Anda di halaman 1dari 12

BAB 13 PERLINDUNGAN INVESTOR

Perdagangan saham dilakukan di pasar modal. Pelaksana perdagangan saham adalah


Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemegang saham dapat dikelompokkan menjadi pemegang
saham minoritas atau pemegang saham independent dan pemegang saham pengendali.
Regulasi yang berkaitan dengan pasar modal terutama ditujukan untuk perlindungan
pemegang saham minoritas.
VARIABEL PERLINDUNGAN
Proteksi kepada investor juga harus diberikan pada cara-cara perdagangan saham
yang dilakukan di bursa. Perdagangan tidak wajar yang akan menguntungkan salah satu
pihak harus dihindarkan. Proteksi harus lebih diberikan kepada pemegang saham minoritas
dibandingkan dengan pemegang saham pengendali. Perlindungan mencakup syarat-syarat
yang harus dipenuhi jika suatu perusahaan akan memperdagangkan sahamnya di bursa efek.
Dividen ditentukan oleh laba perusahaan. Keuntungan modal tergantung pada
pergerakan harga saham. Proteksi kepada investor ditujukan untuk menjaga kewajaran laba
da harga. Namun, perlu dicatat bahwa proteksi kepada investor tidak boleh dilakukan dengan
jalan intervensi pasar.
ORGANISASI PASAR MODAL
Organisasi pasar modal terdiri atas beberapa pihak berikut.
1. Regulator (OJK).
2. Penyelenggara pasar (bursa efek, lembaga kliring, penjaminan, dan lembaga
penyimpanan dan penyelesaian).
3. Pelaku pasar (reksa dana, perusahaan efek, emiten, perusahaan publik, dan investor).
4. Lembaga penunjang pasar modal (kustodian, biro administrasi, efek, dan wali
amanat).
5. Profesi penunjang pasar modal (akuntan publik, konsultan hukum, penilai, dan
notaris).
Reksa dana diwakili oleh manajer investasi, sedangkan perusahaan efek meliputi wakil
perusahaan efek dan penasihat investasi.
Regulator melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan
pasarmodal. Wewenang regulator mecakup semua unsur dalam organisasi pasar modal.
PERDAGANGAN EFEK
Pengaturan tentang perdagangan efek dapat berkaitan dengan jenis transaksi, produk, atau
pelaku pasar modal. Berikut ini beberapa hal yang diatur dalam perdagangan efek.
1. Kliring, penjaminan, penyimpanan, dan penyelesaian.
2. Perdagangan orang dalam.
3. Perdagangan margin dan short selling.
4. Perdagangan derivatif.
5. Penawaran tender.
6. Suspensi efek.
Peraturan tentang kliring, penjaminan, penyimpanan, dan penyelesaian terutama
ditujukan untuk menghindari risiko gagl serah atau gagal bayardalam perdagangan efek.
Ketentuan yang berlaku di antaranya, meliputi hal-hal berikut.
1. Tanggung jawab renteng bagi anggota kliring yang terdiri atas perusahaan efek.
2. Pembentukan dana dan cadangan untuk membiayai penjaminan penyelesaian
transaksi.
3. Penggunaan sistem elektronik dalam kliring dan penyimpanan.
Ketentuan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada
investor mengenai kepemilikan dan transaksi saham.
Perdagangan orang dalam adalah transaksi efek yang dilakukan atas dasar informasi
orang dalam. Setiap pihak dilarang melakukan perdagangan orang dalam kecuali perusahaan
efek yang melakukan transaksi bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah orang
lain dan perusahaan efektersebut tidak memberikan rekomendasi kepada nasabahnya
mengenai efek yang bersangkutan.
Transaksi margin adalah transaksi pembelian efek untuk kepentingan nasabah yang
dibiayai oleh perusahaan efek. Sementara, short selling adalah transaksi penjualan efek
dimana efek dimaksud belum dimiliki oleh penjual saat transaksi dilaksanakan.
Derivatif merupakan instrumen keuangan yang diderivasikan dari riset, indeks, kejadian,
nilai,atau kondisi lain. Pembatasan produk derivatif dimaksudkan untuk melindungi investor
dari kerugian besar tanpa mereka ketahui risiko yang terkandung dalam produk tersebut.
Penawaran tender adalah penawaran untuk memperoleh efek yang bersifat ekuitas dengan
cara membeli atau menukar dengan efek lainnya yang dilakukan melalui media masa. Dalam
penawaran tender, kepentingan pemegang saham publik perlu dilindungi dari kerugian yang
mungkin timbul akibat penawaran yang tidak wajar.
Penghentian sementara (suspensi) efek dapat dilakukan atas permintaan emiten dalam
rangka tindakan korporasi atau rencana melakukan publikasi informasi material. Berikut ini
kondisi-kondisi ketika akan melakukan suspensi efek oleh bursa efek.
1. Pendapat disclaimer dari akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaan
selama dua tahun berturut-turut.
2. Pemohonan pailit terhadap perusahaan.
3. Terdapat informasi material yang beredar di masyarakat dan belum disampaikan oleh
perusahaan.
4. Terjadi kenaikan atau penurunan harga saham yang signifikan.
5. Terjadi pola transaksi yang tidak wajar.
PENCATATAN
Pembahasan tentang pencatatan akan mecakup topik topik berikut.
1. Penawarn umum.
2. Penawarn umum dengan hak memesan efek terlebih dahulu.
3. Transaksi berbenturan kepentingan.
4. Transaksi material.
5. Delisting.
Penawaran umum dilakukan dengan emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran
kepada OJK dan OJK telah memberikan pernyataan efektif atas pendaftaran dimaksud. Salah
satu dokumen yang harus disertakan dalam pernyataan pendaftaran adalah Prospektus. Inti
dari prinsip keterbukaan informasi dalam penawaran umum terletak pada prospektus.
Benturan kepentingan didefinisikan sebagai perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris
atau pemegang saham utamayang dapat merugikan perusahaan. Transaksi berbenturan
kepentingan harus disetujui terlebih dahulu oleh para pemegang saham independen. Jika dala
RUPS pertama suatu transaksi bebenturan kepentingan dan tidak memperoleh persetujuan,
rencana tersebut tidak dapat diajuka kembali dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal
keputusan.
Aturan tentang transaksi material diberlakukan karena transaksi tersebut dapat
berpengaruh signifikan terhadap hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan. Setiap transaksi
dengan nilai melebihi 20 persen dari ekuitas dianggap sebagai dianggap sebagai tansaksi
material. Transaksi meterial dikelompokkan menjadi transaksi dengan nilai 20 persen sampai
50 persen dari ekuitas dan transaksi dengan nilai di atas 50 persen dari ekuitas. Transaksi
dengan nilai 20 persen sampai 50 persen dari ekuitas tidak wajib memperoleh persetujuan
dari RUPS, tetapi wajib mengumumkan transaksi dimaksud kepada publik.
Penghapusan pencatatan (delisting) suatu efek dari perdagangan di Bursa dapat dilakukan
karena permohonan emiten, diputuskan olej Bursa Efek karena permintaan OJK atau karena
dibatalkannya pernyataan pendaftaran oleh OJK. Masalah pokok dari penghapusan
pencatatan adalah perlindungan investor dari kerugian yang bukan arena kesalahan dalam
pengambilan keputusan investasi. Penghapusan pencatatan efek dilakukan oleh bursa jika
perusahaan tercatat mengalami salah satu kondisi berikut ini.
1. Kelangsungan usaha perusahaan terganggu dan tidak ada indikasi pemulihan yang
memadai .
2. Saham perusahaan tercatat telah mengalami suspensi sekurang-kurangnya selama 2
tahun terakhir.
Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian saham investor publik jika delisting
dilakukan oleh bursa.
KETERBUKAAN INFORMASI
Kegunaan informasi bagi para investor terutama adalah untuk dijadikan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan bertransaksi di pasar modal. Syarat agar informasi berguan
dalam pengambilan keputusan adalah bahwa informasi tersebut harus andal. Jika informasi
yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tidak andal dan memadai,
pengambilan keputusan menghadapai apa yang disebut dengan risiko informasi. Asimetri
informasi adalah salah satu bentuk dari risiko informasi. Keandalan suatu informasi
tergantung pada ciri-ciri berikut.
1. Dapat dipahami.
2. Relevan.
3. Dapat dipercaya.
4. Dapat diperbandingkan.
Atas hal-hal tersebut, topik-topik tentang keterbukaan informasi meliputi enam poin,
yaitu batasan informasi, fakta material, laporan keuangan berkala, laporan tahunan berkala,
dokumen yang terbuka untuk publik, dan keandalan informasi.
Batasan informasi yang tercakup dalam Undang-Undang Pasar Modal Indonesia sangat
luas. Basatan informasi mengacu pada pengaruhnya terhadap harga efek dan keputusan
pemodal sebagai dasar seleksi informasi. Harga dan keputusan pemodal tidak hanya
ditentukan oleh nilai intrinsik.
OJK mengeluarkan ketentuan tentang jenis-jenis fakata material yang harus segera
disampaikan kepadanya dan mengumumkandakta material tersebut kepada masyarakat
pemodal. Fakta-fakta material tersebut adalah.
1. Penggabungan usaha, pembelian usaha, peleburan usaha, dan pembentukan usaha
patungan.
2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham.
3. Pendapatan dari dividen yang luar biasasifatnya.
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
5. Produk atau penemuan baru yang berarti.
6. Perubahan dalm pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen.
7. Pengumuman pengembalian kembali atau pembayaran efek yang berifat utang.
8. Penjualan tembahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material
jumlahnya.
9. Pembelian atau kerugian penjualan aset yang bersifat material.
10. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, direktur, dan komisaris
perusahaan.
12. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.
13. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan.
14. Penggantian wali amanat.
15. Perubahan tahun fiskal perusahaan.
Kewajiban laporan keuangan berkala diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam. Laporan
keuangan terdiri atas 5 (lima) poin berikut.
1. Laporan posisi keuangan.
2. Laporan laba rugi.
3. Laporan perubahan modal.
4. Laporan arus kas.
5. Catatan laporan keuangan.
OJK mewajibkan emiten dan perusahann publik untuk menyampaikan laporan tahunan.
Laporan tahunan berbeda dengan laporan keuangan walaupun dalam laporan tahunan
termasuk laporan keuangan. Laporan tahunan, di antaranya wajib memuat poin-point berikut.
1. Ikhtisar data keuangan penting.
2. Laporan dewan komisaris.
3. Laporan direksi.
4. Profil perusahaan.
5. Analisis dan pembahasan manajemen.
6. Tata kelola perusahaan.
Selain itu, laporan tahunan wajib memuat informasi harga sahm tertinggi, terendah,
penutupan, dan jumlah saham yang diperdagangkan untuk setiap masa triwulan dalam dua
tahun terakhir.
Untuk memastikan keandalan informasi, harus ada pihak profesional independen yang
melakukan pengesahaan dan memberikan pendapat terhadap kewajaran informasi yang
bersangkutan.
BAB 14 FRAUD
Bentuk pelanggaran paling keras terhadap etika, kontrak dan regulasi adalah
kecurangan (fraud). Dalam kecurangan terdapat unsur niat jahat, kensenjangan dan penipuan.
Praktik yang hampir mirip dengan kecurangan adalah Moral Hazard. Porsi tindakan moral
hazard lebih besar dari pada kecurangan. Walaupun moral hazard tidak dapat dibuktikan
sebagai pelanggaran hukum, tetapi tindakan itu juga termasuk melanggar etika, kontrak atau
regulasi.

KECURANGAN DAN MORAL HAZARD

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggolongkan kecurangan dalam 3 jenis


yaitu : kecurangan pelaporan, pencurian aset dan korupsi.
Moral Hazards adalah hazards yang berkenaan dengan sikap dan tingkah laku orang-
orang yang terkait dengan suatu risiko. Moral hazards ini sangat berpengaruh terhadap
besarnya atau tingkat keparahan kerugian. Penyebab utama dari moral hazard adalah adanya
informasi yang disembunyikan oleh pihak yang melakukannya (dalam teori keagenan disebut
agen). Berbeda dengan tindakan kecurangan, kecurangan (fraud) merupakan suatu tindakan
yang dilakuan secara sengaja untuk tujuan pribadi atau kelompok, dimana tindakan yang di
sengaja tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau instansi tertentu. Dalam
kata fraud itu sendiri dapat diartikan dengan baerbagai makna yang terkandung di dalamnya
seperti: kecurangan, kebohongan, penipuan, kejahatan, manipulasi data-data, rekayasa
informasi, mengubah opini dengan pemutarbalikan fakta yang ada, menghilangkan barang
bukti secara sengaja.
PELANGGARAN ETIKA, KOTRAK DAN REGULASI
Etika digunakan sebagai pedoman untuk menghormati dan memperhitungkan hak dan
kepentingan orang lain dengan siapa mereka membina hubungan sosial. Dalam
perkembangannya etika dijadikan sebagai aturan positif yang dinyatakan secara tertulis dalam
bentuk kode etik.
Walaupun sudah ada etika, kontrak atau regulasi tetapi tatap saja ada individu maupun
organisasi yang mencoba untuk melanggarnya. Pelanggaran terhadap regulasi merupakan
tindakan pidana yang dapat dikenakan sanksi pidana.
PEMICU
Mengapa Fraud terjadi?
Menurut riset yang dituliskan Donald Cressey (1953) dalam priantara (2013) fraud
memiliki tiga sifat umum (fraud triangle):
1. Pressure
Pressure dapat diartikan secara sederhana adalah suatu kondisi mental yang labil
akibat pengaruh pihak luar yang bersifat memaksa, kondisi ini juga biasanya terjadi
pada saat situasi mendesak pelaku tuanakota mengsitilahkannya sebagai “tekanan
yang menghipmit hidupnya (berupa kebutuhan akan uang)”.
2. Opportunity
Opportunity atau kesempatan. keadaan ini biasanya terjadi akibat lemahnya
pengawasan internal sehingga memudahkan terjadinya tindakan
fraud, Cressey berpandapat dalam Tuanakota (2014) bahwa ada dua komponen dari
presepsi terkait peluang ini, pertama General Information (GI),  dan yang
kedua Technical skill (TS).
3. Rasionalization
Rasionalisasi merupakan kemampuan mencari pembenaran sebelum melakukan
kejahatan. Lebih jauh kemampuan ini berfungsi sebagai alat pencitraan juga
pembenaran diri dari hukum guna menjaga kualitas kepercayaan yang dimilikinya

Sedangkan G. Jack Bologna dengan teori GONE Dalam Priantara (2013) menjelaskan Empat
faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud:
1.      Greed (keserakahan)
2.      Opportunity
3.      Need
4.      Exposure (Pengungkapan)

Teori yang juga membicarakan faktor pendorong/pemicu terjadinya tindakan fraud


ialah MCP theory. Nama teori ini merupakan singkatan dari tiga faktor pemicu fraud
(priantara 2013), yaitu:
1.      Motives
2.      Capabilities
3.      Possibility of exposure

PENCURIAN ASET
Menurut ACFE (2014:71) pencurian aset adalah skema kecurangan, dimana karyawan
mencuri atau menyalahgunakan aset perusahaan. Survey menunjukkan bahwa pencurian aset
sering terjadi di perusahaan, tetapi nilai kerugiannya secara rata – rata termasuk yang paling
kecil.
Studi yang dilakukan ACFE pada 2014 menunjukkan bahwa dari segi frekuensi kejadian,
pencurian aset merupakan bagian terbesar (85%) diikuti dengan korupsi (36%) dan
kecurangan pada pelaporan keuangan (9%). Dari sudut pandang nilai kerugian, kecurangan
pelaporan keuangan menempati posisi teratas dengan median sebesar $1 juta, sedangkan
korupsi adalah $708,000 dan pencurian aset sebesar $130,000.
Pencurian aset mencakup dua hal, yaitu pencurian uang dan pencurian persediaan dan aset
lain. ACFE mengelompokkan pencurian aset ke dalam sembulan skema (ACFE, 2014: 17 dan
71) sebagai berikut:
1. Pemalsuan cek (check tampering)
2. Penggajian fiktif (fictious payroll)
3. Penggantian biaya (expense reimbursement)
4. Penagihan (billing)
5. Penyaringan (skimming)
6. Pencurian uang tunai (cash on hand)
7. Penggelapan uang (cash larceny)
8. Pemalsuan register pengeluaran kas (cash register disbursement)
9. Non – tunai (non- cash)
TANDA BAHAYA PERILAKU CURANG
ACFE dalan studinya menyebitkan perilaku – perilaku yang dapat menunjukkan adanya
tangan – tanda kecurangan (ACFE, 2014:59). Berikut perilaku – perilaku yang dimaksud.
1. Kehidupan melampaui kewajaran
2. Kesulitan keuangan
3. Kedekatan dengan pemasok atau pelanggan
4. Keengganan berbagi tugas
5. Cerai atau masalah keluarga
6. Perilaku pedagang lihai
7. Mudah tersinggung, curiga, defensif
8. Masalah kecanduan
9. Masalah pekerjaan sebelumnya
10. Keluhan tentang rendahnya gaji
11. Penolakan mengambil cuti
12. Tekanan terlalu berat dalam organisasi
13. Masalah hukum sebelumnya
14. Keluhan tentang kurangnya wewenang
15. Tekanan dari keluarga dan rekan untuk sukses
16. Ketidak stabilan dalam lingkungan kehidupan
Studi yang dilakukan ACFE menunjukkan bahwa kehidupan melampaui kewajaran
merupakan indikator perilaku yang paling banyak disebutkan (44%). Studi juga
menyimpulkan bahwa pelaku kecurangan berasal dari berbagai posisi dalam perusahaan
mulai dari karyawan biasa, manajer, sampai eksekutif. Tekanan atau motivasi untuk
melakukan kecurangan juga berbeda untuk masing – masing posisi.
MIS – CONDUCT
Dalam penelitiannya, ACFE mengungkapkan bahwa para pelaku juga telah
melakukan perbuatan tidak senonoh (misconduct) sebelum terbongkarnya kasus kecurangan
mereka. Sebanyak 38% perilaku kecurangan tersebut pernah melakukan paling tidak satu kali
perbuatan tidak senonoh. Di antara yang paling banyak dilakukan adalah bullying/intimidasi
(17%), bolos kerja (14%), malas (8%), browsing internet (7%), mengunjungi situs pornografi
atau judi (3%), dan pelecehan seksual (2%).
PENANGGULANGAN
Berbeda dengan kecurangan oleh manajemen, kecurangan oleh karyawan pada
umumnya dapat diatasi dengan menerapkan system pengendalian internal yang baik. Tata
kelola perusahaan yang baik dapat mencegah terjadinya kecurangan yang baik. Ada 18
pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecurangan, yaitu:
1. Audit eksternal oleh akuntan public terhadap laporan keuangan
2. Penerapan kode etik
3. Adanya bagian internal audit
4. Sertifikasi laporan keuangan oleh manajemen
5. Audit eksternal terhadap Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR)
6. Tinjauan ulang oleh manajemen
7. Komite audit independent
8. Hotline
9. Program pendukung karyawan
10. Pelatihan tentang kecurangan kepada manajer/eksekutif
11. Pelatihan tentang keuangan pada karyawan biasa
12. Kebijakan anti kecurangan
13. Pembentukan departemen, fungsi, atau tim khusus yang menangani kecurangan
14. Analisis data monitoring
15. Penilaian secara proaktif dan formal risiko kecurangan
16. Pemeriksaan secara acak
17. Rotasi pekerjaan atau wajib cuti
18. Penghargaan bagi peniup peluit

SKEMA PONZI
Produk keuangan ini mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Salah satu contohnya
yaitu kasus PT Wandermind. Investasi bentuk ini pada dasarnya adalah bentuk kecurangan
yang berupa produk. Praktik ini dilarang di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Skema ini dinamakan sesuai penemunya, Charles Ponzi (1920) ditakdirkan untuk
bangkrut karena hasil yang diperoleh, jika ada, tidak akan menutupi seluruh pembayaran
yang dijanjikan. Untuk menghindari penipuan ini hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Apakah penjual memiliki izin untuk menjual produk tersebut?
2. Apakah produk investasi tercatat di pihak otoritas?
3. Apakah informasi tentang imbalan dan tisiko memadai dan masuk akal?
4. Apakah produk investasi dapat dimengerti dan kredibel?
Minsky (2008) membedakan bentuk pembiayaan menjadi tiga, yaitu hedge,
spekulatif, dan ponzi. Pembiayaan hedge terjadi apabila arus kas yang diharapkan dari
pengoperasian asset lebih dari cukup untuk memenuhi pembayaran yang diperjanjikan saat
sekarang dan masa mendatang.
Dalam pembiayaan spekulatif, arus kas masuk dari pengelolaan asset lebih kecil
daripada komitmen pembayaran dalam jangka pendek. Kondisi spekulatif terjadi apabila arus
kas masuk melebihi arus kas untuk operasi, termauk biaya pembiayaan.
Pembiayaan ponzi mirip dengan pembiayaan spekulatif. Perbedaannya terletak pada
kemampuan membayar kewajiban biaya pembiayaan jangka pendek. Dalam skema ponzi,
perusahaan tidak mampu membayar biaya pembiayaan sehingga akan menambah jumlah
pokok utang. Dalam kondisi ini, ekuitas menurun sehingga lama-lama bangkrut dan
pembayaran kembali utang hanya dapat dilakukan dengan penjualan asset.

KORUPSI
Korupsi dapat didefinisikan sebagai penggunaan kekuasaan secara sewenang-wenang
untuk kepentingan pribadi. Korupsi adalah tindakan yang :
1. dilakukan secara rahasia
2. berupa pemberian barang/jasa oleh pihak ketiga
3. dapat memengaruhi suatu tindakan
4. memberikan manfaat pada salah satu atau kedua belah pihak
5. pelaku mempunyai kekuasaan
6.
Cara yang digunakan ada bermacam-macam. Pemalsuan buku atau daftar khusus akan
mengarah pada manipulasi laporan keuangan. Penggelapan, penghancuran, dan perusakan
dokumen digunakan untuk menghilangkan bukti yang mendukung suatu laporan. Perbuatan
curang atau penggelapan uang dapat mengambil bentuk seperti mark-up biaya proyek,
pengeluaran fiktif, proyek fiktif, dan lain sebagainya.
Tindak pidana korupsi dapat ditelaah dari hubungan agen-prinsipiel dalam teori
keagenan. Dalam hal ini dapat disajikan dalam :
Prinsipiel Agen
1. Rakyat Indonesia Pemerintah, Presiden & Wakil, DPR, DPD
2. Pemerintah/DPR Lembaga Negara
3. Pemerintah Aparat birokrasi
4. Pembayar Pajak Elit politik
Bentuk hubungan prinsipiel dana gen dalam hal tersebut berupa pemberian
kepercayaan untuk menyelenggarakan pemerintahan, mewakili rakyat untuk melakukan
pengawasan terhadap pemerintah atau menjalankan fungsi kenegaraan tertentu. Korupsi
terjadi karena agen lebih menekankan kepentingan pribadi dibanding public atau
prinsipielnya. Tata kelola yang baik merupakan salah satu solusi untuk mencegah tindakan
korupsi. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu :
1. Memilih agen yang baik
2. Memperbaiki insentif
3. Memperbaiki keterbukaan informasi
4. Membuka persaingan
5. Mengurangi kewenangan diskresi
6. Memperberat biaya sosial, ekonomi, dan hokum
7. Meningkatkan penegakan hokum
8. Memperbaiki system peradilan yang berkeailan
9. Mebingkatkan dan memperbaiki whistle blowing system

Keterbukaan informasi merupakan bagian penting dalam pengawasan korupsi.


Penganggaran menggunakan E-Budgeting dapat mengetahui apa yang direncanakan, manfaat,
spesifikasi, siapa yang merencanakan, menyetujui, dan bertanggung jawab dari tahap usulan
sampai pelaksanaan program. Nantinya dilengkapi E-Realization sehingga pelaksanaan
pengeluaran, program, manfaat, dan pemenang tendernya dapat dilaporkan dan dibandingkan
dengan rencana.
Untuk mencegah tindak pidana korupsi, sanksi yang diberikan harus sangat berat
sehingga menimbulkan efek jera. Sanksi tidak harus berkaitan dengan sanksi pidana saja, tapi
dapat dikenakan sanksi ekonomi seperti penyitaan harta dari hasil korupsi. Sanksi social
berupa pemberian stigma juga dapat diberikan pada pelaku. Selain sanksi, peningkatan
probabilitas tertangkapnya pelaku juga akan menimbulkan efek jera.

BAB 15 MORAL HAZARD


Pada dasarnya merupakan upaya untuk menyiasati kontrak/regulasi/etika untuk
kepentingan diri sendiri yang dapat merugikan pihak lain. Dipandang dari perspektif perilaku,
moral hazard adalah tindakan yang cenderung berani mengambil risiko karena biaya atas
risiko tersebut telah dipindahkan ke pihak lain.
BIDANG MORAL HAZARD
Moral hazard mungkin tidak melanggar hukum, tetapi pada umumnya, dianggap
sebagai tindakan yang tidak elok. Inti dari moral hazard adalah penginterpretasian hal-hal
yang menimbulkan multitafsir demi kepentingan diri sendiri, yang pada umumnya melanggar
kaidah-kaidah keutamaan (virtuisme).
Dengan menggunakan proporsi teori keagenan, besarnya peluang melakukan moral Hazard
tergantung pada berbagai factor berikut:
1. Besarnya asimetri informasi antara agen dan prinsipiel
2. Jelas, tegas dan komprehensifnya kontrak yang dibuat antara agen dan prinsipiel
3. Cocok tidaknya jenis kontrak yang dibuat antara agen dan prinsipiel
4. Tingkat keagenan menanggung risiko dari agen dan prinsipiel
5. Besarnya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipiel
6. Terukur tidaknya hasil pekerjaan agen
7. Tersedia tidaknya system monitoring oleh prinsipiel
8. Jangka waktu hubungan keagenan
MORAL HAZARD DALAM EKONOMI
Istilah moral hazard berasal dari ilmu ekonomi yang mempelajari ekonomi informasi.
Moral hazard didefinisikan sebagai tindakan oleh salah satu pihak (agen) dalam suatu
transaksi yang memengaruhi penilaian pihak lain (prinsipiel) terhadap transaksi tersebut,
tetapi pihak kedua (prinsipiel) tidak dapat mengawasi/memaksa secara sempurna tindakan
dimaksud. Motif utamanya adalah memaksimalkan keuntungan bagi pihak yang
bersangkutan.
Solusi untuk mengatasi moral hazard adalah dengan pangaturan kontrak sedemikian
rupa sehingga terdapat system insentif dan monitoring agar masing-masing pihak dapat saling
mengawasi dan memaksa secara sempurna pelaksanaan pertukaran kepentingan di antara
mereka. Moral hazard pada akhirnya harus dipecahkan melalui kontrak yang jelas antara
pihak-pihak yang terlibat termasuk solusi lain, yaitu penerapan system monitoring. System
ini dapat digunakan untuk mengawasi performa pihak yang bermaksud melakukan moral
hazard. Misalnya, jika system insentif tidak diberlakukan, monitoring dalam kontrak kerja
dapat dijalankan dengan menerapkan system absensi.
MORAL HAZARD DALAM KONTRAK
Perikatan atau kontrak harus mengikuti asas keadilan dan proporsionalitas. Teori
keadilan berbasis kontrak mempunyai dua prinsip, yaitu prinsip kesamaan hak dan prinsip
perbedaan objektif. Keadilan tidak dapat dipisahkan dengan asas kewajaran (fairness) atau
kepatutan (equity). Setiap kontrak yang dibuat harus didasarkan atas itikad baik, kepatutan,
kelayakan dan kepantasan. Namun, hal ini tidak dikemukakan dalam kontrak sehingga
ketidakjelasan dan ketidaktegasan membuahkan multitafsir yang bersifat subjektif.
Perjanjian kontrak dapat dibedakan menjadi kontrak konsumen (consumer contract)
dan kontrak komersial (commercial contract). Kontrak konsumen adalah kontrak yang
dilakukan antara konsumen dan produsen. Kontrak komersial adalah kontrak yang sifatnya
bebas dari intervensi otoritas dan dilakukan oleh para pihak yang pada umumnya mempunyai
kedudukan seimbang dalam tawar-menawar.
Asas kontrak lainnya adalah proporsionalitas. Berikut ini adalah kriteria yang dapat dijadikan
pedoman untuk menentukan adanya asas proporsionalitas dalam suatu kontrak:
1) Kesetaraan kedudukan dan hak (equitability)
2) Kebebasan menentukan substansi keadilan
3) Proporsionalitas distribusi hak dan kewajiban
4) Proporsionalitas dalam penyelesaian sengketa
Kontrak yang bersubstansi proporsional harus mampu menjamin pelaksanaan hak dan
sekaligus mendistribusikan kewajiban secara proporsional kepada para pihak. Moral hazard
merupakan salah satu dari hambatan dalam pelaksanaan kontrak.
MORAL HAZARD DALAM MANAJEMEN
Beberapa factor yang dapat menimbulkan terjadinya moral hazard
a. Posisi yang aman; kesempatan penyalahgunaan wewenang akibat posisi yang aman
akan menjadi sangat besar
b. Korupsi, kolusi dan nepotisme
c. Pertanggung jawaban yang tidak jelas; menimbulkan kesulitan untuk mengetahui
siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban atas suatu tindakan yang telah
dilakukan.
d. Tidak ada ukuran kinerja yang jelas; menimbulkan ketidakjelasan dalam penilaian
kesuksesan.
e. Orientasi pada tujuan jangka pendek; dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang
mungkin bertentangan dengan tujuan jangka panjang
f. Pengalihan tanggung jawab; menyalahkan pihak yang lebih lemah atas kesalahan
yang diperbuat.

MORAL HAZARD DALAM BISNIS


Moral hazard dapat terjadi dikalangan bisnis, baik pada kegiatan primer (produksi,
penjualan, pemasaran) dan kegiatan sekunder (support). pada tahap produksi, moral hazard
dapat terjadi pada tataran:
a. Input; moral hazard dilakukan dalam bentuk penggunaan bahan-bahan yang tidak
sesuai dengan standard produksi yang diharuskan.
b. Proses; proses produksi yang dilakukan tidak sesuai dengan keharusan yang
ditetapkan terutama yang berkaitan dengan kesehatan, kenyamanan dan keamanan
tempat kerja.
c. Output; tidak memadainya informasi tentang produk dan resikonya bagi konsumen.

MORAL HAZARD DALAM REGULASI


Regulasi yang baik akan dapat mencegah terjadinya penyimpangan perilaku––moral
hazard––dan perbuatan yang berbeda dengan apa yang diharapkan dari regulasi tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-undangan,
penyusunan suatu undang-undang diantaranya harus mencakup tahap-tahap dibuatnya naskah
akademis, lalu dilengkapi dengan Focus Group Discussion (FGD), seminar dan dengar
pendapat para ahli yang terkait.
MORAL HAZARD DALAM ETIKA
Persoalan etika harus diatasi dengan pengendalian diri. Perilaku dan perbuatan
manusia dikendalikan oleh nalar dan hati nurani. Dasarnya adalah pengabdian kepada Sang
Pencipta, hubungan dengan sesama manusia berlandaskan kasih sayang dan kepedulian
terhadap alam semesta. Pengendalian diri sering tidak mampu mengatasi godaan duniawi.
Tugas Mata Kuliah
Etika Dalam Bisnis & Profesi Akuntan
Dan
Tata Kelola Perusahaan

Oleh :
Kelompok 5
Fitri Rahmawati 12030117
Galuh Tri 12030117
Sri Aida Fitriani 12030117
Wilkinson Mardika 12030117
Neta Hanum 12030117
Salsabila Firdausya 12030117
Geofanny Paskah 12030117

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018

Anda mungkin juga menyukai