Sedangkan G. Jack Bologna dengan teori GONE Dalam Priantara (2013) menjelaskan Empat
faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud:
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity
3. Need
4. Exposure (Pengungkapan)
PENCURIAN ASET
Menurut ACFE (2014:71) pencurian aset adalah skema kecurangan, dimana karyawan
mencuri atau menyalahgunakan aset perusahaan. Survey menunjukkan bahwa pencurian aset
sering terjadi di perusahaan, tetapi nilai kerugiannya secara rata – rata termasuk yang paling
kecil.
Studi yang dilakukan ACFE pada 2014 menunjukkan bahwa dari segi frekuensi kejadian,
pencurian aset merupakan bagian terbesar (85%) diikuti dengan korupsi (36%) dan
kecurangan pada pelaporan keuangan (9%). Dari sudut pandang nilai kerugian, kecurangan
pelaporan keuangan menempati posisi teratas dengan median sebesar $1 juta, sedangkan
korupsi adalah $708,000 dan pencurian aset sebesar $130,000.
Pencurian aset mencakup dua hal, yaitu pencurian uang dan pencurian persediaan dan aset
lain. ACFE mengelompokkan pencurian aset ke dalam sembulan skema (ACFE, 2014: 17 dan
71) sebagai berikut:
1. Pemalsuan cek (check tampering)
2. Penggajian fiktif (fictious payroll)
3. Penggantian biaya (expense reimbursement)
4. Penagihan (billing)
5. Penyaringan (skimming)
6. Pencurian uang tunai (cash on hand)
7. Penggelapan uang (cash larceny)
8. Pemalsuan register pengeluaran kas (cash register disbursement)
9. Non – tunai (non- cash)
TANDA BAHAYA PERILAKU CURANG
ACFE dalan studinya menyebitkan perilaku – perilaku yang dapat menunjukkan adanya
tangan – tanda kecurangan (ACFE, 2014:59). Berikut perilaku – perilaku yang dimaksud.
1. Kehidupan melampaui kewajaran
2. Kesulitan keuangan
3. Kedekatan dengan pemasok atau pelanggan
4. Keengganan berbagi tugas
5. Cerai atau masalah keluarga
6. Perilaku pedagang lihai
7. Mudah tersinggung, curiga, defensif
8. Masalah kecanduan
9. Masalah pekerjaan sebelumnya
10. Keluhan tentang rendahnya gaji
11. Penolakan mengambil cuti
12. Tekanan terlalu berat dalam organisasi
13. Masalah hukum sebelumnya
14. Keluhan tentang kurangnya wewenang
15. Tekanan dari keluarga dan rekan untuk sukses
16. Ketidak stabilan dalam lingkungan kehidupan
Studi yang dilakukan ACFE menunjukkan bahwa kehidupan melampaui kewajaran
merupakan indikator perilaku yang paling banyak disebutkan (44%). Studi juga
menyimpulkan bahwa pelaku kecurangan berasal dari berbagai posisi dalam perusahaan
mulai dari karyawan biasa, manajer, sampai eksekutif. Tekanan atau motivasi untuk
melakukan kecurangan juga berbeda untuk masing – masing posisi.
MIS – CONDUCT
Dalam penelitiannya, ACFE mengungkapkan bahwa para pelaku juga telah
melakukan perbuatan tidak senonoh (misconduct) sebelum terbongkarnya kasus kecurangan
mereka. Sebanyak 38% perilaku kecurangan tersebut pernah melakukan paling tidak satu kali
perbuatan tidak senonoh. Di antara yang paling banyak dilakukan adalah bullying/intimidasi
(17%), bolos kerja (14%), malas (8%), browsing internet (7%), mengunjungi situs pornografi
atau judi (3%), dan pelecehan seksual (2%).
PENANGGULANGAN
Berbeda dengan kecurangan oleh manajemen, kecurangan oleh karyawan pada
umumnya dapat diatasi dengan menerapkan system pengendalian internal yang baik. Tata
kelola perusahaan yang baik dapat mencegah terjadinya kecurangan yang baik. Ada 18
pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecurangan, yaitu:
1. Audit eksternal oleh akuntan public terhadap laporan keuangan
2. Penerapan kode etik
3. Adanya bagian internal audit
4. Sertifikasi laporan keuangan oleh manajemen
5. Audit eksternal terhadap Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR)
6. Tinjauan ulang oleh manajemen
7. Komite audit independent
8. Hotline
9. Program pendukung karyawan
10. Pelatihan tentang kecurangan kepada manajer/eksekutif
11. Pelatihan tentang keuangan pada karyawan biasa
12. Kebijakan anti kecurangan
13. Pembentukan departemen, fungsi, atau tim khusus yang menangani kecurangan
14. Analisis data monitoring
15. Penilaian secara proaktif dan formal risiko kecurangan
16. Pemeriksaan secara acak
17. Rotasi pekerjaan atau wajib cuti
18. Penghargaan bagi peniup peluit
SKEMA PONZI
Produk keuangan ini mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Salah satu contohnya
yaitu kasus PT Wandermind. Investasi bentuk ini pada dasarnya adalah bentuk kecurangan
yang berupa produk. Praktik ini dilarang di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Skema ini dinamakan sesuai penemunya, Charles Ponzi (1920) ditakdirkan untuk
bangkrut karena hasil yang diperoleh, jika ada, tidak akan menutupi seluruh pembayaran
yang dijanjikan. Untuk menghindari penipuan ini hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Apakah penjual memiliki izin untuk menjual produk tersebut?
2. Apakah produk investasi tercatat di pihak otoritas?
3. Apakah informasi tentang imbalan dan tisiko memadai dan masuk akal?
4. Apakah produk investasi dapat dimengerti dan kredibel?
Minsky (2008) membedakan bentuk pembiayaan menjadi tiga, yaitu hedge,
spekulatif, dan ponzi. Pembiayaan hedge terjadi apabila arus kas yang diharapkan dari
pengoperasian asset lebih dari cukup untuk memenuhi pembayaran yang diperjanjikan saat
sekarang dan masa mendatang.
Dalam pembiayaan spekulatif, arus kas masuk dari pengelolaan asset lebih kecil
daripada komitmen pembayaran dalam jangka pendek. Kondisi spekulatif terjadi apabila arus
kas masuk melebihi arus kas untuk operasi, termauk biaya pembiayaan.
Pembiayaan ponzi mirip dengan pembiayaan spekulatif. Perbedaannya terletak pada
kemampuan membayar kewajiban biaya pembiayaan jangka pendek. Dalam skema ponzi,
perusahaan tidak mampu membayar biaya pembiayaan sehingga akan menambah jumlah
pokok utang. Dalam kondisi ini, ekuitas menurun sehingga lama-lama bangkrut dan
pembayaran kembali utang hanya dapat dilakukan dengan penjualan asset.
KORUPSI
Korupsi dapat didefinisikan sebagai penggunaan kekuasaan secara sewenang-wenang
untuk kepentingan pribadi. Korupsi adalah tindakan yang :
1. dilakukan secara rahasia
2. berupa pemberian barang/jasa oleh pihak ketiga
3. dapat memengaruhi suatu tindakan
4. memberikan manfaat pada salah satu atau kedua belah pihak
5. pelaku mempunyai kekuasaan
6.
Cara yang digunakan ada bermacam-macam. Pemalsuan buku atau daftar khusus akan
mengarah pada manipulasi laporan keuangan. Penggelapan, penghancuran, dan perusakan
dokumen digunakan untuk menghilangkan bukti yang mendukung suatu laporan. Perbuatan
curang atau penggelapan uang dapat mengambil bentuk seperti mark-up biaya proyek,
pengeluaran fiktif, proyek fiktif, dan lain sebagainya.
Tindak pidana korupsi dapat ditelaah dari hubungan agen-prinsipiel dalam teori
keagenan. Dalam hal ini dapat disajikan dalam :
Prinsipiel Agen
1. Rakyat Indonesia Pemerintah, Presiden & Wakil, DPR, DPD
2. Pemerintah/DPR Lembaga Negara
3. Pemerintah Aparat birokrasi
4. Pembayar Pajak Elit politik
Bentuk hubungan prinsipiel dana gen dalam hal tersebut berupa pemberian
kepercayaan untuk menyelenggarakan pemerintahan, mewakili rakyat untuk melakukan
pengawasan terhadap pemerintah atau menjalankan fungsi kenegaraan tertentu. Korupsi
terjadi karena agen lebih menekankan kepentingan pribadi dibanding public atau
prinsipielnya. Tata kelola yang baik merupakan salah satu solusi untuk mencegah tindakan
korupsi. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu :
1. Memilih agen yang baik
2. Memperbaiki insentif
3. Memperbaiki keterbukaan informasi
4. Membuka persaingan
5. Mengurangi kewenangan diskresi
6. Memperberat biaya sosial, ekonomi, dan hokum
7. Meningkatkan penegakan hokum
8. Memperbaiki system peradilan yang berkeailan
9. Mebingkatkan dan memperbaiki whistle blowing system
Oleh :
Kelompok 5
Fitri Rahmawati 12030117
Galuh Tri 12030117
Sri Aida Fitriani 12030117
Wilkinson Mardika 12030117
Neta Hanum 12030117
Salsabila Firdausya 12030117
Geofanny Paskah 12030117
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018