila termasuk dalam beberapa kategori berikut ini:

1. Wajib Pajak berupaya membayar pajak dengan jumlah yang lebih kecil dari pajak
terutang berdasarkan interpretasi hukum pajak yang berlaku.

2. Wajib pajak berupaya supaya pajak yang dikenakan bukan berdasarkan keuntungan
yang didapatkan.

3. Wajib pajak menunda pembayaran pajak atau tidak melakukan pembayaran sesuai
waktu yang ditentukan.

Sehingga berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa praktik penghindaran


pajak tidak melanggar hukum, namun tindakan tersebut juga tidak dapat diterima dan
dinormalisasi untuk terus dilakukan. Karena penghindaran pajak memberikan dampak yang
secara langsung dapat mengurangi penerimaan negara dari sektor perpajakan. Hal tersebut
dapat mengindikasikan bahwa semakin banyaknya praktik penghindaran pajak yang
dilakukan oleh wajib pajak, semakin berkurang jumlah penerimaan pajak yang diterima oleh
negara. Sehingga negara dapat berpotensi mengalami kerugian. Penghindaran pajak hanya
memberikan keuntungan bagi satu pihak, yakni wajib pajak. Karena dengan dilakukan
penghindaran pajak, maka beban pajak juga akan berkurang. Hal itu mengakibatkan jumlah
laba bersih suatu pihak (perusahaan) mengalami peningkatan.

IV. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Tax avoidance atau penghindaran pajak adalah upaya dalam menghindari pajak yang
dilakukan dengan legal dan tidak melanggar aturan perpajakan, oleh karena itu praktik
penghindaran pajak diperbolehkan untuk mengurangi jumlah pajak terutang dengan teknik
yang condong memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam undang-undang dan
peraturan perpajakan. Tax Avoidance sendiri seringkali dianggap sebagai suatu persoalan
yang rumit namun menarik. Karena dalam satu sudut pandang diperbolehkan namun di sudut
pandang lainnya tidak diinginkan bahkan dicegah terjadi.

Berdasarkan poin yang telah diuraikan dalam pembahasan, praktik penghindaran pajak tidak
melanggar hukum, namun tindakan tersebut juga tidak dapat diterima dan dinormalisasi
untuk terus dilakukan. Karena penghindaran pajak memberikan dampak yang secara
langsung dapat mengurangi penerimaan negara dari sektor perpajakan. Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa semakin banyaknya praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh
wajib pajak, semakin berkurang jumlah penerimaan pajak yang diterima oleh negara.
Sehingga negara dapat berpotensi mengalami kerugian. Penghindaran pajak hanya
memberikan keuntungan bagi satu pihak, yakni wajib pajak. Karena dengan dilakukan
penghindaran pajak, maka beban pajak juga akan berkurang. Hal itu mengakibatkan jumlah
laba bersih suatu pihak (perusahaan) mengalami peningkatan

4.2 Saran

Bagi pemerintah, diharapkan artikel ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk dapat
meningkatkan penerimaan pajak dengan menekanan atau mengurangi angka praktik
penghindaran pajak dengan pembuatan peraturan terbaru yang menyangkut praktik
penghindaran pajak di Indonesia.

Untuk wajib pajak atau perusahaan, diharapkan untuk meminimalisir upaya pelaksanaan
penghindaran pajak dengan menaati peraturan perpajakan yang berlaku demi mengurangi
potensi kerugian negara akibat praktik penghindaran pajak yang dapat mengurangi
penerimaan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, M. I., & Mulyani, S. D. (2019). PERAN LEVERAGE SEBAGAI PEMEDIASI


PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF, KOMPENSASI EKSEKUTIF, CAPITAL
INTENSITY, DAN SALES GROWTH TERHADAP TAX AVOIDANCE. Jurnal Akuntansi
Trisakti. https://doi.org/10.25105/jat.v6i2.5575
Palan, R. (2002). Tax havens and the commercialization of state sovereignty. In International
Organization. https://doi.org/10.1162/002081802753485160

Pohan, H. T. (2019). ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSI, RASIO


TOBIN Q, AKRUAL PILIHAN, TARIF EFEKTIF PAJAK, DAN BIAYA PAJAK
DITUNDA TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN PUBLIK.
JURNAL INFORMASI, PERPAJAKAN, AKUNTANSI, DAN KEUANGAN PUBLIK.
https://doi.org/10.25105/jipak.v4i2.4464

Salsabila, A. L., Majidah, & Kurnia. (2019). Pengaruh Konservatisme Akuntansi,


Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi Kasus Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2017).

Anda mungkin juga menyukai