Firdaus
Abstract: The basic principle of democracy that is aimed at establishing guidelines and a system of
government that protect the interests of the people-oriented and to fight for the rights of the people,
without being partial, in the sense mendominankan one group from the other groups in all aspects of
life. Terlaksanaya a good legal system and moral will give birth to a democratic system that is
authoritative, then the proper creation of the bureaucratic system of government in the sense that a
good democracy, the implementation of the application must berekses legal value that is consistent
with the will of the meaning of democracy. The law has a high enough benefit in the struggle of
human life. To that end, the rules that are in it to make a change or transformation of the legal value
of a democracy on any order of statehood
segala surat yang berhubungan dengan saja akan terakumulasi dalam berbagai
pengusungan calon bupati dan calon Wakil bentuk sikap antipati yang termanifesi
bupati dari partai Patriot. Demikian dalam bentuk kekerasan terbuka.8
dikemukakan oleh DPC. Partai Patriot Pemikiran yang dikemukakan oleh
Pancasila MTB. Rahmat tersebut merupakan sebuah analisis
Ketua DPC. terkait dengan itu pihak yang menjadi perhatian kita, terkait dengan
mereka telah menyampaikan somasi kepada persoalan demokrasi yang dijalankan, baik
KPUD MTB, tanggal 24-8-2006, menuntut menyangkut PILKADA, maupun aspek
ketua KPUD MTB, karena dengan sengaja lain-nya dalam wacana demokrasi. Untuk
melanggar undang-undang No. 32 tahun itu semestinya dihindari munculnya konflik
2004 dan PP. No. 6 tahun 2005 serta aturan- diantara stekholder atau masyarakat, dan
aturan dalam proses PILKADA, dan telah antara masyarakat dengan pihak pemerin-
melapor-kan kepada KPUD Sulel untuk tah, termasuk institusi lainnya seperti
segerah membatalkan hasil penetapan KPUD, dalam menjalankan kewenangan
KPUD Sulsel7 dimaksud, agar tidak menimbulkan krisis
Kasus yang dikemukakan di atas , demokrasi di tengah masyarakat secara
menjadi asumsi bagi kita bahwa saat ini umum.
pada daerah Sulel, masih terdapat sikap-
B. Transformasi Demokrasi Bagi Penega-
sikap yang tidak menghargai etika hukum
kan Hukum
yang berdemokrasi, dan bila dikaji lebih
jauh, kasus tersebut menunjukan kelemahan Keinginan kita sebagai masyarakat
aparatur hukum yang ada di daerah, kasus hanyalah model kepemimpinan yang
tersebut sengaja menciptakan kesen-jangan demok-ratis dan berwibawa, yang berarti
sosial di tengah masyarakat, dimana keber-adaannya akan membentuk suatu
tentunya kondisi ini sangat memberi mekanisme kepemimpinan yang meng-
dampak negatif bagi percepatan proses ayomi semua pihak, serta mengedepankan
demokrasi di daerah tersebut. Mungkin saja kepentingan bersama ketimbang kepenti-
terdapat indikasi kolusi dan nepotisme yang ngan individu. Jika sebuah demokrasi
dipraktekkan oleh pihak terkait dengan dimainkan hanya untuk menggulingkan
kepentingan di antara pihak-pihak yang sebuah kelompok kekuatan demokrasi yang
saling memiliki keberpiha-kan terhadap bermoral ataupun yang elegan, akan
kelompok yang didukung, untuk itu bagi melahirkan sebuah konfigurasi demokrasi
penulis, terciptanya suatu demokrasi yang bangsa yang tidak elegan pula. Sebaliknya
baik adalah demokrasi yang didasarkan atas berdemokrasi dengan menghargai nilai-nilai
aturan-aturan hukum yang diberlakukan luhur demokrasi, berarti mengandung nilai-
bagi mekanisme PILKADA tersebut, tanpa nilai etika dalam berdemokrasi.
disertai kesengajaan yang sifatnya adminis- Demokrasi itu juga memerlukan etika,
tratif belaka, tetapi dicipta-kan untuk saling dan etika yang dilandasi pada norma
melemahkan diantara para kandidat yang kepribadian sebagai bangsa yang religius,
ikut dalam PILKADA tersebut. karenanya demokrasi juga tidak boleh
Terkait dengan kedua kasus yang menghianati kebenaran, karena kepenti-
penulis kemukakan di atas, menurut Rahmat ngan sesaat.9 Selanjutnya Paul Ricoeur
bahwa jika terdapat perbedaan pendapat di termasuk Eric Weil berpendapat, etika
antara dua orang atau lebih terhadap suatu berdemokrasi adalah kehendak membidik
kepentingan yang sama, akan melahirkan kehidupan yang baik bersama dan untuk
sikap antipati di antara mereka, dan sikap orang lain dalam kerangka memperluas
itu akan dijadikan sebagai landasan awal lingkup kebebasan dan menciptakan
sebuah konflik, selanjutnya jika ada hal lain institusi-institusi yang lebih adil. Lebih jauh
yang dimun-culkan sebagai pemicunya, bisa dikemukakan Eric Weil bahwa ‘mengikut
200 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 196 - 204
sertakan sekaligus dimensi moral perilaku apapun usaha itu tidak akan pernah bisa
dan institusi serta memperhitungkan kedua menyamai ideal tersebut.
demensi etika dimaksud, merupakan faktor 2. Perwujudan cita-cita moral tidak hanya
stabilisasi tindakan yang berasal dari dalam dipahami sebagai cakrawala yang tidak
diri pelaku, sedangkan institusi menjamin mempunyai eksistensi atau dalam ben-
stabilitas tindakan dari luar diri pelaku, tuk gagasan semata, tetapi dalam per-
maka etika berdemokrasi dapat merefleksi- juangan di tengah-tengah pertarungan
kan masalah hukum, tatanan sosial dan kekuatan dan kekuasaan, dengan begitu
institusi yang adil10 dapat dibangun realitas moral.
Dalam teori Etis, dikemukakan oleh 3. Moral dimengerti juga sebagai sesuatu
Van Kan, disebutkan bahwa hukum itu yang transenden yang tidak dapat
dibuat untuk menjaga kepentingan tiap-tiap direduksi ke dalam hukum dan politik,
individu (manusia), agar kepentingan- dan satu-satunya cara untuk menjamin
kepentingan itu tidak dapat diganggu dan ke-sinambungan antara moral dan hukum
mencegah agar setiap orang tidak menjadi atau kehidupan konkrit adalah menerap-
hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is kan pemahaman kehendak sebagai
verboden) dengan kata lain hukum dibuat kehendak murni, seakan-akan kehendak
untuk menjaga dan sekaligus memulihkan adalah identik dengan tindakan13.
keseimbangan sosial, untuk hal-hal yang Bila dikaitkan dengan landasan negara
merusak dan merawankan struktur sosial kita yang ada, Ketiga pola sebagai-mana
harus diberantas dengan kekuatan hukum. yang dikemukakan oleh Jean ter-sebut,
Hukum harus mengendalikan elit struktural, seharusnya diberlakukan manajemen ke-
hukum tidak boleh teralienasikan dan pemimpinan yang disenerjikan sesuai nilai-
dimarjinalkan dari kehidupan masyarakat nilai moral yang pancasilais serta dinamis,
dan pembangunan, sebab bilamana hukum bukan format manajemen kepemimpinan
sampai di luar pergulatan hidup manusia, lembaga yang rapuh dan bersifat statis,
maka akibatnya masyarakat akan menjadi manajemen yang dimaksud-kan itu adalah
fulgar dan arogan, masing-masing individu sistem lembaga birokrasi yang penuh
ingin tampil menjadi yang terkuat dan tak nuansa pluralis dan bernilaikan demokratis,
terkalahkan, serba bisa dan bangga men- berwibawa penuh santun dan elegan,
jadikan orang lain sebagai ’bemper’ (kor- sehingga dapat menjadi kekuatan hukum
ban), sementara kita menginginkan kehidu- bagi tegaknya keadilan.
pan masyarakat selalu terjaga kehar- Paul Recor juga telah menekankan
monisan, kesejahteraan dan hak-haknya.11 bahwa moralitas seorang pemimpin dalam
Sehubungan dengan hal yang di- kepemimpinannya dibutuhkan bagi ter-
kemukakan di atas, oleh Paul Ricoeur juga selenggaranya suatu pemerintahan yang
mengemukakan bahwa “Pemimpin yang baik dan ideal, karena dengan modal moral
baik adalah pemimpin yang memiliki moral tersebut, menjadi dasar melakukan tinda-
atau etika yang dilandasi oleh aturan kan atau kebijakan yang akan dilakukan.
hukum, dan untuk menghubungkan ke- Kehendak berdemokrasi di Indonesia
duanya12, oleh Jean Ladriere berpendapat’ adalah kebutuhan penting bagi terlak-
ada tiga pola yang menjadi landasan sananya sistem dan tata pemerintahan yang
kepemimpinan tersebut, yakni: baik, yang selanjutnya dapat berekses
1. Moral dipahami sebagai yang meng- kepada mekanis-me penyelenggaraan peme-
hubungkan hukum dengan ideal rintahan yang demokratis dan berdasarkan
kehidupan sosial-politik, kesejahteraan pancasila sebagai landasan idiologi dan
bersama dan keadilan sosial, yang berarti UUD 45 sebagai landasan konstitusi
upaya-upaya nyata dilakukan untuk Negara.
mencapai ideal itu, tetapi sesempurna
201 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 196 - 204